Anda di halaman 1dari 13

MODUL

BIDANG STUDI : SEJARAH INDONESIA


KELAS : XII. IPA/IIS/BHS
TOPIK
MASA ORDE BARU
STANDARD KOMPETENSI INTI:
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

STANDARD KOMPETENSI DASAR :


3.4. Mengevaluasi perkembangan kehidupan politik, sosial dan ekonomi bangsa Indonesia
pada masa ORBA

4.4. Melakukan penelitian sederhana tentang kehidupan politik dan ekonomi bangsa
Indonesia pada masa ORBA dan menyajikannya dalam bentuk laporan
tertulis

A. DEKRIT PRESIDEN DAN PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN.


1. Latar belakang dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 :
1.1. Kegagalan Demokrasi Liberal dalam berbagai bidang.
1.2. Gejala separatisme didaerah-daerah
1.3. Konstituante yang tidak berhasil merumuskan UUD yang baru.
1.4. Situasi yang tidak menentu dan membahayakan persatuan dan kesatuan Bangsa.
2. Cara mengatasinya :
Presiden Soekarno mengajukan konsepsi yang disebut Konsepsi Presiden, dan Konsepsi ini
menginginkan terbentuknya Kabinet Kaki Empat ( yang terdiri atas 4 partai terbesar
yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI ).
Konsep ini berisi 3 hal yaitu :
2.1. Sistem Parlementer tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia, oleh karena itu harus
diganti dengan Demokrasi Terpimpin.
2.2. Untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin perlu dibentuk Kabinet Gotong
Royong yang anggotanya terdiri atas semua partai berdasarkan perimbangan kekuatan-
nya dalam masyarakat.
2.3. Pembentukan Dewan Nasional terdiri atas golongan-golongan fungsional yang bertugas
sebagai penasihat kabinet.
3. Akibatnya :
Terjadi pro dan kontra diantara partai politik, hal ini membuat keadaan tidak terkendali,
maka pada tanggal 22 April 1959 didepan Konstituante, Presiden Soekarno menganjurkan
untuk memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD RI.
Pada tanggal 30 Mei 1959 Konstituante mengadakan sidang pemungutan suara, dengan
hasil mayoritas suara menginginkan kembali berlakunya UUD 1945 namun belum meme-
nuhi kuota sesuai dengan pasal 137 UUDS 1950.
Tanggal 1 dan 2 Juni 1959 diadakan lagi pemungutan suara, namun hasilnya tetap tidak
berubah, dan karena mengalami kebuntuan dengan dorongan pihak-pihak yang mendukung
UUD 1945 bersama militer, maka tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden, hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
150 tahun 1959.
F

MODUL ORDE BARU 1


4. Dasar hukum Dekrit Presiden : hukum tidak tertulis ( staatsnoodrecht ) atau Hukum Nega-
ra Darurat artinya : dalam keadaan darurat, pemerintah bisa mengambil tindakan secara
obyektif karena peraturannya belum ada.
5. Istilah Demokrasi Terpimpin :
Kata terpimpin menurut Bung Karno sebenarnya adalah mengacu pada Pancasila
( sila ke 4 ) yaitu dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan....
Namun dalam pelaksanaannya cenderung bergeser menjadi terpimpin oleh Presiden/
Panglima Besar Revolusi. Beri contoh penyimpangan-penyimpangan pada masa ini.
6. Kedudukan presiden :
Menurut UUD 1945 kedudukan Presiden berada dibawah MPR, namun kenyataannya
MPRS tunduk pada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS
hal ini terlihat seperti tindakan Presiden dalam pengangkatan ketua MPRS yang dirangkap
oleh wakil Perdana Menteri IIIdan pengangkatan wakil-wakil ketua MPRS yang dipilih dari
pimpinan partai-partai besar serta wakil ABRI yang masing-masing diberi kedudukan seba-
gai menteri yang tidak memimpin departemen.
7. GBHN :
Pada tgl. 17 Agustus 1959, Presiden pidato dengan judul Manifesto Politik RI dijadikan
Garis-Garis Besar Haluan Negara atas usulan DPA yang bersidang mulai tanggal 23 - 25
September 1959.
Inti Manipol adalah : USDEK ( UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia ).
8. Kabinet Kerja :
Ir. Juanda diangkat sebagai Perdana Menteri pertama.
Semua urusan keluar dipegang oleh presiden, urusan kedalam di pegang oleh Kabinet yang
dikoordinasi oleh Perdana Menteri.
Program kerja Kabinet Kerja adalah :
a. Melengkapi sandang pangan rakyat
b. Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara
c. Melanjutkan perjuangan menentang imperialisme ekonomi dan imperialisme politik
(pembebasan Irian Barat ).
9. Kehidupan Ekonomi :
Sejak dikeluarkan Dekrit Presiden, sistem ekonomi yang digunakan adalah Ekonomi
Terpimpin. Dalam sistem ini Presiden secara langsung terjun dan mengatur perekonomian
Kegiatan perekonomian terpusat pada pemerintahan pusat.
Pemusatan kegiatan perekonomian pada satu tangan ini berakibat menurunnya kegiatan
perekonomian.
Masa ini keadaan perekonomian mengalami inflasi yang cukup parah, yang pada akhir ta-
hun 1965 inflasi merajalela dan mencapai 650 %.
Secara khusus sebab pokok kegagalan ekonomi terpimpin adalah sbb :
a. penanganan/ penyelesaian masalah ekonomi yang tidak rasional, lebih bersifat politis,
dan tanpa kendali.
b. tidak ada ukuran yang obyektif dalam menilai suatu usaha atau hasil orang lain.
Kegiatan ekonomi dimasa Demokrasi terpimpin diantaranya :
9.1. GBPPNSB Tahap I ( Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana
atas usulan M. Yamin sebagai pimpinan Dewan Perancang Nasional berlangsung
mulai 1961 – 1969.
9.2. Devaluasi rupiah Rp. 500 menjadi Rp. 50, Rp. 1000 menjadi Rp. 100 ( jadi uang rupi-
ah hanya bernilai 10 % .
9.3. Deklarasi Ekonomi ( Dekon ) tanggal 28 Maret 1963 yang berisi :
14 peraturan pokok sebagai strategi dasar ekonomi Indonesia dan merupakan bagian
dari strategi umum Revolusi Indonesia.
Tujuan Deklarasi Ekonomi : menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis
bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin.

