A. KERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASLI KEHIDUPAN MANUSIA
1. Keberagaman dan Problem Kebangsaan
Keragaman secara umum adalah suatu kondisi terdapat perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat di berbagai bidang seperti suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan kesopanan, sosial dan ekonomi. Problematika yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gejala diskriminasi dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik. Tentu saja kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28I ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif”. Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat. Perbedaan/keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
2. Mengenal Keragaman sebagai Realitas Bangsa Indonesia
Manusia dilahirkan dengan sebuah ketentuan yang diputuskan oleh Tuhan sendiri yang disebut kodrat. Proses kelahiran yang dialami setiap manusia itu sama, namun ia tidak dapat menentukan lingkungan yang akan menerima kehadirannya saat ia dilahirkan. Sejarah pengalaman hidup manusia sangat berpengaruh dalam mempertegas jati diri seseorang yang semakin tampak perbedaannya satu dengan yang lain. Pengalaman awal inilah yang disimpulkan dalam ungkapan homo homini socius. Pengalaman ini hendak mengungkapkan bahwa kenyataan manusia sebagai makhluk sosial adalah kodratnya. Karena kodratnya inilah, setiap manusia senantiasa akan membentuk sebuah kelompok. Sama seperti bangsa Indonesia, pertama dari sisi geografis atau teritorialnya. Ada ribuan pulau yang menjadi tempat tinggal masyarakatnya. Setiap pulau mempunyai budaya, bahasa, gaya hidup, dan sebagainya, yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan, sejak “dilahirkan” sebagai bangsa, Indonesia mempunyai ciri majemuk. Ciri ini bahkan sudah ditampilkan jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada saat para pemuda mengikrarkan diri untuk membentuk sebuah kehidupan bersama dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, Indonesia. Untuk melanggengkan kehidupan bersama itu, bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung dua makna dasar yakni, “keanekaragaman” dan “kesatuan”. Sehingga dapat dimengerti sebagai kesatuan dalam keberagaman (unity in diversity). Indonesia juga tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, melainkan juga keberagaman masyarakatnya. Menurut riset, Indonesia memiliki ± 1.340 suku bangsa (BPS : 2010). Satu daerah tidak hanya dihuni oleh satu suku asli saja, namun ada beberapa suku. Namun karena adanya kesadaran sebagai bangsa Indonesia, mereka berusaha untuk saling beradaptasi dan bersikap toleran. Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia, tetapi itu tidak menggeser bahasa daerah atau yang sering disebut bahasa ibu. Karena keanekaragaman tersebut, ada dua hal yang dapat digunakan untuk menjaga persatuan agar tidak ada benturan satu kelompok dengan kelompok lainnya, yaitu : a. saling menghormati antara satu kelompok dengan kelompok yang lain b. mencari dan saling berusaha menemukan titik kesamaan.
3. Keberagaman dalam Kitab Suci Kisah penciptaan yang ada didalam Kitab Kejadian (1:27-28) mengisahkan menjadi dasar utama, terutama berkaitan dengan masalah kodrat. Selain itu, model sikap yang hendaknya kita miliki adalah model sikap sebagaimana ditampakkan dalam pribadi Yesus Kristus. Dari kisah penciptaan, tampak bahwa Allah memang menciptakan tidak hanya satu macam, atau satu jenis ciptaan saja. Selama enam hari menciptakan dunia, Allah telah membuat begitu banyak hal. Maka, selama enam hari itu pula dinyatakanNya kodrat dari seluruh ciptaan yaitu : unik. Masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khasnya. Allah menghendaki dan mencintai keanekaragaman. Allah menciptakan manusia berbeda-beda tetapi satu. Berbeda keistimewaan dan keunikan tetapi satu martabat sebagai citra Allah. Oleh karenanya, Allah menghendaki manusia bertambah banyak dan menguasai bumi. Allah memberkati mereka dan berfirman, “Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu”. Sejak saat itu, manusia hidup pada ketergantungan satu sama lain, berkembang dalam kebersamaan dengan saling mengisi dan melengkapi. Selain kisah penciptaan, dapat kita lihat pula pengalaman hidup bangsa Israel. Bangsa Israel mempunyai suatu kebanggaan yang tidak dapat disamai oleh bangsa- bangsa lain yakni, sebagai keturunan Abraham. Penyebutan nama Abraham, Ishak, dan Yakub itu menunjuk pada keturunan Abraham. Menyebut nama Allah dengan disertai generasi itu menunjukkan bahwa sisi kemajemukan itu semakin mendapatkan wadahnya dalam proses perjalanan waktu. Artinya pluralitas tidak hanya terbatas pada sisi wujud atau bentuk lahiriah, tetapi juga menyangkut proses waktu yang dialami.
4. Menghormati dan Menghargai setiap Pribadi Manusia
Gereja sudah sejak lama membangun kesadaran atas anggota-anggotanya untuk selalu menghormati dan menghargai keberagaman yang ada. Satu hal yang dipegang oleh Yesus ketika berhadapan dengan manusia dan situasi hidup manusia adalah menghargai dan mengangkat martabat hidup manusia. Sikap Yesus itulah yang menjadi teladan bagi manusia dalam menghadapi situasi masyarakat disekitarnya. Hal ini dapat dilakukan Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam “Pernyataan Tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama Bukan Kristiani” (Nostra Aetate) artikel 5, yang mengajak kita untuk turut dalam membangun persaudaraan dan pembangunan, terutama dengan memelihara cara hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan hidup dalam damai dengan semua orang. Dasar dari segala tindakan seorang pengikut Yesus Kristus adalah kodratnya sebagai makhluk sosial dan sikap saling menghormati martabat manusia. Dua hal yang perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan, antara lain: a. membongkar sikap eksklusif b. membangun sikap inklusif
B. MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN DAN PERSATUAN BANGSA
1. Keprihatinan Hidup Berbangsa dan Bernegara
Gereja menyadari dirinya sebagai bagian integral dari masyarakat dan dunia sehingga umat Katolik tidak mungkin untuk menutup diri dan tidak peduli terhadap apa yang terjadi diluar Gereja.
2. Perjuangan Gereja Mengupayakan Perdamaian dan Persatuan Bangsa
Gereja hendak membaharui hidup dalam habitus-baru. Perubahan diri, dalam arti pertobatan. Bertobat bukan hanya berarti perubahan hidup dari buruk menjadi baik, tetapi harus dimengerti secar radikal, yaitu perubahan dari baik menjadi lebih baik, dan kalau sudah lebih baik berubah lagi menjadi yang terbaik atau sempurna. Umat Katolik dituntut mempunyai semangat magis. Semangat magis yaitu semangat dalam diri orang yang menandakan bahwa orang itu sendiri menginginkan yang terbaik dalam segala hal. Dalam semangat itu yang ditekankan adalah kesungguhan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, yaitu 100% terlibat dan mengusahakan yang terbaik. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, antara lain mengajarkan tentang pengharapan untuk terwujudnya suatu dunia, yang didalamnya serigala dapat hidup berdampingan dengan domba-domba, bangsa-bangsa hidup dalam perdamaian, dan orang-orang miskin dan tertindas memperoleh keadilan (Yes. 11:1-9). Dalam Perjanjian Baru, Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia yang merupakan kerja kasih Allah. Menunjukkan kasih Bapa kepada anakNya, sehingga Paulus menyatakan bahwa “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm.5:8). PAKBP - XII MIPA/IPS - SMAGB - 2021/2022 - @WVE | 2 Gereja berupaya mewujudkannya dalam persekutuan dimana semua orang diajak untuk bersama-sama menciptakan perdamaian dan persatuan sebagai anak-anak Allah (bdk.GS.1). St. Paulus berkata, ”Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Surat Paulus kepada Titus 2:11). Allah menyelamatkan semua orang dan semua manusia, maka Gereja Katolik harus sungguh menjadi sakramen keselamatan dengan perkataan dan perbuatan, melalui pergulatan dan usaha pembebasan manusia, pembebasan sepenuhnya dan seutuhnya bagi semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar.
