1. Perkembangan kota Faktor yang mempengaruhi perkembangan wilayah kota a. Gaya sentrifugal kota Gaya sentrifugal mendorong penduduk dan kegiatannya bergerak ke luar. Dorongan ini menyebabkan dispersi kegiatan penduduk serta relokasi sektor-sektor dan zona-zona kota. Penyebab gerak sentrifugal kota, yaitu: 1) Terjadi gangguan keadaan kota yang berkali-kali. Gangguan ini menjadikan penduduk kota tidak nyaman tinggal dan bekerja di kota 2) Industri modern di kota membutuhkan lahan yang luas dan relatif kosong. 3) Sewa tanah di pinggiran kota jauh lebih murah dibanding dengan di tengah kota 4) Perluasan industri lebih memungkinkan di wilayah luar kota, karena lahan kosong masih tersedia dan dengan biaya lebih murah dibanding lahan di tengah kota 5) Pembangunan rumah yang luas, sehat, dan mengikuti model mutakhir dapat dilakukan di luar kota. 6) Kecenderungan penduduk kota untuk bermukim di luar kota yang masih alami
b.Gaya sentripetal kota
Gaya sentripetal mendorong penduduk dan kegiatannya menuju pusat sehingga terjadi konsentrasi di pusat. Penyebab gerak sentripetal kota, yaitu: 1) Lokasi strategis umumnya berada di wilayah tengah kota 2) Lokasi untuk kegiatan bisnis dan perusahaan cenderung memilih dekat dengan stasiun kereta api atau terminal bus di tengah kota 3) Tempat-tempat praktik para ahli saling berdekatan 4) Pemusatan pertokoan yang menjual berbagai jenis barang dalam satu kompleks di tengah kota yang kemudian menjadi pusat perbelanjaan. 5) Pengelompokan gedung-gedung yang sejenis memengaruhi penurunan pajak sewa dan harga tanah 6) Tempat berolahraga, hiburan, dan seni budaya yang dapat dikunjungi sewaktu- waktu menyebabkan warga memilih bertempat tinggla di dekatnya 7) Pertimbangan jarak antara tempat tinggal dan tempat bekerja yang berdekatan merupakan alasan warga tinggal di tengah kota.
2. Alih fungsi lahan
a. Konflik Pemanfaatan Lahan Pemukiman Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pemukiman menyebabkan terjadinya konflik antara pemanfaatan lahan pemukiman dan nonpemukiman (terutama lahan pertanian). Pada satu sisi manusia membutuhkan lahan untuk bermukim. Namun, manusia juga membutuhkan tempat bercocok tanam dalam memenuhi kebutuhan pangan, sehingga manusia melakukan alih fungsi sebuah lahan. Padahal, alih fungsi lahan tersebut umumnya dilakukan pada lahan-lahan pertanian yang subur. Akibatnya, lahan pertanian menjadi berkurang dan akhirnya berkurang pula bahan makanan yang dihasilkan. Konflik pemanfaatan lahan juga terjadi di wilayah perkotaan yang penduduknya sangat padat. Lahan yang tersedia untuk pemukiman baru sangat terbatas. Bahkan, pemukiman yang ada diubah menjadi kawasan industri dan perdagangan. Akibatnya, lahan yang tidak diperuntukkanuntuk pemukiman diubah menjadi pemukiman, seperti pada wilayah sepanjang garis sempadan sungai. Wilayah di sekitar sungai sebenarnya diperuntukkan untuk jalur hijau (jalur sepanjang sungai untuk tumbuhan). Kenyataanya jalur tersebut telah banyak dimanfaatkan untuk bangunan, terutama oleh penduduk miskin. Pemanfaatan lahan pemukiman pada wilayah tersebut sangat berbahaya pada saat terjadi banjir.
b. Dampak Pemukiman Penduduk Terhadap Kualitas Lingkungan
1) Dampak pemukiman terhadap lingkungan fisik Dampak pemukiman terhadap lingkungan perairan Berkembangnya pemukiman yang pesat seperti di wilayah perkotaan tentu akan diikuti oleh semakin besarnya konsumsi air tanah. Pemakaian air meningkat dengan adanya pemukiman. Air yang terpakai tidak hanya air permukaan (sungai, danau, dan kolam), tetapi juga air tanah. Sementara itu, resapan air (infiltrasi) ke dalam tanah semakin berkurang karena lahan terbuka sebagai tempat meresapnya air ditutupi oleh pemukiman. Dampak pemukiman terhadap kualitas udara Sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi adalah 100%, jatuh pada hutan, bangunan-bangunan yang dibuat manusia, tanah terbuka, dan perairan terbuka. Energi tersebut, sebagian akan dipakai oleh tumbuhan untuk transpirasi tumbuhan (TT), dan dipakai sebagai energi dalam proses penguapan tau evaporasi (Ev), dan sebagian energi lainnya dipantulkan oleh rumah (RR) dan tanah (RT). Keadaan semula masing-masing pemakaian energi tersebut adalah 25%, jika dijumlahkan antara TT + Ev + RR + RT, hasilnya adalah 100% energi matahari yang sampai ke wilayah tersebut. Seandainya pemukiman terus berkembang dan pepohonan ditebang, keseimbangan energinya akan berubah. Sebesar 25% energi yang tadinya diserap oleh tumbuhan berubah menjadi energi yang dipantulkan oleh pemukiman. Properti TT, Ev, RR, RT menjadi 0%, 25%, 50%, 25%. Hal inilah yang mengakibatkan suhu meningkat pada wilayah yang telah mengalami perubahan menjadi pemukiman Dampak pemukiman terhadap komponen tanah Pemukiman biasanya dibangun pada wilayah yang kondisi tanahnya subur dan mengandung cukup air serta relatif datar. Wilayah ini pada awalnya merupakan wilayah pertanian yang subur. Adanya kebutuhan pemukiman baru mengakibatkan berubahnya lahan pertanian menjadi pemukiman. Pemukiman juga dapat merembet ke wilayah hutan. Lahan hutan yang terbuka menjadi mudah terkikis atau tererosi. Di wilayah pemukiman sendiri, terjadi penutupan tanah oleh bangunan sehingga air tidak bisa meresap ke dalam tanah. Selain itu, terjadi pula pemadatan tanah untuk kepentingan pembangunan pemukiman tersebut. Kondisi ini semakin memperkecil air yang masuk ke dalam tanah.
2) Dampak pemukiman terhadap lingkungan biologi
Dampak yang ditimbulkan oleh pertumbuhan pemukiman adalah berkurangnya keragaman binatang dan tumbuhan. Jika suatu pemukiman dibangun, tumbuhan yang ada di wilayah tersebut terpaksa ditebang. Sejumlah binatang juga menjauhi wilayah pemukiman karena bukan habitatnya atau bahkan mereka mati karena tidak mampu beradaptasi. Binatang yang membahayakan manusia juga terpaksa dibunuh.
3) Dampak terhadap lingkungan sosial-budaya
Pembangunan suatu pemukiman baru juga berdampak pada komponen sosial budaya. Pada wilayah pemukiman baru, biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari wilayah yang berbeda dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda pula. Dengan demikian, kondisi sosial-budaya dalam pemukiman menjadi lebih beragam dan dimungkinkan terjadi asimilasi dan akulturasi antarkelompok tersebut.