Anda di halaman 1dari 11

A.

POLA KERUANGAN KOTA


1. PENGERTIAN KOTA

Kota Surabaya Kota Banda Aceh

Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dengan sudut pandang
keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa ahli sebagai berikut.

a) Secara etimologi kota adalah, suatu daerah perumahan dan bangunan yang
merupakan suatu tempat kediaman, yaitu tempat kediaman sebagai kerajaan yang
didiami oleh raja, anggota istana, tuan tanah, bangsawan, dan abjid, pendeta dan
uskup. (Cities)
b) Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang
heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli
daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat
yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan.
(Bintarto)
c) Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai
benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
(Max Weber)
d) Kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. (Louis Wirth)
e) Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kekompleksan yang
khusus dan tiap kota menunjukkan pribadinya masing-masing. (Arnold Toynbee)
f) Kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi
daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris,
dan sistem penggunaan tanah yang beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedung-
gedung tinggi yang lokasinya berdekatan. (Grunfeld)
g) Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta
permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
(Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1)

2. CIRI-CIRI KOTA
Apa ciri-ciri yang dimiliki sebuah kota? Menurut Bintarto, ciri-ciri kota dibedakan
menjadi dua sebagai berikut:

a. Ciri-Ciri Fisik, Di wilayah kota terdapat:


a. Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket.
b. Tempat parkir yang memadai.
c. Tempat rekreasi dan olahraga.
d. Alun-alun.
e. Gedung-gedung pemerintahan.

b. Ciri-Ciri Sosial
1) Masyarakatnya heterogen.
2) Bersifat individualistis dan materialistis.
3) Mata pencaharian nonagraris.
4) Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar).
5) Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat
miskin.
6) Norma-norma agama tidak begitu ketat.
7) Pandangan hidup lebih rasional.
8) Menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok
sosial masyarakat secara tegas.

3. UNSUR-UNSUR KOTA
a) Unsur Fisik : antaralain topografi, kesuburan tanah, dan iklim
b) Unsur Sosial: sesuatu yang dapt menimbulkan keserasian dan ketenangan hidup
warga kota
c) Unsur Ekonomi: fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan pokok penduduk
perkotaan
d) Unsur Budaya: seni dan budaya yang dapat memberikan semangt dan gairah
hidup penduduk kota.
e)
4. POTENSI KOTA
a. Potensi ekonomi, yang tercermin dari adanya pusat aktivitas ekonomi
b. Potensi sosial, yang tercermin dari adanya beragam yayasan dan organisasi
sosial
c. Potensi budaya, yang tercermin dari adanya beragam bentuk hasil budaya
d. Potensi politik, tercermin dari adanya aparatur kota yang menjalankan
tugasnya

5. KLASIFIKASI KOTA
a) Griffith Taylor (1958) mengemukakan tahapan perkembangan kota sebagai
berikut:
 Stadium Infantile, di dalam stadium ini tak terlihat batas yang jelas antara daerah
pemukiman dan daerah perdagangan. Demikian pula antara daerah miskin dan
kaya. Batas-batasnya sulit untuk digambarkan. Perumahan pemilik toko dan toko
yang masih menjadi satu juga menjadi ciri-ciri stadium ini.
 Stadium Juvenile, di dalam stadium ini mulai terlihat bahwa kelompok
perumahan tua sudah mulai terdesak perumahan-perumahan baru. Selain itu,
terdapat pula pemisah antara daerah pertokoan dan daerah perumahan.
 Stadium Mature, di dalam stadium ini banyak ditemui daerah-daerah baru yang
telah mengikuti rencana tertentu.
 Stadium Senile, stadium kemunduran kota. Hal ini terjadi karena di stadium ini
tampak bahwa setiap zona terjadi penurunan dan kemunduran karena kurang
adanya pemeliharaan yang dapat disebabkan faktor ekonomi dan politik

b) Berdasarkan jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai berikut.


1) Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di atas 5 juta orang.
2) Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang berpenduduk antara 1–5 juta orang.
3) Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 500.000– 1 juta orang.
4) Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya antara 100.000–500.000
orang.
5) Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–100.000 orang.

c) Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan menjadi:


1) Tingkat Eopolis, yaitu suatu wilayah yang berkembang menjadi kota baru.
2) Tingkat Polis, yaitu suatu kota yang masih memiliki sifat agraris.
3) Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke
industri.
4) Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota
metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan
yang sangat besar.
5) Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi dengan
kerawanan sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang
tinggi.
6) Tingkat Nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang menuju keruntuhan.

d) Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan sebagai berikut.


1) Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi
atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun
barang jadi. Contoh: Surabaya, Gresik, dan Bontang.
2) Kota pusat perdagangan (Centre of Trade and Commerce), yaitu kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun
internasional. Contoh: Hongkong, Jakarta, dan Singapura.
3) Kota pusat pemerintahan (Political Capital), yaitu kota yang memiliki fungsi
sebagai pusat pemerintahan atau sebagai ibu kota negara.

Jakarta pusat pemerintahan


d) Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai
pusat kebudayaan. Contoh: Yogyakarta dan Surakarta.

Yogyakarta

6. STRUKTUR RUANG KOTA


Kota dapat diartikan sebagai suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politis, dan kultural yang terdapat insitu
dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Struktur kota
dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern kota.
Struktur ekonomi kota berkaitan dengan kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang
struktur intern kota berkaitan dengan struktur bangunan dan demografis. Bagaimana
struktur kota menurut kedua aspek tersebut? Mari ikuti pemaparannya.

a) Struktur Ekonomi Kota


Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang jasa,
perdagangan, industri, dan administrasi. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat
tinggal dan pusat pemerintahan. Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan menjadi dua
sebagai berikut:

1) Kegiatan Ekonomi Dasar


Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk
keperluan luar kota atau dikirim ke daerah sekitar kota. Produk yang dikirim dan
disalurkan berasal dari industri, perdagangan, hiburan, dan lainnya.

2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar


Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk
keperluan sendiri. Kegiatan ini disebut juga dengan kegiatan residensial dan
kegiatan pelayanan. Kegiatan ekonomi kota dapat berupa industri dan kegiatan
jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan lahan yang luas. Kegiatan ini
menyebabkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk kota
kompak. Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya.
Mata pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti
perdagangan, perkantoran, industri, dan bidang jasa lain. Dengan demikian,
struktur kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai contoh, suatu wilayah
direncanakan sebagai kota industri, maka struktur penduduk kota akan
mengarah atau cenderung ke jenis kegiatan industri. Pada kenyataan, jarang
sekali suatu kota mempunyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga merangkap
fungsi lain, seperti kota perdagangan, kota pemerintahan, atau kota kebudayaan.
Contoh: Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai
kotapendidikan dan kota wisata.

Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen, perumahan


pegawai bank, perumahan tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan
(shoppingcenter), pecinan, dan kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut
merupakan kelompok-kelompok (clusters) yang timbul akibat pemisahan lokasi
(segregasi). Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan, strata sosial,
tingkat pendidikan, suku, harga sewa tanah, dan lainnya. Segregasi tidak akan
menimbulkanmasalah apabila ada pengertian dan toleransi antara pihak-pihak
yang bersangkutan. Munculnya segregasidi kota dapat direncanakan ataupun
tidak direncanakan. Kompleks perumahan dan kompleks pertokoan adalah
contoh segregasi yang direncanakan pemerintah kota.

b) Struktur Intern Kota


Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup pesat.
Pertumbuhan suatu kota dapat disebabkan oleh pertambahan penduduk kota,
urbanisasi, dan kemajuan teknologi yang membantu kehidupan penduduk di kota.
Wilayah kota atau urban bersifat heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan
demografis. Susunan, bentuk, ketinggian, fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda.
Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan kepadatan penduduk juga
bermacam-macam. Selain aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti topografi, sejarah, ekonomi, budaya, dan
kesempatan usaha. Karakteristik kota selalu dinamis dalam rentang ruang dan waktu.
Apabila dilihat sekilas wajah suatu kota, maka akan banyak susunan yang tidak
beraturan. Akan tetapi, apabila diamati dengan cermat maka akan dijumpai bentuk
dan susunan khas yang mirip dengan kota-kota lain. Misalnya, kota A berbentuk
persegi empat, kota B berbentuk persegi panjang, dan kota C berbentuk bulat. Begitu
juga dalam susunan bangunan kota terjadi pengelompokan berdasarkan tata guna
lahan kota. Jadi, suatu kota memiliki bentuk dan susunan yang khas.

Keramaian dan perkembangan kota dipengaruhi beberapa faktor.

a. Kemampuan daya tarik dari bangunan dan gedung-gedung sebagai tempat


menyalurkan kebutuhan hidup sehari-hari.
b. Tingkat kemakmuran warga kota yang dilihat dari daya belinya.
c. Tingkat pendidikan dan kebudayaan penduduk masing-masing kota.
d. Sarana dan prasarana dalam kota yang memadai.
Sebagai pusat kegiatan kota harus dilengkapi fasilitas yang mendukung aktivitas
masyarakat. Adapun fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki kota antara lain sebagai
berikut.

a. Fasilitas untuk perkantoran, permukiman, pendidikan, pasar, pertokoan,


bioskop rumah sakit, dan sebagainya.
b. Fasilitas perhubungan baik berupa jaringan jalan maupun jaringan telepon.
c. Taman-taman kota, alun-alun, lapangan olah raga, taman bemain dan rekreasi
keluarga, dan areal parkir yang memadai.

7. TEORI STRUKTUR RUANG KOTA


a. Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human
ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut
pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa dan
menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang mencerminkan
penggunaan lahan yang berbeda-beda. Burgess berpendapat bahwa kota-kota
mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian seiring
pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau menjauhi pusat. Zona-
zona baru yang timbul berbentuk konsentris dengan struktur bergelang atau
melingkar. Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima zona
sebagai berikut.

Keterangan:

Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)


atau Central Business District
(CBD).
Zona 2 : Peralihan, (zona perdagangan
beralih ke permukiman).
Teori konsentris. Zona 3 : Permukiman kelas pekerja atau
buruh.
Zona 4 : Permukiman kelas menengah.
Zona 5 : Penglaju, (zona permukiman
beralih ke zona pertanian).

b. Teori Sektoral (Sector Theory)


Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini muncul berdasarkan
penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan
kota lebih berdasarkan sektorsektor daripada sistem gelang atau melingkar
sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Burgess. Hoyt juga meneliti Kota Chicago
untuk mendalami Daerah Pusat Kegiatan (CentralBusiness District) yang terletak di
pusat kota. Ia berpendapat bahwa pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur
seperti irisan kue tar. Mengapa struktur kota menurut teori sektoral dapat terbentuk?
Para geograf menghubungkannya dengan kondisi geografis kota dan rute
transportasinya. Pada daerah datar memungkinkan pembuatan jalan, rel kereta api,
dan kanal yang murah, sehingga penggunaan lahan tertentu, misalnya perindustrian
meluas secara memanjang. Kota yang berlereng menyebabkan pembangunan
perumahan cenderung meluas sesuai bujuran lereng.

Keterangan:

Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)


atau Central Business District
(CBD)

Zona 2 : Daerah grosir dan manufaktur.

Zona 3 : Permukiman kelas rendah.


Teori Sektoral
Zona 4 : Permukiman kelas menengah.

Zona 5 : Permukiman kelas atas.

c. Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)


Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua geograf
ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam wilayah kota,
kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam teori Burgess dan
Hoyt.

Keterangan:

Zona 1: Daerah Pusat Kegiatan (DPK)


atau Central Business District
(CBD)
Zona 2: Daerah grosir dan manufaktur.
Zona 3: Daerah permukiman kelas
rendah.
Teori Inti Berganda Zona 4: Permukiman kelas menengah.
Zona 5: Permukiman kelas tinggi.
Zona 6: Daerah manufaktur berat.
Zona 7: Daerah di luar PDK.
Zona 8: Permukiman suburban.
Zona 9: Daerah industri suburban.
Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi bentuk yang
kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus
baru yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan
berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk
struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan. Nukleus kota dapat berupa kampus
perguruan tinggi, bandar udara, kompleks industri, pelabuhan laut, dan terminal bus.
Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan lahan secara
mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari
lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi. Perumahan baru mencari lokasi
yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan tempat pendidikan.