10. Kehidupan Politik :


10. 1. Partai-partai :
Pada awal demokrasi terpimpin jumlah partai-partai masih banyak, namun lama-ke
lamaan menghilang ( juga akibat Pen.Pres no. 7/ 1958 ) yang isinya syarat-syarat
partai politik, hal ini juga disebabkan penyusupan- penyusupan PKI, sehingga ba-
nyak partai-partai yang bubar, dan akhirnya tinggal PKI yang dominan, segala kegi-
atan dipolitisir, sehingga keputusan-keputusan negara/departemen berbau polititik.

MODUL ORDE BARU 2


10. 2. Politik Luar Negeri : cenderung berpihak pada Blok Timur dan anti negara- negara
Barat, ini tercermin dengan terbentuknya Poros Jakarta- Peking, selain itu peme-
rintah juga melakukan konfrontasi dengan Malaysia melalui Dwikora (3 Mei 1964)
yang isinya :
a. perhebat ketahanan Revolusi Indonesia
b. gagalkan negara boneka Malaysia, dengan membantu perjuangan revolusioner
rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai.
Politik Konfrontasi juga dilandasi oleh pandangan NEFO ( New Emerging
Forces ) yaitu negara-negara progresif revolusioner mis. Indonesia dan negara ko-
munis umumnya. Sedangkan OLDEFO ( Old Established Forces) yaitu negara-nega
ra kapitalis yang neokolim, dan Indonesia anti neokolim /imperialisme.
Puncak politik luar negeri Indonesia adalah keluar dari keanggotaan PBB
( 7 Januari 1965 ) karena masuknya Malaysia menjadi anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB.

B. PENGEMBALIAN IRIAN BARAT.


1. Sejarah Irian Barat:
Irian Barat yang terletak di bagian paling timur Indonesia, mempunyai daya tarik kekayaan
alam yang terdiri dari bahan-bahan mentah industri. Bahan-bahan ini sangat dibutuhkan
oleh negara-negara Eropa.
Belanda sebenarnya menguasai Irian Barat sudah sejak tahun 1828, namun secara hukum
baru pada tahun 1898.
Pada masa Perang Dunia II, Irian Barat dikuasai oleh Jepang ( 19 April 1942 ), namun
dengan kekalahan Jepang, maka Irian Barat kembali dipertahankan oleh Belanda.
Hasil keputusan KMB sebenarnya akhir tahun 1950 adalah batas penyerahan Irian Barat
Barat pada Indonesia namun tidak dilaksanakan oleh Belanda.
2. Perjuangan pengambilalihan Irian Barat :
2.1. Melalui diplomasi :
Telah dilakukan sejak jaman Kabinet Natsir hingga Kabinet Wilopo, namun selalu
mengalami kegagalan. Bahkan Belanda sempat mengambil tindakan sepihak dengan
mengesahkan Irian Barat sebagai propinsi tersendiri ( berdasarkan Staatblad No.567
tgl.18 Desember 1949 ), kemudian dilanjutkan tanpa persetujuan Indonesia memasuk-
kan Irian kedalam SPC ( South Pasific Commission), yaitu otganisasi yang mengga-
bungkan wilayah jajahan Australia, Selandia Baru, Perancis, Inggris dan AS.
Usaha pembebasan Irian mulai nampak ada hasilnya pada jaman Kabinet Ali Sastroa-
mijoyo ( pengganti Wilopo ) yaitu dengan menyelenggarakan Konfe rensi Asia Afri -
ka ( yang terwujud dalam Dasasila Bandung ).
Selanjutnya Kabinet Ali mengajukan masalah Irian Barat ini ke PBB namun gagal
juga, kemudian perjuangan ini dilanjutkan pada masa Kabinet Ali II dengan memba
talkan perjanjian KMB ( tanggal 3 Mei 1956 ).
Pembatalan ini dilakukan secara sepihak oleh Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1956, oleh Belanda ditolak.
Pada tanggal 17 Agustus 1960 Indonesia melakukan pemutusan hubungan dengan
Belanda sebagai usaha perjuangan Indonesia membebaskan Irian dengan cara menu-
tup kantor Kedutaan Indonesia di Den Haag.
2.2 .Perjuangan pembebasan Irian Barat melalui Konfrontasi Ekonomi.
a. Kebijaksanaan Pemerintah tanggal 2 Desember 1957
Yaitu berisi tentang larangan beredarnya semua terbitan dan film yang mengguna-
kan bahasa Belanda.
b. Larangan mendarat bagi pesawat terbang Belanda di Indonesia.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1958 yaitu tentang pengambil alihan modal
milik Belanda di Indonesia ( nasionalisasi perusahaan Belanda ).

2.3. TRIKORA.
2.3.1. Persiapan Indonesia dengan langkah-langkah :
- Membentuk Dewan Pertahanan Nasional tanggal 11 Desember 1961
- Sidang Depertan tanggal 14 Desember 1961 memutuskan untuk membentuk
Komando Tertinggi Pembebasan Irian.
- Depertan memutuskan Trikora pada tanggal 19 Desember 1961
- Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan pembentukan
Irian Barat gaya baru pada tanggal 31 Desember 1961.
2.3.2. Proses :

