Anda di halaman 1dari 3

INTEGRASI NASIONAL DALAM PERKEMBANGAN NEGARA INDONESIA

Kelompok 2

Nama Kelompok:
1. Bagas Alfi Ramadhani (08)
2. Faya Najwatus Silma (12)
3. M. Rizky Aulia (22)
4. Rizky Dwi Prasetyo (30)
5. Salwaa Nailissa’adah (32)
1.1 KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
presentasi tugas dari guru PPKn, Bapak Yusuf Budianto, S.Pd, M.Pd. dalam waktu yang telah
ditentukan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah in
2.1 LATAR BELAKANG
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang mempunyai arti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya-
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Pengetahuan kita
mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah kurang, anak muda zaman sekarang lebih
mengetahui tentang modernisasi daripada tradisional. Pengaruh kebudayaan luar
menyebabkan kurangnya pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan yang ada di
Indonesia.
Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman, harus
disadari bahwa masyarakat Indonesia menyimpan potensi konflik yang cukup besar, baik
konflik yang bersifat vertikal maupun bersifat horizontal. Konflik vertikal di sini
dimaksudkan sebagai konflik antara pemerintah dengan rakyat, termasuk di dalamnya adalah
konflik antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sedangkan konflik horizontal
adalah konflik antarwarga masyarakat atau antarkelompok yang terdapat dalam masyarakat.
Dalam dimensi vertikal, sepanjang sejarah sejak proklamasi Indonesia hampir tidak pernah
lepas dari gejolak kedaerahan berupa tuntutan untuk memisahkan diri. Kasus Aceh, Papua,
Ambon merupakan konflik yang bersifat vertikal yang bertujuan untuk memisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kasus-kasus tersebut merupakan perwujudan konflik
antara masyarakat daerah dengan otoritas kekuasaan yang ada di pusat. Konflik tersebut
merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan di
daerah. Di samping itu juga adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari masyarakat yang
ada di daerah.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita memiliki rasa Integrasi Nasional.
yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesama, serta memiliki rasa persatuan yang tinggi, baik
terhadap bangsa, negara, agama, sosial, budaya, maupun keluarga.
2.2 RUMUSAN MASALAH
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan
disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Berikut ini merupakan beberapa ancaman integrasi
di Indonesia:
1. Perang Suku di Papua
Perang antarsuku yang melibatkan masyarakat Kabupaten Nduga dan Lanny Jaya,
kembali pecah di Kampung Wouma, Distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Penyebab perang suku itu diduga dipicu dibunuhnya warga Nduga, Sibelo Gwijangge,
oleh warga Lanny Jaya. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal
mengatakan, perang suku dilatar belakangi oleh meninggalnya Sibelo Gwijangge akibat
dibunuh oleh warga Lanny Jaya. Baca juga: Kronologi Aksi Saling Serang Antar Suku di
Kabupaten Jayawijaya Papua "Korban tinggal di Kampung Wesakma, Distrik Wouma,
Jayawijaya, Papua," katanya, Senin (10/1/2022). Dijelaskan dia, bentrok antarsuku itu
terjadi pada Minggu 9 Januari 2022. Sehari sebelumnya, pada Sabtu 8 Januari 2022,
kedua suku itu juga terlibat bentrok di Kampung Wesakma, Distrik Wouma. "Perang
suku itu menyebabkan satu warga meninggal dunia, dan 21 orang luka, serta 40 honai
terbakar," paparnya. Baca: Pasukan TNI-Polri Pukul Mundur Massa yang Bentrok di
Jayawijaya Dilanjutkan dia, perang setelah pemakaman korban, pada Minggu. Keluarga
korban lalu bergerak dari arah Ilekma, menuju Wouma, melalui pinggir kali Uwe dan
Walesi. Setibanya di lokasi, mereka langsung saling serang.
"Saling serang dilakukan menggunakan alat perang tradisional, berupa panah, parang, dan
batu di Kampung Wouma, Distrik Wouma. Tidak lama berselang, petugas Polres
Jayawijaya, Brimob dan TNI tiba di lokasi," jelasnya. Baca: 3 Menit Mengudara, Pesawat
Jayawijaya Dirgantara Mendarat Darurat di Bandara Sentani Kedatangan aparat gabungan
berhasil memukul mundur kedua kelompok yang terlibat aksi saling serang. "Untuk
mengantisipasi terjadinya perang susulan, kami melakukan penjagaan ketat terhadap
kedua kelompok warga tersebut. Akibat perang suku ini, kerugian warga adalah 40 hanoi
terbakar, 2 mobil dan 10 motor rusak," tukasnya.
2. Kontroversi ucapan hari raya natal
Pengucapan "Selamat Natal" pada umat Kristiani sudah menjadi perdebatan dan diskusi
sejak zaman dulu. Bahkan sejak masa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam masih
hidup. 

Di masa-masa sekarang pun perdebatan dan diskusinya masih ada. Pertentangan


mengenai Aqidah masih begitu kental. Maka mengucapkan "Selamat Natal" bukan hanya
dilarang tetapi haram dilakukan oleh seorang muslim.

Namun, berjalannya waktu terjadi banyak perubahan. Antara Muslim dengan pemeluk
agama lain berinteraksi, bersosialisasi, saling toleransi, dan akhirnya hidup bersama.
Maka ulama sepakat bahwa mengucapkan "Selamat Natal" tidak dilarang dan tidak haram
lagi, bahkan dianjurkan. Di sisi lain, ada diskusi dan perdebatan mengenai mengucapkan
"Selamat Natal" sudah tidak dianggap memiliki keterkaitan dengan membenarkan
Aqidah, tetapi menjadi bentuk kebijaksanaan sosial, persahabatan, dan kemanusiaan.
3. Ujaran Kebencian SARA
Baru-baru ini Polri melakukan penangkapan terhadap sosok penceramah Yahya Waloni.
Yahya ditangkap oleh tim dari Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim
Polri. Penangkapan Yahya terkait kasus dugaan penodaan agama sudah dikonfirmasi dan
dipastikan. Dalam hal ini, ceramah Yahya yang diperkarakan ialah saat dirinya menyebut
injil fiktif, roh “kudis”, bible kristen takhayul serta palsu. Perkara yang dilaporkan
berkaitan dengan ujaran kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA. Yahya diduga
melanggar Undang-undang nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
undang nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. (305/cnn)
3.1 PENGARUH TERHADAP POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL
A. Sisi Politik

B. Sisi Ekonomi
C. Sisi Sosial
.................
3.2 SARAN DAN KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai