Disusun oleh
Alexandra
1612551028
Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Udayana
Kata Pengantar
Pertama saya akan memanjatkan sepatah kata syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karunianya makalah ini dapat saya selesaikan dengan semaksimal mungkin. Kedua saya
ingin berterima kasih kepada dosen sosiologi saya, ibu atas tugas yang diberikan sebab dengan
tugas ini saya melatih kemampuan saya dalam menganalisa suatu fenomena sosial. Selain itu,
tugas ini juga membantu menambah wawasan saya terhadap kejadian dan realita sosial di
masyarakat khususnya Indonesia.
Pada kesempatan ini, fenomena sosial yang saya bahas dalam makalah ini adalah
mengenai konflik kebudayaan, tepatnya konflik sampit. Saya mengambil konflik sampit sebagai
studi kasus saya dalam makalah ini karena saya merasa bahwa ini adalah satu contoh konflik
kebudayaan yang cukup besar dan merupakan contoh dampak akibat perbedaan kebudayaan di
Indonesia. Nyatanya, Indonesia merupakan suatu negara yang multicultural, dengan demikian
maka setiap suku memiliki nilai adat istiadat yang berbeda-beda sehingga dapat memicu konflik.
Konflik sampit ini adalah salah satu contohnya.
Makalah ini merupakan makalah pertama yang saya susun di masa kuliah ini maka segala
saran dan kritik yang diberikan akan sangat bermanfaat untuk pembuatan penelitian dan makalah
kedepannya. Apabila ada kekeliruan dan kesalahan, saya akan terbuka mendengar saran dari para
pembaca. Dengan demikian, saya harap ketersediaan pembaca untuk memberi opini.
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konflik merupakan proses sosial di masyarakat dimana individu dan/atau kelompok
mementingkan suatu kepentingan untuk mencapai tujuannya dengan cara menantang pihak
lain disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. Sedangkan budaya adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B. Taylor).
Maka konflik kebudayaan adalah proses sosial negatif yang terjadi antara dua kebudayaan
atau lebih dimana berhubungan dengan adat istiadat dan kepentingan suatu suku, etnis,
budaya, dsb.
Konflik dapat terjadi karena adanya perbedaan individu, perbedaan kebudayaan,
perbedaan kepentingan, ataupun karena perubahan-perubahan sosial. Hasilnya dapat
menguatkan solidaritas in-group, meretakkan persatuan kelompok, atau menghancurkan
harta benda bahkan menimbulkan korban jiwa.
Saat membicarakan suatu konflik budaya, maka tidak lepas dari prasangka dan juga
diskriminasi. Prasangka adalah pandangan/persepsi individu atau kelompok terhadap suatu
hal yang cenderung negative bila tidak sesuai dengan nilai dan norma yang dipercayai.
Prasangka dapat kita kategorikan menjadi 3:
- Prasangka kognitif yaitu prasangka yang membicarakan apa yang benar
- Prasangka afektif yaitu prasangka mengenai apa yang kita suka atau apa yang tidak
kita suka
- Prasangka konatif yaitu prasangka mengenai bagaimana kita atau orang lain bertindak
Prasangka-prasangka tersebut kemudian dapat memunculkan diskriminasi budaya.
Diskriminasi budaya adalah sikap mengejek, sikap membeda-bedakan, ataupun sikap tidak
menghargai antara satu budaya dengan budaya yang lain. Diskriminasi budaya dapat terpicu
dengan adanya etnosentrisme (memandang bahwa budaya sendiri adalah budaya yang
terbaik). Hal-hal ini kemudian akan membentuk stereotype terhadap suatu kebudayaan
sehingga memunculkan konflik kebudayaan. Disini yang mempersempit pembahasan yaitu
konflik kebudayaan antara suku Dayak dengan suku Madura yang dikenal dengan konflik
sampit.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa latar belakang terjadinya konflik sampit?