Harris dan Ullman berpendapat bahwa karakteristik persebaran penggunaan


lahan ditentukan oleh faktor-faktoryang unik seperti situs kota dan sejarahnya yang
khas, sehingga tidak ada urut-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti pada
teori konsentris dan sektoral. Teori dari Burgess dan Hoytdianggap hanya
menunjukkan contoh-contoh dari kenampakan nyata suatu kota.

d. Teori Konsektoral (Tipe Eropa)


Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965
dengan mengambil lokasi penelitian diInggris. Teori ini mencoba menggabungkan
teori konsentrisdan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.

Keterangan:
Zona 1 : Pusat kota (city centre).
Zona 2 : Zona peralihan
Zona 3 : Sektor C dan D: zona rumah
kecil.
Sektor B: zona rumah-rumah lebih
besar.
Sektor A: zona rumah-rumah tua
Teori Konsektoral (Tipe Eropa) yang besar.
Zona 4 : Permukiman dan
perkembangannya ke pinggiran.
Zona 5 : Desa-desa yang dihuni para
penglaju:
A. Sektor kelas menengah.
B. Sektor kelas menengah ke bawah.
C. Sektor kelas pekerja.
D. Sektor industri dan pekerja kelas
bawah
e. Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan
Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkanpenelitian di Amerika Latin. Teori ini dapat
digambarkansebagai berikut.

Keterangan:

Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)


atau Central Business District
(CBD).
Zona 2 : Daerah perdagangan atau
industri.
Zona 3 : Sektor permukiman kelas
elite.
Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin) Zona 4 : Permukiman yang lanjut
perkembangannya (zone of
maturity).
Zona 5 : Daerah berkembang secara
setempat (zone of insitu
accretion).
Zona 6 : Permukiman liar (zone of
peripheral squatter
settlements).

f. Teori Poros
Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada
peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros
ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.

Keterangan:

Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)


atau Central Business District
(CBD).

Zona 2 : Zona peralihan


Teori Poros
Zona 3 : Perumahan dengan pendapatan
rendah atau kelas menengah ke
bawah.
Zona 4 : Perumahan dengan pendapatan
menengah.

==== : Jalan utama

------ : Rel kereta api.

g. Teori Historis
Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan
historis yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam
kota. Teori historis dari Alonso dapat digambarkan sebagai berikut.

Keterangan:

Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)


atau Central Business District
(CBD).
Zona 2 : Daerah peralihan (zone of
transition).
Zona 3 : Daerah kelas rendah (zone of
low status).
Zona 4 : Daerah kelas menengah
Teori Historis
(zone of middle status).
Zona 5 : Daerah kelas tinggi (zone of
high status).

Dari model gambar di depan menunjukkan bahwa dengan meningkatnya


standar hidup masyarakat yang semula tinggal di dekat CBD disertai penurunan
kualitas lingkungan, mendorong penduduk untuk pindah ke daerah pinggiran (a).
Perbaikan daerah CBD menjadi menarik karena dekat dengan pusat segala
fasilitas kota (b). Program perbaikan yang semula hanya difokuskan di zona 1
dan 2, melebar ke zona 3 yang menarik para pendatang baru khususnya dari
zona 2 (c).
SUMBER:
Anjayani, Eni.2009.Geografi untuk kelas XII SMA/MA.Jakarta:Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Bimata, Tim.Modul geografi 3 untuk SMA/MA kelas XII.Sukoharjo:CV William
http://ilmu-fakta.blogspot.com/2011/01/mobilitas-penduduk.html
Yani, Ahmad.2007.Geografi menyingkap fenomena geosfer untuk kelas XII SMA/MA
program IPS.Bandung:Grafindo media pratama
Bos, E.S. 1978. Thematic Cartographic Principles in Thematic Mapping. The Netherland:
I.T.C.
Keates, J.1976. Cartographic Design and Production. London: Longman LT
I.C.A. 1984. Basic Cartography. Hampshire: BAS Printers Limited.
Raisz Erwin. 1948. General Cartography. New York: McGraw-Hill Book Company, INC
Robinson Arthur. Elements of Cartography. New York: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai