Anda di halaman 1dari 9

Nama : Yoel Armamdo Sitompul

Kelas : XII
Jurusan : RPL
Mapel : Agama

Kamis 14/01/2021

Tujuan pembelajaran
1. Menjelaskan kaitan antara hidup bersama dengan orang yang berbeda iman
dengan multikulturalisme.
2. Membuat karya yang dapat menunjukkan pemahaman mengenai pentingnya
membangun kebersamaan dengan orang yang berbeda iman.
3. Merancang proyek kegiatan bersama remaja yang berbeda iman.
4. Menyusun doa permohonan agar setiap remaja terpanggil untuk
mempraktikkan solidaritas dan kebersamaan dengan sesama remaja yang berbeda
iman.
5. Kalau demikian halnya, apakah yang harus kita lakukan sebagai sebuah bangsa
dan sebagai orang yang mengaku sebagai murid-murid Yesus Kristus? Ada sejumlah
sikap yang umumnya diambil orang ketika ia berhadapan dengan orang yang
berkeyakinan lain ( Berbeda Agama) Sebutkan dan jelaskan minimal 4 sikap
6. Para pakar ilmu sosial dan teologi agama-agama mengemukakan tiga sikap
yang tampak dalam hubungan antarumat beragama:
1. Eksklusivisme
2. Inklusivisme
3. Pluralisme.
Jelaskan makna dari ketiga Hal ini, serta menjelaskan alasan setuju atau tida
dengan ketiga Hal tersebut.

Catatan :
Tugas halaman 100 pada buku siswa dikerjakan, dan tugas praktek atau
portofolionya tedapat pada buku siswa halaman 103. Dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya.
Terima Kasih Tuhan Yesus Memberkati kita Semua
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1

JAWABAN
1. Rasa hormat bagi berbagai kepercayaan dan kontribusi unik semua
agama dunia adalah salah satu keunggulan Mormonisme. Sejak awal
Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, Joseph
Smith mengangkat asas kebebasan dan toleransi beragama: “Kami
menuntut hak istimewa untuk menyembah Allah Yang Mahakuasa
menurut suara hati nurani kami sendiri, dan memperkenankan semua
orang hak istimewa yang sama, biarlah mereka menyembah
bagaimana, di mana, atau apa yang mereka kehendaki” ( Pasal-Pasal
Kepercayaan 1:11).
Alkitab tidak berbicara khusus mengenai multikulturalisme namun dalam
kaitannya dengan kasih, kebaikan kesetaraan dan keselamatan itu
diberikan bagi umat manusia tanpa kecuali, tetapi walaupun berbeda
agama kita harus tetap menghargai mengasihi satu sama lain.
2. Membangun Kebersamaan Demi Meningkatkan Spiritual

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 2


Allah telah menjelaskan dalam sabdanya yakni manusia di ciptakan
dengan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan tujuan agar
manusia tersebut dapat saling mengenal antara mansuia satu dengan
manusia yang lainya karena berdasarkan jenis budaya yang berbeda-
beda sehingga Allah menciptaknan manusia dengan suku dan bahasa
yang berbeda-beda. Namun dengan perbedaan tersebut Allah tidak
memerintahkan manusia agar berpecah belah.Dengan perbedaan
tersebut yang perlu di bangun manusia adalah kebersamaan demi
mencapai derajat kemanusia yang tinggi di mata manusia dan tuhanya.
Dengan perbedaan budaya dan kerakternya maka yang perlu di
bangun adalah kebersamaan demi meningkatkan satu visi (tujuan)
yakni kebersamaan manusia dalam meningkatkan spiritual. Spiritual
itu adalah iman dan islam. Spiritual di bangun untuk meningkatkan
iman dan Amal yang kuat akan melahirkan manusia-manusia yang
berpotensi tinggi dan berderajat tinggi di sisi Allah.Manusia yang
memiliki spiritual tinggi akan beribawa dan berwawasan tinggi serta
memiliki kemampuan yang tidak di miliki oleh manusia-manusia yang
tidak memiliki spiritual. Keimanan yang telah di bangun akan
membawa pengaruh yang tinggi yakni melahirkan seorang ulama
yang intelek dan intelek yang ulama. Nah lahirnya para intelek
tersebut akan menuju Negara atau bangsa yang jaya dan damai.
Kedamain itu tidak bisa di capai dengan sendiri-sendiri akan tetapi
kedamaian itu akan indah apabila di capai dengan cara berjamaah.
Menumbuhsikan sifat dan sikap toleransi
Dengan menumbuhkan sifat dan sikap toleransi akan membawa
ketenagan dan ketentraman sesama manusia. Mengapa toleransi perlu
di bangun dalam kehidupan sehari-hari baik itu di dalam lingkungan
rumah tangga maupun dalam lingkungan masyarakat luas. Tentu
jawabanya adalah karena manusia di ciptakan Allah dengan berbagai
ragam sikap dan watak yang berbeda-beda. Rambut boleh sama
warnanya dan proses kelahiranya juga sama berasal dari air. Namun
dari semua itu manusiaPendidikan
memiliki visiKristen
Agama dan dan
sikap
Budi yang
Pekerti berbeda-beda
3

bahkan memiliki pendapat yang berbeda-beda.


Jika tidak ada sikap toleransi sementara pendapat setiap orang
berbeda-beda akan menimbiulkan komplik dan berakhir dengan
kericuhan dan kekacauan sehingga tujuan dan misi dari pada
pembangunan tidak akan tercapai yang ada hanyalah komplik antara
sesame manusia itu sendiri baik itu dalam satu golongan itu sendiri
maupun akan terjadi peperangan dengan kelompok yang lainya.
Dengan demikian berarti membangun kebersamaan di perlukan sikaf
dan sifat toleransi yang tinggi dengan tujuan dapat membangun cita-
cita mulia yakni meningkatkan spiritual dan intelektual. Spiritual
dibangun dalam pembangunan dengan tujuan yakni melahirkan
sekelompok manusia yang yang berpikir pembangunan (positif) dan
berwawasan ketuhanan yang dapat membawa sekelompok manusia
yang lainya berkembang dengan lebih maju sehingga kedamaian dan
kejayaan manusia dapat terwujudkan.
Intelektual di bangnun untuk melahirkan manusia-manusia yang
berpikiran pembangunan dan berwawswan pembaharuan demi
menciptakan budaya berpikir cemerlang dan mewujudkan manusia
yang cinta dengan ilmu pengetahuan untuk menuju ridho tuhan yang
maha esa (Allah). Dengan demikian berarti pembangunan
membutuhkan intelektual yang yang cemerlang dan dapat di
pertanggung jawabkan baik itu di hadapan mansuia maupun di
hadapan tuhan yang maha adil perhitunganya.
3. Belajar dari Yesus

