Anda di halaman 1dari 10

TOPIK

PLURALISM AND INTER-RELIGIOUS HARMONY IN


KUPANG
R I N T O HAS I H O LAN H U TAP E A & I S W AN T O
Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang, Jl. Cak Doko No. 76 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Email:
rintohutapea81@gmail.com & Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Kupang, Jl. Cak Doko No. 76 Kota Kupang, Nusa Tenggara
Timur, Email: iswantoyohanes@rocketmail.com

ABSTRACT
This study aims to shed light on how pluralism and inter-religious harmony thrive in the City of Kupang,
East Nusa Tenggarar. The results showed that the people of Kupang generally accept pluralism and can live in
harmony within a plural community. Moreover, they also support the creation of harmony among religious
communities. This condition is driven by the significant roles of the local Government of Kupang, the FKUB.,
and the office of the Ministry of Religious Affairs of the City of Kupang. These parties provide serious attention
to the improvement and fostering of harmony among religions. This has been evidence that the roles of institutions
and religious and community leaders play a strong pillar in strengthening and the realization of harmony
among religious communities. Their commitment definitely contributes to the peaceful and harmonious climate
of the city, and can in the long run prevent conflicts between religious communities.

KEY WORDS: Pluralism, harmony, religious, Kupang city

POTRET PLURALISME DAN KERUKUNAN UMAT


BERAGAMA DI KOTA KUPANG

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan potret pluralisme dan kerukunan umat beragama
dalam masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masyarakat Kota Kupang memberikan penerimaan yang baik akan pluralisme dan kemajemukan di
masyarakat, serta mendukung terciptanya kerukunan antar umat beragama. Kondisi ini didorong
oleh peran signifikan dari pemerintah Kota Kupang, FKUB Kota Kupang, dan kantor Kementerian
Agama Kota Kupang yang memberikan perhatian serius dalam peningkatan dan pembinaan
kerukunan antar umat bergama. Peran instansi dan tokoh-tokoh agama maupun masyarakat menjadi
pilar kuat dalam memperkokoh dan terwujudnya kerukunan antar umat beragama. Dengan peran
pihak-pihak terkait tersebut, menjadikan Kota Kupang menjadi kota yang damai dan harmonis, serta
dapat dengan baik mencegah terjadinya konflik antar umat beragama.

KATA KUNCI: Pluralisme, kerukunan, agama, Kota Kupang

* Naskah diterima Februari 2020, direvisi April 2020, dan disetujui untuk diterbitkan Mei 2020

Dialog Vol. 43, No.1, Jun 2020 99


A. PENDAHULUAN negatif”, hanya ditilik dari kegunaannya untuk
Kerukunan dan keharmonisan dalam hidup memungkinkan fanatisme (to keep fanaticism at
bermasyarakat merupakan keniscayaan dan bay), akan tetapi pluralisme harus dipahami
dambaan setiap insani. Terlebih di tengah-tengah sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam
kemajemukan agama di masyarakat Indonesia. ikatan-ikatan keadaban” (genuine engagment of
Yusuf Wibisono mengutarakan, pada hakikatnya diversities within the bonds of civility) (Talib, 2015).
setiap manusia dan semua agama menjunjung Konsep pluralisme yang ditawarkan oleh
tinggi nilai-nilai perdamaian dan komitmen Talib ini menjadi dasar yang menarik untuk
terhadap anti-kekerasan, tetapi di saat bersamaan dipetik dalam penelitian ini. Konsep tersebut yaitu
kekerasan atas nama agama selalu terjadi dengan pluralisme merupakan pertalian sejati
mengorbankan umatnya yang tidak sedikit kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban.
jumlahnya (Wibisono, 2017). Senada dengan itu, Konsep ini akan peneliti kaitkan dengan
Bauto menegaskan, salah satu agenda besar dalam permasalahan dalam penelitian ini. Permasalahan
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara tersebut yaitu dinamika pluralisme di tengah-
adalah menjaga persatuan dan kesatuan serta tengah masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara
membangun kesejahteraan hidup bersama Timur (NTT).
seluruh warga negara dan umat beragama. Kota Kupang merupakan pusat ibu kota
Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan Provinsi NTT. Sebagai ibu kota, kota ini memiliki
ke arah keutuhan dan kesejahteraan adalah jumlah penduduk terbanyak di antara kotamadya
masalah kerukunan sosial, termasuk di dalamnya atau kabupaten yang ada di Provinsi NTT.
hubungan antara agama dan kerukunan hidup Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
umat beragama (Bauto, 2016). Kupang, yang di-update terakhir kali pada tanggal
Namun, di tengah-tengah masyarakat yang 03 Desember 2019, jumlah penduduk Kota
penuh dengan keragaman, dambaan mulia Kupang mencapai 547.742 jiwa.
tersebut masih terusik dengan adanya letupan Di tengah-tengah kemajemukan masyarakat
atau gesekan-gesekan kecil dalam masyarakat. dan agama yang dianut, tidak dapat dipungkiri
Gesekan tersebut salah satunya dipicu oleh potensi konflik dapat terjadi. Terkait konflik
egosentris kesukuan, agama, dan ras. keagamaan di Kota Kupang, konflik yang pernah
Gesekan yang dipicu oleh egosentris tersebut, terjadi di tahun-tahun terakhir ini di antaranya:
tidak dapat dipungkiri sedikit banyaknya pertama, terjadinya konflik pembangunan rumah
dipengaruhi oleh perkembangan modernisasi, ibadah masjid Nur Musafir di Batuplat, Kota
liberalisasi, dan globalisasi. Seperti yang Kupang. Kasus konflik ini merupakan persoalan
ditegaskan oleh Sirry dalam tulisan Talib, “Saat umum yang terkadang terjadi di daerah yang
ini kita hidup dalam dunia yang bergerak begitu berbasis mayoritas dan minoritas. Dalam kasus
cepat ke arah pluralisme dengan beragam agama, ini, konflik pembangunan rumah ibadah terjadi
bahasa dan budaya sebagai akibat dari di Kota Kupang yang merupakan basis
perkembangan modernisasi, liberalisasi dan masyarakat yang mayoritas memeluk agama
globalisasi” (Talib, 2015). Kristen.
Tantangan oleh karena derasnya arus Merujuk pada kasus tersebut, apakah
perkembangan tersebut, juga berpengaruh pada militansi keagamaan mayoritas selalu
derasnya tantangan pluralisme di masyarakat. mendominasi kebijakan terutama pada kasus
Tantangan pluralisme tersebut bukan tidak ada pembangunan rumah ibadah. Baidi dalam kajian
alasan. Terutama dalam hal menyatukan konsep risetnya yang dilaksanakan di daerah Surakarta
pemahaman pluralisme di tengah-tengah mengungkapkan adanya militansi agama (Baidi,
masyarakat. Talib menjelaskan, pluralisme tidak 2010). Ia menjelaskan peristiwa-peristiwa sweeping
dapat dipahami hanya dengan mengatakan terhadap warga asing dan pembongkaran paksa
bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka tempat-tempat yang dianggap maksiat tahun
ragam, terdiri dari berbagai agama dan suku, yang 2000-an oleh kelompok gerakan ini adalah salah
justru hanya bisa menggambarkan kesan satu contohnya. Kenyataan ini juga
fragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme juga mencerminkan bahwa di Surakarta masih
tidak boleh dipahami sekedar sebagai “kebaikan terdapat sel-sel keagamaan yang menampilkan

100 Potret Pluralisme dan Kerukunan Umat ...


sisi radikalisme sehingga sangat menarik untuk dokumentasi berbagai data dan informasi yang
diteliti. Lebih lanjut Baidi memaparkan, dari arah terkait topik ini. Adapun observasi dilakukan
yang sama, basis-basis keagamaan seperti ini juga selama enam bulan, dari bulan Juli sampai
diikuti oleh agama Kristen. Kaum Nasrani juga Desember 2019. Obervasi terkait fenomena-
mempunyai kelompok-kelompok yang militan fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat
walaupun tak terlihat jelas. Militansi kaum Kota Kupang. Fenomena tersebut penulis amati
Nasrani dapat dilihat dari ekspansi pembangunan secara langsung, maupun secara tidak langsung
tempat-tempat ibadah gereja dan acara melalui media cetak dan media sosial. Adapun
keagamaan yang makin semarak. Gejala-gejala analisis data dilakukan dengan model deskriptif
seperti ini, bagi kelompok Islam dapat dibaca analitik. Data yang telah dikumpulkan, kemudian
sebagai fenomena yang mengancam eksistensi disistematisasi dalam suatu konstruk pemikiran
umat Islam. Permasalahan inipun yang sesuai dengan state of the art kajian serupa ini, lalu
dikhawatirkan terjadi atas konflik pembanguan dianalisis dengan teori-teori terkait dan
rumah ibadah umat Islam yang ada di Batuplat digambarkan dalam sebuah tulisan (Ruhana, n.d.).
Kota Kupang. Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis dan
Kedua, permasalahan umat Buddha di Kota perpaduan antara teori dan hasil pengamatan di
Kupang yang mengalami kesulitan memiliki lapangan.
tempat ibadah. Menurut data BPS, umat Budha
di Kota Kupang adalah umat yang paling sedikit C. HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlahnya di antara umat lain, yaitu hanya 215 Pluralisme Agama
jiwa. Umat Budha menjalani pergumulan panjang Pengertian pluralisme agama di masyarakat
untuk memiliki tempat ibadah. Terkait memiliki ragam atau konsep yang berbeda-beda.
pergumulan dan permasalahan ini, FKUB dan Untuk menyamakan konsep tersebut, maka perlu
Kantor Kementerian Agama Kota Kupang dipaparkan konsep yang tepat terkait pluralisme
memberikan jalan keluar dengan mengijinkan agama. Pertama, kata “pluralisme.” Kata
umat Budha untuk menggunakan salah satu “pluralisme” berasal dari bahasa Inggris yang
ruang di gedung FKUB Provinsi NTT di jalan El berakar dari kata “plural” yang berarti banyak atau
Tari Kota Kupang. Selain itu, Kantor Kementerian majemuk. Menurut Ngainun Naim dan Achmad
Agama Provinsi NTT memberikan hibah tanah Sauqi, pluralisme secara substansional
kepada umat Budha untuk pembangunan tempat termanifestasi dalam sikap untuk saling mengakui
ibadah. sekaligus menghargai, menghormati, memelihara,
Kasus pembangunan rumah ibadah masjid dan bahkan mengembangkan atau memperkaya
Nur Musafir di Batuplat dan masalah umat Budha keadaan yang bersifat plural, jamak, atau banyak
yang mengalami kesulitan memiliki tempat (Naim, 2008).
ibadah, memberikan gambaran masih adanya Sementara itu, menurut Sutarno dalam
persoalan kecil tentang pluralisme dan kerukunan Hendri Masduki, pluralisme merupakan suatu
umat beragama di Kota Kupang. Permasalahan sistem nilai atau pandangan yang mengakui
ini menjadi dasar dan pemicu untuk peneliti keragaman di dalam suatu bangsa. Keragaman
melakukan penelusuran lebih lanjut untuk atau kemajemukan dalam suatu bangsa itu
melihat bagaimana potret pluralisme dan haruslah senantiasa dipandang positif dan optimis
kerukunan antar umat beragama di Kota Kupang sebagai kenyataan riil oleh semua anggota lapisan
pada masa kini. masyarakat dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan bernegara (Masduki, 2016).
B. METODE PENELITIAN Pengertian pluralisme dari para ahli di atas,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan. Pluralisme adalah
adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi pandangan yang saling mengakui dan
pustaka. Kajian studi pustaka yang dimaksud menghormati keragaman serta kemajemukan
mengkaji sumber-sumber terkait pluralisme dalam suatu masyarakat dan bangsa.
agama dari buku-buku, jurnal, dan sumber Kedua, kata “agama.” Terkait pengertian
lainnya. Teknik pengumpulan data dalam agama, Amri Marzali mengulas pengertian agama
penelitian ini yaitu observasi peneliti serta telaah berdasarkan sosioantropologi dan politik-

Dialog Vol. 43, No.1, Jun 2020 101


administratif. Marzali menjelaskan, istilah agama Pertama, pluralisme agama dalam perspektif
dalam kajian sosioantropologi adalah terjemahan Islam. Menurut perspektif Islam, pluralisme
dari kata religion dalam bahasa Inggris, tidak sama agama adalah bahwa tiap pemeluk agama
dengan istilah agama dalam bahasa politik- dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan
administratif pemerintah Republik Indonesia. hak orang lain, tetapi juga terlibat dalam usaha
Dalam tulisan ini, agama adalah semua yang memahami perbedaan dan persamaan, guna
disebut religion dalam bahasa Inggris, termasuk tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan
apa yang disebut agama wahyu, agama natural, (Sumbulah, 2013). Dengan kata lain, Islam
dan agama lokal. “Agama” dalam pengertian memandang pluralisme sebagai sikap saling
politik-administratif pemerintah Republik menghargai dan toleransi terhadap agama lain
Indonesia adalah agama resmi yang diakui oleh (Rahman, 2014).
pemerintah, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kedua, pluralisme agama dalam perspektif
Katolik, Hindu dan Budha, dan pada masa akhir- Kristen. Menurut perspektif Kristen pluralisme
akhirnya ini juga dimasukan agama Konghucu agama merupakan pengakuan akan perbedaan
(Marzali, 2017). dan kemajemukan. Adanya perbedaan itu
Berikutnya ialah pengertian pluralisme dikehendaki supaya mereka saling mengenal diri
agama. Pluralitas agama adalah kondisi hidup sendiri, orang lain dan berkembang sesuai dengan
bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti kepribadian dan talentanya masing-masing, serta
yang luas) yang berbeda-beda dalam satu saling mengupayakan untuk kesejahteraan
komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri bersama. Perbedaan itu tidak disikapi dengan
spesifik atau ajaran masing-masing agama kebencian, kesombongan, permusuhan, saling
(Afifuddin, 2012). menghancurkan dan menyingkirkan. Melainkan
Menurut Michael Amalados dalam Abdullah juga memandang sebagai sesama manusia,
Abd Talib, konsep pluralisme agama dapat saudara yang sama-sama membutuhkan cinta
digambarkan sebagai berikut: 1) Apabila setiap kasih dan perhatian, serta penghargaan akan hak-
agama demikian juga komunitas umatnya dapat hak asasinya (Sumbulah, 2013).
memberi tempat kepada penganut agama lain Ketiga, pluralisme agama dalam perspektif
tidak hanya dalam perasaan toleransi sebagai Hindu. Pluralisme agama menurut perspektif
warga negara kelas kedua; 2) Apabila setiap Hindu diuraikan oleh Ida Bagus Putu Mambal
agama dapat membedakan antara keyakinan sebagai berikut: Hindu menanggapi pluralitas
dengan konsekuensi moral mereka; 3) Apabila ada manusia dengan segala potensi dirinya dengan
konsensus yang pasti dapat dicapai oleh memberikan kebebasan dalam rangka
masyarakat yang berbeda-beda keyakinan untuk internalisasi dan mengekspresikan Sang Adi
saling menghormati tatanan moral yang penting Kodrati (Mambal, 2016). Sehingga, dalam praktek
bagi pribadi dan sikap sosial mereka. Lebih lanjut, yoga (pendekatan diri kepada Tuhan) akan
tiga kondisi tersebut sebenarnya dapat dijumpai setidaknya empat jalan, yaitu Karma
diwujudkan oleh kalangan umat beragama, Yoga bagi yang aktif, Bhakti Yoga bagi sang
selama antarmereka tercipta saling pengertian pencinta, Raja Yoga bagi sang mistikus dan Jnana
yang mendalam walaupun tetap hidup dalam Yoga bagi sang filsuf. Mambal lebih lanjut
agama yang berbeda-beda. Misalnya sekarang menguraikan, agama Hindu tidak hanya
bagaimana cara yang harus ditempuh oleh umat menyediakan satu jalan, satu Tuhan yang benar,
beragama sehingga dapat mengembangkan sikap satu kitab suci, satu dogma bagi semua orang.
yang positif, arif dan konstruktif (Talib, 2015). Keanekaragaman jalan yang disediakan
Terkait penelitian ini, penulis akan menyebabkan tumbuhnya keberagaman bentuk
memaparkan beberapa konsep atau perspektif ritual atau ibadah, sesuai dengan tempat, waktu
pluralisme agama berdasarkan beberapa agama. dan suasana dimana Hindu berkembang. Ibadah
Konsep tersebut terdiri atas: pluralisme agama atau ritual itu harus mengakomodasi budaya
dalam perspektif Islam, pluralisme agama dalam setempat (local genius). Secara konsepsional
perspektif Kristen, pluralisme agama dalam pandangan Hindu mengenai pluralitas dan
perspektif Hindu, dan pluralisme agama dalam kerukunan merupakan suatu situasi yang terjadi
perspektif Budha. atas sinergisitas pelbagai unsur, relasi dan

102 Potret Pluralisme dan Kerukunan Umat ...


apresiasi yang baik antar elemen, bahkan di apa yang dalam Buddhisme dikenal sebagai
kalangan intern Hindu sendiri. Ketika hal tersebut “emptiness” atau “nothingness” (sunyata).
tidak dapat dipenuhi, maka kerukunan sulit untuk Konsep atau perspektif pluralisme dari
diwujudkan. beberapa agama di atas menunjukkan bahwa
Keempat, pluralisme agama dalam perspektif perbedaan atau kemajemukan adalah keniscayaan
Budha. Maufur menuturkan, Harold Coward yang mesti diterima oleh umat. Apapun agama
dalam bukunya Pluralism in the World Religions, yang dipeluk oleh umat, menciptakan kerukunan
mengatakan, sikap Buddhisme terhadap agama dengan agama lain merupakan tanggung jawab
lain didasarkan pada prinsip toleransi-kritis yang mesti dilaksanakan.
(critical-tolerance). Dalam sikap toleransi-kritis ini, Berkaitan dengan pluralisme dan
Buddhisme mengedepankan sikap keyakinan menciptakan kerukunan antar umat beragama,
sementara (provisional faith) terhadap setiap ajaran perlu dilakukan beberapa upaya. Tarmizi Taher
agama atau filsafat tertentu yang kebenarannya dalam kajian Jeneman Pieter dan John A. Titaley
harus diuji melalui pengalaman personal mengungkapkan beberapa upaya tersebut, di
seseorang (Maufur, 2015). Oleh karena itu, antaranya (Pieter, n.d.): pertama, pada prinsipnya
Buddhisme menolak penerimaan buta terhadap semua agama ingin mensejahterakan para
suatu keyakinan atau otoritas tertentu. Buddhisme pemeluknya, secara universal agama ingin
mengajarkan para pengikutnya untuk selalu menolong orang-orang miskin dan teraniaya.
bersikap terbuka namun tetap kritis dalam Persamaan pandangan tersebut memungkinkan
menerima setiap ajaran apapun. Buddhisme berbagai agama dapat bekerja sama untuk
mengambil sikap terbuka terhadap setiap ajaran melakukan kegiatan atau proyek dalam rangka
agama manapun, namun demikian tetap penanggulangan kemiskinan, yang masih cukup
memerintahkan sikap kritis dari pengikutnya. banyak ditemukan dalam masyarakat kita.
Buddhisme melarang para pengikutnya untuk Kedua, agama-agama di Indonesia bersedia
mencemooh atau mencela agama lain. mengembangkan wawasan keagamaan yang
Maufur lebih lanjut menegaskan, John Power inklusif, mau menerima dan menghargai
dalam pandangannya mengungkapkan bahwa kehadiran golongan agama-agama lain di luar
pengakuan Buddhisme bagi keberadaaan dialog dirinya. Ketiga, hubungan kekerabatan dalam
antar-agama (interfaith dialogue) memiliki masyarakat Indonesia dapat meredam
landasan historis yang kuat dan mesti didasarkan pertentangan antar-agama yang berbeda.
pada prinsip saling menghormati (Maufur, 2015). Keempat, dalam masyarakat secara tradisional
Power lebih lanjut mengulas, gagasan Buddha ada kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat yang
Mahayana tentang Enam Paramita di bawah ini sudah melembaga untuk memelihara ketertiban
sangat relevan dalam konteks pembahasan di sini. masyarakat walaupun berbeda agama, seperti
Pertama, kemurahan hati (dana), artinya kita harus adat Pela di Maluku, Mapulus di Minahasa,
mau membuka ruang dialog bagi orang lain. Rumah Betang di kalangan suku Dayak di
Kedua, ajaran-ajaran moral (sila), artinya kita tidak Kalimantan Tengah. Kelima, berbagai upaya
boleh menghina dan melukai tradisi dan para pemerintah yang telah dilakukan untuk
praktisi agama lain. Ketiga, kesabaran (ksanti), mendekatkan berbagai perbedaan di dalam
artinya kita tidak boleh terlalu menggebu-gebu masyarakat didukung oleh semua pemuka
dan berpikiran bahwa orang lain harus setuju agama. Kegiatan seperti penataran Pedoman
dengan kita. Untuk itu diperlukan kesabaran Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4),
dalam dialog untuk bisa memahami perbedaan musyawarah dan dialog antar-agama dapat
dan persamaan agama lain. Keempat, usaha (virya), berjalan dengan baik.
artinya kita harus selalu melibatkan diri kita dalam Keenam, adanya dampak positif dari
proses dialog dengan agama lain. Kelima, globalisasi informasi dan ekonomi, wawasan
konsentrasi (dhyana), artinya pikiran kita harus keberagaman masyarakat semakin meningkat dan
fokus dan tidak terpecah dalam melakukan dialog luas, juga ada kemudahan informasi bagi pemeluk
dengan agama lain. Keenam, kebijaksanaan agama untuk mendapatkan pengetahuan agama
(drajna), artinya tidak ada yang namanya dari media informasi yang beragam.
kebenaran objektif, mutlak dan independen. Inilah Upaya lain yang dapat dilakukan terkait

Dialog Vol. 43, No.1, Jun 2020 103


pluralisme dan menciptakan kerukunan antar
umat beragama, diulas oleh M. Rifa’I Abduh. Ia
mengemukakan bahwa model dialog yang
digunakan di Indonesia terkait keharmonisan
agama dan pluralisme agama yaitu model inklusif Tabel
dan eksklusif (Abduh, 2007). Model inklusif yaitu Jumlah Penduduk Kota Kupang
melihat latar belakang kerukunan umat beragama Sumber: BPS Kota Kupang Tahun 2019
yang menyatakan bahwa kehidupan yang
harmonis di antara umat beragama adalah syarat Berdasarkan hasil survei indeks Kerukunan
mutlak bagi persatuan nasional dan untuk Umat Beragama (KUB) yang dirilis oleh
stabilitas nasional serta keamanan nasional. Kementerian Agama Republik Indonesia tahun
Sedangkan model eksklusif, tercermin dalam 2019, Kota Kupang Provinsi NTT memperoleh
peraturan penyebaran agama dari masing-masing 81.1 skor indeks KUB. Provinsi NTT memperoleh
agama. peringkat kedua sebagai wilayah yang
Senada dengan upaya di atas, Khotimah menjunjung tinggi akan toleransi setelah provinsi
berpendapat bahwa berdasarkan prinsip dasar Papua Barat. Hasil survei ini menunjukkan Kota
dan norma-norma teologis dan etis, dialog antar Kupang yang adalah ibu kota provinsi NTT
agama adalah sesuatu yang penting serta mesti menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman.
dilakukan untuk pembinaan internal masing- Terkait hasil survei indeks KUB ini, peneliti
masing agama (Khotimah, 2012). Lebih lanjut, ia dalam kesempatan tersebut dilibatkan sebagai
menjelaskan bahwa dialog tidak selalu berarti enumerator yang turun langsung menemui
tidak ada keharmonisan, melainkan membawa responden atau masyarakat. Dari pengalaman
kesadaran kepada umat tentang bagaimana peneliti tersebut, maka peneliti memberikan
bersikap serta memahami perbedaan agama, beberapa catatan terkait dengan topik penelitian
sehingga melalui dialog muncul wawasan ini, yaitu pluralisme agama dan kerukunan antar
kebersamaan dalam kehidupan beragama dan umat beragama. Catatan ini peneliti kombinasikan
bermasyarakat. dengan hasil obervasi peneliti terhadap fenomena
Pendekatan dialog yang dikemukakan para yang terjadi di masyarakat Kota Kupang. Catatan
ahli di atas menegaskan bahwa dialog merupakan tersebut adalah sebagai berikut:
strategi yang efektif dalam memahami pluralisme Pertama, pluralisme agama mendapat tempat
dan menciptakan keharmonisan antar umat di hati masyarakat Kota Kupang. Konsep ini
beragama. Dialog yang bersifat membangun peneliti peroleh dari hasil kesimpulan selama
kebersamaan akan mendorong terciptanya peneliti mengumpulkan data dari responden.
kerukunan antar umat beragama yang plural dan Peneliti menemukan bahwa bagi masyarakat Kota
majemuk. Hasil penelitian terdahulu yang Kupang, perbedaan agama di lingkungan
dilakukan oleh Ahmad Sodli juga mengemukakan masyarakat tidak menjadi halangan untuk hidup
bahwa faktor dialog atau kerjasama merupakan saling berdampingan dan berinteraksi. Kondisi ini
kunci penting dalam menciptakan kerukunan menunjukkan bahwa pluralisme cukup diterima
antar umat beragama di Kota Kupang (Sodli, dengan baik di kalangan masyarakat Kota
2009). Kupang.
Kedua, konflik terkait pluralisme agama dapat
Gambaran Pluralisme Agama di Kota Kupang terjadi oleh karena faktor egosentris keagamaan.
Masyarakat Kota Kupang adalah masyarakat Konsep ini peneliti peroleh saat berdiskusi lepas
yang majemuk. Berbagai suku dan agama ada di dengan responden terkait pemicu konflik agama
Kota Kupang. Dengan kemajemukan tersebut di masyarakat. Konflik agama dapat terjadi
Kota Kupang memiliki julukan “Kota Kasih” apabila ada pihak-pihak yang tidak dapat
untuk mempererat dan pemersatu atas perbedaan menahan egosentris keagamaannya. Seperti yang
yang ada di masyarakat. Adapun gambaran terjadi pada kasus pendirian rumah ibadah masjid
penduduk Kota Kupang berdasarkan pemeluk yang terjadi di daerah Batuplat, artinya,
agama dapat dilihat pada data berikut ini. mengganggap hadirnya rumah ibadat baru akan
mengganggu keamanan umat agama lainnya.

104 Potret Pluralisme dan Kerukunan Umat ...


Sekalipun demikian, konflik ini berakhir dengan meresmikan Kelurahan Fatubesi sebagai
jalan dialog antar umat maupun tokoh-tokoh Kampung Kerukunan di Kota Kupang yang
agama, serta dukungan dari pemerintah. digagas oleh Forum Kerukunan Umat Beragama
Upaya dalam membangun pluralisme agama (FKUB) Kota Kupang dan mendapat dukungan
dan menciptakan kerukunan umat beragama di dari Kementerian Agama Republik Indonesia.
Kota Kupang di atas, tidak dapat lepas dari peran Peran pemerintah Kota Kupang di atas, tentu
instansi-instansi terkait. Peran instansi itu antara berpengaruh besar dalam pembinaan kerukunan
lain: peran pemerintah Kota Kupang, peran antar umat beragama di Kota Kupang.
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Masyarakat Kota Kupang yang pluralis sudah
Kupang, serta peran Kementerian Agama Kota tentu termotivasi untuk menjaga kerukunan antar
Kupang. umat beragama dengan melihat prestasi dan
kinerja Wali Kota Kupang di atas.
Peran Pemerintah Kota Kupang
Pemerintah Kota Kupang memiliki peran Peran Forum Kerukunan Umat Beragama
yang sangat strategis dalam kebijakan dan (FKUB)
keputusan dalam pembinaan kerukunan umat Forum Kerukunan Umat Beragama dalam
beragama. Berbagai program terkait kerukunan pembentukannya oleh pemerintah bertujuan
umat beragama telah dilakukan. Program- untuk memberikan perhatian khusus dan
program tersebut membuat Walikota Kupang menciptakan kerukunan antar umat beragama.
Jafrison Riwu Kore di awal tahun 2020, menerima Peran FKUB di Kota Kupang dalam membangun
penghargaan dari Menteri Agama Republik toleransi dan kerukunan umat beragama
Indonesia ( Jahang, 2020). Penghargaan ini dilakukan dengan berbagai program.
diberikan karena Walikota telah berkontribusi Berdasarkan hasil penelitian (Taopan & Ly,
terhadap pengembangan pendidikan agama dan Petrus Ly, 2020), mengungkapkan bahwa FKUB
keagamaan di wilayah ibu kota Provinsi NTT. Kota Kupang memiliki program rutin dan tidak
Pemerintah Kota Kupang telah berhasil rutin dalam membangun toleransi dan kerukunan
menciptakan keharmonisan kehidupan antar umat beragama. Program rutin seperti: dialog,
umat beragama dengan menjamin dan seminar, sosialisasi dan lomba pidato serta lomba
memfasilitasi kebebasan beribadah bagi umat hymne dan mars kerukunan. Sementara program
beragama. Menteri Agama Fachrul Razi tidak rutin misalnya: penerbitan buku, pembuatan
menyebutkan bahwa Wali Kota Kupang striker, kalender dan spanduk keagamaan. Melalui
mendapat penghargaan karena dinilai berhasil program ini, FKUB Kota Kupang berupaya
dalam pembangunan pendidikan keagamaan membangun dan menciptakan kerukunan antar
dengan menghibahkan tanah seluas 942 meter umat beragama.
persegi untuk pembangunan rumah atau tempat Upaya FKUB dalam membangun kerukunan
ibadah bagi umat Budha di Kota Kupang. antar umat beragama, dapat dilihat juga dari
Selain itu, berbagai kegiatan lintas keagamaan penanganan kasus dugaan adanya penistaan
yang telah Pemerintah Kota Kupang lakukan terhadap simbol-simbol keagamaan yang terjadi
seperti perayaan natal bersama masyarakat pertengahan tahun 2019 lalu. Dugaan penistaan
kurang mampu, kegiatan orang muda Katolik, tersebut terkait dengan ceramah Ustad Abdul
Lomba Pesparani Tingkat Kota Kupang, serta Somad yang berbicara tentang salib dan jin kafir.
pelaksanaan pawai ogoh-ogoh dalam rangka Ceramah ini dipandang dapat merusak hubungan
perayaan Hari Raya Nyepi umat Hindu di Kota antar agama dan umat beragama yang selama ini
Kupang. Dalam bidang pendidikan agama, sudah terjalin dengan baik.
Pemerintah Kota Kupang juga menetapkan 16 Terkait kasus ini, tim kerja FKUB Kota Kupang
formasi Jabatan Guru Agama dalam Seleksi Calon yang terdiri dari Pdt. Drs. Rio Fanggidae, M.Si
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemerintah Kota (Ketua), Pieter da Santo, SH (Wakil Ketua I), H.
Kupang tahun anggaran 2019. Formasi tersebut Muhammad Abdurrahman, S.Sos (Wakil Ketua
terdiri dari 1 formasi guru agama Hindu, 5 guru II), I Nyoman Ramiya (Wakil Sekretaris), Rm.
agama Islam, 4 guru agama Katolik, dan 6 guru Andereas Sika, Pr (Anggota), Saleh Bahweres,
agama Protestan. Pemerintah Kota Kupang juga S.Sos (Anggota), Pdt. Jecky Latuperissa, M.Th

Dialog Vol. 43, No.1, Jun 2020 105


(Anggota), Pdt. Doddy L. A. Oematan, S.Th menjaga dan memelihara kerukunan antar umat
(Anggota), Pdt. Yabes A. Runesy, S.Th (Anggota), beragama di Kota Kupang.
dan Pdt. Jeri A. C. Adoe, S.Th (Anggota) datang
dan melakukan audiensi dengan pemerintah Kota Peran Kementerian Agama Kota Kupang
Kupang. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Upaya pencerahan konsep pluralisme agama
pemerintah Kota Kupang diwakili oleh Dr. dan pembinaan kerukunan antar umat beragama,
Herman Man selaku Wakil Walikota Kupang, juga menjadi tanggung jawab Kementerian
Kepala Badan Kesbangpool Kota Kupang, dan Agama Kota Kupang maupun kantor
Pejabat Kementerian Agama Kota Kupang. Kementerian Agama Provinsi NTT. Kota Kupang
Pertemuan tersebut dilaksanakan di Ruang dalam dua tahun belakangan ini, semakin banyak
Garuda Kantor Wali Kota Kupang pada hari dikunjungi oleh penduduk dari luar daerah, seperi
Selasa, tanggal 20 Agustus 2019. Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, dan
Adapun sikap yang disampaikan oleh FKUB daerah lainnya. Bahkan, oleh karena pekerjaan
Kota Kupang terkait kasus dugaan penistaan baik swasta maupun diterima jadi PNS membuat
simbol-simbol keagamaan tersebut adalah sebagi pendatang dari luar Kota Kupang, tinggal dan
berikut (Baghi, 2019): pertama, mengecam dengan menetap jadi penduduk Kota Kupang. Kondisi ini
keras segala bentuk ceramah/dakwah/khotbah membuat kemajemukan penduduk di Kota
yang mempersoalkan dan melakukan penistaan Kupang semakin bertambah. Terkait kondisi ini,
terhadap agama dan simbol-simbol keagamaan peran kantor Kementerian Agama Kota Kupang
dari umat beragama lain di Indonesia. penting dalam menjaga kerukunan antar umat
Kedua, menghimbau seluruh masyarakat agar beragama.
tetap tenang dan menjaga harmonisme dan Berbagai upaya juga telah dilakukan oleh
keserasian hubungan kehidupan bersama, serta Kementerian Agama di Kota Kupang dalam
tidak terprovokasi oleh berbagai pemberitaan meningkatkan kerukunan umat beragama.
media massa maupun media online yang Misalnya, terlibat dalam dialog dan kerja sama
berpotensi merusak kerukunan hidup umat dengan FKUB Kota Kupang dalam menciptakan
beragama di Kota Kupang. Ketiga, menyerahkan kerukunan antar umat beragama. Selain itu,
sepenuhnya penanganan persoalan ini kepada dalam kasus umat Budha yang mengalami
pihak yang berwajib untuk diproses sesuai dengan kesulitan tempat ibadah, Kantor Kementerian
hukum dan peraturan perundang-undangan yang Agama memberikan hibah tanah untuk
berlaku. pembangunan tempat ibadah umat Budha di Kota
Keempat, menghimbau kepada seluruh Kupang. Upaya-upaya ini mencerminkan
masyarakat agar cerdas dan bijak menggunakan keseriusan Kantor Kementerian Agama Kota
media sosial sehingga tidak memperkeruh dan Kupang dalam pembinaan kerukunan antar umat
meruncing suasana yang dapat mengadu domba. beragama di Kota Kupang.
Kelima, meminta kepada semua pimpinan umat Peran pemerintah Kota Kupang, FKUB Kota
beragama agar memahami dengan benar dogma Kupang, Kantor Kementerian Agama Kota
dan aqidah keagamaannya dengan Kupang, serta masyarakat Kota Kupang tentunya,
mengutamakan kasih, toleransi, dan kerukunan menjadi faktor penting dalam terwujudnya Kota
agar dapat menuntun umatnya untuk Kupang sebagai kota yang plural dan rukun.
mewujudkan kehidupan bersama berdasarkan Bercermin pada kondisi ini, pluralisme dan
nilai-nilai Pancasila, memperkokoh rasa kerukunan antar umat beragama dalam
kebangsaan dan cinta tanah air demi persatuan masyarakat Kota Kupang sudah tercipta dengan
dan kesatuan bangsa. baik. Kerukunan umat akan selalu tercipta dengan
Peran dan upaya yang dilakukan oleh FKUB baik, apabila segenap masyarakat dapat saling
Kota Kupang ini, tentu memiliki dampak yang menjaga keharmonisan dan kerukunan antar
besar terhadap terciptanya kerukunan antar umat umat beragama, serta menjunjung tinggi
beragama. Terlebih di tengah-tengah pluralisme kebhinekaan yang ada. Di samping itu, perlu juga
agama dan kemajemukan masyarakat Kota meningkatkan spirit pluralisme, dimana spirit
Kupang. FKUB diharapkan terus menjalankan pluralisme mengedepankan kerja sama demi
amanah tugas dan fungsinya di masyarakat dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan universal,

106 Potret Pluralisme dan Kerukunan Umat ...


dan memberikan kesempatan yang sama kepada Upaya-upaya yang dilakukan oleh
pihak lain terutama hak-hak sipilnya atas nama pemerintah Kota Kupang, FKUB Kota Kupang,
warga bangsa, maupun warga dunia (Wibisono, dan Kantor Kementerian Agama Kota Kupang
2017). Dengan demikian, Kota Kupang benar- menjadi pilar penting yang dapat mengawal
benar menjadi kota yang penuh kasih serta pluralisme dan terciptanya kerukunan antar umat
masyarakatnya hidup rukun dan harmonis. beragama. Dialog dan kerjasama antar pimpinan
instansi terkait, seperti pemerintah Kota Kupang,
D. KESIMPULAN FKUB Kota Kupang, Kantor Kementerian Agama,
Pluralisme agama dan upaya dalam tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat
menciptakan kerukunan antar umat beragama di menjadi penting untuk terus dilakukan dan
tengah-tengah masyarakat Kota Kupang menjadi ditingkatkan. Kondisi ini menjadi harapan dan
tanggung jawab semua pihak. Peran pemerintah cita-cita besar akan terpeliharanya dan
Kota Kupang, FKUB Kota Kupang, Kantor terwujudnya Kota Kupang yang harmonis dan
Kementerian Agama Kota Kupang sangat rukun di tengah-tengah kemajemukan yang
dibutuhkan dalam mewujudkan masyarakat yang dimiliki oleh masyarakat.
rukun dan harmonis di tengah-tengah
kemajemukan yang ada. Hasil survei indeks KUB UCAPAN TERIMAKASIH
oleh Kementerian Agama RI tahun 2019 lalu yang Ucapan terima kasih peneliti panjatkan
menjadikan Kota Kupang Provinsi NTT kepada Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
memperoleh peringkat kedua, menunjukkan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
bahwa Kota Kupang adalah kota kasih yang Kementerian Agama RI, yang telah memberikan
menjunjung tinggi pluralisme dan menciptakan kesempatan dan pengalaman bagi peneliti dalam
kerukunan antar umat beragama. melakukan survei indeks kerukunan umat
Berkaca pada kondisi ini, Kota Kupang beragama di Kota Kupang tahun 2019 lalu.
diasumsikan menjadi kota yang kuat di dalam Sehingga peneliti memperoleh pengalaman,
menjaga keharmonisan di tengah-tengah wawasan, dan pengetahuan yang cukup terkait
kemajemukan masyarakatnya. Selain itu, kondisi penelitian tentang tingkat kerukunan antar umat
masyarakat yang sadar akan pentingnya beragama di Kota Kupang.[]
kerukunan, menjadikan Kota Kupang menjadi
kota yang damai dan harmonis, serta dapat
menghindari terjadinya konflik antar umat
beragama.

Dialog Vol. 43, No.1, Jun 2020 107


D A F TA R P U S TA K A

Abduh, M. R. (2007). Religious Harmony in Maufur, M. (2015). Pluralisme Agama Dalam


Indonesia: A Philosophicd Perspective. Buddhisme. Jurnal Universum, 9 (2), 225–
Religi: Jurnal Studi Agama-Agama, VI (1), 1– 230. https://doi.org/10.30762/
10. universum.v9i2.88
Afifuddin. (2012). Pluralisme Keagamaan Pada Naim, N. dan A. S. (2008). Pendidikan Multikultural
Lembaga Pendidikan Islam Tradisional. Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Jurnal AI-Qalam, 18 (1), 142-153. Media.
Baghi, S. Y. Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Pieter, J. dan J. A. T. (n.d.). Hubungan Antar
Kupang Mulai Bersikap, (2019). https:// Agama dalam Kebhinekaan Indonesia:
ntt.kemenag.go.id/berita/510608/forum- Studi Kasus Terhadap Hubungan Warga
kerukunan-umat-beragama-kota-kupang- Jemaat GPIB Tamansari Pospel Kalimangli
mulai-bersikap. Dengan Warga Muslim Di Dusun
Baidi, B. (2010). Agama dan Multikulturalisme: Kalimangli. WASKITA: Jurnal Studi Agama
Pengembangan Kerukunan Masyarakat dan Masyarakat. 19–47.
Melalui Pendekatan Agama. Millah, Rahman, M. S. (2014). Islam dan Pluralisme.
ed(khus), 1–29. https://doi.org/10.20885/ Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi
millah.ed.khus.art1 Keagamaan, 2(1), 401–418.
Bauto, L. M. (2016). Perspektif Agama dan Ruhana, A. S. (n.d.). Democratizing Public
Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Participation In Maintaining Religious
Indonesia (Suatu Tinjauan Sosiologi Harmony. Jurnal Dialog, 42 (2), 124-133.
Agama). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2),
11-25. https://doi.org/10.17509/ Sodli, A. (2009). Kerukunan Umat Beragama di
jpis.v23i2.1616 Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ).
Jurnal Analisa, XVI (01), 64–73.
Jahang, B. S. S. Penghargaan dari Kementerian Agama
untuk Wali Kota Kupang, (2020). https:// Sumbulah, U. dan N. (2013). Pluralisme Agama:
kupang.antaranews.com/berita/27549/ Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan
penghargaan-dari-kementerian-agama- Antarumat Beragama. Malang: UIN-MALIKI
untuk-wali-kota-kupang. PRESS.

Khotimah. (2012). Religious Harmony and Talib, A. A. (2015). Pluralisme Sebagai Keniscayaan
Government in Indonesia. Jurnal Dalam Membangun Keharmonisan Bangsa.
Ushuluddin, 23 (1), 68–69. https://doi.org/ UIN Alauddin Makasar, 61–78.
10.1515/9783110901283 Taopan, N. F., & Ly, Petrus Ly, L. L. (2020). Peran
Mambal, Ida Bagus Putu. (2016). Hindu, Pluralitas Forum Kerukunan Umat Beragama dalam
dan Kerukunan Beragama. Jurnal Al- Meningkatkan Kualitas Sikap Hidup
AdYaN/Vol.XI, No.1. 1-18. Toleransi Antar Umat Beragama di Kota
Kupang. Jurnal Pamator, 13 (1), 44–49.
Marzali, A. (2017). Agama dan Kebudayaan.
Indonesian Journal of Anthropology, 1 (1), 57– Wibisono, M. Y. (2017). Agama, Kekerasan dan
75. https://doi.org/10.24198/ Pluralisme Dalam Islam. Jurnal Kalam, 9 (2),
umbara.v1i1.9604 187. https://doi.org/10.24042/klm.v9i2.328

Masduki, H. (2016). Pluralisme dan


Multikulturalisme dalam Perspektif
Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal
Dimensi, 9 (1), 15–23.

108 Potret Pluralisme dan Kerukunan Umat ...

Anda mungkin juga menyukai