C. MEMBANGUN PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN SEJATI
1. Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Semua orang mempunyai keempat relasi dasar, yaitu relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Harmoni dari keempat hal itu yang menentukan situasi hidup manusia. 2. Beberapa Fakta Permusuhan/Pertikaian di Masyarakat a. Fakta Pertikaian dan Perang o pertikaian yang bernuansa balas dendam antar dua kampung di Timika, Papua o pertikaian yang bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan melawan petinggi KPU. o pertikaian yang bernuansa hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan Malaysia, karena cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim oleh Malaysia. o pertikaian politik dalam Pansus Skandal Bank Century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century yang menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7 miliar rupiah. o pertikaian yang terjadi di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi yang akan mengeksekusi tanah makam di kawasan tersebut. b. Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang o Fanatisme sempit Artinya sikap fanatik yang dihayati tidak disertai dengan keterbukaan terhadap segala sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap bahwa keyakinannya yang paling benar. o Sikap arogan/angkuh Selalu ada suku atau bangsa atau kelompok yang menganggap dirinya kuat dan bertindak sewenang-wenang. o Keserakahan Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang. o Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak Kadang-kadang, perang terpaksa dilakukan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak. c. Akibat Pertikaian dan Perang o kehancuran secara jasmani dan fisik o hancurnya sarana dan prasarana, jatuhnya korban jiwa o kehancuran secara rohani Perang mengakibatkan trauma dan luka yang membekas terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang juga dapat membawa akibat baik, tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya.
3. Pengertian Persaudaraan Sejati
“Persaudaraan sejati” adalah sikap yang menunjukkan belas kasih kepada semuanya. Persaudaraan sejati berarti sikap atau tindakan seseorang kepada sesamanya yang dilandasi cinta kasih.
4. Ajaran Yesus dalam Mengenai Perdamaian dan Persaudaraan Sejati
Damai yang diajarkan Yesus adalah “membersihkan” dunia dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan melawan pergulatan batin. Damai berarti ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia; damai sejahtera yang menampakkan Kerajaan Allah. Damai yang sedemikian kuatnya sehingga kejahatan dibalas dengan kebaikan. Yesus menolak setiap kekerasan dalam pewartaan. Damai berarti situasi selamat
sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian adalah keadilan, hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan demi perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan. Setiap manusia mempunyai empat relasi dasar, yaitu : relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Syarat terciptanya perdamaian adalah tekad yang kuat untuk menghormati martabat orang dan bangsa lain serta semangat persaudaraan.
5. Hambatan dalam Membangun Persaudaraan Sejati
a. adanya fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya. b. terjadinya pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama terhadap pemeluk agama. c. kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama yang sering kali disertai kekerasan. d. persepsi yang berbeda dari para pemuka agama dan pemeluk agama tentang pesan agamanya. e. eksklusivitas para pemeluk agama. f. solidaritas antarumat seagama yang hanya bersifat eksklusif. g. adanya semacam persaingan tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup. h. kurang terbukanya dialog dan komunikasi. i. masih adanya kesenjangan sosial, bahkan kian lebar. j. masih suburnya materialisme, konsumerisme, dan hedonisme k. beriman pada Tuhan yang sama, tapi perbedaan ajaran dibesar-besarkan. l. ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah. m. ada arasa “alergi” untuk membaca dan mempelajari kitab suci terutama kitab suci dari agama lain.
6. Kegiatan yang dapat Membangun Persaudaraan Sejati antarumat Beragama
a. berkunjung ke rumah teman yang sedang merayakan hari raya agamanya. b. mengadakan bakti sosial, penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana. c. mengadakan dialog dan kerjasama antarumat beragama. d. menghormati sesama yang berbeda agama saat menjalankan ibadahnya.