Anda di halaman 1dari 2

TOLERANSI DI SALATIGA

Salatiga merupakan sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah, berada di persipangan antara Kota
Semarang dan Solo. Kota ini memiliki luas sebesar 57 Km2 dengan penduduk sekitar 186.420 jiwa
(Januari 2018). Data tahun 2015 menunjukkan bahwa Islam adalah agama terbesar di Salatiga
(78%), diikuti Kristen Protestan (16%) dan Katolik (5%). Agama lain (Buddha, Hindu, Kong Hu
Cu dan aliran kepercayaan) hanya mencakup kurang dari 1% dari jumlah penduduk. Terletak di
kaki Gunung Merbabu, kota ini terkenal atas kesejukan udaranya dan berbagai tempat wisata yang
indah.
Selain hawa sejuk dan wisatanya, kota ini juga terkenal dengan toleransi antar masyarakatnya,
bahkan sudah muncul dari dulu. Sejak berdirinya kota ini di zaman Mataram Kuno Hindu hingga
pemerintahan kolonial Belanda, toleransi telah menjadi budaya yang tertanam kuat sebagai jati diri
masyarakatnya. Toleransi ini didasarkan pada pemahaman bahwa mereka berasal dari nenek
moyang yang sama sehingga setiap orang adalah saudara satu sama lain. Inilah yang menimbulkan
rasa “persaudaraan” yang tinggi ada pada masyarakatnya.
Nilai persaudaraan ini bahkan dirasa lebih dikedepankan daripada nilai keagamaan dari masing-
masing agama sehingga apapun pilihan agamanya masayarakat Salatiga lebih mengedepankan rasa
saling memiliki dan persaudaraan satu sama lain. Di samping itu, nilai agama lebih dilihat sebagai
pilihan dan hubungan pribadi antara individu dengan Tuhannya masing-masing sehingga jarang
ditemui konflik keagamaan yang besar akibat perbedaan kepentingan atau keinginan untuk
menghomogenkan masayarkatnya. Alhasil, lima agama yang ada di Salatiga bercampur menjadi
satu dan hidup berdampingan selama ratusan bahkan lebih dari seribu tahun (mengingat bahwa
Salatiga berdiri sejak 800 M atau kota tertua ke-2 di Indonesia).
Perbedaan kepercayaan tidak menjadi halangan bagi masyarakatnnya untuk hidup bersama dan
saling menghormati. Ini bisa dilihat dari banyaknya tempat ibadah yang berdiri berdampingan,
seperti Masjid Raya Salatiga dan Gereja GKJTU di alun-alun kota, Masjid Pandawa yang
berseberangan dengan Gereja GKI Salatiga dan berdekatan dengan Klenteng Budha Hok Tek Bio,
dan lain-lain. Contoh lain adalah kelompok paduan suara IAIN Salatiga yang bernyanyi di acara
natal salah satu Gereja GPdI, pemuda-pemudi Kristen, Khatolik dan budha yang membantu
pengamanan sholat Ied, para pemuda remaja muslim yang membantu pengamanan natal kota
Salatiga, ramai dan semaraknya kota dengan nuansa mandarin saat Imlek, dan masih banyak lagi
bentuk toleransi di kota yang damai ini. Salatiga bahkan adalah salah satu dari sedikit kota di Pulau
Jawa yang mengadakan perayaan dan festival Natal di luar ruangan.
Semboyan kota Salatiga yaitu “Hatti Beriman dan Smart” memanglah pantas disematkan pada
kota lahir 3 pahlawan nasional Indonesia yang kemudian menjadi 3 tokoh pahlawan Salatiga yaitu
Laksamanda Yosaphat Sudarso atau Yos Sudarso, Komodor Udara Agustinus Adisucipto dan
Brigjend. Sudiarto.
TOLERANSI DI INDONESIA
Situasi intoleransi saat ini sudah mencapai angka lebih dari 50% (data dari mana dan area man ini
Hiz?). Hal ini menyebabkan keengganan seseorang untuk dekat dengan orang yang berbeda
keyakinan dengannya. Intoleransi pun bisa terjadi bukan hanya pada pemeluk agama yang
berbeda, melainkan juga pada orang yang memiliki agama yang sama, misalnya akibat perbedaan
paham dan ideologi seperti mazhab atau sekte. Kasus-kasus intoleransi bahkan banyak pula yang
sudah diliput berita nasional namun tetap saja menghasilkan keputusan yang diskriminatif.
Kasus penistaan agama yang dikabarkan dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki
Tjahaja Purnama atau lebih dikenal dengan nama Ahok, menjadi viral dan berbuntut pada
dipenjarakannya Ahok selama kurang lebih 2 tahun. Kasus ini berupa pemotongan video yang
kemudian diviralkan sehingga menyebabkan dituduhkannya tuduhan penistaan agama pada Ahok,
yang sebenarnya tidak dilakukan Ahok dengan maksud seperti yang dituduhkan padanya.
Kasus lain adalah bom di berbagai Gereja di Inonesia. Di tahun 2000 saja, tidak kurang dari 20
Gereja di seluruh Indonesia mendapat serangan bom secara bersamaan. Pengeboman pada Gereja
juga terjadi lagi sejak tahun tersebut hingga yang terdekat adalah pengeboman 3 Gereja di
Surabaya yang menelan tewas 28 orang (termasuk pelaku) dan membuat lebih dari 50 orang
lainnya luka-luka. Intoleransi di Indonesia rupanya tak hanya berupa diskriminasi saja namun
sudah disertai dengan terorisme.
Pelarangan ibadah juga marak terjadi di negeri ini. Pada November 2019 terjadi pelarangan bagi
sekelompok umat Hindu di Bantul untuk bersembahyang. Pemda Bantul bahkan mengatakan
bahwa hal ini bukan masalah intoleransi, sementara para saksi mata yang ada di sana bercerita
bahwa ada pencegatan yang dilakukan oleh sekelompok orang pada kelompok orang Hindu yang
hendak sembahyang ini. Kasus-kasus pelarangan ibadah juga banyak terjadi pada Gereja. Semua
tindakan intoleransi inilah yang memicu timbulnya masalah-masalah yang lebih besar seperti
perang antar kelompok dan genosida.
Untuk itulah, prinsip bangsa Indonesia yang mengedepankan persatuan di tengah keberagaman
seharusnya menjadi pedoman hidup bagi seluruh masyarakat. Jika persatuan muncul, maka segala
macam ancaman seperti intoleransi dan konflik berdarah dapat dihadapi dan bahkan dihindari.
Banyak negara telah menunjukkan kuatnya dampak dari persatuan di tengah keberagaman, seperti
Amerika Serikat, Singapura, dan negara-negara Eropa. Di masa lalu manusia memamerkan
superioritas di dalam homogenitas untuk melakukan kontrol budaya pada kelompok
masayarakatnya sedangkan di masa ini hal itu sudah tidak relevan lagi. Hari ini, persatuan yang
dibingkai dalam keberagaman harusnya menjadi gaya hidup yang akan membawa kemajuan bagi
setiap kelompok. Kedamaian seharusnya menjadi pesan berantai yang disalurkan terus dari
generasi ke generasi. Seperti Kota Salatiga, yang mengajarkan pada semua masayarakat Indonesia
bahwa kedamaian tidak didapat dari superioritas ataupun pemaksaan kehendak, melainkan dari
kemauan bersatu tanpa membeda-bedakan agama, ras atau suku.

Anda mungkin juga menyukai