3
2. Bagaimana dampak dari konflik sampit?
3. Konflik Sampit merupakan jenis konflik apa?
4. Bagaimana penyelesaian konflik samppit?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui penyebab-penyebab konflik antara suku Dayak dengan suku Madura
2. Mendalami proses kejadian konflik sampit
BAB II
PEMBAHASAN
1. Latar Belakang terjadinya konflik sampit
4
Konflik Sampit merupakan konflik antara dua suku yaitu suku Madura dengan
suku Dayak. Kedua suku ini seringkali mengalami perselisihan baik akibat masalah kecil
maupun masalah besar. Konflik Sampit ini pun sudah dapat diramalkan bahwa akan
terjadi sebab dari tahun ke tahun selalu ada masalah antara kedua suku tersebut. Para ahli
mengatakan bahwa kemungkinan besar konflik ini terjadi akibat adanya rasa
etnosentrisme yang cukup tinggi. Beberapa kasus dari tahun ke tahun antara lain:
- Gadis Dayak diperkosa oleh suku Madura (1972)
- Pembunuhan orang bersuku Dayak oleh orang yang bersuku Madura (1982)
- Gadis Dayak diperkosa kemudian dibunuh di belakang gedung bioskop oleh orang
yang bersuku Madura (1996)
- Orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura karena masalah sengketa tanah (1999)
- Orang Dayak dibunuh oleh orang Madura dan pelakunya kabur (2000)
- Dsb
Masih sangat banyak lagi permasalahan dan kasus antara kedua suku tersebut.
Untuk memperjelas, suku Madura ini dianggap suku pendatang karena pada awalnya
suku Dayaklah yang menempati namun timbulah etnosentrisme sehingga ada kerusuhan
antara kedua suku tersebut. Jadi sebenarnya pada tahun 2001 dimana adanya
pembantaian, itu bukan merupakan satu-satunya konflik antara kedua tersebut namun
puncak diantara konlfik-konflik budaya mereka. Bila kita lihat maka ada beberapa latar
belakang mengapa terjadi pembantaian 2001 tersebut:
- Banyak sekali kasus-kasus pembunuhan yang dilakukan oleh suku Madura terhadap
suku Dayak
- Suku Madura seringkali di cap tidak sopan dan tidak etis terhadap suku Dayak
- Suku Madura memiliki latar belakang budaya kekerasan dibandingkan suku Dayak
- Sering terjadi permasalahan sengketa tanah sebab tanah yang dipinjam suku Madura
dari suku Dayak tidak ingin dikembalikan
- Rasa etnosentrisme yang sangat kuat pada masing-masing pihak
5
Dampak yang diberikan konflik tersebut cukup traumatis, baik bagi pihak internal
maupun eksternal. Beberapa dampak dari konflik ini antara lain:
- Banyaknya korban jiwa yang berjatuhan
Paling sedikit 500 orang meninggal akibat dibunuh baik suku Dayak dan juga suku
Madura
- Hilangnya harta benda
Konflik ini mengakibatkan 100.000 suku Madura kehilangan tempat tinggal
- Retaknya hubungan antar suku
Kedua suku tersebut masing-masing menjadi was-was satu dengan yang lain sehingga
hubungan antara kedua suku tersebut pun sulit untuk dibenarkan
- Banyak fasilitas umum rusak
Kegiatan pembantaian ini tidak hanya menjatuhkan korban namun fasilitas-fasilitas
umum seperti jalanan, jembatan, kursi, dsb hancur akibat pembantaian besar-besaran
ini.
Selain itu, pemerintah sangat sulit untuk menyelesaikan konflik tersebut karena
sudah bersangkutan dengan budaya. Meskipun demikian, dampak-dampak lain juga
berupa trauma antara kedua budaya tersebut.
6
- Negara harus membantu warga etnis Madura untuk mendapatkan kembali hak milik
mereka berupa asset ekonomi terutama yang berupa tanah serta rumah tempat tinggal.
- Negara bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat melakukan sosialisasi dan
kampanye terus-menerus dalam berbagai bentuk tentang kenyataan Indonesia sebagai
bangsa majemuk berikut pentingnya hidup berdampingan secara damai serta
keutamaan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan di dalama masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konflik Sampit ini hanyalah satu contoh dari konflik budaya dan konflik antara
kelompok dengan kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai konflik
tersebut dimanapun kita berada. Sebagai warga negara yang baik, maka kita perlu menjunjung
7
tinggi nilai-nilai budaya dan saling apresiasi juga. Dari konflik ini kita juga dapat belajar bahwa
konflik seringkali menimbulkan dampak negative maka kita harus mencoba mencegah atau
menguranginya.
DAFTAR PUSTAKA
http://annisancahyani.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sampit.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit
http://gifarifi.blogspot.co.id/2015/11/makalahkonflik-sampit-antara-suku-dayak.html