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 4


Yesus menjadikan multikultur sebagai wacana perjumpaan
antarmanusia yang dapat bergaul dan bekerja sama dalam kasih.
Mengenai sikap Yesus, kita dapat mencatat beberapa pokok pikiran
dari Hope S.Antone dalam kaitannya dengan multikulturalisme.
Antara lain: 1. Kesetiaan Yesus ditujukan kepada Allah bukan kepada
lembaga maupun praktik agama yang sudah turun temurun
dilaksanakan. Konsekuensi dari sikap itu adalah Ia mengasihi manusia
tanpa kecuali. Kemanusiaan, keadilan dan perdamaian amat penting
bagi-Nya. Itulah cara Yesus memperlihatkan kesetiaan-Nya kepada
Allah. Sikap ini menyebabkan Ia 69 Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekeri tidak disukai oleh kaum Farisi dan ahli Taurat yang
begitu setia kepada lembaga agamanya melebihi Allah sendiri.
Mereka mempraktikkan tradisi dan hukum agama secara turun-
temurun namun lupa untuk mewujudkan hukum itu dalam kehidupan
nyata sebagai umat Allah. Kritik-kritik Yesus amat keras ditujukan
pada mereka. Praktik agama dan ajarannya bukan hanya dipelajari,
dihafal, dan diwujudkan dalam penyembahan namun terutama harus
diwujudkan dalam kehidupan dengan sesama. Itulah sebabnya Kitab
Amos Kitab Amos 5 menulis bahwa Allah menolak ibadah dan
persembahan Israel karena mereka tidak mempraktikkan kebenaran
dan keadilan dalam hidupnya. Ibadah formal, praktik agama itu
penting namun harus berjalan bersama-sama dengan sikap hidup.
Ajaran agama harus dipraktikkan dalam kehidupan nyata. 2. Kasih
dan solidaritas Yesus ditujukan bagi semua orang tanpa kecuali, orang
dari berbagai suku, tradisi, budaya bahkan yang tidak mengenal Allah
yang disembah-Nya pun ditolong oleh-Nya. Itulah wujud kesetiaan
Yesus pada Allah. 3. Yesus memperkenalkan visi baru mengenai
komunitas baru di bawah pemerintahan Allah. Sebuah komunitas yang
melampaui berbagai perbedaan latar belakang. Sebuah komunitas
yang memiliki hubungan- hubungan yang baru dimana tidak ada laki-
laki maupun perempuan, budak ataupun orang merdeka, orang Yahudi
maupun Yunani semuaPendidikan
orang sama
Agamadi hadapan
Kristen dan BudiAllah
Pekerti dan
5 memiliki
tempat yang sangat penting dalam komunitas baru yang terbentuk
karena kedatangan Yesus. 4. Kita juga belajar dari Yesus bahwa
walaupun identitas pribadi, rasial, suku, kelas sosial maupun
keagamaan merupakan kenyataan sosiologis, namun yang lebih
penting adalah bagaimana dalam segala perbedaan yang ada, umat
manusia memuliakan Allah dengan melakukan kehendak-Nya. Da-
lam sikap ini, untuk multikultur mungkin tidak akan dipermasalahkan
tetapi ketika prinsip ini dikaitkan dengan perbedaan iman agama, apa-
kah hal ini dapat dibenarkan? Hal tersebut dibahas dalam pelajaran
berikut Sumber: Oranye Media Online, FIKOM-UNTAR Gambar 6.2
Iman Kristen yang teguh mer- upakan senjata untuk menghadapi
dampak negatif modernisasi 70 Kelas XII SMASMK mengenai sikap
terhadap orang yang berbeda iman. Namun demikian, dapat
diklariikasi dalam penjelasan di sini bahwa dalam kaitannya dengan
ag- ama lain, kita dapat mengem- bangkan toleransi dalam hal
solidaritas dan kebersamaan tanpa kehilangan identitas se- bagai umat
kristiani. Artinya, orang beragama lain pun dapat melakukan
kehendak Allah menurut ajaran a gamanya, me- nolong dan mengasihi
sesama. 5. Melakukan kehendak Allah dapat dilakukan dalam
kemitraan dengan orang lain, baik itu sesama orang Kristen maupun
orang lain yang berbeda suku, bangsa, budaya, adat istiadat, bahasa,
kebiasaan, status sosial, maupun agama. Tidak ada seorang manusia
pun yang mampu melakukan berbagai hal sendirian. Dalam segala
aspek kehidupan kita membutuhkan orang lain untuk saling mengisi
dan saling membantu.
4. Tuhanku,

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 6


Aku ingin berdoa untuk teman-teman dan sahabatku.
Yang dengan setia menemani dan menghiburku,
Di rumah maupun di sekolah.

Ampunilah mereka kalau mereka bersalah.


Jangan marah kalau mereka mengecewakan-Mu.
Tetapi bimbinglah mereka melului Roh Kudus-Mu.
Ajarilah mereka untuk selalu berbuat baik.
Dan selalu saling mengasihi.

Hindarkan mereka dari malapetaka.


Betapapun mereka telah mengecewakan-Mu.
Ingatkan mereka untuk selalu berdoa.
Karena jiwa mereka juga merindukan-Mu.

Semoga kami semua dapat bersatu.


Bermain, belajar, dan berdoa bersama-sama.
Saling memperhatikan dan menghibur satu sama lain.
Dalam suasana penuh kasih, sabar dan pengertian.
Tuhan dengarkanlah doaku.Amin.
5. - Menghargai orang yang beragama lain
- Memahami ajaran agama lain
- Mengusahakan kerukunan umat beragama
- Saling mengasihi menolong sesama
6. Tipologi Tripolar adalah salah satu pendekatan pada Teologi Agama-
agama yang dipopulerkan oleh Alan Race.[1] Tipologi tersebut
digunakan sebagai standar di dalam studi teologi agama-agama, dan
hingga kini masih banyak digunakan di dalam diskursus teologi
agama-agama.[2] Tipologi tripolar digunakan untuk memetakan
beragam pendekatan para teolog dan non-teolog Kristen mengenai
relasi kekristenan dengan agama-agama lain.[3] Pemetaan ini
didasarkan pada kesamaan dan perbedaan cara pandang 7mereka
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
terhadap agama-agama lain di luar Kristen.[3] Ketiga tipologi tersebut
adalah eksklusivisme, inklusivisme dan pluralisme
Eksklusivisme
Eksklusivisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kebenaran
dan keselamatan hanya ada di dalam agama Kristen, sedangkan tradisi
agama lain di luar Kristen tidak mendatangkan keselamatan.[4][5]
Agama-agama lain di luar kekeristenan dianggap tidak dapat
menyelamatkan, karena itu orang beragama lain harus dikristenkan.[6]
Eksklusivisme merupakan karakteristik dari kebanyakan kelompok
Kristen yang konservatif, terutama kalangan Injili.[1] Salah satu tokoh
yang mewakili pandangan ini adalah Karl Barth.[6]
Inklusivisme
Inklusivisme adalah sikap atau pandangan yang melihat bahwa
agama-agama lain di luar kekristenan juga dikarunia rahmat dari Allah
dan bisa diselamatkan, tetapi pemenuhan keselamatan hanya ada di
dalam Yesus Kristus.[4] Kristus hadir dan berkeja juga di kalangan
mereka yang mungkin tidak mengenal Kristus secara pribadi.[5]
Dalam pandangan ini, orang-orang dari agama lain, melalui anugerah
atau rahmat Kristus, diikutsertakan dalam rencana keselamatan Allah.
[5] Inklusivisme terbagi dalam dua model, yakni model In Spite of
dan model By Means of.[4]Model In Spite of, walaupun melihat
institusi agama lain sebagai hambatan untuk menerima keselamatan,
tidak menolak bahwa ada kemungkinan bahwa orang-orang yang
beragama lain dapat diselamatkan oleh anugerah atau rahmat dari
Allah.[4] Sementara itu model By Means of bersikap lebih positif
terhadap agama lain.[4] Model ini melihat bahwa Allah juga
memberikan rahmat melalui Kristus di dalam agama-agama lain,
dalam kepercayaan dan ritual-ritual agama lain tersebut.[6] Karena
rahmat dan kehadiran Kristus di dalam diri dan mealalui agama-
agama lain, maka orang-orang beragama lain itu juga terorientasi ke
dalam gereja Kristen, dan disebut sebagai "Kristen Anonim".[6]
Pandangan ini dikemukakan oleh Karl Rahner.[6]
Pluralisme
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 8
Pluralisme, adalah padangan bahwa Allah, yang disebut sebagai
"Yang Nyata" (The Real) dapat dikenal melalui bermacam-macam
jalan.[5] Semua agama menuju pada satu "Yang Nyata" (The Real)
yaitu Allah.[6] Yesus Kristus dilihat sebagai salah satu dari jalan
keselamatan di antara jalan-jalan keselamatan lain, bukan satu-satunya
jalan keselamatan.[4] John Hick adalah salah satu tokoh yang
menggunakan pandangan ini.[6] Menurut Hick, "Yang Nyata"
sebenarnya adalah satu, tetapi dimaknai dalam berbagai simbol dan
tradisi keagamaan yang berbeda-beda.[6] Pandangan ini dinilai
mengesampingkan keunikan dalam agama-agama karena semua
agama disamakan

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 9

Anda mungkin juga menyukai