MODUL ORDE BARU 3


Tanggal 19 Desember 1961 dikeluarkan instruksi oleh Presiden ( instruksi ini
disebut Trikora ) yang isinya :
a. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial.
b. Kibarkan sang merah putih di Irian Barat, tanah air Indonesia
c. Mobilisasi umum mepertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air
( Republik Indon esia ).
Realisasi pertama dari Trikora adalah pembentukan Komando Operasi Militer
yang bernama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Komando Mandala merencanakan 3 fase pembebasan Irian barat :
1. Fase infiltrasi
2. Fase eksploitasi
3. Fase konsolidasi
Karena Rencana Bunker juga belum mampu menundukkan Belanda, maka Indo-
nesia menyiapkan Operasi Jaya Wijaya.
Sebelum dilaksanakan operasi ini telah ditandatangani antara RI dengan kerajaan
Belanda di markas besar PBB pada tanggal 15 Agustus 1962 yang dikenal dengan
nama Persetujuan New York dengan isi :
a. Belanda akan menyerahkan Irian kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB
( UNTEA) pada tanggal 1 Oktober 1962.
b. Pada tanggal 1 Oktober 1962 akan berkibar bendera PBB yang berdampingan
dengan bendera Belanda yang selanjutnya akan diturunkan pada tgl. 31 Desem-
ber 1962 akan digantikan bendera Indonesia.
c. Pemerintahan UNTEA berakhir tgl. 1 Mei 1963.
d. Selama masa UNTEA , sebanyak-banyaknya akan digunakan tenaga/pegawai
Indonesia.
e. Pada tahun 1969 rakyat Irian Jaya diberi kesempatan untuk menyatakan penda-
patnya ( Pepera ) untuk tetap dalam RI atau memisahkan diri dari RI.
2.4. Pepera ( Penentuan Pendapat Rakyat ).
Pelaksanaan :
Tahap 1 : dimulai tanggal 24 Maret 1969.
Pada tahap ini dilakukan konsultasi dengan Dewan Kabupaten
di Jayapura mengenai tata cara penyelenggara Pepera.
Tahap 2 : diadakan pemilihan Dewan Musyawarah Pepera yang berakhirnya
pada bulan Juni 1969
Tahap 3 : dilaksanakan Pepera dari Kabupaten Merauke, dan berakhir pada tang
gal 4 Agustus 1969 di Jayapura.
Hasil Pepera : Irian tetap ingin bersatu dengan RI
Tanggal 19 Nopember 1969 dalam SU PBB menerima dan menyetujui hasil dari
Pepera.

C. GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN PENUMPASANNYA.


1. Latar belakang :
1.1. Kembalinya kekuatan PKI pada masa demokrasi terpimpin ( termasuk salah satu par-
tai besar ) dan bersama underbouwnya berusaha menyusup dan menguasai seluruh
bidang.
1.2. Tersiar desas desus bahwa pimpinan Angkatan Darat membentuk Dewan Jendral yang
akan melakukan kudeta terhadap presiden Soekarno pada saat peringatan Hari Ulang
Tahun ABRI tanggal 5 Oktober 1965.
2. Proses :
Ditengah-tengah kecurigaan dan persaingan politik yang semakin tinggi, sekelompok pa-
sukan dibawah pimpinan letnan Kolonel Untung melakukan aksi bersenjata di Jakarta.
Sebagai komandan Cakrabirawa ia memerintahkan kepada anggota gerakan untuk siap
dan memulai bergerak untuk mengadakan penculikan dan pembunuhan terhadap 7 perwi-
ra tinggi Angkatan Darat.
Mereka dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan kedalam sumur tua lalu ditimbun tanah
korban penculikan dan pembunuhan tsb adalah:

2.1. Letjen. Acmad yani ( Menteri / Panglima AD)


2.2. Mayjen R. Soeprapto
2.3. Mayjen Haryono
2.4. Mayjen S. Parman
2.5. Brigjen D.I. Panjaitan

MODUL ORDE BARU 4


2.6. Brigjen S. Siswomiharjo
2.7. Letnan satu Piere Andreas Tendean
Dalam gerakan penculikan tsb, Jend. AH. Nasution yang sebenarnya juga menjadi target
penculikan dapat meloloskan diri, namun putrinya ( Ade irma Suryani ) menjadi korban.
Sedangkan di Yogyakarta, berdirinya Dewan Revolusi yang dipimpin oleh Mayor
Mulyono mengumumkan melalui RRI telah menculik Kol. Katamso dan Letkol.Sugiono
kemudian dibunuh di Desa Kentungan.
3. Penumpasan Gerakan 30 September 1965
Pimpinan AD diambil alih oleh Panglima Komando Strategi Angkatan Darat ( Kostrad),
Mayor Jendral Soeharto kemudian mulai memimpin penumpasan terhadap aksi Gerakan
30 September, karena gerakan ini tidak mendapat dukungan baik dari anggota ABRI mau-
pun masyarakat. Operasi dimulai tanggal 1 Oktober 1965 pukul 19.00 dilakukan oleh
RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat ) dipimpin oleh Kol. Sarwo Edhie
Wibowo.
Langkah pertama operasi adalah merebut kembali stodio RRI pusat dan Kantor Pusat Tele-
komunikasi. Operasi penumpasan berhasil denga baik , selanjutnya melalui RRI diumum-
kan sbb :
a. Tentang usaha perebutan kekuasaan oleh G 30 September.
b. Presiden dan Menko Hankam dalam keadaan aman dan sehat.
Operasi militer dilanjutkan untuk membebaskan pangkalan udara Halim Perdanakusumah
kemudian juga dilakukan di Kampung Lubang Buaya dan para korban PKI tsb dianugerahi
sebagai Pahlawan Revolusi yang tertuang dalam Keppres/Pangti ABRI KOTI No.III/KOTI
/ 1965 tanggal 5 Oktober 1965.
Operasi penumpasan selain di Jakarta juga didaerah-daerah lain.

D. MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU.


1. Pengertian Orde Baru : adalah tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara yang
diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 atau sebagai koreksi ter
hadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi dimasa lampau.

2. Landasan hukum pemerintahan Orde Baru.


Landasan Idiiel : Pancasila
Landasan Konstitusional : UUD 1945
Landasan Operasional : Ketetapan MPRS/ MPR

3. Latar belakang lahirnya Orde Baru.


3. 1. Adanya penyimpangan UUD 1945 dan Pancasila dimasa Orde Lama
3. 2. Gerakan 30 S September 1965 yang didalangi PKI
3. 3. Desakan dari berbagai pihak (terutama yang tergabung dalam Front Pancasila) untuk
segera menyelesaikan kasus PKI yang dikenal dengan Tritura :
a. Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya.
b. Pembersihan Kabinet Dwikora
c. Penurunan harga barang
3.4. Demo mahasiswa ( 24 Pebruari 1966) yang menyebabkan wafatnya Arif Rahman
Hakim (mahasiswa UI ).

4. Perkembangan Pemerintahan Orde Baru.


Hal- hal yang diperjuangkan Orde Baru adalah :
a. sikap mental yang positip untuk menghentikan segala penyimpangan terhadap pelaksa-
naan Pancasila dan UUD 1945
b.masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual melalui pembangunan
c. sikap mental mengabdi kepada kepentingan rakyat serta melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Pemerintahan Orde Baru yang berkuasa sejak 1967 selalu mengedepankan stabilitas nasio-
nal, mereka selalu berasumsi bahwa jika keamanan mantap, pembangunan disegala sektor
kehidupan akan berjalan dengan baik. Apabila pembangunan berjalan dengan baik, maka
rakyat akan sejahtera. Jika rakyat sudah sejahtera, paham komunis tidak mendapat tempat
untuk berkembang sebab paham tsb hanya dapat berkembang pada masyarakat yang dilan-
da kemiskinan dan kekacauan.
Sebagai pemerintahan yang muncul dari sebuah krisis, Orde Baru selalu bersikap korektif
terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pemerintahanan sebelumnya ( ORLA)
Sikap kehati-hatian ditunjukkan dalam berbagai bidang kehidupan. Semua kebijakan dan

MODUL ORDE BARU 5


peninggalan pemerintah sebelumnya selalu dianggap salah.

4.1. Kegiatan Orde baru dibidang Sosial- Ekonomi.


Pemerintahan Orde Baru berorientasi pada usaha untuk menyehatkan perekonomian nasio-
nal sebab pada awal tahun 1966, tingkat inflasi mencapai lebih kurang 650% setahun.
Untuk memperlancar tugas pemerintahan Orde Baru, maka MPRS mengeluarkan Tap
No. XLI/ MPRS/ 1968 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan dengan tugas pokok
melaksanakan program : Panca Krida yaitu :
a. menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
b. menyusun dan melaksanakan Repelita
c. melaksanakan Pemilu
d. mengembalikan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa
G 30S/ PKI, menindas setiap penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
e. melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur negara.
Kabinet baru yang dibentuk presiden Soeharto adalah Kabinet Ampera yang mendapat
tugas untuk menciptakan stabilitas ekonomi dalam rangka melaksanakan pembangunan
nasional (Caturkarya Kabinet Ampera ) :
1. memperbaiki kehidupan rakyat dibidang sandang dan pangan
2. malaksanakaan Pemilu
3. melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif
4. melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
Pelaksanaan program Orde Baru khususnya dibidang ekonomi, bertumpu pada Trilogi
Pembangunan yaitu :
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pada tanggal 6 Juni 1968 diumumkanlah pembentukan Kabinet Pembangunan I yang di-
pimpin oleh presiden Soeharto, dan untuk mencapai apa yang diharapkan oleh Orde Baru
maka disusunlah GBHN.
Program Pembangunan dikenal dengan nama Repelita disusun oleh Badan Perancang Pem
bangunan Nasional ( BAPENAS ).
Berikut urut-urutan Repelita beserta sasarannya :
4.1.1. Pelita I ( 1 April 1969 – 31 Maret 1974 )
Tujuan Pelita I : meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar- da
sar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Penekanan dalam Pelita I adalah bidang pertanian, dan sasaran yang akan dicapai
adalah pangan, sandang, papan dan perluasan lapangan pekerjaan.
4.1.2. Pelita II ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
Sasaran yang akan dicapai pangan, sandang, papan dan perluasan lapangan pekerja-
an, serta semua yang dilakukan hanya untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.
4.1.3. Pelita III ( 1 April 1979 – 31 Maret 1984 )
Pada Pelita III ini menekankan pada Delapan Jalur Pemerataan dan Trilogi Pemba-
ngunan.
4.1.4. Pelita IV ( 1 April 1984 – 31 Maret 1989 )
Pelita IV ini menitik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang menghasilkan mesin industri.
4.1.5. Pelita V ( 1 April 1989 – 31 Maret 1994 )
Pelita V menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.
4.1.6. Pelita VI ( 1 April 1994 – 31 Maret 1999 )

Pemerintah tetap menitik beratkan pembangunan sektor ekonomi yang berkaitan dengan
industri pertanian dan lualitas sumber daya manusia.
Dengan berakhirnya Pelita VI ini, Indonesia memasuki PJPT Tahap II ( 1999-2020).
Pemerintahan Orba berhasil meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia, pendapatan per
kapita rakyat rakyat Indonesia tahun 1969 mencapai US$ 70 dan pada tahun 1995 mening-
kat menjadi US$ 880. Sementara itu penduduk miskin tahun 1976 berjumlah 54, 2 juta jiwa
( 40,08 %) dan tahun 1990 tinggal 27,2 juta jiwa ( 15,08%).
Pertumbuhan ekonomi terus naik hingga mencapai rata-rata 6,5% pertahun, dan inflasi
dibawah 3%.
Soeharto menempatkan tim ekonominya yang terdiri para profesor dari UI yang dijuluki

MODUL ORDE BARU 6


sebagai Mafia Berkeley karena keempat dari anggota tim ekonominya adalah doktor dari
California University of Barkeley. Siapa sajakah mereka ?
Beberapa contoh kebijakan ekonomi pada masa ORBA :
a. Rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi yaitu meliputi :
- Penertiban APBN sebagai sumber hiperinflasi.
- Penjadwalan kembali kewajiban membayar hutang-hutang luar negeri (debt reschedu-
ling ).
- Merangsang eksportir untuk meningkatkan ekspornya dengan mengurangi campur ta-
ngan pemerintah.
- Menghentikan konfrontasi dengan Malaysia
- Kembali menjadi anggota badan keuangan internasional seperti IMF, IBRD ( World-
Bank ).
b. Deregulasi dan Liberalisme Ekonomi.
- Latar belakang : sebagai konsekuensi dari jatuhnya harga minyak dipasaran dunia
( Oil crisis )
- Wujud dan Tu- : - Paket Juni 1983 ( Pakjun ‘ 83 ) yaitu kebijakan dibidang moneter
juannya dan perbankan. Deregulasi ini menyangkut sektor perkreditan per-
bankan, pengerahan dan pengelolaan dana masyarakat dalam lemba-
ga keuangan perbankan.
- Paket Oktober 1988 – Paket Januari 1990 ( Pakto ’88 dan
Pakjan ’90 ).
Pakto’88 pada intinya adalah pemerintah membuka keran bagi pendi
rian bank-bank baru dan mempermudah pembukaan kantor cabang
bank, baik bank lokal maupun bank asing. Apakah dampaknya?
Sedangkan Pakjan’90 dikeluarkan dengan tujuan mendukung pengen
dalian inflasi dan menciptakan situasi yang kondusif bagi dunia
investasi.
Namun keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur di masa ORBA kurang diimbangi de-
ngan pembangunan mental ( character building ) para birokrat maupun pelaku ekonomi dan
klimaksnya pada pertengahan tahun 1997, korupsi, kolusi dan nepotisme ( KKN) sudah
menjadi budaya ditambah utang luar negeri mencapai 137 milliar dollarAS, yaitu yang
63% merupakan utang swasta dan yang 37% utang BUMN/ pemerintah.

4.2. Kegiatan Orde Baru dibidang Politik.


4.1.1. Setelah Soeharti menerima SP 11 Maret 1966, langkah yang dilakukan :
a. Membubarkan PKI dan ormas-ormasnya, dengan ditandatanganinya Keppres
No 1/3/ 1966 sejak tanggal 12 Maret 1966 segala bentuk organisasi yang dida-
sarkan pada Ideologi komunis, marxisme, leninisme, dan ajaran-ajaran lainnya
yang sejenis dilarang berkembang di Indonesia.
b. Dikeluarkannya Keppres No. 5 tahun 1966 tanggal 18 Maret 1966
tentang penahanan 15 orang menteri yang dinilaiterlibat dalampemberontakan
Gerakan 30 September1965.
c. Membersihkan lembaga legislatif dan lainnya dari unsur-unsur PKI, khususnya
MPRS dan DPR-GR.
Setelah PKI secara resmi dibubarkan oleh Letjend. Soeharto, Presiden Soekarno masih
menjabat kepala negara dan kepala pemerintahan, muncullah berbagai tekanan dari ma-
syarakat yang mendorong Presiden Soekarno secara sukarela mengucapkan pertang-
gungjawaban dalam sidang MPRS pada tanggal 22 Juni 1966, namun pidato pertang-
gungjawaban tersebut ditolak oleh MPRS.

4.1.2. Penyegaran DPR-GR dimulai tahun 1968, dimana komposisi dalam tubuh DPR
terdiri dari wakil-wakil partai politik dan golongan golongan karya.
4.1.3.Tahap selanjutnya adalah penyederhanaan kehidupan kepartaian, keormasan dan
kekaryaan dengan cara pengelompokkan partai-partai politik dan golongan Karya
Usaha ini dimulai tahun 1970 dengan adanya serangkaian konsultasi dengan
pimpinan partai-partai politik, dan menghasilkan 3 kel.di DPR :
4.1.3.1. Kelompok Demokrasi Pembangun yang terdiri dari partai-partai PNI,
Parkindo,Khatolik,IPKI, serta Murba.
4.1.3.2. Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dari partai-partai NU,
Partai Muslimin Indonesia, PSSI dan Perti.
4.1.3.3. Golongan Karya terdiri dari organisasi buruh, organiisasi pemuda, orga-
nisasi profesi, organisasi seniman dll.

MODUL ORDE BARU 7


Realisasi penyederhanaan partai ini dilaksanakan melalui Sidang Umum MPR
tahun 1973, selain itu juga ditetapkan konsep massa mengambang yaitu partai-
partai dilarang mempunyai cabang atau ranting ditingkat kecamatan sampai pede
saan. Kemudian beberapa organisasi massa seperti organisasi buruh dan pemuda
yang semula menjadi onderbouw parpol dipreteli dengan digabungkan kedalam
organisasi-organisasi yang telah ditetapkan dan diakui oleh pemerintahan.
Sementara itu, jalur parpol ketubuh birokrasi juga terpotong dengan adanya ke-
tentuan agar PNS menyalurkan suaranya ke Golkar ( monoloyality ).
4.1.4. Penyeragaman ideologi dan administrasi.
Atas dasar pemikiran pemerintah ORBA yang mengganggap bahwa pemahaman
masyarakat terhadap Pancasila masih simpang siur maka dikukuhkanlah P4
( Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ) oleh MPR dalam Tap
No. II/MPR/ 1978. Sejak tahun 1980, giliran orsospol harus mau menerima
Pancasila sebagai satu-satunya azas yang dikenal dengan “ azas tunggal “.
Apakah tujuannya ?
Akibat pelaksanaan azas tunggal ini salah satunya adalah terjadi Peristiwa Lapa-
ngan Banteng saat Pemilu tahun1982 yang diakibatkan kemenangan PPP saat
Pemilu sebelumnya ( tahun 1977 ) di wilayah DKI hal ini dianggap aib oleh
ABRI yang merupakan pendukung utama Golkar.
4.1.5. Selanjutnya pemerintah ORBA memurnikan kembali politik luar negeri yang
bebas-aktif misalnya dengan menghentikan konfrontasi dengan Malaysia
( Jakarta Accord , tgl. 11 Agustus 1966 ), menjadi anggota PBB kembali sejak
28 September 1966.
Disamping itu untuk mempererat kerjasama regional, maka pada tanggal 8 Agus-
tus 1967 ditandatangani Deklarasi Bangkok dan lahirlah ASEAN.
Setelah presiden terpilih dalam Pemilu ORBA selalu dimenangkan Soeharto, lama kela-
maan lembaga kepresidenan mempunyai kekuasaan yang begitu kuat, hal ini disebabkan
oleh hal-hal sbb :
1. Presiden mengontrol rekrutmen politik ( presiden mengontrol rekrutmen ketua dan
Wakil MA, DPA, BPK, dan Hakim Agung ).
2. Presiden mengontrol rekrutmen organisasi politik ( ingat kasus 27 Juli 1996, pemilih-
an ketua PDI di Medan ).
3. Presiden mengontrol rekrutmen ekskutif ( memilih ketua BPPT, LIPI, BULOG,
BAKORSTANAS ) yang akan menjamin kekompakan aparatur negara ( berkompro-
mi dalam politik dan pengaturan aparatur negara pada saat itu ).
4. Presiden memiliki otoritas yang tinggi yakni melalui instruksi presiden (instruksi),
Bantuan Presiden (Banpres) yang kesemuanya ini presiden mendapatkan sumber dana
keuangan yang besar yang semakin memperkuat kedudukan lembaga kepresidenan
saat itu.
Dengan menguatnya peran negara, ternyata berdampak pada kehidupan masyarakat di
berbagai bidang seperti kesenjangan dalam bidang politik :
a. pemerintahan yang didominasi oleh salah satu partai yang besar yakni : GOLKAR.
b. pemerintahan yang dikontrol dan dikendalikan oleh lembaga kepresidenan
c. semua kebijakan politik ditangan presiden
Kesenjangan dibidang ekonomi :
a. munculnya konlomerat ditengah bangsa Indonesia
b. adanya kesenjangan ekonomi dengan rakyat biasa yang serba sederhana dan miskin
c. adanya korupsi, kolusi dan nepotisme

