Anda di halaman 1dari 236

Strategi

Pembangunan Pemerintahan
Berbasis Elektronik
Sebuah Langkah untuk Mewujudkan
Papua Bangkit Mandiri dan Sejahtera

Pengantar
Dr. Wing Wahyu Winarno, MAFIS, CA, Ak.

Melkior N.N Sitokdana, S.Kom., M.Eng

PENERBIT PT KANISIUS
Strategi Pembangunan Pemerintahan Berbasis Elektronik
Sebuah Langkah untuk Mewujudkan Papua Bangkit Mandiri
dan Sejahtera
1016003017
© 2016-PT Kanisius

PENERBIT PT KANISIUS (Anggota IKAPI)


Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Faks (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 3 2 1

Tahun 18 17 16

Editor : Lucia Indarwati


Desainer Sampul : Joko Sutrisno
Desainer Isi : Yustinus Saras

ISBN 978-979-21-4619-6

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apa pun, tanpa izin tertulis dari Penerbit

Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta


Prakata Penulis

P uji syukur ke hadirat Tuhan Allah yang telah melimpahkan rahmat


dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
dengan judul “Strategi Pembangunan Pemerintahan Berbasis
Elektronik [Sebuah Langkah Untuk Mewujudkan Papua Bangkit,
Mandiri, dan Sejahtera]”. Buku ini merupakan hasil Tesis pada
Program Studi S2 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Dalam melakukan penelitian dan penyusunan
buku ini penulis telah mendapatkan banyak dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada:
1. Ir. Lukito Edi Nugroho, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing
utama, dan Dr. Wing Wahyu Winarno, MAFIS, CA, Ak. selaku
dosen pembimbing pendamping, yang telah dengan penuh
kesabaran dan ketulusan memberikan ilmu dan bimbingan terbaik
kepada penulis.
2. Para Dosen dan Karyawan/wati Program Studi S2 Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada yang telah
memberikan bekal ilmu dan membantu penulis dalam proses
belajar.
3. Gubernur Provinsi Papua yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua.
4 Prakata Penulis

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang yang telah


memberikan beasiswa penuh dari S1 hingga menyelesaikan S2.
5. Bapak Drs. Paulus Sudiyo dan seluruh staf Yayasan Binterbusih
yang selalu mendukung dan mengarahkan penulis dari awal
masuk S1 hingga menyelesaikan S2.
6. Institut Pemberdayaan Masyarakat Pegunungan Bintang yang
telah menerbitkan buku ini.
7. Bapak Drs. Theodorus Sitokdana yang selalu mendukung,
mengarahkan dan menginspirasi penulis hingga menempuh
pendidikan di jenjang S2.
8. Kepada Om Gerald Bidana, S.Pd, MPA, dan kakak Yulianus I.
Uropdana, SH, M.Hum yang selalu menginspirasikan penulis.
9. Kepada Bapak Piter Kalakmabin, Spey Bidana, ST., M.Si,
Ignasius Mimin, S.Ip, Hosea Uropdana, S.Sos., M.Si, dan
Drs. Allo Kambana yang telah mendukung penulis hingga
menyelesaikan buku ini.
10. Keluarga tercinta: Mama Beatha Birdana, Bapa Paskalis
Sitokdana, Demetria Sitokdana, Edison Sitokdana, David
Kalaka, S.Ip., M.Si, Manfred Bidana, S.Sos, Melianus Bidana,
Melpinus Bidana, Mami Sitokdana, Sirilus Sitokdana, Kelemes
Sitokdana, Alponsensia Sitokdana, Elias Sitokdana, Maurus
Sitokdana, Melianus Sitokdana, Markus Kalakmabin, Peranus
Taplo, Novilus Tepmul dan Yustinus Bidana, terima kasih untuk
kasih sayang, perhatian, dan dukungan doa selalu diberikan.
11. Keluarga besar Sitokdana, Bidana, Mimin dan Singpanki di
manapun berada.
12. Masyarakat Papua secara umum di manapun berada.
13. Keluarga besar Komapo dan Imppetang.
14. Istri tercinta Elka Mimin, S.Pd yang selalu mendampingi
dan memberikan motivasi. Terima kasih untuk kasih sayang,
perhatian, dan dukungan doa yang selalu diberikan.
Prakata Penulis 5

15. Anak-anak tercinta Injilio Papuano Okbison Sitokdana dan Inri


Isla De Guinea Sitokdana yang telah memberikan inspirasi dan
ketenangan hati.
16. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis selama pendidikan dan penyusunan
buku ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari


sempurna, untuk itu semua jenis saran, kritik dan masukan yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini
dapat memberikan manfaat dan memberikan wawasan tambahan bagi
para pembaca.

Yogyakarta, 10 Juni 2015

Melkior N.N Sitokdana, S.Kom., M.Eng.


Kata Pengantar

S alah satu ciri utama pemerintahan sekarang ini adalah menyediakan


berbagai layanan kepada masyarakat dengan memanfaatkan sistem
informasi berbasis komputer. Pemerintah yang sudah menjalankan
layanan berbasis elektronik ini disebut dengan e-Government. Namun
Pemerintah yang sudah memiliki atau menggunakan komputer saja
belum tentu dapat dikatakan sudah menjalankan e-Government, karena
pada dasarnya dengan e-Government, layanan kepada masyarakat tidak
lagi memerlukan banyak dokumen dengan berbagai salinannya, harus
melalui proses yang panjang dan memerlukan waktu yang lama. Itu pun
masih sering ditambah lagi dengan ketidakpastian waktu selesai dan
biaya yang harus dikeluarkan. Lalu pertanyaannya, apa e-Government
itu?
E-Government adalah layanan Pemerintah yang disediakan
melalui sistem berbasis komputer atau elektronik, sehingga masyarakat
pengguna layanan mendapat kemudahan dan kepastian dalam
mendapatkan layanan. Namun untuk dapat mewujudkan e-Government,
hingga saat ini terlihat masih sulit. Dari 500 lebih kota dan kabupaten
di seluruh Indonesia, baru beberapa pemerintahan yang sudah layak
disebut menjalankan e-Government.
Saudara Melkior Sitokdana selaku penulis buku ini, telah
merangkum bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh oleh
8 Kata Pengantar

sebuah pemerintahan agar dapat memiliki e-Government yang baik.


Memang buku ini ditujukan untuk Pemerintah Papua tempat Saudara
Melkior membaktikan ilmunya. Namun, karena pendekatan-pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan-pendekatan ilmiah, maka dapat
dipakai juga oleh pemerintah-pemerintah di daerah lain.
Penekanan pembahasan dimulai dari perancangan strategi
teknologi informasi yang dapat bertahan lama, karena harus sesuai
dengan misi dan visi masing-masing pemerintahan. Selain strategi TI,
dalam buku ini juga dibahas perancangan tata kelola TI secara garis
besar. Setelah rencana strategis dan konsep tata kelola TI disiapkan,
langkah selanjutnya tinggal menyesuaikan pengembangan TI dengan
proses bisnis yang ada pada masing-masing instansi pemerintah.
Buku ini perlu dibaca oleh para pengambil keputusan dalam
pemerintahan, terutama yang berkaitan langsung dengan pemberian
layanan kepada masyarakat. Para pimpinan, para staf pengelola TI, dan
para staf yang dalam kesehariannya harus selalu memikirkan bagaimana
memberi layanan kepada masyarakat.
Apabila e-Government sudah terwujud, mestinya penduduk
tidak perlu lagi memfotokopi eKTP untuk mendapatkan layanan dari
pemerintah, karena seorang penduduk tinggal menunjukkan eKTP-
nya kepada petugas, kemudian petugas akan membacanya di alat yang
ada di komputer, dan semua data akan muncul. Tidak perlu lagi ada
fotokopi eKTP dan dokumen-dokumen yang ditulis tangan. Dengan
e-Government yang baik, proses perijinan juga menjadi mudah,
cepat, pasti, dan murah. Bahkan Nomor Pokok Wajib Pajak harusnya
diganti dengan nomor eKTP atau Nomor Induk Kependudukan (NIK),
demikian juga dengan nomor kartu BPJS, nomor SIM, nomor pegawai,
dan sebagainya, dapat menggunakan nomor eKTP/NIK. Hal ini sangat
memungkinkan, karena di negara-negara maju, hal ini sudah lama
dilaksanakan. Oleh karena itu, sangat diharapkan para pimpinan baik
di tingkat puncak maupun tingkat madya, berkenan mempelajari buku
ini agar dapat segera mewujudkan e-Government di daerahnya masing-
masing.
Kata Pengantar 9

Khusus kepada Saudara Melkior, saya mengucapkan selamat


atas terselesaikannya penulisan buku ini. Tentu tidak mudah bagi
Saudara Melkior untuk menulis buku ini di sela-sela kesibukannya.
Mudah-mudahan, karya Anda ini dapat membawa iklim e-Government
di Provinsi Papua seperti yang Anda inginkan, atau bahkan di seluruh
pelosok Nusantara. Saya juga sangat mengharapkan agar Anda tidak
berhenti berkarya setelah buku ini terbit, tetapi teruskanlah dengan
berbagai upaya. Sekali lagi, selamat.

Yogyakarta, 20 Mei 2015

Dr. Wing Wahyu Winarno, MAFIS, CA, Ak.


Dosen Luar Biasa Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta

Pembimbing Tesis (bersama Ir. Lukito Edi Nugroho, Ph.D.)


Sdr. Melkior Sitokdana
Daftar Isi

Prakata Penulis ........................................................................... 3


Kata Pengantar ........................................................................... 7
Daftar Isi ...................................................................................... 11

Bab I
Pendahuluan ................................................................................ 13

Bab II
Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan
Implementasinya di Indonesia ................................................... 27
A. Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik ........................ 27
B. Implementasi Pemerintahan Berbasis Elektronik di
Indonesia ............................................................................. 42

Bab III
Kondisi Umum Provinsi Papua ................................................. 55
A. Politik.................................................................................. 58
B. Ekonomi.............................................................................. 68
C. Sosial .................................................................................. 73
D. Teknologi ............................................................................ 81
12 Daftar Isi

Bab IV
Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah
Provinsi Papua ............................................................................ 85

Bab V
Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis .... 97
A. Planner/Executive Perspective ........................................... 107
B. Business Management Perspective/Owner ........................ 136
C. Designer Perspective .......................................................... 179

Bab VI
Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan............ 215
A. Tahapan Pengembangan E-Government ............................. 215
B. Manajemen Perubahan ....................................................... 218

Bab VII
Kesimpulan .................................................................................. 225

Daftar Pustaka ............................................................................ 229

Biodata Penulis ............................................................................ 233


Bab I

Pendahuluan

P erkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang


ditunjukkan dengan pesatnya perkembangan perangkat komputasi,
telekomunikasi, jaringan Internet serta penggunaan yang semakin
meluas di masyarakat telah mengubah pola hidup manusia yang lebih
mudah, murah, dan cepat. Manfaat dari perkembangan ini merambah
ke seluruh aspek kehidupan manusia dan telah terbukti mengefektifkan
dan mengefisienkan aktivitas manusia apapun itu. Misalnya, dalam
hitungan detik kita dapat mengakses informasi dan ilmu pengetahuan
yang akurat dan terbaru dari belahan dunia manapun melalui Internet,
berkomunikasi dengan teman maupun keluarga yang sangat jauh hanya
dengan memanfaatkan media sosial atau e-mail, melakukan transaksi
barang dan jasa dari manapun dan kapanpun, belajar atau bekerja di
rumah tanpa harus ke kantor, dan lain sebagainya. Dampak positif atas
hadirnya TIK ini membuat manusia saat ini tergantung pada teknologi
informasi dan komunikasi, bahkan informasi dijadikan kebutuhan pokok
manusia secara individu maupun kelompok. Informasi bagi organisasi
adalah salah satu asset penting yang sangat berharga bagi kelangsungan
hidup organisasi, diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam
tubuh manusia, tanpa informasi organisasi tidak dapat bertumbuh dan
berkembang sesuai harapan.
14 Bab I Pendahuluan

Perkembangan TIK yang semakin pesat ini direspon sebagai


hal wajib dalam mendukung aktivitas manusia apapun itu, misalnya
pemanfaatan TIK untuk bisnis dibangun dengan konsep e-Business,
bidang pariwisata e-Tourism, lingkungan pemerintahan e-Government,
lingkungan pendidikan e-Education atau e-Learning, lingkungan rumah
sakit e-Medicine atau e-Hospital, dan lain sebagainya. Pemanfaatan TIK
ini telah mengubah proses layanan yang dulunya terkesan sulit, lamban,
dan mahal karena melakukan aktivitas secara manual (paper based).
Kini perkembangan sudah sampai pada Internet atau computer based,
sehingga pemanfaatan TIK untuk proses bisnis di suatu organisasi
merupakan hal wajib. Jika tidak, dianggap “ketinggalan zaman” atau
tidak memiliki keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, sebagian
pemerintah telah memanfaatkan peluang perkembangan tersebut
untuk melakukan perbaikan organisasi, sistem manajemen, dan proses
kerja pemerintahan. Dengan langkah tersebut tentu meningkatkan
produktivitas kerja pada pelayanan informasi dan transaksi bagi
masyarakat, urusan bisnis serta hal-hal lain yang berkenaan dengan
aktivitas pemerintahan.
Pemanfaatan TIK di lingkungan pemerintahan, baik eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan lembaga publik merupakan perwujudan dari
demokrasi sehingga menjadi suatu kewajiban untuk menggunakan TIK
sebagai alat transformasi karena terbukti dapat mengefektifkan dan
mengefisienkan penyelenggaraan pemerintahan. Komitmen pemerintah
akan pentingnya hal ini ditandai dengan dikeluarkannya sejumlah
regulasi dan acuan dasar pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, antara lain: Instruksi Presiden Nomor 3
Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
e-Government, Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi
Nomor 57 Tahun 2003 tentang Panduan Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan e-Government Lembaga, UU Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), UU Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), serta
regulasi pendukung lainnya.
Bab I Pendahuluan 15

Motivasi atas kebijakan pengembangan pemerintahan berbasis


elektronik atau e-Government di Indonesia secara jelas dan tegas
tercermin dalam Inpres nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government, bahwa Indonesia
pada saat ini tengah mengalami perubahan kehidupan berbangsa dan
bernegara secara fundamental menuju ke sistem kepemerintahan yang
demokratis transparan serta meletakkan supremasi hukum. Perubahan
yang tengah dialami tersebut memberikan peluang bagi penataan
berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana kepentingan
rakyat dapat kembali diletakkan pada posisi sentral. Namun, setiap
perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu disertai oleh
berbagai bentuk ketidakpastian. Dengan demikian, pemerintah harus
mengupayakan kelancaran komunikasi dengan lembaga-lembaga tinggi
negara, pemerintah daerah serta mendorong partisipasi masyarakat
luas, agar ketidakpastian tersebut tidak mengakibatkan perselisihan
paham dan ketegangan yang meluas, serta berpotensi menimbulkan
permasalahan baru. Pemerintah juga harus lebih terbuka terhadap
derasnya aliran ekspresi aspirasi rakyat dan mampu menanggapi secara
cepat dan efektif.
Penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara itu
terjadi pada lingkungan kehidupan antar bangsa yang semakin terbuka,
di mana nilai-nilai universal di bidang ekonomi dan perdagangan,
politik, kemanusiaan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup saling
berkaitan secara kompleks. Apa yang dilaksanakan tidak akan lepas dari
pengamatan masyarakat internasional. Dalam hal ini pemerintah harus
mampu memberikan informasi yang komprehensif kepada masyarakat
internasional agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat meletakkan
bangsa Indonesia pada posisi yang serba salah. Perubahan yang
sedang dijalani terjadi pada saat dunia sedang mengalami transformasi
menuju era masyarakat informasi. Kemajuan teknologi informasi yang
demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka
peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Kenyataan telah
16 Bab I Pendahuluan

menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik merupakan faktor


yang sangat penting dalam berbagai transaksi internasional, terutama
dalam transaksi perdagangan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri
dengan kecenderungan global tersebut akan membawa bangsa Indonesia
ke dalam jurang digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan
global karena tidak mampu memanfaatkan informasi. Oleh karena itu,
penataan yang tengah dilaksanakan harus diarahkan untuk mendorong
bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi.
Perubahan-perubahan di atas menuntut terbentuknya pemerintahan
yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara
efektif. Pemerintah harus mampu memenuhi dua modalitas tuntutan
masyarakat yang berbeda namun berkaitan erat, yaitu: (1) Masyarakat
menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat
luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta
mudah dijangkau secara interaktif. (2) Masyarakat menginginkan
agar aspirasi mereka didengar maka pemerintah harus memfasilitasi
partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.
Untuk menjawab tantangan tersebut pemerintah pusat dan daerah
harus mampu membentuk dimensi baru ke dalam organisasi, sistem
manajemen, dan proses kerjanya yang antara lain meliputi: (1) Selama
ini pemerintah menerapkan sistem dan proses kerja yang dilandaskan
pada tatanan birokrasi yang kaku. Sistem dan proses kerja semacam
itu tidak mungkin menjawab perubahan yang kompleks dan dinamis,
dan perlu ditanggapi secara cepat. Oleh karena itu, di masa mendatang
pemerintah harus mengembangkan sistem dan proses kerja yang lebih
lentur untuk memfasilitasi berbagai bentuk interaksi yang kompleks
dengan lembaga-lembaga negara lain, masyarakat, dunia usaha, dan
masyarakat internasional. Sistem manajemen pemerintah selama ini
merupakan sistem hierarki kewenangan dan komando sektoral yang
mengerucut dan panjang. Untuk memuaskan kebutuhan masyarakat
yang semakin beraneka ragam di masa mendatang harus dikembangkan
sistem manajemen modern dengan organisasi berjaringan sehingga
Bab I Pendahuluan 17

dapat memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas


rentang kendali.
Dengan demikian, pemerintah harus segera melaksanakan proses
transformasi menuju e-Government. Melalui proses transformasi
tersebut, pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi
birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja
yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu
untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik
yang harus disediakan oleh pemerintah. Dengan demikian, seluruh
lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan
layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan
yang kuat di masing-masing institusi atau unit pemerintahan agar proses
transformasi menuju e-Government dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya1.
Pemerintah juga harus melonggarkan dinding pemisah yang
membatasi interaksi dengan sektor swasta, organisasi pemerintah
harus lebih terbuka untuk membentuk kemitraan dengan dunia usaha
(public-private partnership). Pemerintah harus mampu memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan
mengolah, mengelola, menyalurkan, dan mendistribusikan informasi
dan pelayanan publik guna mewujudkan tatakelola pemerintahan yang
lebih baik (good governance). Agar pengembangan dan pemanfaatan
e-Government berhasil dan tepat sasaran maka perlu adanya perencanaan
strategis secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan serta
pelaksanaannya yang bertahap dan berkelanjutan mengacu pada aturan
yang telah ditetapkan. Acuan rencana stragis yang digunakan adalah
berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasonal bahwa rencana strategis sangat dibutuhkan

1 INPRES 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan


e-Government
18 Bab I Pendahuluan

untuk memberikan landasan berpikir, standarisasi, pentahapan, dan


implementasi bagi pengembangan program pembangunan yang lebih
komprehensif, efisien, efektif, dan terpadu. Dengan adanya perencanaan
strategis diharapkan dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan2.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 ini juga memuat tentang
periodesasi perencanaan, yakni: (1) Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) periode dua puluh tahun, (2) Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) periode lima tahun, (3) Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian/Lembaga/SKPD periode lima tahun, (4)
Rencana Pembangunan Tahunan Nasional(RKP), Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Deaerah (Renja-SKPD), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-
KL) periode 1(satu) tahun.
Dasar hukum tersebut menjadi kekuatan untuk mendorong
pembuatan Rencana Induk Pengembangan e-Government Pemerintah
Provinsi Papua yang berada dalam kerangka dan bagian dari penerapan
e-Government secara nasional dalam jangka waktu tertentu. Lingkup
e-Government juga lebih luas sehingga Rencana Strategis e-Government
terlepas dari Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua agar
pengembangannya mengakomodir dan mengintegrasikan semua lingkup
tugas dan fungsi pemerintahan. Beberapa alasan yang mendasari perlu
adanya rencana induk e-Government, bahwa berdasarkan berbagai
observasi menunjukkan bahwa inisiatif yang dirancang pada Rencana
Strategis (Renstra) unit organisasi teknis belum menunjukkan arah
pembentukan e-Government yang baik. Beberapa kelemahan yang
menonjol adalah: (1) Pelayanan yang diberikan melalui sistem informasi
pemerintahan yang ada belum ditunjang oleh sistem manajemen
dan proses kerja yang efektif karena persiapan peraturan, prosedur
dan keterbatasan sumber daya manusia sangat membatasi penetrasi
komputerisasi ke dalam sistem manajemen dan proses kerja pemerintah.

2 UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasonal


Bab I Pendahuluan 19

(2) Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang


dialokasikan untuk pengembangan e-Government pada masing-masing
instansi. (3) Inisiatif tersebut merupakan upaya instansi secara sendiri-
sendiri, dengan demikian sejumlah faktor seperti standarisasi, keamanan
informasi, otentikasi, dan berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan
interoperabilitas antar sistem informasi secara andal, aman dan
terpercaya untuk mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja
pada instansi pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu,
kurang mendapatkan perhatian. (4) Pendekatan yang dilakukan secara
sendiri-sendiri tersebut tidak cukup kuat untuk mengatasi kesenjangan
kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan Internet, sehingga
jangkauan layanan publik yang dikembangkan menjadi terbatas pula.
Berangkat dari kelemahan di atas maka dibutuhkan perencanaan
strategis yang dapat memenuhi kebutuhan pelayanan publik dan
manajemen pemerintahan. Perencanaan strategis yang dimaksud
adalah roadmap pembangunan jangka panjang yang disusun dengan
mempertimbangkan berbagai keadaan, terutama yang menyangkut
keunggulan, peluang, kendala, dan tantangan sehingga formulasi
kebijakan tepat pada tujuan dan sasaran pengembangan.
Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan
pemerintah Provinsi Papua. Provinsi ini terletak di bagian paling Timur
Indonesia dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua
Nugini. Papua sebelumnya dikenal dengan berbagai nama, seperti New
Guinea, berasal dari bahasa Spanyol, Nueva Guinea, diberikan oleh
pelaut Spanyol bernama Ortiz De Retez pada tahun 1545 karena melihat
ciri-ciri fisik manusia yang sama dengan manusia yang hidup di belahan
Afrika, Guinea. Nugini Belanda (Nederlands New Guinea) diberi nama
oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1956, kemudian diganti menjadi
Irian Barat oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom
Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat,
nama tersebut digunakan dari tahun 1969 hingga 1973. Kemudian
diganti lagi menjadi Provinsi Irian Jaya oleh Presiden Soeharto pada
20 Bab I Pendahuluan

saat meresmikan tambang tembaga dan emas di Timika (Freeport),


nama tersebut digunakan secara resmi hingga tahun 2002, dan akhirnya
menjadi Provinsi Papua secara resmi setelah ditetapkannya UU Nomor
21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.
Provinsi ini secara administratif berbatasan dengan, Sebelah
Utara: Samudra Pasifik, Sebelah Selatan: Laut Arafuru, Sebelah Barat:
Provinsi Papua Barat, Sebelah Timur: Negara Papua New Guinea.
Provinsi Papua hingga tahun 2012 terdiri dari 28 kabupaten dan 1
kota dengan perkembangan jumlah distrik (kecamatan) 389 dan 3.619
kampung (desa).
Pada dasarnya penduduk asli Papua terdiri atas kelompok-
kelompok suku yang hidup di daerah-daerah pedalaman dataran tinggi/
pegunungan dan dataran rendah/pesisir. Orang asli Papua terdiri dari
253 suku dan bahasa yang berbeda, yang berciri fisik: berkulit hitam
dan berambut keriting. Bersama masyarakat asli Australia (Aborigin)
dan Negritos dari Filipina, masyarakat adat Papua merupakan tipe
kelompok Negroid Timur3.
Kondisi geografis wilayah Provinsi Papua terdiri dari wilayah
dataran rendah, pesisir dan pegunungan yang berada pada ketinggian
diantara 0–3.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Wilayah tertinggi
terdapat di Kabupaten Puncak Jaya dengan ketinggian 2.980 mdpl,
sedangkan yang paling rendah adalah Kota Jayapura dengan ketinggian
rata-rata 4 mdpl. Berdasarkan ketinggian wilayah, rata-rata suhu udara
di Papua berkisar antara 19,8o hingga 28,4o.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa sejak lama pemerintah
Provinsi Papua memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,
namun dalam implementasinya masih banyak kendala karena di dalam
proses bisnisnya masih ditemukan banyak kelemahan terkait pengelolaan
data yang seharusnya dapat diakomodasi dengan adanya bantuan
teknologi informasi. Kelemahan atau kendala yang diidentifikasi adalah
sebagai berikut: sistem administrasi sebagian besar masih berbasis

3 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


Bab I Pendahuluan 21

kertas (paper-based), beberapa sistem yang sudah dibangun belum


terintegrasi dengan unit organisasi yang memiliki keterkaitan dengan
proses bisnis, infrastruktur SI/TI yang dibangun tidak merata di semua
unit organisasi, tenaga teknis dibidang TIK mengandalkan jasa pihak
ketiga, aplikasi yang dibangun masih parsial, kurangnya akuntabilitas
pengelolaan TIK, pengembangan hardware, software serta pengelolaan
data belum terintegrasi dan terpadu, pelayanan informasi belum up
to date, belum ada jabatan Government Chief Information Officer
(GCIO), dan masih banyak kendala lainnya. Berbagai permasalahan
tersebut seakan menjadi persoalan klasik pemerintahan di Indonesia
pada umumnya, khususnya di Provinsi Papua.
Dalam hal ini berbagai regulasi dikeluarkan untuk mengatur
sistem administrasi dan manajemen pengelolaan pemerintahaan yang
baik, namun masih saja dijumpai persoalan ketidakefisienan dan
ketidakefektifan dalam pengelolaan administrasi. Hal ini terjadi karena
pemerintah provinsi Papua belum memiliki perencanaan strategis
yang mampu menyelaraskan antara strategi bisnis dan strategi SI/TI.
Keadaan ini jelas sangat memprihatinkan dan pemerintah seharusnya
membutuhkan SI/TI untuk memberikan solusi bagaimana cara
mengatasinya.
Di era kepemimpinan Gubernur Lukas Enembe, S.IP, MA
memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan Papua Bangkit Mandiri
dan Sejahtera di semua bidang. Untuk mencapai visi tersebut, pemerintah
provinsi Papua menetapkan 5 misi yang di dalamnya terdapat prioritas-
prioritas pembangunan, terkait dengan e-Government ada dua hal dalam
Misi tersebut, yaitu (1) mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik,
bersih, berwibawa serta penguatan Otonomi Khusus, (2) percepatan
pembangunan infrastruktur dan konektivitas antara kawasan. Salah satu
instrument yang digunakan untuk percepatan pembangunan insfastruktur
dan konektivitas antara kawasan adalah pembangunan komunikasi dan
informatika yang komprehensif dari pusat pemerintahan sampai ke
pedalaman-pedalaman Papua. Untuk itulah, maka melalui peraturan
daerah provinsi Papua, nomor 12 tahun 2014 dibentuklah Satuan Kerja
22 Bab I Pendahuluan

Perangkat Daerah SKPD Dinas Komunikasi dan Informatika, dinas ini


mempunyai tugas pokok mengembangkan pembanguanan komunikasi
dan informatika di provinsi Papua. Pembangunan komunikasi dan
informatika merupakan urusan wajib pemerintah dalam pemenuhan
hak dasar bagi masyarakat. Ada 6 hal prinsip yang dibutuhkan
dalam pembangunan komunikasi dan informatika, yakni Perangkat
daerah yang kuat dan profesional, Sumber manusia yang tangguh,
Infrastruktur komunikasi, Arah kebijakan penyebarluasan informasi,
Aplikasi-aplikasi pengembangan telematika, Kemitraan dengan pihak
ketiga, yaitu LPP, BUMD, BUMN dan swasta di bidang komunikasi
dan informatika.
Pemerintahan era ini mempunyai komitmen yang tinggi untuk
menopong 6 prinsip di atas untuk kepentingan masyarakat Papua yang
informatif. Dengan membangkitkan sinergitas pembangunan komunikasi
dan informatika, antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di
seluruh Papua. Diharapkan ada konsep bersama, pemerintah pusat,
provinsi Papua dan pemerintah kabupaten/kota yang didukung oleh
pihak-pihak lain, yang terkait dalam mengembangkan pembangunan
komunikasi dan informatika di Provinsi Papua. Dengan komitmen yang
kuat ini tentu dapat mendorong terwujudnya kesejajaran pembangunan
dengan provinsi lainnya di Indonesia dalam hal pengembangan
komunikasi dan informatika.
Berdasarkan isu strategis dan beberapa persoalan utama
yang diuraikan di atas maka alasan perlunya perencanaan strategis
e-Government adalah sebagai berikut: (1) mewujudkan sistem dan tata
laksana administrasi yang efektif, efisien, dan profesional sehingga
dapat dipertanggungjawabkan. (2) Rencana Strategis diperlukan untuk
mewujudkan sinergi melalui integrasi data dan proses komunikasi
antar unit organisasi dan organisasi terkait lainnya. (3) Rencana
Strategis pengembangan e-Government dibuat supaya selaras dengan
visi, misi, tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan strategi organisasi.
Semua pengembangan aplikasi dan infrastruktur harus membantu
proses bisnis organisasi dan layanan kepada publik. (4) Aplikasi-
Bab I Pendahuluan 23

aplikasi e-Government yang akan dibuat harus terintegrasi dengan


baik sehingga tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) atau bahkan
duplikasi pembuatan aplikasi e-Government.
Dalam buku ini, penulis menyusun roadmap pengembangan
rencana strategis e-Government menggunakan tools Zachman
Framework. Tools ini digunakan untuk mengorganisasikan artefak
enterprise yang dapat membantu pihak manajemen untuk mendefinisikan
fungsi organisasi secara menyeluruh, sehingga memiliki kemampuan
untuk menyediakan struktur dasar organisasi yang mendukung akses,
integrasi, interpretasi, pengembangan, pengelolaan, dan perubahan
perangkat arsitektur dari sistem informasi organisasi. Zachman
Framework banyak digunakan di seluruh dunia dalam perancangan sistem
di mana di dalam metode ini perencanaan dilakukan dengan langkah-
langkah yang sistematis, mudah dipahami, dan dapat dijadikan kontrol
untuk pengembangan sistem informasi ke depan. Hasil pemetaan dalam
bentuk matrik Zachman Framework, yang terdiri dari kolom dan baris
akan menghasilkan Roadmap Rencana Pengembangan e-Government.
Dalam Framework Zachman dilakukan juga pemetaan portofolio
sistem informasi menggunakan tools McFarland Strategic Grid untuk
menentukan prioritas dan merumuskan urutan sistem informasi yang
harus dikerjakan. Namun sebelum melakukan analisis dan perancangan
menggunakan Framework Zachman, didahului dengan analisis PEST
(Politik, Ekonomi, Sosial dan Politik) untuk mengambarkan keadaan
Provinsi Papua, dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,
dan Threats) untuk mengambarkan lingkungan internal pemerintahan
dalam implementasi TIK.
Fokus kajian yang dilakukan adalah Aplikasi atau Sistem
Informasi e-Government, Penataan Kelembagaan dan Pengembangan
SDM dalam mendukung penerapan e-Government. Penulis menyadari
roadmap rencana strategis ini belum secara menyeluruh dikaji karena
tidak semua data-data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini diberikan oleh pemerintah Provinsi Papua, sehingga lingkup analisis
24 Bab I Pendahuluan

dan perancangan rencana strategis tergantung pada data-data yang


diberikan.
Bahan utama yang digunakan dalam penyusunan buku ini berupa
dokumen, surat keputusan, dokumentasi hasil kuesioner dan wawancara.
Adapun identifikasi bahan utama adalah sebagai berikut.
1. Dokumen, yakni: RPJP Pemerintah Provinsi Papua 2005-2025,
RPJMD pemerintah Provinsi Papua 2013-2018, Rencana Strategis
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) 2013-2018,
Data Statistika Provinsi Papua 2013 dan 2014, PDRB Provinsi
Papua 2013, UU Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi
Khusus Papua, Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 9 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Papua Provinsi Papua,
Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Papua.
2. Dokumentasi hasil kuesioner dan wawancara, yakni: Perspektif
Gubernur (Biro Humas dan Protokoler, Biro Tata Pemerintahan,
dan Bappeda) Perspektif Kepala Dinas Kominfo, Perspektif
Kepala-Kepala Bidang Kominfo (Bidang Sarana Komunikasi
dan Desiminasi Publik, Kepala Bidang Aplikasi dan Telematika
dan Seksi Sarana Teknologi Komunikasi), Mitra Pemerintah
(Telkom Group Papua, Indosat Papua, Komisi Informasi Publik
Provinsi Papua)
3. Hasil Rakornis Dinas Kominfo Se-kabupaten/kota Provinsi
Papua (Materi dan sambutan: Sekjen Menkominfo, Asisten 1,
Kepala Dinas Kominfo).
4. Bahan Pendukung, berupa data dan informasi yang didapatkan
dari hasil studi literatur. Adapun deskripsi data yang diperoleh
sebagai berikut: Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government, Panduan Penyusunan Rencana
Induk Pengembangan e-Government Lembaga Versi 1.0
Kementerian Komunikasi dan Informasi, Rencana Induk
Bab I Pendahuluan 25

Pengembangan e-Government Pemerintah Provinsi Gorontalo


2009 -2013, Rencana Induk Pengembangan e-Government
Pemerintah Kabupaten Jembrana 2009-2013, Artikel, jurnal dan
abstrak penelitian tentang pengembangan e-Government.
Bab II

Konsep Pemerintahan
Berbasis Elektronik
dan Implementasinya
di Indonesia

A. Konsep Pemerintahan Berbasis


Elektronik
Konsep pemerintahan berbasis elektronik atau sering disebut
e-Government memiliki prinsip-prinsip dasar yang universal, namun
setiap negara memiliki skenario implementasi atau penerapannya yang
berbeda, maka defisini dan ruang lingkup e-Government-pun menjadi
beraneka ragam, misalnya: Pemerintah Federal Amerika Serikat
mendefinisikan e-Government secara ringkas, padat dan jelas, yaitu:
e-Government refers to the delivery of government information and
serivices online through the Internet or other digital means. Sedangkan
28 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Italy mungkin termasuk salah satu negara yang paling lengkap dan
detail dalam mendefinisikan e-Government, yaitu: The use of modern
ICT in the modernization of our administration, which comprise the
following classes of action: (1) Computerization designed to enhance
operational efficiency within individual departments and agencies.
(2) Computerization of services to citizens and firms, often implying
integration among the services of different departments and agencies.
(3) Provision of ICT access to final users of government services and
information. Ketika mempelajari penerapan e-Government di Asia
Pasifik, Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank),
mencoba mendefinisikannya sebagai berikut: e-Government is the
use of information and communications technology (ICT) to promote
more efficient and cost-effective government, facilitate more convenient
government services, allow greater public access to information, and
make government more accountable to citizens4.
Inpres Nomor 3 Tahun 2003, e-Government definisikan sebagai
upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan
e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja
di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan
teknologi informasi.
Selanjutnya menurut World bank Group atau Bank Dunia yaitu:
”e-Government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi
(seperti wide area network, Internet, dan komunikasi bergerak)
oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk
mentransformasikan hubungan pemerintah dengan warganya, pelaku
dunia usaha (bisnis), lembaga pemerintah lainnya. Teknologi ini dapat
mempunyai tujuan yang beragam, antara lain pemberian layanan
pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan interaksi

4 Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan
Teknologi Informasi. Aptikom
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 29

dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui


akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efisien.
Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan
transparansi, peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan dan
atau pengurangan biaya” 5.
Pada intinya dengan e-Government dapat memudahkan interaksi
antar stakeholders, di mana interaksi sebelumnya dilakukan secara
manual, tapi dengan bantuan teknologi informasi dapat bertransformasi
ke kondisi yang lebih cepat, mudah dan praktis. Interaksi atau relasi
tersebut menurut GSA Federal Technology Service (Dalam Indrajit:
2006: 27) ada 4 model yaitu Governments to Citizens, Governments
to Business, Governments to Governments, dan Governments to
Employees6. Lebih kompleks dikemukakan oleh Fang (2002) bahwa
interaksi atau relasi antara stakeholders terdiri dari 7 model7. Seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Model e-Government

Model e-Government Interaksi antar Stakeholder

Pemerintah ke masyarakat Penyampaian layanan publik dan informasi satu arah oleh
(G2C) pemerintah ke masyarakat.

Masyarakat ke pemerintah Memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi


(C2G) antara masyarakat dan pemerintah.

Pemerintah ke bisnis (G2B) Terdiri dari transaksi-transaksi elektronik di mana


pemerintah menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi
dengan pemerintah. Contoh, sistem e-procurement.

5 Djunaedi, Achmad (2002). Beberapa Pemikiran Penerapan e-Government dalam


Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jogjakarta: Seminar FMIPA-UGM.
6 Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan
Teknologi Informasi. Aptikom
7 Fang, Zhiyuan, 2002. “e-Government in Digital Era: Concept, Practice, and Development”. In
International Journal of The Computer, The Internet and Management, Vol. 10, No.2, 2002,
p 1-22. School of Public Administration, National Institute of Development Administration
(NIDA), Thailand
30 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Model e-Government Interaksi antar Stakeholder

Bisnis ke pemerintah (B2G) Mengarah kepada pemasaran produk dan jasa ke


pemerintah untuk membantu pemerintah menjadi lebih
efisien melalui misalnya, peningkatan proses bisnis dan
manajemen data elektronik. Sistem e-procurement adalah
contoh aplikasi yang memfasilitasi baik interaksi G2B
maupun B2G.

Pemerintah ke pegawai (G2E) Terdiri dari inisia f-inisia f yang memfasilitasi manajemen
pelayanan dan komunikasi internal dengan pegawai
pemerintahan. Contohnya, sistem manajemen SDM
online.

Pemerintah ke pemerintah Memungkinkan komunikasi dan pertukaran informasi


(G2G) online antar departemen atau lembaga pemerintahan
melalui basis data terintegrasi.

Organisasi nirlaba ke Memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi


pemerintah (N2G) antara pemerintah dan organisasi nirlaba, partai poli k
dan organisasi sosial.

Upaya untuk mengintegrasikan semua stakeholhers dalam satu


sistem e-Government dengan model interaksi seperti pada Tabel 2.1
merupakan harapan pemerintah era sekarang, karena manfaatnya sudah
terbukti di beberapa Negara dan pemerintah daerah di Indonesia yang
berhasil mengimplementasikan e-Government.
Al Gore dan Tony Blair secara jelas dan terperinci menggambarkan
tujuan dan manfaat yang dirasakan dua Negara terdepan yang telah
mengimplementasikan e-Government, yakni Amerika dan Inggris,
antara lain: (1) Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada
para stakeholder (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama
dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan
bernegara. (2) Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep
Good Corporate Governance. (3) Mengurangi secara signifikan total
biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah
maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari. (4)
Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-
sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 31

berkepentingan. (5) Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru


yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan
yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang
ada, serta (6) Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai
mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik
secara merata dan demokratis8.
Berdasarkan kajian sejumlah literatur disinyalir bahwa negara-
negara maju memandang implementasi e-Government yang tepat akan
secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat di suatu
negara dan masyarakat dunia. Oleh karena itu, implementasinya di suatu
negara selain tidak dapat ditunda-tunda, harus pula dilaksanakan secara
serius, di bawah suatu kepemimpinan dan kerangka pengembangan
yang holistik, yang pada akhirnya akan memberikan/mendatangkan
keunggulan kompetitif secara nasional. Untuk mewujudkan keunggulan
kompetitif bagi suatu daerah maupun Negara maka dibutuhkan upaya-
upaya sistematis yang menyangkut subyek, obyek, dan metode yang
terkait dengan proses pengembangan e-Government. Mengingat
pengembangan e-Government merupakan sebuah proses transformasi
dari manual ke elektronik, maka dibutuhkan upaya-upaya sistematis,
seperti pada Gambar 2.1.

8 Indrajit, R.E., 2004. Electronic Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan


Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Andi.
Batasan Instrumen:
32

Inpres 3/2003 - e. Gov


Keppres 9/2003 - TKIT
Peraturan PerUU BidTik Lainnya

Proses Transformasi: e Gov


ormasi: e-Government
Kondisi saat ini: Subject: Ekseku f, Legisla f, Swasta, LSM, Tujuan: Good Government
Infrastruktur Jaringan Publik e-Gov yg jamin Sistem
Penetrasi Komp/Internet, Object: Infrastruktur teknologi/nontekno, Layanan Publik dan Ciptakan
Peraturan Per-UU, ekseku f, legisla f, swasta, LSM, Publik Sistem Pemerintahan yg
SDM/Leadership, g
Metoda: Litbang/konsult/studi bandingg demokra s, transparan,
Organisasi/Sist Manaj, (Roadmap to e-Gov), regulasi, panduan/ bersih, adil, akuntabel,
Dana/Anggaran, standarisasi, Sosialisasi, Bintek, Leadership, bertanggung jawab, responsif,
Strategi Organisasi/Manaj Modern, Dana/Anggaran efek f dan efisien
Pengembangan berlanjut

Pengaruh Lingkungan:
Tuntutan layanan publik,
Kemajuan tekno kominfo,
ancaman digital divide,
peningkatan daya saing.
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Proses Transformasi e-Government 9

9 Moedjiono, Blueprint Aplikasi e-Government Pemerintah Daerah. Workshop: Penyusunan Cetak Biru e-Government-Warta Ekonomi. Departemen Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia, 2005.
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 33

Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa proses transformasi


e-Government harus didukung oleh banyak komponen, antara lain
(1) subjek: eksekutif, legislatif, Swasta, LSM dan publik. (2) Objek:
Infrastruktur teknologi/nano teknologi, eksekutif, legislatif, Swasta,
LSM dan publik. (3) Metode: Litbang/konsultan/studi banding, panduan/
standarisasi, sosialisasi, Bimtek, dsb. Proses transformasi ini semua
mengacu pada tiga hal, yaitu perundang-undangan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi, kondisi saat ini dan pengaruh lingkungan
yang bersumber pada tuntutan layanan publik serta kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi.
Untuk mencapai posisi atau level tansformasi pengembangan
e-Government menurut World Bank (2002), setidaknya secara evolusi
ada empat tahapan di dalam proses transformasi sehubungan dengan
jenis aplikasi e-Government yang dipergunakan, yakni Presence
(kehadiran), Interaction (Interaksi), Transaction (Transaksi), dan
Transformation (transformasi). Model yang hampir sama dikemukakan
Gartner Research (Gupta, 2004) mengajukan model The Value Chain
Of E-Service, yang menetapkan empat tahap yang secara khusus
dikembangkan dalam konteks E-Governance.
Strategi/Kebijakan
34

Transformasi
SDM

Alokasi Aliran Dana


Proses Transaksi
Iden tas Lembaga/Instansi
Interaksi Kompe si Perambah/Browser Besar
Teknologi
Kenyamanan/Kerahasiaan
Hanya untuk Transaksi Struktur Pekerjaan
Fasilitas Pencarian Informasi E-Oten kasi Relokasi/Telework
Basis Data
Layanan Sendiri Organisasi
Respon Publik/Email
Harga/ Perubahan Ketrampilan Akuntabilitas Kinerja
Kompleksitas Manajemen Portofolio Keterampilan Mul -Program
Manajemen Konten Sumber Mengurangi Privasi
Kehadiran Peningkatan Dukungan Staf Meningkatkan Staf Bisnis
Pelayanan Terintegrasi
terhadap Tatakelola Rekayasa Ulang Proses Bisnis
Persetujuan/Kepen ngan Perubahan Rantai Nilai
Manajemen Relasi/hubungan Layanan Baru/Perubahan
Publik
Manajemen Pengetahuan Interface secara online Layanan Interaksi (G2B, G2B,
Pemanfaatan E-mail Manajemen Saluran G2C, G2E)
SDM yang ada sederhana
Menghubungkan Sistem Aset
Manajemen Konten
Keamanan
Metadata
Mempersingkat Proses Akses Informasi 24 x 7
Sinkronisasi Data
Infrastruktur Aplikasi Baru
Mesin Pencari Sumber Struktur Data Baru
Situs Markup E-mail
Waktu
Nilai Kons tuen
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Gambar 2.2 Roadmap e-Government Menurut World Bank10

10 Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan Teknologi Informasi. Aptikom
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 35

Keempat fase pada Gambar 2.2 jika dikontekskan untuk


pengembangan e-Government di Indonesia maka (1) Kehadiran,
memunculkan website daerah di Internet. Dalam tahap ini, informasi
dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam website
pemerintah. (2) Interaksi, yaitu web daerah yang menyediakan fasilitas
interaksi antara masyarakat dan Pemerintah Daerah. Dalam tahap ini,
informasi yang ditampilkan lebih bervariasi, seperti fasilitas download
dan komunikasi E-mail dalam website pemerintah. (3) Transaksi, yaitu
web daerah yang selain memiliki fasilitas interaksi juga dilengkapi
dengan fasilitas transaksi pelayanan publik dari pemerintah. (4)
Transformasi, yaitu dalam hal ini pelayanan pemerintah meningkat
secara terintegrasi.
Menurut Inpres No 3 Tahun 2003 sifat transaksi informasi dan
pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah melalui jaringan
informasi, pengembangan e-Government dapat dilaksanakan melalui 4
(empat) tingkatan sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan meliputi: pembuatan situs informasi disetiap
lembaga, penyiapan SDM, penyiapan sarana akses yang mudah
misalnya menyediakan sarana Multipurpose Community Center,
Warnet, SME-Center, dll, sosialisasi situs informasi baik untuk
internal maupun untuk publik.
2. Tahap Pematangan meliputi: Pembuatan situs informasi publik
interaktif, pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga
lain.
3. Pemantapan meliputi: pembuatan situs transaksi pelayanan
publik, pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan
lembaga lain.
4. Tahap Pemanfaatan meliputi: Pembuatan aplikasi untuk pelayanan
yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang terintegrasi.

Situs pemerintah pusat dan daerah harus secara bertahap


ditingkatkan menuju ke tingkat – (4) perlu dipertimbangkan bahwa
semakin tinggi tingkatan situs tersebut, diperlukan dukungan sistem
36 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

manajemen, proses kerja, dan transaksi informasi antar instansi yang


semakin kompleks pula. Upaya untuk menaikkan tingkatan situs tanpa
dukungan yang memadai, akan mengalami kegagalan yang tidak hanya
menimbulkan pemborosan namun juga menghilangkan kepercayaan
masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dibakukan sejumlah
pengaturan sebagai berikut. (1) Standar kualitas dan kelayakan situs
pemerintah bagi setiap tingkatan perkembangan di atas. (2) Peraturan
tentang kelembagaan dan kewenangan yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan transaksi informasi yang dimiliki pemerintah.
Pengaturan ini harus mencakup batasan tentang hak masyarakat
atas informasi, kerahasiaan dan keamanan informasi pemerintah
(information security), serta perlindungan informasi yang berkaitan
dengan masyarakat (privacy). (3) Persyaratan sistem manajemen dan
proses kerja, serta sumber daya manusia yang diperlukan agar situs
pemerintah dapat berfungsi secara optimal dan mampu berkembang
ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, strategi ini harus
dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan Strategi-211.
World Bank juga mendefinisikan tahapan pengembangan dengan
model yang paling sederhana. Model ini mengukur derajat interaksi
yang diciptakan dari sistem (situs web) yang dimiliki oleh pemerintah.
Bentuk-bentuk keterlibatan ini seragam dengan model tahapan klasik
yang banyak dikutip tentang evolusi situs web di dunia komersial. Tiga
tahap tersebut, yakni12:
1. Publish: Dalam tahap ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi
satu arah, di mana pemerintah mempublikasikan berbagai data
dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung
dan bebas diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan melalui Internet. Biasanya kanal akses yang
dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui medium

11 INPRES 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan


e-Government
12 Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan
Teknologi Informasi. Aptikom
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 37

Internet, di mana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk


mengakses situs (website) departemen atau divisi terkait di mana
kemudian user dapat melakukan browsing (melalui link yang
ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan.
2. Interact: Pada tahapan ini terjadi komunikasi dua arah antara
pemerintah dengan masyarakat yang berkepentingan. Terdapat
dua jenis dalam aplikasi dua arah ini. Pertama, bentuk portal di
mana situs memberikan fasilitas searching bagi mereka yang
ingin mencari informasi secara spesifik (pada tahap publish,
user hanya dapat mengikuti link saja). Kedua, pemerintah
memberikan kanal, di mana masyarakat dapat melakukan diskusi
secara langsung (chatting, tele-conference, web-TV, dll) maupun
tidak langsung (melalui e-mail, frequent ask question, newsletter,
mailing list, dll).
3. Transact: Pada tahapan ini sudah terjadi perpindahan (transfer) dari
pihak lain sebagai sebuah konsekuensi diberikannya layanan jasa
oleh pemerintah. Aplikasi ini lebih rumit karena harus memiliki
sistem keamanan dan perlindungan terhadap pihak-pihak yang
bertransaksi. Contoh aplikasi ini: Masyarakat dapat mengurus
permohonan memperoleh KTP baru atau memperpanjangnya
melalui Internet; Para wajib pajak dapat melakukan pembayaran
pajak individu atau perusahaan secara online melalui Internet;
Melalui aplikasi e-Procurement, rangkaian proses tender
proyek-proyek pemerintah dapat dilakukan secara online melalui
Internet.

Tahapan pengembangan menurut beberapa referensi di atas


sesungguhnya memiliki tujuan yang sama yaitu pengembangan dilakukan
secara sistematis demi tercapainya keterpaduan sistem pengelolaan dan
pengolahan dokumen dan informasi elektronik dalam mengembangkan
pelayanan publik yang transparan. Untuk itu, pengembangan
e-Government pada setiap instansi pemerintahan, menurut Inpres Nomor
3 tahun 2003 harus berorientasi pada (1) Akses: jaringan telekomunikasi,
38 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

jaringan Internet, dan media komunikasi lain yang dapat dipergunakan


oleh masyarakat untuk mengakses portal pelayanan publik. (2) Portal
Pelayanan Publik: situs-situs Internet penyedia layanan publik tertentu
yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan informasi
dan dukumen elektronik di sejumlah instansi terkait. (3) Organisasi
Pengelolaan & Pengolahan Informasi: organisasi pendukung (back-
office) yang mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi
dan dokumen elektronik. (4) Infrastruktur dan aplikasi dasar: semua
prasarana baik berbentuk perangkat keras dan perangkat lunak yang
diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan
penyaluran informasi. Baik antar back-office, antar Portal Pelayanan
Publik dengan back-office, maupun antara Portal Pelayanan Publik
dengan jaringan Internet, secara andal, aman, dan terpercaya. Lebih
jelasnya dilihat pada Gambar 2.3.
Kebijakan Kerangka Peraturan

Akses Jaringan Telekomunikasi Internet Akses Lain-lain

Portal Kepen-
Pendidikan Kesehatan dudukan
Perpajakan Lain-lain
Pelayanan Publik

Organisasi Kementerian
Pengelolaan dan U litas
Kepresidenan & Pemda Publik Lain-lain
Pengolahan Lembaga
Informasi
Kebutuhan Masyarakat

Manajemen Perubahan
Tools: Service: E-doc
Infrastruktur • E-billing Standard • Authen c Intranet & data
dan aplikasi dasar • E-procure & security • Public Key mgmt
• etc • etc
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Gambar 2.3 Kerangka Arsitektur e-Government Indonesia13


39

13 INPRES 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government
40 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Struktur pada Gambar 2.3 tersebut di atas ditunjang oleh 4


(empat) pilar, yakni penataan sistem manajemen dan proses kerja,
pemahaman tentang kebutuhan publik, penguatan kerangka kebijakan,
dan pemapanan peraturan dan perundang-undangan.
Agar pengembangan e-Government berhasil dan tepat guna maka
perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang konstruktif, termasuk
mengikuti pola-pola yang digunakan Negara atau daerah yang telah
berhasil membangun e-Government. Salah satunya menurut kajian dan
riset dari Harvard JFK School of Government ada tiga elemen sukses
yang harus dimiliki dan diperhatikan sungguh-sungguh. Masing-masing
elemen sukses tersebut adalah: Support, Capacity, dan Value14.
1) Support: Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki
oleh pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan
pejabat publik dan politik untuk benar-benar menerapkan
konsep e-Government, bukan hanya sekeadar mengikuti trend
atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip e-Government. Tanpa adanya unsur “political will” ini,
mustahil berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan
e-Government dapat berjalan dengan mulus. Karena budaya
birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen
“top down”, maka jelas dukungan implementasi program
e-Government yang efektif harus dimulai dari para pimpinan
pemerintahan yang berada pada level tertinggi (Presiden dan
para pembantunya – Menteri) sebelum merambat ke level-level
di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan seterusnya).
Dukungan yang dimaksud bukanlah hanya pada omongan semata,
dukungan yang diharapkan adalah dalam hal-hal sebagai berikut:
(a) Disepakatinya kerangka e-Government sebagai salah satu
kunci sukses negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya,
sehingga harus diberikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-

14 Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan
Teknologi Informasi. Aptikom
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 41

kunci sukses lain diperlakukan. (b) Dialokasikannya sejumlah


sumber daya (manusia, finansial, tenaga, waktu, informasi, dan
lain-lain) di setiap tataran pemerintahan untuk membangun
konsep ini dengan semangat lintas sektoral. (c) Dibangunnya
berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung agar tercipta
lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-Government
(seperti adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
yang jelas, ditugaskannya lembaga-lembaga khusus, misalnya
kantor e-Envoy sebagai penanggung jawab utama, disusunnya
aturan main kerja sama dengan swasta, dan lain sebagainya).
(d) Disosialisasikannya konsep e-Government secara merata,
kontinyu, konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan
birokrat secara khusus dan masyarakat secara umum melalui
berbagai cara kampanye yang simpatik.
2) Capacity: Yang dimaksud dengan elemen kedua ini adalah adanya
unsur kemampuan atau keberdayaan dari pemerintah setempat
dalam mewujudkan “impian” e-Government terkait menjadi
kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus
dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu:
(a) Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan
berbagai inisiatif e-Government, terutama yang berkaitan dengan
sumber daya finansial. (b) Ketersedaan infrastruktur teknologi
informasi yang memadai karena fasilitas ini merupakan 50%
dari kunci keberhasilan penerapan konsep e-Government. (c)
Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi
dan keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-Government
dapat sesuai dengan asas manfaat yang diharapkan.
3) Value : Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek
yang dilihat dari sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa
(supply side). Berbagai inisiatif e-Government tidak akan ada
gunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan dengan
adanya implementasi konsep tersebut dan dalam hal ini, yang
menentukan besar tidaknya manfaat yang diperoleh dengan
42 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

adanya e-Government bukanlah kalangan pemerintah sendiri,


melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan
(demand side). Untuk itulah maka pemerintah harus benar-
benar teliti dalam memilih prioritas jenis aplikasi e-Government
apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar benar-
benar memberikan value (manfaat) yang secara signifikan
dirasakan oleh masyarakat. Salah dalam mengerti apa yang
dibutuhkan masyarakat justru akan mendatangkan bumerang
bagi pemerintah yang akan semakin mempersulit meneruskan
usaha mengembangkan konsep e-Government.

Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan mem-


bentuk sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan e-Government yang
akan merupakan kunci sukses utama penjamin keberhasilan. Atau
dengan kata lain, pengalaman memperlihatkan bahwa jika elemen yang
menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha menerapkan konsep
e-Government berada di luar area tersebut (ketiga elemen pembentuk
nexus) tersebut, maka probabilitas kegagalan proyek tersebut akan
tinggi.

B. Implementasi Pemerintahan Berbasis


Elektronik di Indonesia

Berdasarkan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa


implementasi e-Government di Indonesia masih jauh dari standar
internasional, hal tersebut terlihat dari survey yang dilakukan Waseda
University and International Academy of CIO (IAC) tahun 2014 dengan
mengukur indikator, yakni kesiapan jaringan/infrastruktur, optimalisasi/
efisiensi, layanan online/fungsi aplikasi, portal nasional/homepage,
CIO di pemerintahan, promosi e-Government, partisipasi/inkluasi
digital, keterbukaan pemerintah, dan keamanan cyber. Dari pengukuran
sejumlah indikator tersebut menunjukkan bahwa tahun 2005-2014
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 43

Indonesia tidak termasuk dalam perangkingan 10 besar tingkat dunia.


Untuk tahun 2014 Indonesia berada pada urutan 32, sementara negara
ASEAN lainnya Singapura berada pada nomor 2 setelah Amerika
Serikat, Thailand urutan ke 23 dan Malaysia urutan ke 27. Hal tersebut
menunjukkan bahwa implementasi e-Government di Indonesia masih
kalah dari negara tetangga15.
Selain itu, Jaya, Safitri (2013) melakukan pengukuran terhadap
implementasi e-Government di Indonesia, beberapa acuan yang di-
gunakan dalam pengukuran tersebut, yakni menurut indikator dari
Waseda University, antara lain: kesiapan jaringan, fungsi aplikasi
dan optimalisasi, portal nasional, CIO di pemerintah, dan promosi
e-Government. Indikator Brown University yaitu Service Delivery
dan Public Access. Indikator Pemeringkatan e-Government Indonesia
(PeGI) yaitu Kebijakan, Kelembagaan, Infrastruktur dan Aplikasi, dan
perencanaan. UN dengan indikator situs web, infrastruktur ICT, dan
Human Capital. Berdasakan hasil mapping pengukuran dari sejumlah
indikator tersebut menunjukkan bahwa posisi e-Government indonesia
masih berada pada tahap pematangan dengan tingkat kematangan berada
pada level 2 menuju level 3 (menggunakan skala kematangan COBIT
dari level 0,1,2,3,4). Nilai ini diperoleh dari beberapa sudut pandang
hasil pemetaan roadmap. Hampir di semua lembaga pemerintah sudah
memiliki portal bahkan sampai ke tingkat transaction, tetapi optimalisasi
masih dirasa kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya anggaran
terhadap persiapan lapangan baik itu infrastruktur, penerapan ICT
maupun sumber daya manusia. Letak geografis dan perbedaan tingkat
ekonomi juga memicu terjadinya kesenjangan digital di lingkungan
masyarakatnya16.
Untuk skala nasional menurut perangkingan PeGi tingkat provinsi
dari tahun 2012-2014 kategori terbaik didominasi oleh provinsi wilayah

15 International e-Government Ranking 2014. Jointly Surveyed by Waseda University and


International Academy of CIO (IAC). Tokyo Mei 2014.
16 Jaya, Safitri, 2014. Implementasi dan Perkembangan e-Government Di Indonesia. STIMED
Nusa Palapa, Makassar (Online: http://jim.stimednp.ac.id)
44 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Jawa, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta.
Dimensi yang diukur adalah kebijakan, kelembagaan, infrastruktur,
aplikasi dan perencanaan. Khusus untuk provinsi Papua pada tahun
2012 kategori kurang, tahun 2013 kategori baik. Seharusnya pada
tahun berikutnya mengalami peningkatan, namun justru mengalami
kemunduran yang dratis, yaitu pada kategori kurang17.
Sementara untuk situs e-Government menurut data Kementerian
Dalam Negri pada tahun 2013 menunjukkan bahwa dari 530 pemerintah
daerah tingkat provinsi, kotamadya dan kabupaten Se-Indonesia
terdapat 485 (92 %) situs web pemerintah daerah yang aktif, 25 (5 %)
tidak ada situs resmi, 20 (4 %) situs web offline. Sejumlah situs yang
aktif ditemukan memiliki tampilan monoton atau tidak user friendly,
isi berita seadanya dan kadaluarsa atau sudah diperbaiki tapi isinya
tidak menunjukkan substansi layanan transaksi dan informasi publik,
tidak adanya interaksi antara pengunjung dan penyedia layanan, dan
sebagainya18.
Gambaran ini ditemukan juga pada penelitian Rokhman (2008)
bahwa situs website pemerintah daerah yang dibangun seadanya tanpa
memperhatikan acuan seperti yang dituangkan dalam buku panduan
sehingga situs web hanya sebatas proyek tanpa ada pengelolaan lebih
lanjut, dan itu yang terjadi pada situs web pemerintah di seluruh
Kabupaten di Jawa Tengah. Situs web pemerintah kabupaten sebagian
besar sebatas menampilkan informasi, belum menunjukkan tahapan
interaksi maupun transaksi19. Keadaan yang lebih parah dapat dijumpai
pada situs pemerintahan di wilayah Kalimantan, NTT, Sulawesi,
Maluku, dan Papua.

17 Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) Tahun 2012-2014. Direktorat e-Government,


Ditjen. APTIKA–KEMKOMINFO RI, (Online: http://pegi.layanan.go.id)
18 Daftar Alamat Website Pemda Dan Lpse Provinsi, Kabupaten, Kota Seluruh Indonesia. Data
Updated: Juli 2013, Pusdatinkomtel-Setjen, Kementerian Dalam Negeri. (Online: www.
kemendagri.go.id)
19 Rokhman, Ali. 2008, “Potret dan hambatan e-Government Indonesia”. Inovasi online, edisi
vol.11/XX, Juli 2008.
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 45

Ada juga pemerintah daerah yang mengklaim telah mengaplikasi-


kan e-Government, namun kenyataannya belum diiringi dengan per-
ubahan proses kerja dan manajemen pemerintahan yang berbasis pada
elektronik, hal tersebut tercermin dari lamanya mendapatkan layanan,
biaya pelayanan mahal dan tidak transparannya anggaran publik. Oleh
karena itu, masyarakat dan pihak bisnis masih merasa informasi yang
ditampilkan di website belum memenuhi pelayanan prima sebagaimana
didengung-dengungkan pemerintah selama ini. Untuk itu, ke depan
perlu ada pengkajian lebih lanjut mengenai keberhasilan E-Government
secara nasional.
Dalam buku ini sedikit mengevaluasi situs web pada beberapa
pemerintah, dengan maksud mendapatkan sedikit gambaran tentang
posisi keberhasilan implementasi e-Government, lebih khusus
membandingkan situs pemerintah Provinsi Papua dengan beberapa
provinsi mewakili 5 (lima) pulau besar di Indonesia, yakni Provinsi Jawa
Timur (pulau Jawa), Provinsi Sumatra Utara (pulau Sumatra), Kalimantan
Selatan (pulau Kalimantan), Sulawesi Selatan (Pulau Sulawesi) dan
Provinsi Papua (Tanah Papua). Pemilihan provinsi mewakili pulau ini
tidak didasarkan pada indikator tertentu, namun tidak dipungkiri bahwa
beberapa daerah yang menjadi objek kajian ini telah mendapatkan
penghargaan atas keberhasilan implementasi e-Government. Kajian
dilakukan terhadap kualitas konten situs e-Government dilihat dari
beberapa indikator umum, yakni: Transparansi, Layanan, Efisiensi,
Ekonomi, Aspirasi, Tampilan, Update, dan Tahapan Pencapaian Tujuan
e-Goverment menurut World Bank Group. Pada Tabel 2.2 dirangkum
hasil evaluasi berdasarkan penelusuran situs web pada daerah-daerah
yang menjadi objek kajian.
Tabel 2.2 Evaluasi Situs Web e-Government
46

Provinsi JaƟm Provinsi Sumut Provinsi Kalsel Provinsi Sulsel Provinsi Papua

Transparansi Telah memasukkan Telah memasukkan Telah memasukkan Telah memasukkan Telah memasukkan
transparansi pengelolaan transparansi transparansi transparansi transparansi pengelolaan
anggaran daerah, rencana pengelolaan anggaran pengelolaan anggaran pengelolaan anggaran anggaran daerah,
program kerja daerah, daerah, rencana daerah, rencana daerah, rencana rencana program kerja
dan laporan akuntabilitas program kerja program kerja program kerja daerah, dan laporan
kinerja pemerintah daerah. daerah, dan laporan daerah, dan laporan daerah, dan laporan akuntabilitas kinerja
akuntabilitas kinerja akuntabilitas kinerja akuntabilitas kinerja pemerintah daerah
pemerintah daerah. pemerintah daerah pemerintah daerah

Layanan Tersedia layanan pelayanan Layanan yang diberikan Layanan yang diberikan Layanan yang diberikan Layanan yang diberikan
publik, pelayanan media berupa informasi berupa informasi berupa layanan publik, masih berupa informasi
center atau layanan prosedur layanan prosedur layanan informasi tentang namun belum
aspirasi, pelayanan hotel, travel, wisata dan menyentuh kepada
perizinan dan pelayanan restoran layanan publik
informasi. Beberapa proses
dilakukan secara transaksi
online dak hanya sebatas
informasi

Efisiensi Sejumlah layanan yang Informasi layanan Informasi lebih pada Sejumlah layanan Sejumlah informasi yang
ada tentunya akan masyarakat, layanan pelelangan sedangkan informasi yang dimuat tentunya dapat
meningkatkan kecepatan, umum, layanan belum cukup informasi ada tentunya akan mengefisiensikan waktu
ketepatan dan kemudahan. bisnis, layanan oleh mengenai layanan meningkatkan dan biaya masyarakat
Salah satu layanan yang badan pelayanan perizinan, dsb sehingga kecepatan, ketepatan dalam mengakses
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

diunggulkan adalah layanan perijinan terpadu dapat dari sisi efisiensi belum dan kemudahan. informasi tanpa harus ke
e-procurement, surat izin mengefisiensikan waktu op mal kantor
tenaga kesehatan, bursa dan biaya masyarakat
kerja online dan izin tenaga dalam mengakses
teknis kefarmasian layanan publik
Provinsi JaƟm Provinsi Sumut Provinsi Kalsel Provinsi Sulsel Provinsi Papua

Ekonomi Informasi investasi dan Informasi investasi dan Belum menampilkan Informasi investasi dan Informasi investasi dan
perekonomian cukup perekonomian cukup informasi yang cukup perekonomian cukup perekonomian cukup
tersedia dan dapat tersedia mengenai perkonomian tersedia tersedia
membantu warga yang dan peluang investasi
dalam pelayanan dan
informasi

Aspirasi Tersedia fasilitas Tersedia fasilitas Fasilitas untuk Fasilitas untuk Fasilitas untuk menjaring
penyampaian aspirasi pada pengaduan masyarakat menjaring aspirasi menjaring aspirasi aspirasi warga belum
sub-portal, sedangkan pada warga belum tersedia, warga belum tersedia, tersedia, hanya halaman
tampilan utama belum ada hanya halaman kontak hanya halaman kontak kontak diwebsite namun
fasilitas aspirasi diwebsite namun diwebsite namun itupun hanya sebatas
itupun hanya sebatas itupun hanya sebatas formalitas dalam sebuah
formalitas dalam sebuah formalitas dalam sebuah web, ar nya dak ada
web, ar nya dak ada web, ar nya dak ada layanan aspirasi
layanan aspirasi layanan aspirasi

Tampilan Tampilan dan navigasi Tampilan dan navigasi Tampilan dan navigasi Tampilan dan navigasi Tampilan dan navigasi
website sudah tertata baik website sudah website belum tertata website belum tertata website sudah
sehingga memungkinkan tertata baik sehingga baik baik tertata baik sehingga
kemudahan akses informasi memungkinkan memungkinkan
kemudahan akses kemudahan akses
informasi informasi
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia
47
Provinsi JaƟm Provinsi Sumut Provinsi Kalsel Provinsi Sulsel Provinsi Papua
48

Update Selalu menampilkan Selalu menampilkan Selalu menampilkan Selalu menampilkan Tidak selalu
informasi mengenai ak vitas informasi mengenai informasi mengenai informasi mengenai menampilkan informasi
pemerintahan (Dilihat dari ak vitas pemerintahan ak vitas pemerintahan ak vitas pemerintahan mengenai ak vitas
waktu upload informasi (Dilihat dari waktu (Dilihat dari waktu (Dilihat dari waktu pemerintahan (Dilihat
hampir se ap hari) upload informasi, upload informasi, upload informasi, dari waktu upload
hampir se ap hari) hampir se ap hari) hampir se ap hari) informasi)

Pencapaian Dari sisi kompleksitas dan Dari sisi kompleksitas Dari sisi kompleksitas Dari sisi kompleksitas Dari sisi kompleksitas
Tujuan E-Gov waktu maka e-Government dan waktu maka dan waktu maka dan waktu maka dan waktu maka
(World Bank) Pemerintah Propinsi e-Government e-Government e-Government e-Government
Jawa Timur telah sampai Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi
pada tahap Transac on Sumatra Utara telah Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan telah Papua telah sampai pada
dengan beberapa indikator, sampai pada tahap telah sampai pada sampai pada tahap tahap Interac on dengan
yaitu:E-Autehen fica on, Interac on dengan tahap Interac on Interac on dengan beberapa indikator, yaitu:
Self Service, Portofolio beberapa indikator, dengan beberapa beberapa indikator, Content Management,
Management, Business yaitu: Public Response, indikator, yaitu: Content yaitu: Content Data Syncroniza on dan
Process Re-engineering, Content Management, Management, dan dan Management dan E-mail
Rela onship Management, Searchable Databases, E-Mail E-Mail
dan Online Interface,dan dan E-Mail
email.
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 49

Berdasarkan evaluasi pada Tabel 2.2 jelas terlihat bahwa Provinsi


Jawa Timur saat ini telah sampai pada tahap Transaction, Provinsi
Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Provinsi
Papua berada pada tahap Interaction. Hal tersebut juga menunjukkan
bahwa sejumlah daerah yang menjadi objek kajian ini belum sampai
pada tahap transformation, sehingga dibutuhkan keseriusan dan
komitmen dari setiap daerah untuk mengembangkan e-Government.
Hasil evaluasi ini dapat dijadikan juga sebagai bahan pembanding untuk
melihat sejauh mana implementasi situs e-Government di beberapa
Provinsi. Kesimpulan yang hampir sama ditunjukkan dari peringkat
PeGI dari tahun 2012-2014, di mana Jawa Timur masih pada kategori
baik, sedangkan Provinsi lainnya masih kategori kurang dan sangat
kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3 Hasil peringkat dari PeGI20

2012 2013 2014


Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
Rata- Rata- Rata-
Rata Rata Rata
Provinsi Jawa 3.03 Baik 3.05 Baik 2.89 Baik
Timur
Provinsi 1.89 Kurang 2.77 Baik 2.61 Baik
Sumatra
Utara
Provinsi 1.23 Sangat 1.55 Kurang Belum -
Kalimantan Kurang masuk
Selatan dalam
da ar
peringkat
Provinsi Belum - Belum - Belum -
Sulawesi masuk masuk masuk
Selatan dalam dalam dalam
da ar da ar da ar
peringkat peringkat peringkat
Provinsi 1.95 Kurang 2.52 Baik 1.69 Kurang
Papua

20 Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) Tahun 2012-2014. Direktorat e-Government,


Ditjen. APTIKA–KEMKOMINFO RI, (Online: http://pegi.layanan.go.id)
50 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

Tabel 2.3 di atas diukur berdasarkan indikator Kebijakan,


Kelembagaan, Infrastruktur dan Aplikasi, dan Perencanaan. Dari
sejumlah hal tersebut menunjukkan bahwa daerah-daerah pulau Jawa
dalam pengembangannya pada tahap yang lebih baik, sedangkan luar
Jawa khususnya untuk provinsi yang disebutkan di atas belum sampai
pada tahap yang lebih baik. Untuk itu perlu adanya inisiatif yang
konstruktif untuk pembangunan ke depan, dengan memperhatikan
aspek-aspek penting keberhasilan e-Government.
Selain beberapa aspek yang diuji pada website, perlu juga
mengukur tingkat kinerja dan efektivitas situs web e-Government.
Dibutuhkan beberapa hal alat pengukur. Berdasarkan hasil kajian
memperlihatkan bahwa terdapat 5 (lima) aspek penting yang harus
benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pengembangan
e-Government, yakni audience, content, interactivity, usability, dan
innovation21. Sejumlah aspek tersebut digunakan untuk menganalisis
website Provinsi Papua saat ini, seperti yang pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Analisis Website Provinsi Papua

EFEKTIVTAS www.papua.go.id

Audience  Orang-orang yang berkunjung ke webiste Provinsi Papua belum bisa


dipas kan, bahkan cenderung rendah karena jika dilihat dari informasi
yang disajikan secara umum belum lengkap dan dak up to date.
 Target komunikasi pemerintah juga belum jelas, hal tersebut dilihat dari
informasi yang ditampilkan hanya sebatas profil dan informasi agenda
kegiatan sehingga belum memberikan manfaat yang berar bagi
audience.

Content  Konten yang ditampilkan dalam webiste dak membantu audience dan
stakeholders dalam memenuhi kebutuhannya terkait dengan pelayanan
prima yang ditawarkan melalui website.
 Belum ada visi dan target yang jelas dalam implementasi e-Government,
hal tersebut dilihat dari konten webiste yang dirancang beserta isi dak
mengalami perubahan-perubahan yang berar dalam jangkah waktu
beberapa tahun terakhir.

21 Indrajit, Richardus Eko. 2005. e-Government In Action: Ragam Kasus Implementasi Sukses di
Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 57
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 51

EFEKTIVTAS www.papua.go.id

InteracƟvity  Fasilitas untuk menjaring aspirasi warga belum tersedia, hanya halaman
kontak dan buku tamu di website namun itupun hanya sebatas formalitas
dalam sebuah web, ar nya dak ada layanan aspirasi.

Usabiliy  Sistem pengorganisasi content atau isi webiste memiliki arsitektur yang
jelas dan terstruktur secara logis.
 Navigasi yang diterapkan dalam webiste mudah cara
pengoperasiannya.
 Content yang ada mudah “dibaca” dan “enak” di mata, dalam ar kata
dak bertele-tele, bergaya bahasa yang menarik, kombinasi warna yang
dak menusuk mata, pemakaian front yang sesuai, gambar dan animasi
secukupnya.
 Isinya belum uptodate sehingga beberapa informasi yang disajikan dak
selalu relevan dengan kebutuhan.
 Tampilan webiste cukup menarik, dan sesuai dengan karakteris k
audience-nya.

InnovaƟon  Belum ada inovasi yang dilakukan sejalan dengan kemajuan teknologi,
seper krea vitas dari hari ke hari dalam berinovasi mengembangkan
webiste agar semakin menarik dan bermanfaat (valuable) bagi
audience.

Berdasarkan kajian pada tabel 2.4 menunjukkan bahwa im-


plementasi situs e-Government di Provinsi Papua belum optimal,
karena beberapa komponen penting belum dikelola baik, misalnya
konten yang ditampilkan belum ada informasi mengenai layanan publik,
sehingga tidak membantu audience dan stakeholders dalam memenuhi
kebutuhannya terkait dengan pelayanan prima yang ditawarkan melalui
website. Selain itu, website yang ada saat ini terkesan masih statis
karena belum ada fasilitas untuk menjaring aspirasi warga, sama halnya
dengan yang dialami beberapa Provinsi di Indonesia.
Dalam hal ini, kajian Kementerian Komunikasi dan Informasi
juga menyimpulkan bahwa mayoritas situs Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah masih berada pada tingkat persiapan (pertama)
apabila ditinjau dari sejumlah aspek, yakni: (1) Leadership: Kurangnya
perhatian pimpinan dalam implementasi e-Government. Para pimpinan
lebih banyak fokus pada hal-hal mendasar, seperti pendidikan, kesehatan,
52 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

dan infrastruktur karena aspek-aspek tersebut belum dibangun secara


merata sehingga dibutuhkan perhatian serius. Di sisi lain, pimpinan
belum menyadari akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi
dalam pelayanan publik. (2) Infrastruktur Jaringan Informasi: secara
umum memang masih belum tersebar secara merata. Misalnya di
provinsi Papua jaringan Internet masih terbatas karena infrastruktur
jaringan Internet masih menggunakan VSAT, sehingga cuaca yang
tidak menentu di Papua membuat perangkat cepat rusak. Kalaupun
tersedia sejumlah fasilitas pendukung, harganya masih relatif mahal. (3)
Pengelolaan Informasi: kualitas dan keamanan pengelolaan informasi
yang kurang karena tidak didukung dengan infrastruktur dan SDM yang
handal. (4) Lingkungan Bisnis: kondisi pasar, perdagangan, dan regulasi
yang membentuk konteks perkembangan bisnis teknologi informasi
semakin berkembang pesat namun tidak diiringi dengan upaya-upaya
pemerintah dan masyarakat dalam impementasi e-Government. (5)
Masyarakat dan Sumber Daya Manusia: Pemerintah umumnya jarang
memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang
handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis/industri. Kekurangan SDM
ini menjadi salah satu penghambat implementasi dari e-Government.
Misalnya di Provinsi Papua banyak masyarakat yang belum melek IT,
hal ini karena Internet baru berkembang di Papua mulai tahun 2000-
an sehingga belum merata ke seluruh komponen masyarakat, sekarang
lebih banyak yang akses Internet adalah para pelajar dan mahasiswa,
sama halnya terjadi di sejumlah daerah misalnya di Kalimantan, NTT,
dan Maluku. Dengan melihat kepada kondisi di atas, maka tantangan
yang muncul kemudian adalah bagaimana meningkatkan penerapan
e-Government di masa datang menjadi lebih memadai sehingga tidak
memungkinkan lagi adanya tahapan pelayanan yang memerlukan
pertemuan tatap muka antara masyarakat dengan penyedia pelayanan
publik. Ketiadaan tatap muka dapat meminimalisir dan meniadakan
aktivitas-aktivitas rent seeking.
Tantangan dan hambatan dalam impelementasi e-Government
di Indonesia secara umum mengalami hal yang sama sehingga penulis
Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia 53

mengutip beberapa rekomendasi pemecahan masalah, antara lain: (1)


Untuk hambatan di bidang regulasi dan pedoman penyelenggaran situs
web pemda maka pemerintah pusat perlu membuat master plan dan
grand strategy e-Government yang dituangkan dalam undang-undang
atau peraturan pemerintah beserta petunjuk pelaksanaan teknisnya
karena implementasi membutuhkan tindakan dan penyediaan sarana
dan bukan hanya konsep belaka. (2) Untuk hambatan SDM maka perlu
dilakukan pendidikan dan pelatihan SDM di bidang teknologi informasi
dan komunikasi yang terintegarsi. (3) Dalam hal keterbatasan sarana
dan prasarana; maka diperlukan suatu solusi dalam bentuk kebijakan
pemerintah untuk merangkul pihak swasta khususnya provider ITC
dalam bentuk kerja sama terpadu yang tentunya menguntungkan ke
dua belah pihak. Sebagai contoh misalnya MOU yang dibuat oleh
pemerintah dengan pihak Microsoft yang menuangkan kebijakan bahwa
akan dilakukan pemutihan bagi aplikasi software yang “bukan resmi”
yang digunakan lembaga pemerintah adalah merupakan terobosan
dalam mengatasi infrastruktur yang mahal. Selain itu, secara teknis
pihak pemerintah daerah perlu membuat masterplan e-Government
yang bisa melibatkan semua satker yang mencakup aspek pembangunan
infrastruktur, aplikasi, sumber daya manusia, perundang-undangan dan
anggaran. (4) Untuk mengatasi belum meratanya literacy masyarakat
tentang penggunaan e-Government22.
Untuk mengatasi belum meratanya literacy diperlukan strategi
sosialisasi kepada masyarakat dengan beberapa tahapan yaitu:
(a) Tahapan sosialisasi yang pertama ditujukan kepada pimpinan
lembaga pemerintah. Karena secara kultur faktor pemimpin sangat
memegang peranan dalam implementasi e-Government. Banyak contoh
keberhasilan pelaksanaan e-Government di berbagai negara, daerah
atau kantor pemerintah disebabkan karena faktor skill dan kepedulian
manajemen para pemimpinnya. (b)Tahapan kedua adalah memberikan

22 Kurniawan Teguh. 2011. “Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance
melalui Penerapan E-Government di Indonesia”. (Online: http://teguh-kurniawan.web.ugm.
ac.id) Hal 4
54 Bab II Konsep Pemerintahan Berbasis Elektronik dan Implementasinya di Indonesia

penekanan dalam sosialisasi e-Government di kalangan para pimpinan


tentang manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan ICT dalam tata
pemerintahan. Baik itu dari segi politis, ekonomi, produktivitas kerja
pegawai dan juga image di mata masyarakat. (c) Tahapan ketiga,
adalah melibatkan semua bagian dalam lembaga pemerintah termasuk
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam merumuskan dan membuat
rencana induk (masterplan) pelaksanaan e-Government daerah dan
instansi. Keterlibatan DPR memiliki peran penting dalam kesuksesan
pembangunan e-Government semua elemen pemerintahan harus terlibat
di dalamnya. (d) Tahapan keempat dalam sosialisasi e-Government
adalah memberikan brand awarness kepada para masyarakat
luas tentang manfaat dan kegunaan bentuk-bentuk layanan dalam
e-Government. Mengingat beragamnya status sosial dan ekonomi
masyarakat maka yang pertama diberikan penekanan sosialisasi adalah
golongan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi menengah
ke atas terlebih dahulu, karena mereka lebih dekat dengan teknologi
Internet dan konsep e-Government. Selain itu cara ini juga akan mampu
menjadikan mereka untuk menjadi stimulan pendorong bagi golongan
masyarakat lain tentang manfaat dan kegunaan e-Government23.

23 Sosiawan, EA., Tantangan dan Hambatan Dalam Implementasi E-Government di Indonesia.


UPN Veteran Yogyakarta. (Online: http://edwi.upnyk.ac.id/) Hal 10.
Bab III

Kondisi Umum
Provinsi Papua

U ntuk memahami kondisi Papua secara utuh akan lebih lengkap


kalau kita mengetahui sejarah perkembangan Papua dari tahun
1960-an hingga saat ini. Namun, dalam buku ini tidak dibahas lebih
mendalam karena sejumlah buku yang temanya tentang Papua biasanya
memberikan gambaran yang lebih jelas dan penulis yakin bahwa para
pembaca telah mengetahui sejarah masa lalu Papua. Sedikit gambaran
masa lalu, berdasarkan sejumlah referensi dan pengakuan tokoh-
tokoh Papua mengungkapkan bahwa perkembangan pembangunan di
Provinsi Papua pada masa orde baru berjalan lamban di semua sektor
pembangunan, karena waktu itu Papua diselimuti gejolak disintegrasi
oleh masyarakat Papua dan direspon oleh pemerintah dengan pendekatan
militeristik. Dengan kondisi yang demikian membuat masyarakat Papua
terisolir dari berbagai aspek pembangunan lebih khusus akses informasi
dan komunikasi.
Masyarakat Papua mulai merasakan pembangunan ketika Indo-
nesia memasuki zaman reformasi, yang kemudian diikuti juga dengan
diberlakukannya UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
56 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Papua, dengan beberapa dasar pemikiran bahwa: (1) Penyelenggaraan


pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua selama
pada masa orde baru belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan, belum
sepenuhnya memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, belum
sepenuhnya mendukung terwujudnya penegakan hukum, dan belum
sepenuhnya menampakkan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
di Provinsi Papua, khususnya masyarakat Papua. (2) Pengelolaan dan
pemanfaatan hasil kekayaan alam Provinsi Papua belum digunakan
secara optimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat asli,
sehingga telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara Provinsi
Papua dan daerah lain, serta merupakan pengabaian hak-hak dasar
penduduk asli Papua24.
Dengan dasar ini, pemerintah memberikan ruang yang lebih luas
kepada masyarakat Papua untuk diri sesuai amanah Otonomi Khusus
dan kebijakan afirmasi lainnya. Dan terbukti sejumlah kebijakan
pembangunan telah memperbaiki kondisi masyarakat Papua yang
terisolir dari sejumlah akses pembangunan, terlebih khusus akses
masyarakat terhadap informasi dan komunikasi, walaupun masih banyak
inkonsistensi dalam kebijakan pembangunan yang mengakibatkan
belum meratanya pembangunan Papua secara umum.
Terbukanya akses informasi dan komunikasi di Papua yang
semakin pesat yang ditandai dengan dibangunnya sejumlah infrastruktur
TIK di seluruh tanah Papua telah mengubah kondisi masyarakat Papua
yang dulunya tertutup dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kini masyarakat yang ada di gunung-gunung, lembaga-lembah
dan pesisir mulai terbuka dan semakin maju dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik dan sosial. Namun khusus pemanfaatan
TIK untuk kepentingan pelayanan pemerintahan belum dimanfaatkan
secara optimal, karena pemerintah sejauh ini belum mempunyai arah
pengembangan yang jelas. Terbukti dalam penelitian, penulis belum
menemukan dokumen perencanaan pembangunan e-Government

24 UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua


Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 57

yang tersistematis dan terpadu. Hal tersebut dapat dimaklumi karena


pemerintah selama ini lebih berkonsentrasi pada pengembangan sektor-
sektor vital, yakni pembangunan pendidikan, kesehatan, ekonomi
rakyat dan infrastruktur dasar, sehingga pengembangan TIK khususnya
e-Government untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik
belum diwujudnyatakan.
Kewenangan yang lebih luas disertai alokasi dana yang besar
ke Papua dituntut agar pemerintah Papua lebih transparan, akuntabel,
responsif, efektif dan efesien dalam mengelola sumber daya yang ada,
hal tersebut dapat terwujud jika memanfaatkan TIK secara optimal.
Namun yang menjadi catatan penting adalah bahwa keberhasilan
e-Government di manapun dan kapanpun tidak semata-mata berfokus
pada ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, te-
tapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal pemerintah-
an. Karena lingkup e-Government lebih luas dan melibatkan semua
stakeholders, yakni masyarakat, pihak bisnis, swasta, maupun antar
lingkungan pemerintahan dari tingkat bawah sampai tingkat atas.
Untuk itu kesiapan dari semua aspek mutlak harus dilakukan, misalnya
kesiapan sumber daya manusia pengguna e-Government (masyarakat
dan pihak bisnis), perbaikan kondisi ekonomi, kesehatan, ketersediaan
sarana dan prasarana, kondisi sosial politik dan budaya. Sejumlah
hal tersebut merupakan bagian dari faktor-faktor penentu kesuksesan
e-Government, maka Bab ini dilakukan pemetaan kondisi umum
pemerintah Provinsi Papua menggunakan analisis Politik, Ekonomi
Sosial dan Teknologi (PEST). Analisis PEST merupakan teknik yang
sering digunakan untuk menganalisis lingkungan eksternal dari sebuah
organisasi guna perumusan perencanaan strategis, karena dengan
metode tersebut dapat mengetahui peluang dan ancaman yang dapat
menimbulkan kerugian bagi organisasi.
Menurut Ward dan Peppard (2002) analisis PEST digunakan
untuk menilai pasar dari suatu unit bisnis atau unit organisasi. Arah
analisis PEST adalah kerangka untuk menilai sebuah situasi, dan menilai
58 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

strategi atau posisi arah organisasi, rencana atau ide. Di mana analisis
ini dapat diambil suatu peluang atau ancaman baru bagi organisasi25.
Dalam bidang politik dikaji tentang faktor penting yang mem-
pengaruhi kondisi suatu Negara atau wilayah termasuk regulasi
pendukung dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, hal ini
akan berdampak pada kelangsungan hidup suatu organisasi. Lebih
khusus mengidentifikasi peraturan-peraturan pemerintah tentang
pembangunan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam bidang
ekonomi mengidentifikasi kondisi ekonomi masyarakat, kondisi
keuangan organisasi, ancaman seperti inflasi, peraturan pajak atau
nilai pasar uang sangat mempengaruhi kondisi suatu organisasi.
Dalam bidang sosial mengidentifikasi budaya masyarakat, tingkat
kesejahteraan, kondisi di lingkungan publik, tingkat populasi dan isu
yang berkembang. Bidang ini biasanya mengidentifikasi seberapa besar
kesempatan organisasi untuk mengambil peluang dari lingkungan sosial.
Bidang teknologi mengkaji tentang ketersediaan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi, selain itu menganalisis tren teknologi di dunia
dalam suatu industri, hal ini bertujuan untuk melihat apakah teknologi
tersebut dapat digunakan untuk mendukung tujuan organisasi dengan
menganalisis faktor kebutuhan bisnis dan operasional organisasi.

A. Politik

Dalam proses pembangunan, pengembangan e-Government


merupakan program prioritas untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik, guna memperbaiki citra buruk kinerja pemerintahan yang
dinilai lamban, kurang responsif, tidak disiplin, korup, dan citra-citra
negatif lainnya, walaupun sebenarnya tidak semua aparatur pemerintah
melakukan hal-hal negatif tersebut. Untuk itu dibutuhkan instrument,
salah satunya adalah dasar hukum pengembangan dan pemanfaatan

25 Ward dan Peppard, (2002), Strategic Planning for Information Systems, John Wiley inc., USA
Hal 70-72
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 59

teknologi informasi dan komunikasi atau pembangunan e-Government


agar dapat menata, melindungi, dan menjamin segala sumber daya yang
menjadi subjek maupun objek dalam proses pembangunan.
Regulasi yang telah diterbitkan pemerintah sebagai dasar
pemanfaatan TIK di Indonesia adalah: INPRES Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government,
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE), UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (UU KIP), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HaKI,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
Permen PANRB Nomor 6/2011. Selain itu, khusus untuk Provinsi
Papua diberlakukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Papua, regulasi ini memberikan kewenangan khusus
untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri untuk tercapainya
kesejahteraan, peningkatan taraf hidup masyarakat, serta memberikan
kebijakan khusus yang didasarkan pada nilai-nilai dasar, seperti
supremasi hukum, demokrasi, pluralisme, serta persamaan kedudukan,
hak, dan kewajiban sebagai warga negara.
Untuk menunjang percepatan pelaksanaan Otonomi Khusus
bagi Provinsi Papua, dalam rangka percepatan pembangunan
ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua
guna mewujudkan kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan
provinsi lain di Indonesia, maka pemerintah pusat telah memberikan
kekhususan kepada Provinsi Papua dengan suntikan dana yang lebih
besar. Besarnya dana setara dengan 2% (dua persen) dari Plafon Dana
Alokasi Umum Nasional selama 25 tahun, terutama ditujukan untuk
pembiayaan pendidikan dan kesehatan serta Pos Dana Tambahan
Infrastruktur. Besarnya dana ditetapkan antara Pemerintah Pusat dengan
DPR berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran. Jumlah
Alokasi Dana Otonomi Khusus dari tahun 2002-2013 dilihat pada Tabel
3.1.
60 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Tabel 3.1 Dana Otonomi Khusus26

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa selama periode tahun 2002-2013,


secara kumulatif jumlah dana Otsus yang telah diterima oleh Provinsi
Papua mencapai Rp.38,6 trilyun, yang terdiri dari Rp.32,7 trilyun
berupa dana Otsus Papua dan Rp.5,8 trilyun berupa dana tambahan
infrastruktur dalam rangka Otsus Papua. Periodisasi pola pengalokasian
dana dapat dilihat pada Tabel 3.2.

26 Penerimaan Dana Otsus Papua Tahun 2002-2013. Data Badan Pengelolaan Keuangan Dan
Asset Daerah Provinsi Papua.(Online: https://bpkad.papua.go.id)
Tabel 3.2 Pengalokasian Dana Otonomi Khusus (Hasil Olahan)27

TAHUN JUMLAH TAMBAHAN ALOKASI ALOKASI ALOKASI


(Infrastruktur) PROVINSI KABUPATEN/KOTA RESPEK

2002 1.382.300.000.000 829.380.000.000 (60%) 555.270.000.000 (40%)

2003 1.539.560.000.000 924.487.614.000 (60%) 605.512.386.000 (40%)

2004 1.642.617.943.000 657.417.943.000 (40%) 985.200.000.000 (60%)

2005 1.775.312.000.000 570.000.000.000 (40%) 855.312.000.000 (60%)

2006 2.913.284.000.000 536.374.689.000 1.099.287.200.000 (40%) 1.648.930.800.000 (60%)

2007 3.295.748.000.000 750.000.000.000 1.153.739.200.000 (40%) 1.730.608.800.000 (60%) 411.400.000.000

2008 3.590.142.897.000 330.000.000.000 1.262.697.158.800 (40%) 1.894.045.738.200 (60%) 433.400.000.000

2009 2.609.796.098.000 1.470.000.000.000 843.807.400.000 (40%) 1.265.877.659.000 (60%) 320.000.000.000


Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

2010 2.694.864.788.000 800.000.000.000 937.945.915.200 (40%) 1.406.918.872.800 (60%) 350.000.000.000

2011 3.157.459.547.550 800.000.000.000 1.080.003.751.420 (40%) 1.620.005.627.130 (60%) 457.450.169.000

2012 3.833.402.135.000 571.428.571.000 1.350.340.786.400 (40%) 2.025.511.179.600 (60%) 457.550.169.000

2013 4.355.950.048.000 571.428.572.000 1.536.142.071.200 (40%) 2.304.213.106.800 (60%) 515.594.870.000


61

27 Penerimaan Dana Otsus Papua Tahun 2002-2013. Data Badan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Provinsi Papua.(Online: https://bpkad.papua.go.id)
62 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Periodisasi pola pengalokasian dana Otonomi Khusus tahun


2002-2013 berdasarkan Tabel 3.2 adalah sebagai berikut; pada periode
2002-2003 berdasarkan surat keputusan Menteri RI Nomor 47/
KM.07/2002 tanggal 21 Februari tentang tata cara penyaluran dana
Otonomi Khusus Provinsi Papua porsi untuk kabupaten/kota 40%
dan provinsi 60%. Periode 2004-2006 berdasarkan Perda No 2 tahun
2004 tentang pembagian penerimaan dalam rangka Otonomi Khusus
untuk porsi kabupaten/kota 60% dan provinsi 40%. Periode 2007-
2013 berdasarkan Perdasus No 1 tahun 2007 tentang pembagian dan
pengelolan penerimaan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Khusus
Papua untuk porsi kabupaten/kota 60% dan provinsi 40%. Periode
2014-ke atas berdasarkan Perdasus Nomor 25 Tahun 2013 tentang
Pembagian Penerimaan dan Pengelolaan Keuangan Dana Otonomi
Khusus, untuk porsi kabupaten/kota 80% dan provinsi 20%. Perdasus
tersebut sekalian mengganti nama program Respek (Rencana Strategis
Pembangunan Kampung) menjadi Prospek (Program Strategis
Pembangunan Kampung), tetapi substansi dari programnya sama.
Selain Otsus, untuk menjawab ketertinggalan pembangunan
maka pemerintah pusat membentuk Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 66 Tahun 2011. Lembaga ini ada untuk mendukung
koordinasi, memfasilitasi, dan mengendalikan pelaksanaan percepatan
pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Sesuai dengan
Perpres Nomor 65 Tahun 2011, maka program Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat (P4B) terdiri dari 5 (lima) program
utama dan 3 (tiga) program penunjang. 5 (lima) program utama yaitu: (1)
Pemberdayan Ekonomi Rakyat; (2) Peningkatan Pelayanan Pendidikan;
(3) Peningkatan Pelayanan Kesehatan; (4) Pembangunan Infrastruktur
Dasar; (5) Pemihakan Terhadap Putra/Putri Papua; serta 3 (tiga)
Program Penunjang yaitu (1) Penguatan dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang serta Pengelolaan Pertanahan; (2) Pemeliharaan Keamanan dan
Ketertiban; (3) Pengembangan Kapasitas Kelembagaan.
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 63

Kehadiran lembaga ini telah mendorong proses pembangunan


Papua ke arah yang lebih baik, jika dilihat dari sejumlah capaiannya.
Seperti yang diungkapkan Kepala UP4B, Bambang Darmono pada
Rapat Koordinasi Khusus Percepatan Pembangunan Provinsi Papua
dan Papua Barat (Rakorsus P4B) di Jakarta menyampaikan beberapa
keberhasilan UP4B selama kurun waktu 2012-2013, bahwa keberhasilan
dari aspek kebijakan (regulasi), UP4B telah berhasil memfasilitasi
ditetapkannya: (1) Perpres nomor 84/2012 tentang pengadaan barang
dan jasa pemerintah di Papua dan Papua Barat; (2) SK Menteri
Kehutanan nomor S-258/Menhut-IV/2012 tentang izin pemanfaatan
Taman Nasional Lorentz untuk pembangunan jalan dari selatan
menuju pegunungan tengah sepanjang 140 kilometer; (3) SK Menteri
Kehutanan nomor 458/Menhut-II/2012 tentang perubahan kawasan
hutan menjadi bukan kawasan hutan dan kawasan hutan menjadi hutan
konservasi; (4) SK Dirjen PKH, Kementerian Kehutanan nomor S-630/
UII-PKH/2012 tentang izin pinjam pakai hutan lindung Teluk Bintuni
untuk jaringan distribusi listrik; (5) SK Dirjen Dikti, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 60/Dikti/Kep/2012 tanggal 15
Agustus 2012 tentang program afirmatif pendidikan tinggi tahun 2012;
(6) Surat Menteri BUMN nomor S-90/MBU/2012 tentang penugasan
Perum Perhutani untuk pengembangan Industri Sagu di Kabupaten
Sorong Selatan28.
Terkait dengan capaian fisik program/kegiatan P4B di tahun 2012
antara lain berupa: (1) memfasilitasi pembangunan dan pembukaan
jaringan jalan dari selatan Pulau Papua menuju Wilayah Pegunungan
Tengah; (2) memfasilitasi pengiriman dan pemberian beasiswa bagi
siswa/siswi asli Papua dan Papua Barat di 32 Perguruan Tinggi Negeri di
Indonesia; (3) memfasilitasi pembangunan jaringan listrik di Kabupaten
Teluk Bintuni berkoordinasi antara BP Tangguh dan PT. PLN (persero)

28 Sambutan Kepala Up4b, Bambang Darmono pada Acara Rapat Koordinasi Khusus Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (Rakorsus P4B) Tingkat Nasional Dalam
Rangka Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan
Papua Barat (RKT-P4B)Tahun 2014 di Jakarta, 17 April 2013.
64 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

serta Kementerian Kehutanan; (4) memfasilitasi pembangunan pabrik


semen di Distrik Maruni Kabupaten Manokwari; (5) memfasilitasi
pengembangan agropolitan ternak sapi di Distrik Bomberai, Kabupaten
Fak-Fak Papua Barat; (6) dan lain-lain.
Tahun 2013, peran UP4B telah berhasil memfasilitasi peningkatan
anggaran APBN untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
antara lain: (1) peningkatan DIPA pada 14 KL sebesar 23,79 % dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 41,58% pada tahun 2013 apabila
dibandingkan dengan kenaikan APBN sebesar 17,27% pada tahun 2013;
(2)melalui direktif Presiden untuk peningkatan anggaran bagi Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 sebesar 1,365 triliun
yang diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur transportasi,
ketenagalistrikan, pembangunan Depo BBM dalam rangka menurunkan
biaya kemahalan di pegunungan tengah serta pengembangan agropolitan
ternak sapi di Papua Barat.
Terkait program/kegiatan P4B di tahun 2013 antara lain berupa:
(1) pengembangan ternak Babi di wilayah pegunungan tengah sebanyak
10.250 ekor; (2) pengembangan agroindustri perkebunan Sagu di
Sorong Selatan; (3) pemberian beasiswa kepada 500 siswa lulusan SMP
untuk sekolah di SMA/SMK unggulan di Jawa dan Bali; (4) Pemberian
kuota masuk dan beasiswa bagi 600 siswa/i OAP pada 39 PTN yang
merupakan program lanjutan; (5) afirmasi pendidikan kedinasan
berupa Akademi TNI sebanyak 45 orang, Akademi Polri sebanyak 45
orang, Akademi Penerbang sebanyak 40 orang, Akademi perindistrian
sebanyak 10 orang, dan STAN sebanyak 210 orang; (6) penyusunan
Rancangan Perpres tentang pembangunan jalan strategis P4B yang
merupakan jalan trans Papua dan Papua Barat; (7) pembangunan dan
peningkatan 9 buah bandara dan 79 buah lapangan terbang perintis
di Papua dan Papua Barat; (8) pembangunan dan peningkatan 6 buah
pelabuhan laut dan 23 buah dermaga di Papua dan Papua Barat; (9)
pembangunan Tahap I Depo BBM di Mumugu (Asmat), Suator (Asmat),
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 65

Tanah Merah (Boven Digoel), Teminabuan (Sorong Selatan)29. Selain


itu pada tahun 2014 banyak dilakukan program-program strategis, yang
belum sempat dihimpun dan dimuat dalam buku ini.
Pada prinsipnya sejumlah kebijakan yang memihak kepada Papua
turut mengangkat harkat dan derajat manusia Papua dari kemiskinan,
keterbelakangan dan kebodohan, karena fokus perhatiannya pada
pendidikan, ekonomi, kesehatan dan infrastruktur dasar. Ketika empat
aspek tersebut dibangun akan berpengaruh terhadap pemanfaatan TIK
untuk akses pelayanan publik. Simpelnya, ekonomi masyarakat baik
tentu akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat terhadap TIK,
pendidikan baik masyarakat akan lebih cepat menguasai teknologi
informasi, masyarakat sehat semua aktivitas bisa berjalan lancar,
infrastruktur tersedia masyarakat mudah mengakses informasi dan
komunikasi. Untuk itulah pemerintah tengah fokus pada bidang-bidang
vital ini, yang didukung dengan sejumlah kebijakan afirmasi dari pusat,
dengan harapan masyarakat Papua ke depan bangkit dari keterpurukan,
mandiri secara ekonomi dan hidup sejahtera membangun keluarga.
Terlepas dari sejumlah keberhasilan pembangunan, tidak
dipungkiri juga bahwa pemberlakuan Otsus maupun UP4B di Provinsi
Papua merupakan kebijakan meredam tuntutan masyarakat Papua untuk
“Merdeka”. Sejumlah kebijakan tersebut dilaksanakan untuk diterima
masyarakat sebagai solusi dari seruan-seruan masyarakat selama ini,
tetapi aksi penolakan terus ada bagaikan sungai yang tidak pernah
kehabisan air.
Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah politik yang telah mewarnai
konflik-konflik pada awal Papua dimasukkan dalam wilayah NKRI.
Konflik lebih banyak diwarnai dengan persoalan status keberadaan
Papua dalam NKRI. Sebagian masyarakat Papua menganggap bahwa
masuknya Papua dalam wilayah NKRI, tidak sah. Hal ini disebabkan

29 Sambutan Kepala Up4b, Bambang Darmono pada Acara Rapat Koordinasi Khusus Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (Rakorsus P4B) Tingkat Nasional Dalam
Rangka Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan
Papua Barat (RKT-P4B)Tahun 2014 di Jakarta, 17 April 2013.
66 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

karena penyelenggaraan PEPERA pada tahun 1969 tersebut tidak


mewakili semua orang Papua. Selain itu, pada tahun 1961 pemerintah
Belanda telah memperbolehkan masyarakat Papua Barat mengibarkan
bendara Bintang Kejora dan menyanyikan lagu “Hai Tanahku Papua”
sebagai lagu kebangsaan Papua Barat. Hal ini yang dipercaya oleh
masyarakat Papua sebagai hari kemerdekaan Papua Barat, yakni tanggal
1 Desember 1961. Perasaan kebangsaan ini kemudian dihadapi oleh
pemerintah Indonesia dengan berbagai operasi Militer di Papua dengan
telah menelan korban masyarakat sipil. Operasi tersebut justru tidak
mampu menumpas perlawanan, melainkan sebaliknya memperkuat
perlawanan masyarakat hingga saat ini30.
Sementara di pihak pemerintah Indonesia menganggap masalah
status politik Papua waktu itu sudah sah sesuai dengan mekanisme
internasional. Kedua belah pihak terkesan tidak punya niat baik untuk
dialog secara terbuka, tanpa ada pertumpahan daerah. Sepertinya masih
saling curiga antara kedua belah pihak sehingga tidak berani untuk
berdialog dalam waktu yang dekat, mestinya hal ini menjadi fokus
perhatian pemerintah karena dengan persoalan ini telah menewaskan
ribuan masyarakat sipil dan ratusan TNI/POLRI, dan telah menghambat
proses pembangunan aspek-aspek vital sehingga selalu saja masyarakat
Papua dihantui dengan kondisi IPM yang rendah, angka kemiskinan
tinggi, angka kematian meningkat, dsb.
Menyelesaikan persoalan Papua dengan mekanisme dialog antara
pemerintah pusat dan masyarakat Papua sudah ditanggapi positif oleh
Presiden Jokowi, tapi janji tersebut masih ditunggu oleh masyarakat
Papua. Sepertinya pemerintah masih alergi dengan format dialog
yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh masyarakat Papua bahwa dialog
difasilitasi oleh pihak ketiga, tapi pihak pemerintah merasa persoalan
ini bias diselesaikan dalam bingkai NKRI tanpa melibatkan pihak
lain. Sementara ini pemerintahan lebih mengutamakan dialog untuk

30 Ayorbaba, Anthonius. 2011. The Papua Way: Dinamika Konflik Laten dan Refleksi 10 Tahun
Otsus Papua. Jayapura: Tabloit Suara Perempuan Papua The Papua Institute. Hal 34
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 67

kesejahteraan masyarakat, namun masyarakat Papua menginginkan


adanya pelurusan sejarah dan penuntasan kasus-kasus pelanggaran
HAM berat dari masa orde baru hingga saat ini karena masyarakat
menilai sejumlah kebijakan untuk Papua bukannya untuk membangun
tapi membuka lahan baru untuk konflik. Perbedaan-perbedaan
pandangan ini yang justru menghambat proses pembangunan, karena
fakta menunjukkan bahwa triliunan dana Otsus yang dianggarkan ke
Papua tidak memberikan dampak signifikan bagi kemajuan daerah.
Akibat dari saling curiga antara kedua belah pihak semua kebijakan
pemerintah selama ini mengalami tantangan yang lebih berat, salah satu
contoh adalah penolakan atas pemberlakuaan E-KTP di beberapa wilayah
di Papua, seperti Dogiyai dan Paniai pada tahun 2013. Sekelompok
masyarakat beranggapan E-KTP bertentangan dengan ajaran gereja,
sedangkan kelompok lainnya memandang program ini sengaja dibuat
untuk memproteksi berapa banyak masyarakat yang masih hidup di
bumi cenderawasih untuk menghabiskan nyawa manusia Papua. Hal
tersebut akibat dari belum adanya dialog yang konstruktif antar kedua
belah pihak, yakni pemerintah RI dan masyarakat Papua. Tidak hanya
E-KTP, banyak program yang harusnya dapat mengangkat harkat dan
derajat manusia Papua dirancang dan diimplementasiakan dengan dana
yang cukup besar tetapi tidak memberikan dampak yang signifikan
karena akar masalah Papua “pelurusan sejarah integrasi dan pengakuan
atas pelanggaran HAM berat dari masa orde baru hingga sekarang ini
belum dituntaskan seadil-adilnya”. Untuk itu dibutuhkan kesepahaman
antar kedua belah pihak dengan cara-cara yang berperikemanusiaan
dan seadil-adilnya agar masyarakat Papua merasakan kejahteraan,
kedamaian, dan keadilan yang semestinya sesuai dengan amanat
pancasila dan UUD 1945.
68 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

B. Ekonomi

Tanah Papua terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang


sangat melimpah, seperti pertambangan, kehutanan, dan juga perikanan.
Dalam sektor pertambangan, Provinsi Papua memiliki cadangan
tembaga dan emas terbesar di dunia yang saat ini dikelola oleh PT
Freeport McMoran dari Amerika. Dalam sektor kehutanan, lebih dari
80% luas wilayah Provinsi Papua merupakan hutan yang ditumbuhi
oleh berbagai jenis kayu yang berkualitas. Sementara itu, dalam sektor
perikanan Provinsi Papua dikenal sebagai salah satu daerah penghasil
ikan laut yang cukup besar. Meskipun kaya akan potensi sumber daya
alam, masyarakat Papua dihantui beragam persoalan, yakni kemiskinan
tinggi, IPM rendah dan kualitas kesehatan rendah, sehingga mayoritas
masyarakat Papua tidak menikmati kekayaan alamnya “bagai tikus
mati di lumbung padi”. Peribahasa ini yang sekiranya tepat untuk
menggambarkan kondisi masyarakat Papua.
Dalam proses pembangunan di Provinsi Papua, kemiskinan
merupakan permasalahan yang paling mendesak dan selalu menjadi
prioritas untuk ditanggulangi, mengingat dampak negatif yang
ditimbulkannya sangat besar terhadap pelaksanaan pembangunan,
misalnya dapat mengurangi produktivitas, memperbesar konflik
multidimensi, meningkatkan eksploitasi sumber daya yang berlebihan,
dan sebagainya.
Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua menurut berita
BPS Papua Tahun 2014 menunjukkan selama lima belas tahun terakhir
(1999-2014) kondisi kesejahteraan masyarakat Papua kian membaik.
Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun
secara signifikan sebesar 24,7%, yaitu dari 54,75% pada Maret 1999
menjadi 30,05% pada Maret 2014. Pada lima tahun pertama Otonomi
Khusus (Otsus) Papua berjalan (2001-2005) persentase penduduk
miskin menurun sebesar 0,97%, yaitu dari 41,80% menjadi 40,83%.
Selanjutnya pada lima tahun kedua pelaksanaan Otsus (2006-2010)
persentase penduduk miskin menurun sebesar 4,72%. Penurunan
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 69

persentase penduduk miskin terbesar terjadi pada periode Maret 2010


- Maret 2011 di mana terdapat 4,82% penduduk yang pada tahun
2010 penghasilannya di bawah garis kemiskinan kini bergeser di atas
garis kemiskinan sehingga menjadi tidak miskin. Tahun 2014 jumlah
penduduk miskin di Papua pada Maret 2014 sebesar 924,41 ribu orang
atau sebesar 30,05%. Jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada
enam bulan sebelumnya (September 2013) yang berjumlah 960,56 ribu
jiwa, maka terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 36,2
ribu orang. Dengan demikian, secara persentase, tingkat kemiskinan di
Papua pada periode September 2013 - Maret 2014 mengalami penurunan
sebesar 1,47% yaitu dari 31,52% pada September 2013 menjadi 30,05%
pada Maret 201431.
Meskipun persentase kemiskinan Papua mengalami penurunan,
tapi tampak ketimpangan wilayah masih sangat tinggi khususnya di
daerah atau kabupaten di pegunungan. Dari sejumlah data menunjukkan
konsentrasi kemiskinan lebih banyak di daerah pegunungan tengah dan
wilayah kota. Tingginya kemiskinan di wilayah pegunungan tengah
tidak terlepas dari rendahnya ketersediaan infrastruktur dan rendahnya
akses pasar di wilayah-wilayah tersebut. Sedangkan kemiskinan di
wilayah perkotaan disebabkan oleh tingginya arus migrasi yang tidak
diikuti oleh ketersediaan lapangan kerja di daerah perkotaan yang
disebabkan masih terkonsentrasinya pertumbuhan ekonomi di wilayah
perkotaan. Kesenjangan antar-wilayah di Provinsi Papua terlihat dalam
hal angka kemiskinan. Ketimpangan tersebut terjadi baik antara daerah
pegunungan tengah yang terisolir dan daerah yang berdekatan dengan
pantai maupun antara daerah perkotaan dan perdesaan. Menurut hasil
Susenas tahun 2010, persentase penduduk miskin di wilayah dekat
pantai lebih kecil (kurang dari 40%) bila dibandingkan dengan 14
kabupaten di wilayah pegunungan tengah yang masing-masing dihuni
lebih dari 40% penduduk miskin32.

31 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/ 01/ 94/ Th.8 VIII, 1 Juli 2014
32 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-201
70 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Penurunan angka kemiskinan di Papua tidak semudah


membalikkan telapak tangan, dibutuhkan perjuangan yang cukup
panjang oleh pemimpin-pemimpin Papua yang kreatif dan inovatif
dalam mengambil kebijakan-kebijakan pro-rakyat. Salah satu kebijakan
yang dirasakan masyarakat dan dinilai mampu mengangkat derajat
masyarakat Papua adalah program Rencana Strategis Pembangunan
Kampung (RESPEK) yang diatur melalui SK Gubernur No. 140 tahun
2007 tentang pelaksanaan rencana strategis pembangunan kampung
(RESPEK) yang dibiayai dari anggaran Otonomi Khusus Papua.
Kemudian RESPEK disinergikan dengan program PNPM-Mandiri
sehingga berubah nama menjadi PNPM Mandiri - RESPEK. Konsep
PNPM Mandiri-RESPEK adalah sebuah kebijakan program yang dibuat
oleh pemerintah untuk menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya
masyarakat di kampung-kampung. Dengan adanya program tersebut
setiap tahun pemerintah menganggarkan dana ratusan juta rupiah ke
seluruh kampung (desa) di Provinsi Papua. RESPEK kemudian ganti
nama menjadi PROSPEK (Program Strategis Pembangunan Ekonomi
Kampung) melalui peraturan daerah khusus (Perdasus) provinsi Papua
nomor 25 tahun 2013. Program ini diarahkan untuk pembangunan dan
pengembangan ekonomi kerakyatan, di samping pembiyaan sektor-
sektor lain yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan sekaligus
kebutuhan hidup orang asli Papua secara khusus dan masyarakat Papua
pada umumnya. Berikut pada tabel 3.3 ditampilkan pengalokasian dana
RESPEK dari tahun 2007-2013.
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 71

Tabel 3.3 Pengalokasian Dana RESPEK (Hasil Olahan Data)33

TAHUN ALOKASI DANA RESPEK

2007 411.400.000.000

2008 433.400.000.000

2009 320.000.000.000

2010 350.000.000.000

2011 457.450.169.000

2012 457.550.169.000

2013 515.594.870.000

Tabel 3.3 menggambarkan jumlah dana RESPEK se-Provinsi


Papua dari tahun 2007-2013. Dalam realisasi anggaran, setiap daerah
dialokasi jumlah dana yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi sosial
masyarakat dan topografi wilayah. Misalnya wilayah Pegunungan
Tengah diberikan dana yang lebih besar dibanding kampung-kampung
yang dekat perkotaan karena sulitnya aksesibilitas transportasi dan
harga barang yang lebih tinggi di wilayah Pegunungan Tengah.
Kurang lebih selama 7 tahun program ini diimplementasikan,
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat di kampung
(pedesaan) masih bergantung pada alam. Selain mencari ikan di laut,
menokok sagu, mereka terbiasa berburu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya atau wilayah Pegunungan Tengah biasanya masyarakat
berladang dan berburuh. Bahan makanan yang mereka peroleh tidak
dapat diperjuabelikan, karena tidak tersedianya pasar sebagai tempat
jual beli barang. Alhasil mereka hanya mengkonsumsi makanan yang
diperoleh dengan jenis makanan kurang bervariasi dan kemungkinan
memiliki kandungan gizi rendah.
Selain itu, secara umum perkembangan perekonomian di Provinsi
Papua menurut RPJMD Provinsi Papua tahun 2013-2014, trend per-
tumbuhan PDRB (Product Domestic Regional Bruto) Harga Berlaku

33 Penerimaan Dana Otsus Papua Tahun 2002-2013. Data Badan Pengelolaan Keuangan Dan
Asset Daerah Provinsi Papua.(Online: https://bpkad.papua.go.id)
72 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

di Papua dari tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi, pada tahun 2010


nilai PDRB mencapai 800 miliar lebih, dan di tahun 2011 mengalami
penurunan menjadi 700 miliar lebih. PDRB Papua pada tahun 2010
tanpa tambang didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 24,38%
dan menurun dari 30% di tahun 2007. Penurunan kontribusi sektor
pertanian ini harus mendapatkan perhatian khusus karena merupakan
kegiatan perekonomian utama (70% )di Papua. Penurunan ini harus
dilihat pula dari aspek sosial, karena telah terjadi revolusi perubahan
konsumsi karbohidrat utama masyarakat Papua dari sagu dan ubi-ubian
ke beras yang bukan produk lokal (eksternal supply).
Kemudian adanya perubahan pola konsumsi mendorong
penurunan kebutuhan pasar lokal (demond) atas bahan pangan lokal
yang tergantikan beras sehingga masyarakat (petani) menurunkan
supply-nya. Dampaknya, Papua saat ini telah memasuki kerentanan
pangan akibat ketergantungan yang besar pada pangan luar. Hal ini juga
cenderung terjadi pada berbagai jenis pangan lain seperti daging dan
ikan. Jika tidak diantisipasi, dengan laju pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi tidak mungkin mendorong terjadinya kerawanan sosial.
Distribusi pendapatan Provinsi Papua menggunakan kriteria
Bank Dunia, cenderung tidak mengalami perbaikan selama 5 tahun
terakhir (2006-2010). Sepanjang periode ini 40% rumah tangga yang
tergolong berpendapatan rendah setiap tahunnya rata-rata memperoleh
bagian pendapatan per kapita hanya sekitar 16,74%, sedangkan untuk
20% rumah tangga yang berpendapatan tinggi memperoleh pembagian
yang sangat besar dengan rata-rata per tahun sekitar 45,31%. Kondisi
tersebut menandakan bahwa distribusi pendapatan di Provinsi Papua
mengalami ketimpangan sedang (moderate inequality). Namun, bila
menggunakan indikator angka Rasio Gini, sepanjang tahun 2005-2010
Rasio Gini berada pada rata-rata 0,36 yang berarti termasuk dalam
kategori ketimpangan rendah.
Laju inflasi digambarkan oleh BPS Papua dalam Papua dalam
Angka 2012 dengan kondisi inflasi di Kota Jayapura (ibu kota Provinsi
Papua) tahun 2011. Paket komoditas Kota Jayapura naik dari 318
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 73

komoditas menjadi 352 komoditas. Kota Jayapura pada tahun 2011


mengalami inflasi sebesar 3,40% lebih rendah dibanding Nasional
sebesar 3,79%. Inflasi yang terjadi di Kota Jayapura disebabkan adanya
kenaikan indeks dari 122,80 pada bulan Desember 2010 menjadi
126,97 pada bulan Desember 2011. Kelompok Bahan Makanan yang
memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Kota Jayapura Tahun
2010 yakni sebesar 1,64% disusul kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan sebesar 0,53%; kelompok Sandang sebesar 0,44%;
kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar
0,43%; Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,32%;
Sedangkan kelompok lainya memberikan andil yang tidak terlalu besar
yaitu: kelompok kesehatan sebesar dan kelompok Pendidikan, Rekreasi
dan Olahraga masing-masing sebesar 0,02%34.

C. Sosial
Berdasarkan hasil Sensus Tahun 2010 penduduk Papua berjumlah
2.833.381 jiwa atau rata-rata mengalami pertumbuhan 5,24% per tahun.
Angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) ini adalah yang tertinggi di
Indonesia selama kurun waktu 2000-2010. Laju pertumbuhan penduduk
tertinggi terjadi pada tahun 2009-2010 sebesar dari 2.097.482 jiwa dan
meningkat menjadi 2,833,381 jiwa yang diakibatkan oleh migrasi.
Keterbukaan informasi, tingginya potensi pemanfaatan sumber daya
alam dan kesempatan berusaha menjadi salah satu faktor pemicu
migrasi ke wilayah ini. Dengan adanya arus transmigrasi di Papua,
terjadi ketimpangan sosial antara orang asli Papua dan orang non
asli Papua. Menurut penelitian Ayorbaba (2011) menunjukkan bahwa
penguasaan sumber daya dan persaingan dunia usaha di Provinsi Papua
didominasi oleh kaum pendatang. Sumber daya yang dimaksud berupa
modal, kemampuan manajerial, koneksi, produksi, dan jaringan pasar.

34 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


74 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Sementara pengusaha asli Papua masih belum dapat membangun


kepercayaan dari klien bisnisnya. Halangan masih dihadapi oleh
pengusaha Papua antara lain proses tender yang rumit, modal besar,
dan koneksi. Tanpa adanya perlakuan khusus, maka tidak mungkin
pengusaha asli Papua mampu bersaing dengan pengusaha asal Makasar,
Bugis, apalagi Jakarta dan China35.
Kegiatan perekonomian di pasar-pasar lokal juga dikuasai oleh
para pendatang, sementara mama-mama asli Papua hanya menjual
sayur, pinang dan umbi-umbian di tanah beralaskan tikar. Sedangkan
los-los/tempat yang layak dikuasai oleh para pemilik modal yang adalah
mayoritas para pendatang. Tidak hanya di pasar, beberapa tokoh-tokoh
besar di Jayapura mulai menjual sayur-mayur yang dijual oleh mama-
mama, kembali dijual dengan harga yang sangat murah. Kondisi ini
membuat masyarakat asli Papua semakin tersingkir di atas tanahnya
sendiri. Untuk itu para pengambil kebijakan yang adalah mayoritas
anak-anak asli Papua ini diharapkan bekerja lebih kreatif lagi untuk
mengangkat harkat dan martabat masyarakat Papua keluar dari kondisi
yang semakin memprihatinkan, jika tidak akan menimbulkan konflik
yang berkepanjangan dan menghambat segala proses pembangunan
daerah.
Ditinjau dari sisi budaya, berhasil tidaknya pembangunan di
Papua sangat dipengaruhi oleh fleksibilitas dan responsibilitas budaya
orang Papua terhadap program-program pembangunan yang dijalankan.
Oleh karena itu, mengenal lebih jauh budaya Papua merupakan salah
satu key word dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Papua
dalam perspektif jangka panjang.
Berdasarkan kajian antropologi penduduk asli Papua termasuk
dalam rumpun bangsa Papua-Melanesia yang bermukim di daerah
Melanesia yakni sekelompok pulau yang berada di sebelah timur laut
Australia. Masyarakatnya terdiri atas suku-suku bangsa dan beraneka
ragam kebudayaannya. Menurut Tim Peneliti Universitas Cenderawasih

35 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 75

tahun 1991 telah diidentifikasi adanya 44 suku bangsa yang masing-


masing merupakan sebuah kesatuan masyarakat, kebudayaan dan
bahasa yang berdiri sendiri. Sebagian besar dari 44 suku bangsa itu
terpecah lagi menjadi 177 suku36.
Untuk saat ini teridentifikasi kurang lebih 257 suku, dalam
tatanan Adat dikelompokkan menjadi 7 wilayah adat, yakni Wilayah
Adat Mamta/Tabi (87 Suku), Wilayah Adat Saireri (31 Suku), Wilayah
Adat Doberai (52 Suku),Wilayah Adat Bomberai (19 Suku),Wilayah
Adat Anim Ha / Ha Anim (29 Suku), Wilayah Adat La Pago (19 Suku),
dan Wilayah Adat Me Pago (11 Suku)37.
Van Baal (1951) dalam Djoht (2002) mengatakan bahwa ciri
utama kebudayaan Papua adalah tidak adanya integrasi yang kuat dari
kebudayaan-kebudayaan mereka. Ciri-ciri kebudayaan tersebut muncul
karena kebudayaan orang Papua yang rendah tingkat teknologinya
dan dihadapkan pada lingkungan hidup yang keras sehingga dengan
mudah menerima dan mengambil alih suatu unsur kebudayaan lain
yang lebih maju atau lebih cocok. Adapun ciri-ciri yang menonjol
dari Papua adalah keanekaragaman kebudayaannya, namun di balik
keanekaragaman tersebut terdapat kesamaan ciri-ciri kebudayaan38.
Secara keseluruhan yang teridentifikasi sebanyak 272 ragam budaya
sesuai dengan banyaknya jumlah bahasa yang digunakan di Tanah
Papua, lihat pada Gambar 3.1.

36 Ayorbaba, Anthonius. 2011. The Papua Way: Dinamika Konflik Laten dan Refleksi 10 Tahun
Otsus Papua. Jayapura: Tabloit Suara Perempuan Papua-The Papua Institute. Hal 34
37 Djoht, D. R. 2002. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan Dalam Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Papua. Jurnal Antropologi Papua. Vol.1, No. 1
38 Data Jaringan Kerja Rakyat (JERAT) Papua Tahun 2015 Tentang 7 Wilayah Adat. (Online:
www.jeratpapua.org)
76 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

(Doc: SIL)

Gambar 3.1 Peta Budaya Papua Berdasarkan Penyebaran Bahasa 39

39 Djoht, D. R. 2002. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan Dalam Pembangunan Kesehatan


Masyarakat Papua. Jurnal Antropologi Papua. Vol.1, No. 1
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 77

Prestasi pembangunan kesejahteraan sosial suatu wilayah telah


banyak menggunakan ukuran non ekonomi. Salah satu pendekatan
nonekonomi yang lazim digunakan adalah Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup
tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar
yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar
hidup layak (decent living). Dalam prakteknya ada 4 komponen pokok
yang digunakan untuk mengukur besarnya angka IPM, yaitu (1) angka
harapan hidup, (2) angka melek huruf, (3) rata-rata lama sekolah, dan
(4) angka pengeluaran riil perkapita. Jika diamati selama tahun 2004-
2011, pencapaian angka IPM di Provinsi Papua selalu mengalami
pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2004 misalkan, angka IPM
Provinsi Papua mencapai 60,90. Selanjutnya di tahun 2006 mengalami
peningkatan yang cukup berarti yakni sebanyak 1,18 poin sehingga
angka IPM bergerak naik menjadi 62,08. Peningkatan ini terus
berlanjut, hingga pada tahun 2011, angka IPM Papua telah mencapai
65,36 walaupun mengalami kecenderungan mengecil40. Lebih detailnya
dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Aspek kesehatan yang terpantau pada komponen harapan hidup
di Provinsi Papua menunjukkan angka yang terus meningkat,
dari 67,60 tahun di tahun 2006 menjadi 68,60 tahun di tahun
2010, atau naik sebanyak satu point. Semua daerah kabupaten/
kota baik itu di pegunungan dan pedalaman maupun pesisir dan
dataran rendah mempunyai harapan hidup yang relatif sama
yaitu di antara 62 tahun paling rendah di Merauke dan 69.6 tahun
paling tinggi di Mimika.
Salah satu masalah serius yang dihadapi masyarakat Papua
dalam aspek kesehatan adalah bahaya HIV/AIDS yang terus
mengancam eksistensi manusia Papua. Dari data Dinas Kesehatan
Provinsi Papua per 30 Juni 2014, jumlah penderita HIV/AIDS
di seluruh Papua mencapai 17.639 orang. Lebih parahnya, para

40 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


78 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

penderita itu umumnya adalah usia produktif antara usia 25


hingga 49 tahun. Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di
Papua pada tahun 1996 dan dalam jangka waktu 18 tahun, angka
ini telah meningkat dengan sangat tajam menjadi 6.579 penderita
HIV dan 11.060 orang penderita AIDS, atau hingga 30 Juni 2014
totalnya mencapai 17.639 orang.
Selain itu, gizi buruk pada tahun 2007 sebesar 4.420
(22,2%), namun pada tahun 2011 menurun dengan angka
1.612 (6,1%). Walaupun ada penurunan namun potensi untuk
meningkat tetap ada karena kondisi ekonomi masyarakat yang
masih sangat rendah terkait pengetahuan kesehatan41. Untuk
menjawab persoalan ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
jaminan kesehatan bagi penduduk asli Papua, atau sering disebut
JAMKESPA. Dengan kebijakan tersebut penduduk mendapat
layanan kesehatan secara gratis di seluruh puskesmas dan rumah
sakit yang berada di Provinsi Papua.
b. Aspek Pendidikan yang terpantau pada komponen Angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah adalah sebagai berikut.
Sepanjang tahun 2006-2011, tingkat melek huruf dan rata-
rata lama sekolah di Provinsi Papua paling rendah di seluruh
Indonesia. Perkembangannya setiap tahun juga menunjukkan
tidak ada perubahan yang berarti, cenderung stagnan. Misalnya
antara tahun 2006 - 2011 persentase melek huruf penduduk di
Provinsi Papua mengalami perkembangan yang stagnan sebesar
75,81% setiap tahun. Begitu juga dengan lama sekolah dapat
dikatakan juga berkembang stagnan, di mana selama tahun 2006
hingga 2008 tidak mengalami pertambahan, selalu 6,5 tahun.
Terjadi kenaikan di tahun 2011 menjadi 6,69 tapi kenaikannya
hanya 0,1 persen. Baik melek huruf maupun rata-rata lama
sekolah di Papua ini terpaut sangat jauh bila dibandingkan dengan
Indonesia secara keseluruhan. Di Indonesia rata-rata melek huruf

41 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 79

penduduk 15 tahun ke atas adalah 92,4 persen, sedangkan rata-


rata lama sekolah adalah 7,6 tahun42.
c. Aspek ekonomi, seperti yang terpantau pada komponen
pendapatan per kapita, relatif merata. Meskipun di sebagian
besar daerah pesisir dan dataran rendah mempunyai pendapatan
perkapita yang lebih tinggi dengan daerah pegunungan dan
pedalaman namun perbedaannya tidak begitu jauh, kurang lebih
deviasinya hanya 27 ribu rupiah43.

Dalam rangka memperbaiki citra buruk Indeks Pembangunan


Manusia, Pemerintah Provinsi Papua maupun pemerintah daerah se-
kabupaten/kota sedang fokus dalam pembangunan bidang pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Fokus perhatian dalam bidang-bidang tersebut
dapat tercermin dari kebijakan dan alokasi dana Otonomi Khusus sesuai
perdasus nomor 25 tahun 2013 yaitu minimal 30% untuk pendidikan,
25% untuk kesehatan, 25% untuk ekonomi kerakyatan, dan 20% untuk
infrastruktur.
Selain itu, melalui Unit Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat mendorong ribuan Putra-Putri Asli Papua mengikuti
Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) yang sudah dua angkatan
(2012 dan 2013) sebanyak 1.000 orang. Mereka kini telah mengikuti
kuliah di 39 PTN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan
Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dimulai tahun 2013
dan telah diikuti 500 orang lulusan SMP. Mereka yang berasal dari
kabupaten dan kota di Provinsi Papua dan Papua Barat ditempatkan di
147 SMA terbaik di wilayah Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Bali. Tujuan program afirmasi ini adalah untuk memberi
kesempatan kepada putra-putri asli Papua untuk dapat mengikuti
pendidikan yang sama dengan lulusan SMA di luar Papua. Diharapkan
setelah mereka selesai kuliah dan mendapatkan gelar sarjana dapat

42 Papua Dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistika Provinsi Papua.
43 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018
80 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

kembali mengabdi dan membangun Tanah Papua. Program strategis


sebelumnya adalah Pemerintah Pusat bersama Pemerintah provinsi
Papua telah mengembangkan program 1000 doktor yang dikelola
BPSDM (Badan Pengelola Sumber Daya Manusia) Provinsi Papua.
Program yang dimulai tahun 2009 di masa kepemimpinan Gubernur
Barnabas Suebu sudah mengirimkan lebih dari 200 orang Papua untuk
mengenyam pendidikan di beberapa universitas ternama di luar negeri.
Targetnya, hingga tahun 2025 sudah ada 1000 putra-putri Papua bergelar
Ph.D yang dihasilkan melalui program ini.
Di bidang kesehatan, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 091/Menkes/Sk/I/2011 dibentuk Unit
Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua dan Papua Barat Di
Kementerian Kesehatan pada tahun 2011, dengan wadah yang dibentuk
dapat menjamin kesehatan bagi seluruh masyarakat Asli Papua di
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
Pengembangan SDM bidang kesehatan juga menjadi fokus
perhatian pemerintah yaitu melalui dinas Kesehatan Provinsi Papua
memprogramkan penyiapan SDM kesehatan 1000 dokter, 1000 bidan,
1000 perawat dan 1000 tenaga penunjang profesi kesehatan. Hal ini
dilakukan untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan di Papua,
khususnya di wilayah pedalaman.
Sejumlah kebijakan yang dilaksanakan diharapkan dapat
meningkatkan angka harapan hidup, memberantas melek huruf,
meningkatkan pendapatan perkapita sehingga masyarakat Papua dapat
bangkit, mandiri dan sejahtera. Dengan meningkatnya IPM maka
tentunya daya serap masyarakat di bidang teknologi akan semakin baik,
terutama menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas
dan kualitas hidup yang lebih bermakna, bukan sebaliknya.
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 81

D. Teknologi

Percepatan pembangunan jaringan telekomunikasi yang terus


gencar dibangun di Provinsi Papua telah membuka keterisolasian
informasi, di mana masyarakat yang ada di daerah terpencil di lembah-
lembah, pantai, gunung-gunung sudah mulai merasakan manfaat dari
teknologi informasi. Walaupun demikian, koneksi jaringan Internet
di pemerintah provinsi Papua secara umum sangat minim, rata-rata
menggunakan VSAT sehingga cuaca yang ekstrim dan tidak menentu
di Papua mengakibatkan perangkat tidak berjalan optimal.
Menurut Survey yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2013 untuk penggunaan Internet sektor bisnis menunjukkan bahwa
persentase fasilitas jaringan Internet Provinsi Papua untuk jaringan
Seluler Wifi/Wimax 42.8, VSAT, 28.5, DSL 42.2, dan Dial Up 28.5.
Dengan tingkat penetrasi pengguna Internet 28.9% atau setara dengan
0.93 dari 3.24 juta penduduk Papua. Menurut sumber yang sama
(APJII), khususnya untuk ibukota Provinsi Papua, yakni Jayapura
penetrasi pengunanya 27,8% dari 78.000 orang. Jika dilihat dari tujuan
penggunaan Internet pada sektor bisnis lebih tinggi pada mengirim dan
menerima email, yaitu 85.7, belum sampai angka 100. Provinsi Papua
Barat, yang adalah provinsi pecahan dari Provinsi Papua ini lebih
mendominasi dalam hal mengirim/menerima e-mail, sosial media,
mencari informasi barang/jasa, mencari informasi berita, menerima
pemesanan barang/jasa, melakukan pembelian barang/jasa dan Internet
banking, dengan angka masing-masing mencapai 10044. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.4.

44 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


82 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Tabel 3.4 Tujuan Penggunaan Internet (Hasil Olah Data)

NO TUJUAN PENGGUNAAN PROV. PAPUA PROV. PAPUA BARAT

1 Mengirim/menerima e-mail 85.7 100

2 Sosial Media 42.8 100

3 VOIP 28.5 25.0

4 Video Conferencing 14.2 50.0

5 Mencari Informasi barang/jasa 57.1 100

6 Mencari Informasi lembaga 42.8 75.0


pemerintahan

7 Mencari Informasi berita 57.1 100

8 Menerima pemesanan barang/jasa 57.1 100

9 Melakukan pembelian barang/jasa 42.8 100

10 Pengadaan barang/jasa atau BUMN 14.2 75.0


secara elektronik

11 Internet Banking 14.2 100

12 Mengakses fasilitas finansial lainnya 28.5 50.0

13 Menyediakan pelayanan bagi pelanggan 42.8 75.0

14 Merekrut calon tenaga kerja 28.5 25.0

15 Memberikan pela han bagi tenaga kerja 14.2 -

16 Lainnya 14.2 -

Selain itu, potensi penyediaan layanan koneksi Internet ber-


dasarkan wilayah juga dapat dicermati dari hasil survei ini. Untuk
wilayah Sumatera, Jawa dan Bali potensi terbesar adalah Kepulauan
Bangka Belitung yang mencapai 14,28%. Sementara untuk wilayah lain
(Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua) menempati
posisi pertama dengan potensi sebesar 30%.
Untuk menjawab kurangnya fasilitas Internet di sebagian wilayah
Indonesia, pemerintah pusat mencanangkan MP3EI (Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Nasional) untuk
jangka waktu Tahun 2011-2025 berdasarkan PERPRES RI No. 32 tahun
2011, dengan tujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua 83

maju, adil dan makmur dengan mendorong terwujudnya pertumbuhan


ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.
Salah satu bidang pengembangan adalah sektor Information and
communication Technology (ICT), dengan program unggulan perluasan
akses informasi dengan membangun broadband. Berikut ditampilkan
gambar pembangunan infrastruktur Broadband yang dirancang untuk
seluruh Indonesia oleh Kementerian Kominfo.

Gambar 3.2 Program Pembangunan Infrastuktur Broadband 45

Pembangunan Broadband seperti pada gambar 3.2, khusus untuk


Jayapura diselesaikan antara tahun 2014-2015, dengan demikian tahun
2016-ke atas masyarakat bisa dapat menikmati akses Internet yang
cepat dan murah, dan diharapkan dapat mendorong semua sektor untuk
dapat didayagunakan secara efektif dan efisien. Selain pembangunan
Broadband, program dari pemerintah pusat adalah program percepatan
pemerataan akses telekomunikasi dan informasi untuk daerah tertinggal,
terpencil, perbatasan dan tidak layak secara ekonomi dilaksanakan
oleh Pemerintah melalui Program Kewajiban Pelayanan Universal/
Universal Service Obligation (KPU/USO) yang dananya bersumber
dari kontribusi penyelenggara telekomunikasi.