E. BERAKHIRNYA PEMERINTAHAN ORDE BARU.


Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan ORBA, terutama
terletak pada ketidakadilanbdibidang politik, ekonomi dan hukum.
Pemerintahan ORBA tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekad awal ORBA yaitu melak-
sanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen akibat dari munculnya keingi-
nan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya ( status quo), sehingga semakin jauh
dari tekad awal ORBA. Penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan itu direkayasa
untuk melindungi kepentingan penguasa sehingga hal tsb dianggap sah dan benar, walaupun
merugikan rakyat.
Beberapa hal yang mendorong berakhirnya pemerintahan ORBA diantaranya :
1. Krisis politik.
Pada dasarnya sesuai dengan pasal 2 UUD 1945, disebutkan bahwa kedaulatan adalah di-
tangan rakyat, dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR ( hanya secara de jure ) namun

MODUL ORDE BARU 8


secara de facto anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggo-
ta MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Keadaan ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi pemerrintah,
DPR, dan MPR.
Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi.
Para reformis selain menuntut untuk dilakukan reformasi total disegala bidang juga menun-
tut agar dilakukan pembaharuan terhadap 5 paket undang-undang politik yang dianggap
menjadi sumber ketidakadilan, diantaranya :
1.1. UU No.1 tahun 1975 tentang Pemilu
1.2. UU No. 2 tahun 1975 tentang susunan, kedudukan, tugas dan wewenang DPR/MPR
1.3. UU No. 3 tahun 1975 tentang Parpol dan Golkar
1.4. UU No. 5 tahun 1985 tentang Referendum
1.5. UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Massa
Kondisi politik semakin memanas dengan terjadinya peristiwa 27 Juli 1996 yaitu adanya
konflik internal PDI ( Partai Demokrasi Indonesia ).
Selain itu serangkaian peristiwa di tanahair juga mendorong gerakan reformasi diantaranya
Di Situbondo ( Oktober 1996 ), di Tasikmalaya (Desember 1996), dll hingga kerusuhan
menjelang Pemilu 1997.
Pemilu 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak, yang dalam Sidang
Umum MPR 1998 Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden, dan BJ.Habibie sebagai Wa-
kil Presiden. Pada kenyataannya tidak semua rakyat memberikan dukungan terhadap hasil
keputusan MPR itu, terlebih para mahasiswa dan kalangan intelektual memberikan tekanan
terhadap kepemimpinan Soeharto karena sarat dengan KKN.

2. Krisis hukum.
Pelaksanaan hukum diera ORBA banyak sekali penyimpangan dan ketidakadilan misalnya
Pasal 24 UUD 1945 tentang kekuasaan kehakiman yang seharusnya independen dari keku-
asaan ekskutif namun pada kenyataannya masih bisa dipengaruhi lembaga ekskutif.
Beberapa contoh pelanggaran lainnya adalah bidang HAM diantaranya :
2.1. Malari ( Peristiwa Januari 1974 ) yang berujung depolitisasi dunia kampus dengan ter-
bitnnya NKK/KKB tahun 1978.
2.2. Petrus ( Penembakan Misterius ) pada bulan Juli 1983
2.3. Peristiwa Tanjung Priok ( September 1983 )
2.4. Peristiwa DOM ( Daerah Operasi Militer ) di Aceh tahun 1989 – 1998
2.5. Peristiwa Marsinah ( bulan Mei 1993 )
2.6. Peristiwa Trisakti ( 12 Mei 1998 ) dll
Akibat banyaknya pelanggaran HAM, Amnesty International dan Human Development
Report (yang disusun oleh United Nation Development Program ) menempatkan Indo-
nesia pada urutan 77 dari 88 negara yang melakukan pelanggaran HAM.
Masyarakat reformis menghendaki adanya reformasi dibidang hukum agar dapat menempat
kan masalah-masalah hukum sesuai dengan proporsinya.

3. Krisi ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga ber
pengaruh di Indonesia, diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar dan
ketika nilai rupiah menembus angka 10.000 per dollar bahkan pada tahun 1998 mencapai
Rp. 16.000,- per dollar, pembentukan BPPN ( Badan Penyehatan Perbankan Nasional )
dan mengeluarkan Kredit Lukuiditas Bank Indonesia (KLBI) ternyata tidak membantu.
Krisis moneter ini meyebabkan banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) sehingga angka pengangguran meningkat.
Utang luar negeri yang menjadi tanggungan negara menurut Radius Prawiro ( 6 Pebruari
1998 ) dalam Sidang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi di Bina Graha mencapai
63,462 milliar dollar AS dan utang pihak swasta mencapai 73,962 miliiar dollar AS, hal
ini menyebabkan hampir semua negara tidak mau menerima letter of credit ( L/C).
Selain itu pemerintahan ORBA juga melakukan penyimpangan pasal 33 UUD 1945 yaitu
dengan menerapkan sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan
berbagai bentuk monopoli, oligopoli dan diwarnai korupsi dan kolusi.
Pola pemerintahan yang sentralistis terutama terlihat pada bidang ekonomi yaitu banyak-
nya kekayaan dari daerah-daerah diangkut kepusat, pemerintah daerah tidak dapat berbuat
banyak karena dominasi pusat terhadap daerah sangat kuat.
Hal ini menimbulkan ketidak puasan pemerintah dan rakyat daerah terhadap pemerintah
pusat. Selain bidang ekonomi, juga terlihat dibidang pers yang bersifat Jakarta-sentris.