45 Survey Penggunaan Internet Sektor Bisnis Tahun 2013. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia & Badan Pusat Statistik. (Online: www.apjii.or.id)
84 Bab III Kondisi Umum Provinsi Papua

Kemajuan teknologi yang berkembang dan terus meningkat di


tahun-tahun yang akan datang secara langsung maupun tidak langsung
akan berpengaruh terhadap pola kerja, pola pelayanan dan proses
kepemerintahan. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan akan mutu
pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu, penggunaan teknologi
dalam kegiatan pelayanan pemerintah daerah (e-Government) sudah
sangat mendesak. Hal ini membuat pemerintah daerah harus berpikir
untuk melakukan transformasi proses bisnis maupun budaya kerja
sesuai dengan perkembangan teknologi dan tuntutan kebutuhan yang
ada.
Bab IV

Pemetaan Kesiapan
Pembangunan
E-Government Pemerintah
Provinsi Papua

U ntuk merumuskan suatu rencana strategis, analisis lingkungan


internal dan eksternal organisasi merupakan suatu langkah yang
harus dilakukan agar rencana yang diformulasikan mencerminkan
perwujudan ideal dan hal-hal yang harus dicapai di masa yang akan
datang. Untuk itu pada Bab ini dilakukan analisis kesiapan pembangunan
e-Government di pemerintah provinsi Papua dengan maksud dapat
memetakan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang dalam mem-
bangun pemerintahan berbasis elektronik agar perumusan tujuan dan
sasaran lebih rasional dan logis serta menyusun strategi program dan
kegiatan yang tepat dilakukan untuk mencapai sasaran kinerjanya.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis kesiapan implementasi
e-Government adalah SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan
Threat). Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
86 Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua

kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)


dalam suatu organisasi dalam merumuskan perencanaan strategis.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari organisasi
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung
dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat
diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam
matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang yang ada, bagaimana
cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan (advantage)
dari peluang yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu meng-
hadapi ancaman yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara meng-
atasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
Untuk menyusun Rencana Strategis Pengembangan
e-Government di provinsi Papua perlu digali dan dikaji unsur-unsur
yang mempengaruhi pengembangan e-Government. Ada 9 (sembilan)
komponen pokok yang dikaji, yaitu: (1) Sumber Daya Manusia, (2)
Kelembagaan, Kepemimpinan, Sistem Manajemen dan Proses Kerja, (3)
Perangkat Keras/Komputer, (4) Jaringan/Internet, (5) Perangkat Lunak/
Aplikasi, (6) Data/Informasi, (7) Pendanaan, Kebijakan/Pengaturan,
(8) Masyarakat dan (9) Bisnis. Kesembilan komponen tersebut akan
dianalisis letak kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang
(Opportunities) serta ancaman/tantangan(Threats).
Analisis SWOT ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap sejumlah narasumber yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik (e-Government)
di lingkungan pemerintah Provinsi Papua, maupun kajian terhadap
dokumen pendukung yang telah dihimpun. Analisis SWOT ini pakai
sebagai dasar penentuan Rencana Strategis e-Government, terlepas
dari Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua tahun 2013-
2018 yang sedang dalam proses implementasi. Dengan analisis SWOT
maka dapat dilakukan evaluasi untuk berbenah diri membangun dan
mengembangkan sistem e-Government yang handal dan akuntabel.
Tabel 4.1 Analisis SWOT

SUMBER DAYA MANUSIA

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. SDM menyadari bahwa Teknologi 1. Belum ada GCIO di lingkungan 1. Banyaknya sumber informasi 1. Apriori sebagian staf/aparat
Informasi dibutuhkan untuk pemerintah Provinsi Papua dan narasumber untuk proses pemerintahan daerah terhadap
dapat memberikan pelayanan 2. Ada kesenjangan informasi pembelajaran dibidang teknologi teknologi baru
yang lebih baik antara masyarakat kota dan informasi 2. Perkembangan TIK yang sangat
2. Keinginan untuk maju cukup kampung 2. Banyak tenaga ahli yang pesat menuntut SDM harus
nggi 3. Frekuensi bimbingan teknis SDM berkompeten dengan pengem- menyesuaikan diri dengan
tentang teknologi informasi bangan e-Government perkembangan
masih rendah dan dak kon nyu 3. SDM yang ada bisa di ngkatkan 3. Kesenjangan informasi memicu
4. SDM yang memiliki pengetahuan kemampuannya dengan kesenjangan ekonomi dan ilmu
komputer dan Internet masih mengadakan pela han pengetahuan dari SDM
rendah 4. Perkembangan TIK sangat
5. Terbatasnya SDM untuk cepat sementara SDM memiliki
pengelolaan teknologi informasi keterbatasan sumber daya
dan komunikasi (SDM memiliki waktu, uang dan fasilitas.
kemampuan komputer rata-rata
masih se ngkat operator)
6. SDM yang memiliki kemampuan
di bidang IT belum didayagunakan
kemampuannya secara op mal
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua

7. Kurangnya akuntabilitas
pengelolaan teknologi informasi
dan komunikasi
87
KELEMBAGAAN, KEPEMIMPINAN, SISTEM MANAJEMEN DAN PROSES KERJA
88

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Sudah ada layanan e- 1. Fungsi GCIO Provinsi maupun 1. Adanya kerja sama dengan 1. Kurangnya konsistensi kebijakan
Government GCIO SKPD belum ada daerah atau lembaga lain. pusat dalam mengembangkan
2. Komitmen Gubernur yang nggi 2. Belum ada perencanaan pengem- 2. Kemajuan teknologi informasi teknologi informasi dan
untuk pengembangan TIK bangan e-Government. dan komunikasi yang cepat, komunikasi
3. Adanya kesadaran manfaat 3. Unit kerja pengelola TI belum canggih dan berdayaguna untuk 2. Tuntutan kecepatan pelayanan
teknologi informasi untuk mem- berfungsi secara op mal peningkatan hasil kerja untuk masyarakat
percepat proses kerja 4. Kurangnya keinginan sharing 3. Adanya Otonomi Khusus 3. Masyarakat semakin kri s
4. Unit-unit kerja menginginkan sumberdaya/data antara unit 4. Banyak pakar membidangi Pe- 4. Penyediaan data/informasi
adanya jaringan komunikasi 5. Koordinasi antara SKPD sangat ngembangan e-Government yang dak berkualitas akan me-
lingkup pemerintah provinsi kurang 5. Sudah beberapa contoh pe- nurunkan wibawa pemerinah
Papua 6. Ketersediaan kualitas peralatan nerapan e-Government di 5. Masih rendahnya kesadaran yang
5. Kesadaran pen ngnya keterpa- antar unit dak merata Indonesia pegawai dalam disiplin kerja
duan dari pimpinan unit 7. Birokrasi yang masih rumit 6. Presensi Digital memungkinkan 6. Etos kerja dan disiplin kerja
organisasi 8. Belum op malnya kinerja terciptanya etos kerja yang baik masih rendah
6. Komitmen gubernur untuk me- pegawai dan disiplin nggi
ningkatkan profesionalisme dan
produk vitas kerja
7. Komitmen untuk birokrasi yang
efek f dan efisien
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua
PERANGKAT KERAS/KOMPUTER

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Jumlah komputer di SKPD cukup 1. Hardware yang ada belum ter- 1. Turunnya harga perangkat keras 1. Terbatasnya kapasitas tenaga
memadai inventarisir dengan baik 2. Kemudahan dalam up-grade listrik
2. Sudah ada 2 (dua) unit komputer 2. Kurangnya perha an terhadap perangkat keras 2. Perkembangan hardware sangat
server yang memadai pemeliharaan hardware 3. Komputer sudah dianggap se- pesat sehingga hardware yang
3. Hampir semua hardware ber- 3. Kebanyakan dak punya pe- bagai kebutuhan mendasar ada cepat ke nggalan zaman
fungsi dengan baik nanggung jawab kerusakan 4. Kemampuan hardware semakin 3. Kemajuan teknologi so ware
4. Spefikasi komputer cukup men- 4. Kurang op malnya pemanfaatan canggih dan semakin lengkap berdampak pada kebutuhan
dukung hardware 5. Mudah didapatkan di pasaran hardware yang canggih.

JARINGAN/INTERNET

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Tersedianya jaringan Intranet dan 1. Beberapa SKPD yang belum 1. Perangkat teknologi jaringan 1. Tuntutan tersedianya data dan
Internet pada beberapa instansi memiliki jaringan baik lokal cenderung murah dan mudah informasi
2. Lokasi seluruh seluruh SKPD maupun Internet didapat dipasaran 2. Tuntutan pertukaran data yang
dapat terjangkau untuk saling 2. Koneksi Internet yang digunakan 2. Pengembangan aplikasi jaringan cepat dan akurat
dihubungkan baik dengan kabel saat ini dirasa masih sangat sudah lebih mudah dan cepat
maupun wireless mahal dan belum op mal 3. Perkembangan teknologi cloud
3. Semua SKPD sudah meng- 3. Belum ada jaringan informasi dan compu ng dengan harga yang
gunakan/ terhubung jaringan komunikasi untuk masyarakat terjangkau
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua

Internet 4. Jaringan yang ada digunakan


4. Adanya dukungan dari ISP yang untuk Internet bukan untuk
menawarkan koneksi Internet informa on sharing atau aplikasi
89

Intranet
PERANGKAT LUNAK/APLIKASI
90

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Perangkat lunak yang ada mudah 1. Aplikasi yang ada hanya 1. Adanya so ware Open Source 1. Perkembangan so ware sangat
untuk digunakan digunakan di SKPD yang ber- yang mudah dikembangkan cepat
2. Sudah ada beberapa unit sangkutan saja 2. Tersedia repository aplikasi 2. Diwajibkan menggunakan so -
yang memiliki aplikasi sistem 2. Kurangnya aplikasi yang dibangun e-Government yang bisa di- ware legal
informasi dalam jaringan dan masih secara manfaatkan secara gra s
3. Semua unit yang memiliki parsial 3. Tersedianya sistem opensource
so ware berlisensi

DATA/INFORMASI

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Adanya database di beberapa 1. Belum ada Basis Data terpadu 1. Sofware pemroses data semakin 1. Tuntutan masyarakat akan
SKPD 2. Belum ada prosedur standar lengkap dan canggih pelayanan serta transparansi
2. Tersedianya data/informasi ter- penanganan data terutama ke- 2. Teknologi pengintegrasian data informasi
cetak (manual) amanannya sudah tersedia 2. Keamanan dan penyalagunaan
3. Kesadaran akan pen ngnya data 3. Data antar SKPD masih banyak 3. Banyaknya penyedia jasa di data
yang akurat dan terintegrasi yang diduplikasi dan dak akurat bidang pengolahan data (Sistem 3. Data/informasi yang salah bisa
4. Perlu waktu yang lama untuk Informasi) berakibat fatal
mendapatkan data atau
informasi yang up to date
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua
PENDANAAN, KEBIJAKAN/PENGATURAN

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Dukungan pendanaan untuk 1. Keterlambatan penyaluran dana 1. Inpres No 3 tahun 2003 1. Implementasi membutuhkan
investasi di bidang teknologi ke dinas Kominfo (biasanya 2. Otonomi daerah memungkinkan dana yang sangat besar
informasi dan komunikasi di- disalurkan pertengahan tahun ) pembuatan peraturan pe- 2. Tuntutan adanya kepas an
dukung oleh pihak ekseku f 2. Penggunaan dana hanya ber- laksanaan e-Government pada hukum terhadap pelaksanaan
maupun legisla f fokus pada proyek satu tahun ngkat pemerintah daerah e-Government
2. Ketersediaan dana yang akan berjalan sedangkan dana 3. UU Nomor 14 Tahun 2008
memudahkan implementasi untuk pemeliharaan dak di- tentang Keterbukaan Informasi
3. Dana pengembangan TIK yang perhitungkan Publik (UU KIP) memungkinan
berkesinambungan dapat 3. Penyediaan dana untuk menangani pembuatan layanan publik
memberikan kelancaran e-Government belum dianggarkan
secara kon nyu

MASYARAKAT

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Tingginya keinginan masyarakat 1. Belum tersedia sistem informasi 1. Dukungan masyarakat 1. Tuntutan masyarakat untuk mem-
untuk mendapatkan pelayanan layanan terpadu antar organisasi (yang dalam proses pembangunan peroleh layanan yang murah,
(dan informasi pelayanan) yang melayani masyarakat secara langsung) teknologi informasi dan cepat, tepat, dan terpadu
lebih cepat dan terpadu 2. Waktu penyelesaiaan layanan rela f komunikasi 2. Tuntutan masyarakat untuk
2. Adanya kesadaran masyarakat masih lama 2. Layanan berbasis e- memperoleh informasi yang
akan ar pen ngnya TI untuk 3. Akses terhadap fasilitas pendukung TI Government dapat me- informa f dan terpadu
meningkatkan kualitas layanan dirasakan sebagian masyarakat rela f ningkatkan kecepatan dan
masih mahal ketepatan layanan
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua

3. Informasi layanan terpadu


dapat di ngkatkan dengan
layanan e-Government
91

4. Adanya Komisi Informasi


Publik
BISNIS
92

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Tingginya keinginan pebisnis 1. Belum tersedia sistem perizinan yang 1. Dukungan bisnis dalam 1. Tuntutan pihak bisnis untuk
untuk mendapatkan pelayanan terpadu. pengembangan teknologi memperoleh layanan yang
perizinan dan informasi lebih 2. Pelayanan perizinan cukup rumit dan informasi dan komunikasi murah, cepat, tepat, dan
cepat dan terpadu. membutuhkan biaya besar dan waktu 2. Layanan berbasis terpadu
2. Dukungan pelayanan lama e-Government dapat me- 2. Tuntutan bisnis untuk mem-
E-procurement 3. SDM yang memiliki pengetahuan ningkatkan kecepatan dan peroleh informasi up to date
3. Turut memberikan kontribusi komputer dan Internet masih rendah, ketepatan layanan secara 3. Tuntutan pihak bisnis terhadap
dalam pendapatan asli daerah terlebih Pengusaha Orang Asli Papua. terpadu transparansi informasi
(PAD) 4. Akses terhadap fasilitas pendukung 3. Komitmen pemerintah
4. Turut memberikan kontribusi TI dirasakan sebagian pebisnis rela f pusat dan daerah untuk me-
terhadap perkembangan masih mahal ningkatkan layanan Sistem
teknologi informasi dengan Perizinan Satu Atap
menjual hardware, so ware 4. Teknologi informasi ber-
dan jasa pela han di bidang kembang pesat dan
TIK menawarkan barang dan
jasa TIK dengan harga yang
semakin terjangkau
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua 93

Tabel 4.1 adalah analisis SWOT terhadap 9 (sembilan) komponen


keberhasilan e-Government. Namun tentu saja tidak semata-mata
tergantung dari 9 (sembilan) komponen tersebut, tetapi masih ada
komponen lain yang tidak kalah penting, yaitu; motivasi dan komitmen
semua stakeholder dalam rangka mendukung terwujudnya pelayanan
pemerintah yang lebih demokratis, transparan, akuntabel, efektif dan
efisien melalui layanan e-Government.
Tabel 4.2 Matriks Analisis SWOT

Analisis Lingkungan Kekuatan (S) (Kelemahan)


Internal
Kekuatan (S): Kelemahan (W)
1. Komitmen pimpinan 1. Terbatasnya SDM
daerah membangun TIK pengelola di bidang TIK
2. Memadainya 2. Kurangnya aplikasi
infrastruktur yang dibangun dalam
telekomunikasi jaringan dan masih
3. Dukungan bidang TIK parsial
oleh ekseku f maupun 3. Kurangnya akuntabilitas
legisla f pengelolaan TIK
4. Ketersediaan hardware, 4. Pengembangan
so ware dan jaringan hardware, so ware
yang cukup dikantor serta pengelolaan data
pemerintahan belum terintegrasi dan
5. Adanya panduan terpadu
penyusunan RIP 5. Pelayanan informasi
e-Government belum up to date
Analisis Lingkungan
6. Belum ada GCIO di
lingkungan pemerintah
Eksternal
Provinsi Papua
94 Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua

Peluang (O) Strategi menggunakan Strategi mengatasi


kekuatan untuk kelemahan dengan
mendapatkan peluang memanfaatkan peluang

Peluang (O) W1-O1: Peningkatan Melalui


1. Dukungan masyarakat S1-O1Peningkatan DIKLAT di bidang TIK
dalam proses kapasitas pusat layanan W2-O2: Adanya integrasi
pengembangan TIK akses informasi kepada sistem Aplikasi
2. Adanya kerja sama masyarakat W3-O3: Pedoman kerja atau
dengan pemerintah S2-O2Op malisasi Tugas standar pelayanan sebagai
daerah atau lembaga Pokok dan Fungsi indikator kerja
lain S3-O3Peningkatan W4-O4: Sempurnakan
3. Kemajuan teknologi pendidikan formal SDM sistem pengembangan dan
informasi dan aparatur Negara dan pemeliharaan teknologi
komunikasi yang masyarakat di bidang TIK informasi serta pengelolaan
cepat, canggih dan S4-O4: Mendorong aparatur data yang belum terintegrasi
berdayaguna untuk pe- pemerintah (PNS) melalui dan handal sehingga dapat
ningkatan hasil kerja. regulasi yang tegas dan jelas meningkatkan pelayanan
4. Teknologi informasi agar dapat memanfaatkan masyarakat
dan komunikasi teknologi informasi untuk W5-O5: Mendorong SDM
dapat mengefek an mengefek an pelayanan untuk meningkatkan
pelayanan kepada kepada masyarakat guna layanan informasi secara up
masyarakat mewujudkan e-Government to date
5. Banyak sumber dan S2-O1: Memanfaatkan W6-O5: Terbentuknya GCIO
narasumber untuk sumber dan narasumber di semua unit Organisasi
proses pembelajaran pembelajaran TIK
di bidang teknologi untuk mengembangkan
informasi dan e-Government
komunikasi
Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua 95

Tantangan (T) Strategi menggunakan Strategi Mengatasi


kekuatan untuk Kelemahan Untuk
menghadapi tantangan menghadapi Tantangan

Tantangan (T) S1-T1: Merancang peraturan W1-T1: Meningkatkan


1. Kurangnya konsistensi daerah dibidang TIK yang pendidikan formal dan diklat
kebijakan pusat dalam mengacu aturan pusat yang terarah fokus pada
mengembangkan TIK S1-T4: Mewajibkan aparatur kebutuhan
2. Apriori sebagian staf/ melalui peraturan Gubernur W2-T2: Pengembangan
aparat pemerintah agar semua mengiku pengetahun secara
terhadap teknologi baru perkembangan teknologi bertahap dari level
3. Terbatasnya kapasitas informasi terbaru untuk staf sampai pimpinan
tenaga listrik lebih meningkatkan kualitas agar mempercepat
4. Perkembangan diri dan kualitas pelayanan pengembangan aplikasi
Teknologi Informasi publik e-Government
yang sangat cepat S2-T2: Mensosialisasikan W3-T3: Merancang
5. Masyarakat keunggulan produk/aplikasi peraturan standar pelayanan
menginginkan yang akan digunakan W4-T4: SDM diberi
pelayanan yang cepat, S3-T3: Merancang peraturan penguasaan teknologi
tepat, dan terpadu, daerah untuk swasta informasi terbaru
serta ketersediaan membangun listrik W5-T5: Hindari kesalahan
informasi yang akurat meningkatkan pelayanan distribusi dan penempatan
dan informa f secara efek f dan efisien SDM yang dak sesuai
6. Dinamika masyarakat S4-T5: Memanfaatkan ketrampilan untuk
yang menuntut ketersediaan hardware, mengurangi dampak
terciptanya Good so ware dan jaringan untuk perkembangan teknologi
Governance pelayanan yang cepat, informasi yang sangat cepat
tepat dan terpadu, serta W6-T6: Hindari kelemahan
ketersediaan informasi yang sistem pengembangan
akurat dan informa f hardware,so wareserta
S5-T6: Menyusun Rencana pengelolaan data yang
Umum Pengembangan belum terintegrasi dan
e-Government handal untuk mengurangi
ke dakpuasan masyarakat
yang menginginkan
pelayanan yang cepat,
tepat dan terpadu, serta
ketersediaan informasi
akurat dan informa f

Matriks Analisis SWOT pada Tabel 4.2 di atas adalah ringkasan


dari pemetaan 9 (Sembilan) komponen pada analisis SWOT Tabel 4.1.
Ringkasan tersebut dilakukan analisis matriks SWOT untuk penentuan
strategis, yakni (1) Strategi menggunakan kekuatan untuk menghadapi
tantangan, (2) Strategi mengatasi kelemahan untuk menghadapi
96 Bab IV Pemetaan Kesiapan Pembangunan E-Government Pemerintah Provinsi Papua

tantangan, (3) Strategi menggunakan kekuatan untuk mendapatkan


peluang, (4) Strategi mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan
peluang. Hasil dari analisis SWOT tersebut dapat dirumuskan juga
dalam analisis dan perancangan rencana strategis pada Zachman
Framework.
Bab V

Pemetaan Perspektif
dan Perancangan
Rencana Strategis

D alam Bab ini dilakukan pemetaaan perspektif dari level atas,


menengah, bawah dan mitra pemerintah yang turut berkontribusi
dalam implementasi dan pengembangan e-Government di Provinsi
Papua. Untuk pemetaan perspektif dan perumusan strategi penulis
menggunakan kerangka Zachman Framework. Zachman Framework
adalah sebuah tools kerangka acuan yang diusulkan oleh John
Zachman pada tahun 1987, sedangkan pengembangan framework
Zachman, diawali pembuatannya pada tahun 1984. Framework
awal ini berbentuk matriks dengan 3 kolom dan 6 baris. Pada tahun
1987, Zachman mempublikasikan idenya dalam IBM Sistem Journal
Tahun 1992, ditambahkan 3 kolom lagi untuk matrik framework.
Tahun 1993, framework lebih difokuskan pada 3 kolom yang baru
tersebut karena bagian tersebut merupakan business rule. Tahun 2001
dilakukan perbaikan-perbaikan pada sel (1,2), (2,2), dan (2,3). Tahun
2002 dilakukan perbaikan dalam disain grafis dengan memanfaatkan
98 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

granularitas oleh Intervista Institute di Kanada, yang diperbaiki kembali


pada tahun 2003. Tahun 2004 dipopulerkan nama The Zachman
Framework 2, dengan penggunaan kata benda pada masing-masing sel.
Perbaikan yang terakhir adalah pada tahun 200846.
Saat ini Zachman Framework (ZF) terdiri atas enam Perspektif,
yaitu Objective/Scope/Executive’s View, Bussines Model/Owner’s View,
Sistem Model, Designer’s View, Technology Model/Bulider’s View,
Detail Representation/Out of Context View, Functioning Enterprise/
Functioning System dan ada 6 baris dari 18 masing-masing perspektif
yang terdiri dari arsitektur Data, Function, Network, People, Time dan
Motivation. Framework ini dilihat pada gambar 5.1.

46 Materi Persentasi Pembangunan Infrastruktur Broadband Indonesia, Rencana Kerja


Kementerian Kominfo. (Online: web.kominfo.go.id)
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 99

(Sumber: h ps://www.zachman.net)

Gambar 5.1 Zachman Framework


100 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Berdasarkan Gambar 5.1, jika diperhatikan dari 6 perspektif dan


6 komponen yang ada, Perspektif pada kerangka Zachman menjelaskan
hal-hal sebagai berikut.
1. Scope: merupakan deskripsi dari visi, misi dan batasan pada
sistem. Perspektif ini menjelaskan secara umum dari deskripsi
tersebut sehingga tidak dapat diketahui detail dari pekerjaanya.
2. Business concept: menjabarkan strategi, sasaran serta proses
yang akan digunakan dalam mendukung organisasi.
3. System logic: Perspektif ini memperlihatkan detail dari pekerjaan.
Perspektif ini juga berisi kebutuhan, obyek, aktivitas dan sistem
dalam penerapan model bisnis.
4. Technology physics: menjelaskan tentang batasan-batasan yang
akan digunakan pada model bisnis organisasi seperti batasan
pada manusia, alat, teknologi dan material yang digunakan.
5. Tool components: mewakili individu atau komponen independen
yang dapat dialokasikan pada kontraktor untuk penerapannya.
Perspektif ini juga sering disebut di luar konteks karena detail-
detailnya dapat keluar dari Perspektif yang lain pada Zachman.
6. Operation instances: menggambarkan sistem operasional yang
sedang dipertimbangkan oleh organisasi sebagai salah satu
solusi.

Keenam komponen pada kerangka Zachman menjelaskan hal-


hal sebagai berikut.
1. What (data): menggambarkan kesatuan dalam organisasi yang
dianggap penting dalam organisasi. Misalnya. Data-data sistem
dan peralatan.
2. How (function): menjabarkan fungsi atau aktivitas.
3. Where (network): menggambarkan tentang letak geografis dan
hubungan antar aktivitas dalam organisasi termasuk unit-unit
bisnis yang ada.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 101

4. Who (people): kolom ini mewakili manusia dalam organisasi


berikut kompetensi yang dimiliki karena berhubungan dengan
apa yang menjadi tanggung jawab dari pekerjaannya.
5. When (time): berisi waktu atau kejadian yang menunjukkan
kriteria kinerja. Hal ini penting untuk mendesain jadwal
pelaksanaan arsitektur.
6. Why (motivation): menggambarkan motivasi dari organisasi
seluruh staf yang ada di dalamnya. Di sini juga akan terlihat
rencana bisnis, sasaran dan tujuan serta pengambilan keputusan
dalam organisasi.

Pemilihan Framework Zachman pada perumusan strategis ini


didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut47.
1. Memiliki alur penyelesaian masalah yang jelas mulai dari hal
yang bersifat umum hingga masalah yang bersifat detail.
2. Memiliki dua dimensi yang mudah untuk dipahami sehingga
cukup sederhana jika dibandingkan dengan framework yang
lainnya.
3. Dengan sel-sel yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
mengelompokkan permasalahan dan membantu pemahaman
terhadap isu yang lebih luas.
4. Menggunakan bahasa yang bersifat non teknis sehingga
mendorong orang untuk berpikir dan berkomunikasi secara lebih
tepat.

Selain Zachman Framework masih banyak Enterprise


Architecture Framework yang memiliki keunggulan dalam merumuskan
rencana strategis. Namun biasanya pemilihan framework didasarkan
pada ruang lingkup organisasi, jika untuk organisasi yang baru biasanya
mengunakan framework yang sederhana tapi dapat mengakomodasi

47 Yunizal, Edri. Evolusi Framework Arstektur Enterprise. Seminar Nasional Pascasarjana X


ITS. Surabaya, 2010.
102 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

kebutuhannya, sama halnya organisasi yang sudah maju menggunakan


framework yang memiliki fitur yang lebih. Berikut ditampilkan
perbandingan beberapa framework yang selama ini digunakan dalam
perumusan strategis TIK.
Tabel 5.1 Perbandingan Enterprise Architecture Framework 48

Zachman FEAF TOGAF

Definisi Parsial (semua Ya Ya Pada fase


arsitektur dan tahapan zachman preliminary
pemahamannya menjelaskan tentang
arsitektur dan
pemahamannya)

Proses Arsitektur yang Ya Tidak Ya ADM dengan 9 fase


detail yang detail

Support terhadap Tidak Ya Ya Ada fase migra on


evolusi arsitektur planning

Standarisasi Tidak Tidak Ya Menyediakan TRM,


standards informa on

Architecture Tidak Ya Ya
Knowledge Base

Pendorong bisnis Parsial Ya Ya

Input Teknologi Tidak Ya Ya

Model bisnis Ya Ya Ya

Desain transisional Tidak Ya Ya Hasil fase migra on


planning

Neutrality Ya Tidak Ya

Menyediakan prinsip Tidak Tidak Hanya Ya


arsitektur untuk
karakteris k
FEAF

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa Framework TOGAF


memiliki keunggulan dibanding framework lainnya, misalnya memiliki
fitur penting yang dipakai dalam perancangan rencana strategis, antara

48 Mutyarini, K., Sembiring, J, Arsitektur Sistem Informasi untuk Institusi Perguruan Tinggi di
Indonesia, Prosiding KNTI&K. pp102-107, 2006.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 103

lain bisa melakukan analisis gap antara arsitektur saat ini dan masa
depan, perencanaan proses migrasi ke arsitektur baru, pengawasan
“ketaatan” proyek-proyek implementasi terhadap arsitektur, (Re)
evaluasi relevansi arsitektur dan trend teknologi, sifatnya yang fleksibel
dan bersifat open source, dsb. Namun Framework Zachman memiliki
beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh TOGAF, hal tersebut
menjadi dasar dalam pemilihan Framework Zachman, berikut alasan
pemilihannya.
1. Matrik yang ada merepresentasikan interaksi dari dua skema
klasifikasi arsitektur dalam dua dimensi. Pada dimensi pertama,
Zachman menggambarkannya sebagai baris yang terdiri dari 6
perspektif dan dimensi kedua, setiap isu perspektif membutuhkan
cara yang berbeda untuk menjawab, hal ini tidak dimiliki oleh
framework TOGAF. Pada penelitian ini menggunakan 3 perspektif
dalam menyusun rencana strategis, antara lain Executive
Perspective/Planner (Gubernur Provinsi Papua), Business
Management Perspective/Owner (Kepala Dinas Kominfo) dan
Designer Perspective (Kepala-Kepala Bidang). Masing-masing
perspektif melihat isu yang sama dengan sudut pandang yang
berbeda tentang What (Data), How (Function), Where (Network),
Who (People), When (Time), Why (Motivation).
a. What (Data): pada kolom ini dapat mendefinisikan jenis-
jenis data utama atau entitas data yang diperlukan bagi
enterprise guna mendukung fungsi-fungsi bisnis yang
telah didefinisikan pada tahap pemodelan bisnis kemudian
merelasikan entitas data tersebut dengan fungsi bisnis
enterprise. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan mendefinisikan jenis-jenis aplikasi utama yang
dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi
bisnis enterprise, kemudian merelasikan aplikasi yang ada
dengan fungsi bisnis enterprise. Selain itu, mengidentifikasi
dan mendefinisikan prinsip teknologi yang dibutuhkan
untuk menyediakan lingkungan yang mendukung aplikasi
104 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

pada arsitektur aplikasi yang disusun sebelumnya dalam


mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Ada tiga
arsitektur yang dirancang pada sel ini yaitu: Arsitektur
Data, Arsitektur Aplikasi dan Arsitektur Teknologi.
b. How (Function: kolom ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan mendokumentasikan sistem aplikasi dan platform
teknologi yang digunakan enterprise dalam mendukung
fungsi bisnis saat ini karena enterprise yang telah berjalan
pada umumnya telah memiliki sistem dan teknologi
untuk aplikasi-aplikasi sistem informasinya. Kemudian
dilakukan pemodelan proses, untuk membangun suatu
basis pengetahuan mengenai bisnis dan informasi yang
digunakan enterprise saat ini. Tahap ini merupakan
proses untuk mendefinisikan bisnis guna menyediakan
model mengenai bisnis enterprise yang konsisten,
komprehensif dan lengkap sehingga dapat digunakan
untuk mendefinisikan arsitektur-arsitektur serta rencana
implementasi.
c. Where (network): menggambarkan tentang letak geografis
dan hubungan antar aktivitas dalam organisasi termasuk
unit-unit bisnis yang ada kemudian akan membuat
Arsitektur Jaringan Komputer untuk menghubungkan
semua unit bisnis yang ada di provinsi Papua.
d. Who (people): mengidentifikasi dukungan SDM dalam
mendukung proses bisnis. Melihat sejauh mana kompetensi
yang dimiliki oleh para PNS dan bagaimana strategi
pengembangan SDM yang dilakukan dan akan dilakukan
untuk mendukung proses bisnis pemerintahan ke depan.
e. When (time): berisi waktu atau kejadian yang menunjukkan
kriteria kinerja. Hal ini penting untuk mendesain jadwal
pelaksanaan arsitektur. Tahap ini bertujuan untuk
menyusun dan menyiapkan suatu rekomendasi untuk
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 105

rencana pengimplementasian yang berdasarkan pada


arsitektur yang telah dibuat.
f. Why (motivation): menggambarkan motivasi dari organisasi
dan seluruh PNS yang ada di dalamnya. Bagian ini juga
akan terlihat Visi dan Misi, rencana program, sasaran dan
tujuan serta pengambilan keputusan dalam organisasi.

2. Komitmen pengembangan e-Government mulai tampak era


pemerintahan Lukas Enembe, S.IP., MH masa bakti 2011-2016,
hal tersebut tercermin dari visi misi dinas Kominfo: ”Terwujudnya
Papua Informatif Menuju e-Government Serta Masyarakat
Berbudaya Informasi Melalui Penyelenggaraan Komunikasi dan
Informasi Yang Efektif dan Efisien”. Artinya bahwa di provinsi
Papua dalam tahap proses menuju e-Government. Untuk itu,
dalam perancangan menggunakan Framework Zachman cukup
mengakomodir perancangan rencana strategis e-Government,
karena hal-hal yang perlu direncanakan sudah diakomodir
di framework tersebut, seperti arsitektur data dan informasi,
arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, arsitektur dukungan
SDM dan desain jadwal pelaksanaan.

Pemetaaan perspektif perumusan strategi pengembangan


e-Government pada Zachman Framework ini lingkupnya hanya
dibatasi pada sudut pandang, Planner, Owner, dan Designer terhadap
Data, Function, Network, People, Time dan motivation. Dipetakan
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2 e-Government dalam Perspek f Framework Zachman
106

PerspekƟf What How (FuncƟon) Where Who When Why


(Data) (Network) (People) (Time) (moƟvaƟon)

Planner Pengelolaan Data Proses Konek vitas Dukungan SDM Target pencapaian Visi dan Misi
(Scope) Secara umum mewujudkan Good Jaringan TIK untuk Mewujudkan menuju E-Gov (RPJMD)
Governance melalui Good Governance Berdasarkan
SI e-Goverment (e-Government) RPJMD

Owner Data SDM, ASET, Proses Utama SI Kriteria Jaringan Peranan Organisasi Da ar Kegiatan Visi & Misi
(Enterprise Model) Keuangan E-Gov Internet dan TIK (Diskominfo) Pembangunan 5 (Renstra Dinas
Intranet Tahun Berdasarkan Kominfo)
Renstra Diskominfo

Designers Struktur Data Model Proses Arsitektur Jaringan Dukungan Rencana Strategis Tujuan dan
Bisnis SDM dalam e-Government Sasaran
pengembangan
e-Government
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 107

Tabel 5.2 di atas adalah pemetaan poin-poin yang dibahas dari


sudut pandang Planner yang merepresentasikan perspektif Gubernur
Provinsi, Owner yang merepresentasikan perspektif Kepala Dinas
Kominfo dan Designer yang merepresentasikan perspektif Kepala-
Kepala Bidang dan Mitra Pemerintah. Masing-masing perspektif
melihat isu yang sama dengan sudut pandang yang berbeda tentang
What (Data), How (Function), Where (Network), Who (People), When
(Time), Why (Motivation). Misalnya perspektif terhadap Data, Planner
membahas Pengelolaan Data Secara umum, Owner membahas Data
SDM, ASET, Keuangan dan Designer membahas Struktur Data, dsb.

A. Planner/Executive Perspective
Planner merepresentasikan perspektif Gubernur Provinsi Papua
tentang pembangunan teknologi informasi dan komunikasi di Provinsi
Papua dan manfaatnya terhadap tata kelola pemerintahan, pelayanan
terhadap masyarakat dan bisnis. Perspektif Planner diwakili oleh
Bappeda, Biro Humas dan Protokoler, Asisten I Bidang Pemerintahan
dan Kesejahteraan Rakyat, dan Biro Tata Pemerintahan. Pengambilan
data melalui wawancara, penyebaran kuesioner, kajian tentang Visi/
Misi, arah dan fokus kebijakan pemerintah Provinsi Papua ke depan
yang dituangkan dalam RPJMD Provinsi Papua tahun 2013-2018.

A1. Why (Motivation)

A1.1 Kondisi Saat ini


Inisiatif pengembangan dan pemanfaatan teknologi infomasi
untuk kepentingan administrasi pemerintahan di Provinsi Papua sudah
dilakukan sejak masa kepemimpinan Gubernur Dr. Jacobus Perviddya
Solossa, M.Si. atau lebih dikenal dengan panggilan J.P. Solossa atau
Jaap Solossa antara tahun 2001-2005, di mana saat itu mewajibkan
108 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

setiap unit organisasi mengirim surat melalui layanan elektronis


yang ditandai dengan penyiapan sejumlah infrastruktur teknologi
informasi untuk lingkup pemerintahan setempat, namun tidak dibarengi
dengan perbaikan organisasi, sistem manajemen dan proses kerja
kepemerintahan sehingga tidak berjalan optimal.
Pada masa kepemimpinan Drs. Barnabas Suebu dari tahun 2006-
2011, inisiatif pengembangan teknologi informasi cukup jelas arah
kebijakannya, hal tersebut tercermin dari perkembangan pembangunan
fisik sarana dan prasarana penunjang akses informasi masyarakat.
Program nyatanya adalah membangun infrastruktur listrik untuk
lingkup keluarga serta pengadaan televisi bagi masyarakat Papua di
kampung-kampung. Kemudian penataan kelembagaan dan organisasi
penyiaran TV lokal aset pemerintah provinsi Papua dengan maksud
informasi perkembangan pembangunan diakses oleh masyarakat
Papua melalui siaran televisi lokal. Dampak dari kebijakan tersebut,
kini rata-rata masyarakat Papua mudah mengakses informasi melalui
siaran televisi dan melakukan komunikasi dari pelosok Papua, hal
tersebut tidak terlepas dari pembangunan sarana dan prasarana TIK.
Walaupun demikian, masih banyak tempat yang belum mendapatkan
akses pembangunan TIK karena kondisi geografis Papua yang lebih
luas dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa kepemimpinannya
sudah ada pembangunan e-Government, misalnya membangun situs
resmi pemerintah provinsi Papua, membangun jaringan komunikasi
daerah, dan lain sebagainya.
Komitmen dan arah kebijakan pengembangan teknologi informasi
lebih meningkat pada masa kepemimpinan Lukas Enembe, S.IP, MH,
hal tersebut tercermin dalam RPJMD Provinsi Papua tahun 2013-2018,
yang dikuti dengan penataan kelembagaan dan organisasi di bidang
TIK. Kebijakannya dijelaskan pada sasaran pengembangan ke depan.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 109

A1.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Sejalan dengan prioritas pembangunan tahap kedua RPJPD
Provinsi Papua tahun 2005-2025 dan visi dan misi pembangunan
Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2013-2018, serta
permasalahan dan isu-isu strategis pembangunan Provinsi Papua maka
visi atau kondisi masa depan yang diharapkan terwujud periode 5 (lima)
tahun ke depan adalah49:

1) Visi
Papua bangkit Mandiri dan Sejahtera
Jika memperhatikan pernyataan visi di atas, maka kesejahteraan
yang hakiki multidimensional dalam tatanan peradaban baru sebagai
cita-cita bersama akan dapat terwujud jika prasyarat kemandirian
masyarakat Papua dalam berbagai aspek kehidupan dapat terpenuhi
setelah berhasil bangkit dari keterpurukan multidimensional.

2) Misi

Berdasarkan Visi Gubenur dan Wakil Gubenur maka ditetapkan


misi pembangunan daerah jangka menengah sebagai berikut.
1. Mewujudkan Suasana Aman, Tentram, dan Nyaman bagi seluruh
masyarakat di Papua dalam kedaulatan NKRI.
2. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan
Berwibawa serta Penguatan Otonomi Khusus.
3. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Papua yang Sehat,
Berprestasi, dan Berakhlak Mulia.
4. Pengembangan dan Peningkatan Taraf Ekonomi Masyarakat
yang Berbasis Potensi Lokal.
5. Percepatan Konektivitas Pembangunan Infrastruktur dan
Konektivitas Antara Kawasan dan Antar Daerah dengan
Mengedepankan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan.

49 Mutyarini, K., Sembiring, J, Arsitektur Sistem Informasi untuk Institusi Perguruan Tinggi di
Indonesia, Prosiding KNTI&K. pp102-107, 2006.
110 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

3) Fokus Pembangunan dan Arah Kebijakan Provinsi Papua


Secara Umum
Arah kebijakan Provinsi Papua merupakan fokus pembangunan
setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Pentahapan ini mencerminkan
urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan berkaitan dengan
pengaturan waktu. Penekanan fokus dalam setiap tahun selama 5 (lima)
tahun memiliki kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi,
tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Fokus pembangunan Provinsi
Papua dapat diringkas sebagai berikut.
a. Tahun 2013: meletakkan dasar (Agenda Papua Bangkit Mandiri
dan Sejahtera): Konsolidasi secara internal dan eksternal, mem-
bangun rekonsiliasi, identifikasi masalah, rekontruksi OTSUS,
menata perencanaan, terobosan sektor strategis.
b. Tahun 2014: Percepatan pembangunan infrastruktur dasar terkait
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur strategis dan kampung
termasuk perumahan rakyat dan penyediaan listrik. Penyediaan
berbagai perangkat dasar pendorong tumbuhnya Perkonomian
Daerah.
c. Tahun 2015: Melanjutkan pembangunan infrastruktur dasar
dan perekonomian berbasis masyarakat ada, dan pencanangan
PAPUA INVESTEMENT YEAR 2016.
d. Tahun 2016-2007: Memantapkan agenda Papua Mandiri dengan
tumbuhnya indeks kemandirian fiskal daerah, meningkatnya
ketahanan pangan lokal, pertumbuhan PDRB non tambang, dan
menurunnya kesenjangan antara daerah.

Tahun 2018: Memastikan pencapaian peningkatan standar


kesehatan, pendidikan dan daya belum masyarakat, skema jaminan
kesejahteraan dan memantapkan Papua menjadi kekuatan baru ekonomi
kawasan Timur Indonesia dan Pasifik yang berkelanjutan.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 111

4) Keselarasan MISI dan Pembangunan Teknologi Informasi


dan Komunikasi di Papua
Berdasarkan Misi Gubernur Provinsi Papua terlihat jelas bahwa
peran TIK sangat penting dalam mewujudkan Papua Bangkit Mandiri
dan Sejahtera, seperti:
a. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan
Berwibawa serta Penguatan Otonomi Khusus
Misi ini dimaksudkan untuk menciptakan tata kelola pe-
merintahan yang baik (good governance). Dinamika dan tuntutan
masyarakat saat ini, menuntut setiap aparatur pemerintahan
profesional dan akuntabel, serta mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang terjadi. Salah satu upayanya adalah dengan
melakukan reformasi birokasi. Reformasi birokasi menjadi bagian
penting dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik upaya
dalam peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan
korupsi secara terarah, sistematis, dan terpadu. Reformasi
birokrasi, mustahil akan terwujud jika tata pemerintahan masih
memberikan peluang terhadap praktek-praktek Kolusi, Korupsi,
dan Nepotisme (KKN). Selain memberantasan praktek KKN,
reformasi birokrasi harus kita jalankan dengan meningkatkan
budaya kerja, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para
penyelenggara negara terhadap prinsip-prinsip good governance.
Aparatur harus didorong untuk meningkatkan budaya kerja yang
efektif, efisien, dan profesional dalam melayani kepentingan
masyarakat. Reformasi birokrasi merupakan perubahan signifikan
elemen-elemen birokrasi, antara lain kelembagaan sumber
daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur,
pengawasan dan pelayanan publik. Oleh karena itu, perubahan
mind-set, culture-set, dan pengembangan budaya kerja harus
dilakukan secara lebih cepat dan terarah. Demikian juga upaya-
upaya mencegah dan mempercepat pemberantas korupsi secara
berkelanjutan, dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik,
112 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

bersih, dan berwibawa (good governance), pemerintah yang


bersih (clean government) dan bebas KKN harus diseriusi dan
dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Dalam rangka Percepatan Reformasi Birokrasi terdapat 9
poin penting yaitu: penataan struktur birokrasi, penataan jumlah
dan distribusi PNS, sistem seleksi CPNS dan promosi PNS secara
terbuka, profesionalisme PNS, pengembangan e-Government,
peningkatan pelayanan publik, peningkatan transparansi dan
akuntabilitas aparatur, peningkatan kesejahteraan PNS dan
efesiensi penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana kerja PNS.
Reformasi Birokrasi ini juga akan mendorong hubungan
kelembagaan yang harmonis antara Provinsi dan kabupaten/kota
serta penguatan implementasi Otonomi Khusus Papua. Penguatan
Otonomi Khusus Papua dilakukan dengan mewujudkan
hubungan yang sinergis antara Pemerintah Daerah, MRP dan
DPRP dalam memperluas dan memperkuat kewenangan daerah
dalam kerangka Otsus demi terwujudnya pemenuhan hak-hak
dasar Orang Asli Papua, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan,
pemenuhan kebutuhan dasar, hak politik dan hak budaya.

b. Percepatan Konektivitas Pembangunan Infrastruktur dan


Konektivitas Antara Kawasan dan Antar Daerah dengan
Mengedepankan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan.
Maksud dari misi ini adalah meningkatkan ketersediaan
infrastruktur dan konektivitas antar wilayah dalam mendukung
pengembangan wilayah diwujudkan dengan meningkatkan
jangkauan pelayanan sistem komunikasi dan Informasi antar
wilayah, meningkatkan ketersediaan perumahan rakyat yang
layak huni, meningkatkan ketersediaan air bersih, meningkatnya
ketersediaan energi listrik dan ramah lingkungan. Selain itu
terwujudnya pembangunan berkelanjutan dengan Implementasi
Rencana Tata Ruang secara konsisten. Penyediaan dan percepatan
infrastruktur yang lebih merata dan terpadu yang ditujukan untuk
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 113

mendukung perekonomian daerah dengan prinsip Community dan


Commodity Based Infrastructure, Integration dan Sustainability.
Ketiga Prinsip dan konsep dasar ini dimaksudkan bahwa
pembangunan Infrastruktur dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat diseluruh wilayah, pemacu pertumbuhan
dan pengembangan wilayah, pembentukan struktur ruang dan
Interaksi antar wilayah. Percepatan pembangunan infrastruktur
makin penting jika dilihat dari berbagai dimensi. Percepatan
pertumbuhan ekonomi jelas membutuhkan tambahan kuantitas
dan perbaikan kualitas infrastruktur. Pengembangan ekonomi
tidak mungkin berhasil tanpa infrastruktur yang memadai,
mengingat biaya pemasaran makin dominan dalam struktur
biaya akhir suatu komoditas pertanian. Hingga saat ini, walaupun
pengeluaran dalam bidang infrastruktur telah ditingkatkan,
namun kesenjangan infrastruktur masih terasa, baik di di wilayah
ibukota kabupaten dan kota maupun di perkampungan kawasan
cepat tumbuh. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur dasar
harus menjadi prioritas dalam pembangunan dalam lima tahun ke
depan karena menjadi faktor pendorong utama untuk pencapaian
keempat misi lainnya.

A2. How (Function)

A2.1 Kondisi Saat ini


Sudut pandang tentang function, bertujuan untuk menunjukkan
fungsi-fungsi/aktivitas yang dapat dilakukan pemerintah Provinsi Papua
dalam menjalankan misi-nya. Terutama dalam rangka mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, maka Gubernur
dapat mendorong aparatur pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.
Untuk mendorong hal tersebut pemerintah perlu membangun Sistem
Informasi/Teknologi Informasi untuk meningkatkan akuntabilitas,
transparansi, responsibilitas, efektivitas dan efesiensi. Dalam rangka itu,
114 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

pemerintah Provinsi Papua sejak lama memanfaatkan sistem informasi


dan teknologi informasi, namun dalam implementasinya belum optimal
karena di dalam kegiatan bisnisnya masih banyak kelemahan terkait
pengelolaan data yang seharusnya dapat diakomodasi dengan adanya
bantuan teknologi informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di lingkungan pemerintah Provinsi Papua, ditemukan fakta bahwa:
ternyata sistem administrasi sebagian besar masih berbasis kertas
(paper-based), sistem yang sudah ada belum terintegrasi dengan unit
organisasi yang memiliki keterkaitan dengan proses bisnis, infrastruktur
SI/TI yang dibangun juga tidak merata di semua unit organisasi. Hal ini
mengakibatkan fungsi bisnis pemerintahan yang saling berhubungan
antar instansi tidak berjalan efektif dan efisien.
Sejumlah aplikasi atau sistem informasi yang dibangun untuk
mendukung pemerintahan berbasis elektronik, yakni; Situs Resmi
Provinsi Papua, Presensi Digital, Sistem Informasi Monitoring dan
Pengendalian APBD, Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan
Daerah, Sistem Informasi Pengadaan Barang (LPSE), Website BPS,
Papua Cloud, Website Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Provinsi Papua, dsb. Namun rata-rata aplikasi atau informasi yang
disajikan dalam bentuk website masih belum dioptimalkan sebagai
sarana utama promosi daerah dan pelayanan masyarakat sehingga
masih dilihat sebagai kebutuhan memenuhi persyaratan. Pada intinya
pengembangan teknologi informasi yang ada sejauh ini tidak berjalan
optimal karena penerapan tidak dibarengi dengan penataan organisasi,
sistem manajemen, dan proses kerja kepemerintahan.

A2.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi untuk
fungsi bisnis pemerintahan mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan
yaitu :(1) pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen
dan proses kerja secara elektronis; (2) pemanfaatan kemajuan teknologi
informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah
oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Untuk itu pada perspektif
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 115

ini dibutuhkan tranformasi operasional manajemen dan layanan publik


yang terpadu atau terintegrasi antar semua pemangku kepentingan.
Tranformasi tersebut digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5.2 Pemanfaatan TIK pada Manajemen dan Proses kerja50

Pada Gambar 5.2 menggambarkan transformasi operasional


manajemen pemerintahan. Selama ini manajemen dan proses kerja
pemerintah Provinsi Papua masih pada pendekatan manajemen
tradisional, seperti terlihat pada bagian kiri dari Gambar 5.2 di atas.
Di mana proses kerja masih terpisah-pisah antar unit organisasi. Untuk
itu, sasaran pengembangan ke depan adalah membangun layanan yang
terpadu dan terintegrasi semua SKPD sehingga pelayanan lebih cepat,
tepat, dan akurat.

50 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


116 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Gambar 5.3 Pemanfaatan TIK untuk Pelayanan Publik51

Pada Gambar 5.3 menggambarkan transformasi pelayanan


masyarakat. Selama ini pelayanan masyarakat di lingkungan
pemerintahan Provinsi Papua masih pada pendekatan manajemen
tradisional, seperti terlihat pada bagian kiri dari Gambar 5.3 di atas. Di
mana proses pelayanan masih terpisah-pisah antar unit organisasi. Untuk
itu, sasaran pengembangan ke depan adalah membangun layanan yang
terpadu (satu pintu) dan terintegrasi semua unit organisasi sehingga
pelayanan lebih mudah, murah dan cepat.

51 Dokumen Rencana Induk Pengembangan e-Government Pemerintah Provinsi Gorontalo


Tahun 2009 -2013. Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi, Provinsi
Gorontalo, 2008
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 117

A3. Who (People)


A3.1 Kondisi Saat ini
Aspek People pada perspektif Planner dapat dibagi menjadi 3
yaitu: dukungan kelembagaan di provinsi Papua, jumlah penduduk,
rasio lulusan S1/S2/S3.
1) Dukungan Kelembagaan
a. Legislatif
Dewan Perwakilan Rakyat Papua, yang selanjutnya
disebut DPRP, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Papua sebagai badan legislatif Daerah Provinsi
Papua.
b. Majelis Rakyat Papua
Majelis Rakyat Papua, yang selanjutnya disebut
MRP, adalah representasi cultural orang asli Papua, yang
memiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan
hak-hak orang asli Papua dengan berlandaskan pada
penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan
perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Otonomi
Khusus nomor 21 tahun 2001.
c. Eksekutif
Eksekutif di lingkungan pemerintah Provinsi Papua
terdiri dari Gubernur, Wakil Gubernur, dan SEKDA, yang
membawahi:
1. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan
Rakyat, disebut Asisten I
2. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan,
disebut Asisten II
3. Asisten Bidang Umum, disebut Asisten III
118 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Tabel 5.3 Organisasi di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua52

NO NAMA INSTANSI SUB INSTANSI

1 Sekretariat Daerah 1. Biro Hukum


2. Biro Bina Mental Spiritual
3. Biro Pemberdayaan Perempuan
4. Biro Umum dan Perlengkapan
5. Biro Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur
6. Biro Tata Pemerintahan
7. Biro Pemerintahan Kampung
8. Humas dan Protokol

2 Dinas 1 Kebudayaan dan Pariwisata


2 Kehutanan dan Konservasi
3 Tenaga Kerja dan Kependudukan
4 Kesehatan
5 Kesejahteraan Sosial dan Masyarakat Terisolir
6 Pekerjaan Umum
7 Pendidikan, Pemuda dan Olah raga
8 Pendapatan Daerah
9 Perhubungan
10 Dinas Perikanan dan Kelautan
11 Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua
12 Pertambangan & Energi
13 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
14 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Provinsi Papua
15 Dinas Komunikasi dan Informa ka

3 Badan 1 Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah


2 Perpustakaan dan Arsip Daerah
3 Kepegawaian, Pendidikan dan La han Aparatur
4 Perencanaan Pembangunan Daerah
5 Kesatuan Bangsa, Poli k dan Perlindungan Masyarakat
Daerah
6 Koordinasi Penanaman Modal
7 Inspektorat Provinsi
8 Pengelola Sumber Daya Manusia Papua
9 Pemberdayaan Masyarakat Kampung dan
Kesejahteraan Keluarga
10 Badan Pengelolaan Infrastruktur
11 Pengelolan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
12 Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri
13 Penanggulangan Bencana

52 Dokumen Rencana Induk Pengembangan e-Government Pemerintah Provinsi Gorontalo


Tahun 2009-2013. Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi, Provinsi
Gorontalo, 2008
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 119

NO NAMA INSTANSI SUB INSTANSI

4 Kantor 1 Satuan Pamong Praja


2 Kantor Penghubung Papua di Jakarta

5 Rumah Sakit 1 Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura


2 Rumah Sakit Umum Daerah Abepura
3 RSJ Abepura dr. Samo Adi, Ap. KJ

6 Unit Layanan Unit Layanan Pengadaan

Khusus untuk eksekutif, selain Gubernur, Wakil Gubernur dan


SEKDA yang dibantu oleh Asisten I, Asisten II dan Asisten III, ada
beberapa sub instansi yang terdapat di lingkungan pemerintah Provinsi
Papua, sebagaimana Tabel 5.3 bahwa: ada 8 biro, 15 dinas, 13 badan,
2 kantor, 3 rumah sakit daerah, dan 1 unit layanan. Dari semua unit
organisasi yang ada, dalam hal pengembangan atau pembangunan
Sistem Informasi e-Government biasanya dilakukan sendiri-sendiri,
hanya dalam hal jaringan biasanya meminta bantuan dinas Kominfo.
Namun demikan, masih banyak unit organisasi yang membangun
jaringan sendiri dari pihak ketiga. Hal tersebut diakui ketika wawancara
dengan kepala-kepala bidang di Dinas Kominfo.