MODUL ORDE BARU 9


4. Krisis Kepercayaan.
Krisis multidemensi yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masya-
rakat terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto. Berbagai aksi damai dilakukan para ma-
hasiswa dan masyarakat yang puncaknya terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 di Universitas
Trisakti Jakarta.
Aksi damai berubah menjadi kekerasan ketika dalam aksi demo 12 Mei 1998 tersebut jatuh
korban ( Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hendriawan Lesmana dan Hafidin Royan).
Tragedi Trisakti tersebut juga menyulut terjadinya kerusuhan dan penjarahan pada tanggal
13 dan 14 Mei 1998 yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya.
Ketika peristiwa kelabu tersebut terjadi, presiden Soeharto sedang berada Kairo ( Mesir )
dalam rangka menghadiri KTT G-15.
Tekanan-tekanan para mahasiswa lewat demonstrasinya dengan menduduki gedung wakil
rakyat tersebut akhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR/MPR
maka pada tanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presi-
den Soeharto mengundurkan diri.
Dalam perkembangan selanjutnya upaya pembentukan Dewan Reformasi dan reschuffel
Kabinet tidak dapat dilakukan, karena sebagian besar mereka yang duduk dalam Dewan
Reformasi menolak, begitu pula salah seorang menteri Kabinet Pembangungan VII menya-
takan pengunduran dirinya.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri/
berhenti sebagai Presiden RI dan menyerahkan jabatannya pada wakil Presiden Republik
Indonesia BJ. Habibie.

F. PEMERINTAHAN REFORMASI.
1. PENGERTIAN :
Reformasi merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan perikehi
dupan yang baru dan secara hukum menuju kearah perbaikan.
Gerakan Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan
untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan terutama perbaikan dalam bidang politik,
sosial, ekonomi dan hukum.
Beberapa agenda reformasi yang disuarakan oleh para mahasiswa antara lain :
1.1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya.
1.2. Amandemen UUD 1945
1.3. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI
1.4. Otonomi daerah yang seluas-luasnya
1.5. Supremasi hukum
1.6. Pemerintahan yang bersih dari KKN

2. MASA KEPEMIMPINAN BJ. HABIBIE


A.Pada tanggal 21 Mei 1998 sekitar pukul 10.00 wib, bertempat di Istana Negara, Presiden
Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan beberapa anggota
Mahkamah Agung, dan berdasarkan pasal 8 UUD 1945, pada saat itu juga presiden menun-
juk wakil Presiden BJ Habibie menggantikannya menjadi presiden, serta pelantikannya di-
lakukan didepan Ketua Mahkamah Agung dan para anggotanya. ( Peristiwa ini menuai pro
dan kontra dikalangan ahli hukum. Jelaskan pendapatmu ! )
Beberapa hal yang dilakukan pemerintahan Habibie untuk memperbaiki perekonomian In-
donesia, diantaranya :
2.1. merekapitulasi perbankan
2.2. merekontruksi perekonomian Indonesia
2.3. melikuidasi beberapa bank bermasalah
2.4. menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga dibawah Rp. 10.000,-
2.5. mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah di era reformasi itu mengupayakan pelaksanaan
politik yang trasparan diantaranya dengan merencanakan Pemilu yang langsung, bebas, ra-
hasia, jujur dan adil agar benar-benar representatif.
Hal ini berdampak dengan bermunculannya partai-partai politik yang mencapai 48 partai
politik saat pemilu 1999.
Kebijakan Habibie yang lain adalah membebaskan para tahanan politik seperti Sri Bintang
Pamungkas, Muchtar Pakpahan dan mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh
Independen.
B. Kebebasan menyampaikan pendapat.

MODUL ORDE BARU 10


Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat ba
ik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjukrasa atau demonstrasi.
Namun khusus untuk demonstrasi, bagi organisasi/ lembaga yang akan melakukan demon-
strasi hendaknya mendapatkan ijin dari pihak kepolisian. ( Coba sebutkan landasan hukum
dari kebebasan mengemukakan pendapat ini ! ).
C.Masalah Dwifungsi ABRI.
Konsep Dwifungsi pertamakali diperkenalkan pada 11 Nopember 1958 oleh
Jend. AH. Nasution yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang
dalam pidatonya di Magelang, menegaskan bahwa TNI sejajar dengan kekuatan sosial poli-
tik lainnya, menurutnya ABRI tidak sama dengan militer di Amerika Latin yang gemar me
rebut kekuasaan dan menjadi diktator militer, tetapi menurutnya ABRI juga tidak sama de-
ngan di Barat yang hanya tunduk kepada superioritas sipil.
Pidato itu kemudian diberi judul “ Jalan Tengah “ atas dasar konsep ini kemudian timbul
doktrin dikalangan militer bahwa ABRI bukanlah sekedar alat negara yang hanya tinggal
di barak saja, namun juga merupakan kekuatan sosial politik yang berhak berperan dalam
berbagai kegiatan masyarakat, peran ganda tersebut kemudian dikenal dengan istilah
“ Dwifungsi ABRI “.
Jadi bisa ditafsirkan bahwa dwifungsi ABRI berarti ABRI mempunyai peran sosial politik
dan hankam. ( Coba jelaskan dampak adanya doktrin ini ! )
Setelah reformasi peran ABRI di DPR mulai dikurangi secara bertahap dari 75 menjadi 38
orang, selain itu sejak 5 Mei 1999 Polri mulai memisahkan diri dari ABRI kemudian ber-
ti dengan nama Kepolisian Negara, istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri
dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
D. Reformasi dibidang Hukum.
Reformasi dibidang hukum mendapat sambutan baik dari masyarakat, kebijakan dibidang
hukum tersebut disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat.
Ketika dilakukan pembongkaran terhadap berbagai produk hukum pada masa ORBA tam-
pak jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak rakyat.
E. Sidang Istimewa MPR
Di Indonesia telah 2 kali lembaga tinggi negara melaksanakan Sidang Istimewa yaitu tahun
1996 yang menghentikan Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto menjadi Presiden
Republik Indonesia, kemudian tahun 1998 yang menghentikan Soeharto sebagai Presiden
dan menunjuk wakil presiden BJ. Habibie menjadi Presiden RI.
Hasil Sidang Istimewa tersebut menghasilkan 12 ketetapan.
F. Pemilu Umum Tahun 1999.
1. Dasar/landasan hukumnya :
1.1. UU Nomor 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
1.2. UU Nomor 3 tahun 1999 tentang Pemilu
1.3. UU Nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR/ DPRD
2. Partai-partai peserta Pemilu : dari 112 partai politik hanya 48 yang berhasil lolos seleksi
mengikuti Pemilu.
3. Pelaksanaan : tanggal 7 Juni 1999.
4. Hasil Pemilu :
Partai Suara masuk % Kursi di DPR %
1. PDI-P 35.706.618 33,7 153 33,1
2. Golkar 23.742.112 22,4 120 26,0
3. PPP 11.330.387 10,7 58 12,6
4. PKB 13.336.387 12,6 51 11,0
5. PAN 7.528.936 7,1 34 7,4

Akan tetapi dalam pemilihan presiden, ketua umum PDI-P, Megawati Soekarno Putri tidak
berhasil memperoleh suara terbanyak, karena dikalahkan oleh Gus Dur yang mendapat du-
kungan dari Poros Tengah ( Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan, PPP, dan PAN ).

3. MASA PEMERINTAHAN ABDURRAHMAN WAHID ( GUS DUR ).


3.1. Kehidupan Sosial- Budaya.
Kehidupan bermasyarakat dan beragama lebih diperhatikan dari masa sebelumnya,
Mis. Pada masa Soeharto dibatasi oleh Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.477/
74054/B.A.012/4683/95 tanggal 18 Nopember 1978 yaitu pemerintah hanya mengakui
5 agama ( Islam, Khatolik, Kreisten, Hindu dan Budha ), namun pada masa pemerinta-
han Gus Dur diterbitkan Keppres No.6 tahun 2000 yaitu tentang pemulihan hak sipil
penganut agama Konghuchu.

MODUL ORDE BARU 11


Kehidupan etnis China yang pada masa ORBA diperlakukan sebagai kelompok mino-
ritas akhirnya dapat menghirup kebebasan beragama dan berbudaya.
3.2. Kehidupan dalam bidang Politik.
Pada bidang politik banyak tindakan/kebijakan Gus Dur yang dinilai sangat kontrover-
sial misalnya :
3.2.1. Keinginannya untuk mencabut Tap No.XXXV/MPRS/1966 tentang larangan ter-
hadap PKI dan penyebaran Marxisme-Leninisme, serta pembukaan hubungan
diplomatik dengan Israel yang ditentang keras oleh kelompok Muslim.
3.2.2. Langkah Gus Dur melikuidasi Departemen Sosial dan Departemen Penerangan
juga ditentang berbagai pihak. Apakah alasan Gus Dur melakukan likuidasi tsb?
Kebijakan diatas akhirnya termasuk menjadi penyebab jatuhnya kepemimpinannya,
lebih-lebih setelah muncul kasus korupsi yang melibatkannya ( Brunai Gate dan
Bulog Gate ).
Pada tanggal 1 Pebruari 2001 secara resmi DPR-RI memberikan memorandum, mengingat-
kan bahwa Presiden telah melanggar UUD 1945 pasal 9 tentang sumpah jabatan dan Tap
MPR No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
Namun Gus Dur menolak memorandum tersebut sehingga 2 bulan kemudian DPR-RI kem-
bali mengirimkan memorandum kedua, atas terbitnya memorandum kedua ini Gus Dur
memberikan reaksi cukup keras dengan mengancam akan menerbitkan Dekrit jika DPR-RI
meneruskan niatnya untuk menggelar Sidang Istimewa MPR.
Namun karena sidang istimewa tetap akan digelar, Presiden Abdurrahman Wahid selaku
Panglima Tertinggi Angkatan Perangakhirnya menerbitkan Maklumatnya tertanggal 21 Juli
2001, yang selanjutnya disebut Dekrit Presiden yang isinya :
a. Membekukan MPR- RI dan DPR-RI
b. Mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun ba-
dan yang diperlukan untuk Pemilu dalam waktu 1 tahun.
Dalam kenyataannya Dekrit Presiden itu tidak dapat terlaksana karena TNI dan Polri yang
diperintahkan untuk mengambil langkah-langkah “ penyelamatan negara “ ternyata tidak
mau mengikuti perintah Presiden.
Sementara itu tanggal 23 Juli 2001, MPR-RI menggelar Sidang Istimewa dengan agenda
pemandangan umum fraksi-fraksi atas pertanggungjawaban Presiden.
Sidang itu sendiri menyatakan bahwa Dekrit Presiden itu tidak sah kerena bertentangan de-
ngan konstitusi dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Oleh karena itu Abdurrahman Wahid diberhentikan sebagai Presiden RI dan digantikan oleh
Megawati Soekarno Putri.

4. MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI.


Hasil Sidang Istimewa tanggal 23 Juli 2001 adalah terpilihnya Megawati Soekarnoputri se-
bagai Presiden dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden yang merupakan kolaborasi antara
nasionalis dan agama.
Sebagaimana presiden sebelumnya, langkah pertama Megawati adalah membentuk kabinet
dan beliau menggunakan power sharing dengan partai-partai lain dalam membentuk kabi-
netnya. Tidak mengherankan bila Megawati menamakan kabinetnya dengan” Kabinet Go-
tong Royong “.
Program Kerja Kabinet Gotong Royong :
a. Mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka keutuhan negara kesa-
tuan RI.
b. Meneruskan proses reformasi dan demokrasi dalam seluruh aspek kehidupan nasional,
melalui kerangka, arah dan agenda yang lebih jelas dengan terus meningkatkan penghor-
matan terhadap hak azasi manusia.
c. Normalisasi kehidupan ekonomi dan memperkuat dasar bagi kehidupan perekonomian
rakyat.
d. Melaksanakan penegakan hukum secara konsisten, mewujudkan rasa aman, serta tente-
ram dalam kehidupan masyarakat, dan melanjutkan pemberantasan KKN.
e. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif, memulihkan martabat bangsa dan
negara serta kepercayaan luar negeri, termasuk lembaga-lembaga pemberi pinjaman dan
kalangan investor terhadap pemerintah.
f. Mempersiapkan penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 yang aman, tertib, bebas, rahasia
dan langsung.
Beberapa permasalahan yang dihadapi pemerintahan Megawati adalah:
- masalah separatisme, seperti Aceh, Maluku dan Papua.
- kerusuhan di berbagai daerah

MODUL ORDE BARU 12


- penyelesaian masalah HAM
- perbaikan perekonomian.
Walaupun menghadapi beberapa masalah diatas, namun pemerintahan Megawati dapat
berlangsung hingga Pemilu tahun 2004.

Good Luck 1

MODUL ORDE BARU 13

Anda mungkin juga menyukai