1) Jumlah penduduk
Tabel 5.4 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk53

LUAS KEPADATAN
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH
WILAYAH (ORG/KM2)
1 Merauke 195.716 43.240.95 4,53

2 Jayawijaya 196.085 27.649.45 7.09

3 Jayapura 111.943 14.350.95 7.80

4 Nabire 129.893 11.544.68 11.25

5 Yapen Waropen 82.951 2.424.56 34.21

6 Biak Numfor 126.798 1.965.05 64.53

7 Paniai 153.432 11.479.21 22.30

53 Data Instansi Pemerintah Provinsi Papua (Online: https://www.papua.go.id)


120 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

LUAS KEPADATAN
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH
WILAYAH (ORG/KM2)
8 Puncak Jaya 101.148 5.329.30 18.98

9 Mimika 182.001 22.903.78 7.95


10 Boven Digoel 55.784 27.880.73 2.00
11 Mappi 81.658 25.944.01 3.15
12 Asmat 76.577 18.427.31 4.16
13 Yahukimo 164.512 12.955.75 12.70
14 Pegunungan Bintang 65.434 16.043.91 4.08
15 Tolikara 114.427 5.176.42 22.11
16 Sarmi 32.971 10.704.98 3.08
17 Keerom 48.536 8.767.58 5.54
18 Waropen 24.639 15.255.78 1.62
19 Supiori 15.874 969.260 16.38
20 Mamberamo Raya 18.365 16.852.18 1.09
21 Nduga 79.053 4.748.97 16.65
22 Lanny Jaya 148.522 2.961.09 50.16
23 Mamberamo Tengah 39.537 9.100.01 4.34
24 Yalimo 50.763 36.739.30 1.38
25 Puncak 93.218 10.421.83 8.94
26 Dogiyai 84.230 5.258.67 16.02
27 Intan Jaya 40.490 9.336,60 -
28 Deiyai 62.119 2.325,88 -
29 Kota Jayapura 256.705 786.18 326.52
Jumlah 2.833.381 322.476 3.74

Tabel 5.4 menggambarkan Jumlah Penduduk, Luas Wilayah,


dan Kepadatan Penduduk. Dari sejumlah kabupaten yang ada,
jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Jayapura dengan jumlah
256.705, dengan luas wilayah terkecil, yakni 786.18, dan kepadatan
326.52. Ibukota Provinsi terdapat di kota Jayapura, sehingga seiring
berjalannya waktu jumlah penduduk bertambah dengan kepadatan
penduduk meningkat sehingga pemerintah tengah mengarahkan proses
pembangunan ke wilayah timur dari kota Jayapura (Sekitar Koya).
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 121

2) Sumber Daya Manusia


Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam
kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas
sumberdaya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan
erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi
kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas
tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang
ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas
tenaga kerjanya. Untuk itu pada tabel 5.5 ditampilkan data rasio
lulusan di Provinsi Papua dari tahun 2007-2011.
Tabel 5.5 Rasio Lulusan S1/S2/S3Di Provinsi Papua54

NO URAIAN 2007 2008 2009 2010 2011

1. Jumlah lulusan S1 1.621 1.607 1.895 2.149 2.149

2. Jumlah lulusan S2 100 15 250 191 191

3. Jumlah lulusan S3 NA NA NA NA NA

4. Jumlah lulusan 1.721 1.622 2.145 2.340 2.340


S1/S2/S3

5. Jumlah penduduk 2.015.616 2.056.517 2.097.482 2.833.381 2.928.750

6. Rasio lulusan S1/ 8,54 7,89 10,23 8,26 7,99


S2/S3

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rasio lulusan S1/S2/


S3 dari tahun 2007-2011 mengalami peningkatan, menandakan bahwa
Sumber Daya Manusia Papua semakin membaik dan diharapkan di atas
tahun 2011 dengan adanya kebijakan pemerintah dalam memberikan
program beasiswa ke jenjang perguruan tinggi dapat mendorong pe-
ningkatan kelulusan mahasiswa.

54 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


122 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Selain itu, ada beberapa kekuatan, kelemahan dan peluang dalam


pengembangan e-Government di Papua, antara lain:
a) Sejumlah sekolah dan perguruan tinggi di Provinsi Papua
memiliki jurusan di bidang teknologi dan komunikasi, yang
telah menghasilkan SDM profesional di bidang TIK. Rata-rata
para lulusan mengabdi sebagai PNS di lingkungan pemerintah
se-kabupaten/kota Provinsi Papua.
b) Perkembangan Internet di kota-kota di Papua semakin pesat,
di mana masyarakat secara mudah mengakses Internet melalui
warnet-warnet serta hotspot yang disediakan di tempat-tempat
umum, selain itu Telkom Group menawarkan produk layanan
Internet menggunakan Speedy dan modem yang bisa dijangkau
oleh masyarakat menengah ke bawah. Hal ini menandakan
bahwa sebagian umum masyarakat di ibu kota Provinsi Papua
telah menguasai Internet.
c) Kondisi Geografis Provinsi Papua menyebabkan kebanyakan
daerah pedalaman belum terjangkau listrik, apalagi sarana
komunikasi dan informasi.
d) Kondisi geografis provinsi Papua menggambarkan akses
informasi tidak merata antara kampung (desa) dan perkotaan,
sehingga kesenjangan informasi jelas terjadi.
e) Dari sisi kelembagaan sejauh ini belum menunjukkan arah
pengembangan e-Government yang baik, karena belum ada unit
organisasi yang fokus menangani layanan e-Government. Dengan
demikian, setiap unit organisasi masing-masing mengembangkan
aplikasi tanpa mempertimbangkan hal-hal nonteknis yang dapat
mempengaruhi implementasi program, sehingga selalu saja
aplikasi yang diterapkan tidak berjalan optimal.
f) Kondisi SDM terkait pada pendidikan, pemahaman komputer
dan Internet di pemerintah Provinsi Papua perlu ditingkatkan
lagi, sebab sejauh ini masih banyak yang belum melek IT.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 123

A3.2 Sasaran Pengembangan ke Depan

1. Penataan Tata Kelola TIK dan GCIO Provinsi

Untuk memastikan penggunaan TIK benar-benar dapat men-


dukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan, dengan memperhatikan
efisiensi penggunaan sumber daya TIK dan pengelolaan resiko terkait
dengannya, diperlukan good governance terkait dengan TIK yang
selanjutnya disebut sebagai Tata Kelola sumber daya TIK. Sumber daya
TIK di sini adalah infrastruktur teknologi/jaringan, Informasi, Aplikasi,
SDM. Untuk mengelola sumber daya TIK tersebut diperlukan sebuah
struktur dan peranan GCIO (Government Chief Information Officer).
Mengingat pentingnya hal ini maka prioritas utama dalam implementasi
e-Government Provinsi Papua adalah dibentuknya kelembagaan GCIO
yang fungsi dan perannya adalah: mengkoordinasi perencanaan dan
pelaksanaan inisiatif dan portofolio TIK Provinsi, mengkoordinasi
perencanaan dan pelaksanaan inisiatif TIK dengan GCIO Kabupaten/
Kota lingkup Provinsi, melakukan review berkala atas pelaksanaan
implementasi TIK di Provinsi dan bertanggung jawab langsung pada
Gubernur. GCIO terdapat di semua unit organisasi karena berangkat
dari persoalan selama ini bahwa masih adanya ego sektoral dalam
pembangunan TIK di lingkungan pemerintah Provinsi Papua, sehingga
terbentuknya GCIO di setiap unit organisasi tentu akan memudahkan
kordinasi dan pengawasan di internal maupun eksternal organisasi.
Gambar 5.4 di bawah ini adalah struktur dan fungsi GCIO (Government
Chief Information Officer) tingkat Provinsi.
124 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Gambar 5.4 Fungsi GCIO pada Proses Tata Kelola TIK

Dalam model tata kelola TIK seperti pada Gambar 5.4 maka dapat
dijelaskan fungsi setiap struktur pada Komite TIK sebagai berikut.
a) Eksekutif pemerintah dalam hal ini Gubernur dan Wakil
Gubernur adalah sebagai Tim pengarah, yang mempunyai peran
pada proses kebijakan, dibantu oleh Sekretaris Daerah.
b) GCIO Provinsi diusulkan Sekretaris Daerah .
Sekretaris Daerah mempunyai peran yang sangat penting
dalam birokrasi pemerintahan. Berdasarkan UU No 23 tahun
2014 pasal 213(2) Sekretaris Daerah mempunyai tugas membantu
Kepala Daerah dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian
administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta
pelayanan administratif. Terlepas dari tugas dan fungsi kerjanya,
Sekretaris Daerah kedudukannya sebagai pembina PNS dan
merupakan jabatan paling puncak dalam pola karier PNS di
Daerah sehingga SEKDA memiliki kapasitas dan kapabilitas
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 125

dalam mengusulkan atau mempromosikan jabatan PNS terlepas


dari kepentingan politis.
c) GCIO Inspektorat mempunyai fungsi/peran utama pada proses
Monitoring dan evaluasi, yaitu:
1) Memantau Keseluruhan Proses
2) Mengkaji Ketersediaan Kontrol Internal
3) Menyediakan Penjamin Independen
4) Mempersiapkan Tim Audit Independen
d) GCIO Bappeda bersama GCIO BKPAD mempunyai fungsi/peran
utama pada proses perencanaan dan organisasi SDM, yaitu:
1) Menyusun Rencana Strategis Teknologi Informasi
2) Mendefinisikan Arsitektur Informasi Provinsi Papua
3) Menentukan Arah Perkembangan Teknologi
4) Merancang Struktur Organisasi Teknologi Informasi
5) Mempertimbangkan Investasi Teknologi Informasi
6) Mengkomunikasikan Arah dan Sasaran Manajemen
7) Mengembangkan Sumber Daya Manusia
8) Menjamin Pemenuhan Standar Eksternal
9) Mengkaji Resiko
10) Mengelola Proyek Teknologi Informasi
11) Memelihara Kualitas
e) GCIO Keuangan mempunyai fungsi/peran utama pada proses
manajemen Belanja dan investasi serta implementasi, yaitu:
1) Mengidentifikasikan Solusi bagi Pemerintah Provinsi
2) Mengadakan dan Memelihara Perangkat Lunak Aplikasi
3) Membangun dan Mengembangkan Infrastruktur
Teknologi
4) Menyusun Prosedur Kerja dan Pemeliharaan
5) Mengakreditasi Sistem
6) Mengelola Perubahan
f) GCIO Dinas Kominfo selaku SKPD pengelola TIK mempunyai
fungsi/peran terbesar pada proses realisasi, pengoperasian dan
pemeliharaan Sistem secara keseluruhan, yaitu:
126 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

1) Menentukan Standar Kepuasan


2) Memonitor Keterlibatan Pihak Ketiga
3) Menjaga Kinerja dan Kapasitas
4) Menjamin Pelayanan yang Berkesinambungan
5) Mengelola Sistem Keamanan
6) Mengidentifikasikan dan Mengalokasikan Biaya
7) Mendidik dan Melatih Pengguna
8) Membantu Pelanggan Sistem
9) Memantau Konfigurasi
10) Mengatasi Keluhan dan Masalah
11) Mengelola Data
12) Mengelola Fasilitas
13) Mengelola Operasi
g) GCIO SKPD mempunyai peran utama pada proses pengoperasian
dan pemeliharaan sistem di tingkat SKPD.

Walaupun dalam Gambar 5.4 terlihat kotak-kotak koordinasi yang


tegas, namun sebenarnya setiap fungsi saling bersinggungan bahkan
interseksi. Gambar 5.5 berikut adalah peran-peran yang mempunyai
kaitan langsung dengan mekanisme tata kelola TIK Nasional.

Gambar 5.5 Struktur Komite TIK dan GCIO Provinsi Papua


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 127

Terkait dengan peran GCIO pada Gambar 5.5, dijelaskan peran-


peran yang mempunyai kaitan langsung dengan mekanisme tata kelola
TIK Nasional sebagai berikut.
1) Dewan TIK Nasional
a) Bertanggung jawab atas sinkronisasi dan integrasi rencana
TIK Nasional khususnya di level departemen/lembaga
tingkat pusat.
b) Melakukan review dan rencana belanja/investasi TIK
departemen/lembaga tingkat pusat untuk memastikan
tidak terjadinya tumpang tindih inisiatif TIK.
c) Mendorong terwujudnya tata kelola TIK yang baik di
seluruh institusi pemerintahan.
2) GCIO Nasional
a) Memfasilitasi perencanaan dan implementasi inisiatif TIK
lintas departemen/lembaga di tingkat pusat, khususnya
flagship nasional.
b) Memfasilitasi tata kelola TIK yang baik di seluruh institusi
pemerintahan melalui
c) penerbitan kebijakan stándar, prosedur, atau panduan yang
relevan.
3) Eksekutif Provinsi (Gubernur)
a) Bertanggung jawab atas seluruh implementasi TIK di
Provinsi.
b) Bertanggung jawab atas arahan strategis dan evaluasi
keseluruhan dan inisiatif TIK di Provinsi.
4) GCIO Provinsi
a) Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan inisiatif
dan portofolio TIK Provinsi.
b) Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan inisiatif
TIK dengan GCIO Kabupaten/Kota lingkup Provinsi.
c) Melakukan review berkala atas pelaksanaan implementasi
TIK di Provinsi.
d) Bertanggung jawab langsung pada Gubernur.
128 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

5) GCIO SKPD
a) Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan inisiatif
dan portofolio TIK di tingkat SKPD Provinsi.
b) Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan inisiatif
TIK dengan CIO Provinsi.
c) Melakukan review berkala atas pelaksanaan implementasi
TIK di tingkat SKPD.
6) Satuan kerja pengelola TIK Provinsi (Dinas Kominfo)
a) Bertanggung jawab atas implementasi sistem TIK, sesuai
dengan spesifikasi kebutuhan yang diberikan oleh Satuan
kerja pemilik proses kerja.
b) Bertanggung jawab atas keberlangsungan dan kualitas
aspek teknis sistem TIK dalam tahap operasional.
c) Bertanggung jawab atas pemeliharaan aset-aset TIK
Provinsi.
d) Mengkoordinasi pelaksanaan inisiatif TIK dengan GCIO
Kabupaten/Kota lingkup Provinsi.
7) Satuan Kerja Pemilik Proses kerja ( SKPD lain selain Dinas
Kominfo)
a) Bertanggung jawab atas pendefinisian kebutuhan dalam
implementasi inisiatif TIK.
b) Memberikan masukan atas implementasi TIK khususnya
operasional sistem TIK.

2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia


a. Mewajibkan SDM melalui peraturan Gubernur agar SDM
mengikuti perkembangan teknologi informasi terbaru untuk
lebih meningkatkan kualitas diri dan kualitas pelayanan publik.
b. Peningkatan pendidikan formal SDM aparatur Negara dan
masyarakat di bidang TIK.
c. Mendorong organisasi pendidikan yang bergerak di bidang
Teknologi Informasi.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 129

d. Mendorong aparatur pemerintah (PNS) melalui regulasi yang


tegas dan jelas agar dapat memanfaatkan teknologi informasi
untuk mengefektifkan pelayanan kepada masyarakat guna
mewujudkan e-Government.
e. Pengembangan pengetahuan secara bertahap dari level staf
sampai pimpinan agar mempercepat pengembangan aplikasi
e-Government.

A4. What (Data)


A4.1 Kondisi Saat Ini
Manajemen data di pemerintah Provinsi Papua saat ini
menggunakan dua layanan database server, yakni server yang dibangun
di Dinas Kominfo dan Bappeda. Dalam pemanfaatannya, lebih banyak
SKPD menggunakan server yang dikelolah oleh Dinas Kominfo namun
masih digunakan parsial, artinya belum terintegrasi dengan aplikasi
yang memiliki keterkaitan proses dan fungsi bisnis dalam pemerintahan.
Kemudian database yang sudah ada juga belum ada prosedur standar
dalam penanganan data terutama keamanannya sehingga berpotensi
untuk dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu, selama ini masih banyak duplikasi data dan informasi, terutama
apa yang dihasilkan tidak akurat dan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mendapatkan data atau informasi yang update sehingga
fungsi pelayanan yang sesungguhnya belum berjalan optimal. Salah
satu contoh persoalan data yang sering terjadi Provinsi Papua adalah
ketidaksesuaian data Dinas Kependudukan, Badan Pusat Statistika dan
KPU terkait jumlah penduduk pemilih tetap dalam penyelenggaraan
pesta demokrasi, sehingga selalu saja ada penggelembungan suara yang
dapat menimbulkan konflik antar masyarakat. Persoalan semacam ini
tidak perlu terjadi lagi jika sistem informasi antar organisasi pemangku
kepentingan terintegrasi.
130 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pemerintah juga telah membangun beberapa jaringan komunikasi


data (Jarkomda) antar SKPD dan Kabupaten/Kota di provinsi Papua,
yang berfungsi sebagai jaringan utama untuk sharing data Internet dan
multimedia. Jarkomda sebagai sarana Bank Data Pemerintah Daerah
(memfasilitasi adanya sebuah database data dan informasi daerah yang
berpusat, mudah akses, dan aman sesuai dengan kebutuhan daerah).
Jarkomda juga merupakan Jaringan Komunikasi Data terpadu di pusat-
pusat pemerintahan yang menghubungkan setiap SKPD ke kantor
Pusat, dapat terintegrasi ke berbagai aplikasi multimedia, antara lain:
Voip, Vicon, Presensi Online, Internet sharing, video conference, data-
data maupun multimedia lainnya antar instansi pemerintah. Namun
sejauh ini Jarkomda yang dibangun masih belum optimal terutama
dari sisi infrastruktur jaringan Internet sehingga harapannya dengan
dibangunnya jaringan kabel laut (broadband) pemerintah akan migrasi
ke jaringan menggunakan fiber optic.

A4.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Ke depan setelah infrastruktur jaringan dibangun pemerintah
berkomitmen membangun pusat data provinsi yang terintegrasi dengan
seluruh SKPD dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Data tersebut
kemudian diolah menjadi informasi yang dipublikasikan melalui
website resmi provinsi Papua (papua.go.id) secara terpusat sehingga
masyarakat dengan mudah mengakses informasi. Hal tersebut sejalan
dengan ketentuan data dan informasi melengkapi Undang-undang ITE
no 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang
sedang diusulkan draft Peraturan Pemerintah terkait Data dan Informasi
ke depan adalah sebagai berikut.
1) Setiap instansi pemerintah pusat dan daerah wajib menyediakan
data dan informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
e-Government untuk keperluan internal dan eksternal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 131

2) Setiap instansi pemerintah pusat dan daerah wajib menjamin


keamanan, kerahasiaan, keterkinian, akurasi, dan keutuhan
data dan informasi sesuai dengan standar dan ketentuan yang
dikeluarkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.
3) Struktur data yang digunakan harus mengikuti standar dan
ketentuan yang berlaku secara nasional.
4) Setiap instansi pusat wajib menyediakan standar data nasional
sesuai dengan tugas dan fungsi khusus yang melekat pada instansi
tersebut. Dalam hal ini standar data tersebut melibatkan lebih
dari satu instansi, maka diperlukan koordinasi dengan menteri
Komunikasi dan Informatika.

A5. Where (Network)

A5.1 Kondisi Saat Ini


Saat ini di lingkungan pemerintah Provinsi Papua telah tersedia
jaringan Intranet dan Internet. Namun untuk lingkungan eksternal
infrastruktur Internet belum cukup memadai, kalaupun begitu animo
masyarakat akan penggunaan Internet sangat tinggi. Hal tersebut dilihat
dari jumlah pengguna facebook melalui Handphone berkembang
pesat, selain itu warung Internet yang tersedia di kota Jayapura sering
dibanjiri para pengguna warung Internet. Untuk itu, saat ini pemerintah
terus gencar membangun jaringan telekomunikasi untuk membuka
keterisolasian informasi, di mana masyarakat yang ada di daerah
terpencil di lembah-lembah, pantai, gunung-gunung dan perkotaan
sudah mulai merasakan manfaat dari teknologi informasi. Walaupun
demikian, khusus untuk jaringan Internet di provinsi Papua secara
umum sangat minim, rata-rata menggunakan VSAT sehingga cuaca
yang ekstrim dan tidak menentu di Papua mengakibatkan perangkat
tidak berjalan optimal.
Dalam rangka konektivitas antara daerah sejauh ini Pemerintah
Provinsi Papua cukup terbantu juga oleh program pemerintah pusat
132 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

yaitu Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) atau Universal Service


Obligation (USO) dilaksanakan oleh suatu Badan Layanan Umum
(BLU) yang disebut dengan Badan Telekomunikasi dan Informasi
Pedesaan (BTIP) Kementerian Komunikasi dan Informatika. Menurut
data BP3TI Kominfo tahun 2013, program yang sudah direalisasi di
Provinsi Papua adalah Desa Dering 2,219, Desa Pintar 100, Penyediaan
Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) 227, Mobile Pusat Layanan
Internet Kecamatan (MPLIK) 50, pembangunan gateway (NIX) 1
lokasi, PLIK Sentra Produktif 24, Wifi Kabupaten 36, Telinfo Tutas
28 BTS, dan program strategis nasional yang sangat ditunggu-tunggu
semua komponen di Papua adalah masuknya jaringan Broadband di
Provinsi Papua antara tahun 2014-2015.

A5.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Mewujudkan Visi Papua Bangkit Mandiri dan Sejahtera
yang dituangkan dalam RPJMD Provinsi Papua tahun 2013-2018
dilakukan beberapa program prioritas pembangunan yaitu percepatan
pembangunan infrastruktur dan konektivitas antar kawasan, maka
sangatlah dibutuhkan instrument pembangunan komunikasi dan
informatika di Papua saat ini. Dengan melihat perkembangan zaman,
di era digital, serta tuntutan informasi yang cepat, tepat, dan akurat.
Informasi sebagai media jejaring sosial digunakan dengan mudah dan
murah, yang diakses oleh seluruh rakyat Indonesia khususnya masyarakat
di provinsi Papua sebagai kebutuhan yang harus dibangkitkan dalam
konteks pemerataan pembangunan komunikasi dan informatika.
Terdapat sejumlah permasalahan serta kendala yang ditemui seperti
tingginya nilai investasi di bidang telekomunikasi, terbatasnya pihak
ketiga yang secara ketentuan perundangan-undangan dapat bermitra
dengan pemerintah, minimnya PAD di bidang TIK, pembangunan yang
berpusat pada wilayah perkotaan sehingga informasi dan komunikasi di
pedalaman-pedalaman belum menyebar dengan baik. Untuk itu fokus
pemerintah Papua sekarang adalah membangun jaringan telekomunikasi
ke semua daerah untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 133

Kemudian penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON)


di Provinsi Papua tahun 2020 menjadi kekuatan untuk mendorong
percepatan pembangunan jaringan telekomunikasi, jaringan Internet,
sistem informasi, dan infrastruktur pendukung lainnya di Papua.
Penyelenggaraan pesta olahraga terakbar di Indonesia ini sangat
membutuhkan TIK sehingga pemerintah sedang dan akan mengeluarkan
kebijakan regulasi dan anggaran yang besar untuk membangun
infrastruktur di pusat-pusat penyelenggaraan PON.
Dukungan dari pusat adalah mendorong program MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi nasional)
2011-2025 berdasarkan PERPRES RI No. 32 tahun 2011, yang tujuannya
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur dengan mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan. Salah satu
bidang pengembangan adalah sektor Information and communication
Technology(ICT). Studi bank dunia bahwa penetrasi Broadband
10% meningkatkan ekonomi 1,38%. Untuk itu pemerintah Indonesia
menargetkan: (1) Pembangunan National Broadband Network (NBN)
pada tahun 2010-2025 realisasikan melalui pengembangan jaringan
Telkom Super Highway dan jaringan operator lain yang ada saat ini.
(2) Ditargetkan tahun 2014 sebesar 30% (19,7 juta) dari rumah tangga
atau 8% dari penduduk sudah memiliki akses Internet. (3) Komitmen
Telkom kepada pemerintah untuk membangun 13 juta homepass 88 di
EoY 2015. Khusus untuk wilayah Provinsi Papua jaringan Broadband
terealisasi antara tahun 2014-2015 sehingga pemerintah berharap dengan
adanya akses Internet yang semakin cepat, murah, dan terjangkau dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi menuju Papua Bangkit, Mandiri,
dan Sejahtera.
134 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

A6. When (Time)


A6.1 Kondisi Saat Ini
Dari sisi waktu, kendala utama yang sering dialami adalah
keterlambatan distribusi anggaran ke setiap SKPD, contohnya anggaran
tahun 2014 baru direalisasikan akhir bulan Mei. Dengan demikian,
program yang direncanakan tidak semua terealisasi hingga akhir tahun.
Selain itu kadang bermasalah pada saat tender, misalnya program yang
harus dijalankan bulan juni, namun karena tidak memenuhi syarat
dilakukan tender ulang lagi, hal-hal ini yang membuat sering terjadi
keterlambatan dalam realisasi program. Untuk itu perlu pembenahan
secara menyeluruh agar ketepatan waktu dalam penyelenggaraan
pembangunan berjalan baik, karena ketidakkonsistenan waktu
berpotensi menurunnya tingkat produktivitas pembangunan dan layanan
pemerintahan.

A6.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Menurut dokumen RPJMD target pemerintah dalam kurun
waktu 2013-2018 adalah meningkatnya jangkauan pelayanan sistem
komunikasi dan informasi antar wilayah, dan meningkatnya kualitas
pelayanan publik yang komprehensif berbasis Teknologi Informasi.
Untuk itu, pendanaan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
termasuk dalam Bidang Pembangunan Pemerintahan Umum yang
mendapatkan 18 persen dari nilai total kapasitas riil pendanaan daerah,
dengan strategi dan arah kebijakan seperti yang tertera pada Tabel 5.6.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 135

Tabel 5.6 Strategi dan Arah Kebijakan Bidang TIK Pada RPJMD 2013-201855

NO TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Misi 2: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan Berwibawa
serta Penguatan Otonomi Khusus

1 Mewujudkan Meningkatnya Reformasi Mendorong


Aparatur Kualitas Pelayanan Birokrasi dan Penerapan
Pemerintah yang Publik yang Peningkatan Teknologi
Profesional dan Komprehensif Tata Kelola Informasi
Akuntabel berbasis Teknologi Pemerintahan Pendukung
Informasi Pelaksanaan
Tata Kelola
Pemerintahan

Misi 5: Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan KonekƟvitas Antar Kawasan


dan Antar Daerah dengan Mengedepankan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

2 Meningkatkan Meningkatnya Pembangunan Peningkatan


ketersediaan konek vitas antar sarana dan aksesibilitas,
infrastruktur dan wilayah prasarana yang konek vitas dan
konek vitas antar berbasis pada komunikasi antar
wilayah dalam kebutuhan wilayah
mendukung masyarakat dan
pengembangan konek vitas antar
wilayah wilayah

Pada Tabel 5.6, maksud dari misi 2 adalah Reformasi Birokrasi


dan Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan untuk meningkatkan
konsistensi waktu distribusi anggaran dengan melakukan perbaikan
sistem manajemen penganggaran dan manajemen organisasi secara
umum agar realisasi program dapat terlaksana tepat waktu. Untuk
mewujudkan misi 2 tersebut maka pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (e-Government) multak dilakukan.
Maksud dari misi 5 adalah meningkatkan ketersediaan
infrastruktur dan konektivitas antar wilayah dalam mendukung pe-
ngembangan wilayah diwujudkan dengan meningkatkan jangkauan
pelayanan sistem komunikasi dan Informasi antar wilayah. Penyediaan
dan percepatan infrastruktur yang lebih merata dan terpadu yang
ditujukan untuk mendukung perekonomian daerah dengan prinsip

55 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


136 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Community dan Commodity Based Infrastructure, Integration dan


Sustainability. Ketiga Prinsip dan konsep dasar ini dimaksudkan bahwa
pembangunan Infrastruktur dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat di seluruh wilayah, pemacu pertumbuhan dan
pengembangan wilayah, pembentukan struktur ruang dan Interaksi antar
wilayah. Percepatan pembangunan infrastruktur makin penting jika
dilihat dari berbagai dimensi. Percepatan pertumbuhan ekonomi jelas
membutuhkan tambahan kuantitas dan perbaikan kualitas infrastruktur.
Pengembangan ekonomi tidak mungkin berhasil tanpa infrastruktur
yang memadai, mengingat biaya pemasaran makin dominan dalam
struktur biaya akhir suatu komoditas pertanian. Hingga saat ini,
walaupun pengeluaran dalam bidang infrastruktur telah ditingkatkan,
namun kesenjangan infrastruktur masih terasa, baik di wilayah ibukota
kabupaten dan kota maupun di perkampungan kawasan cepat tumbuh.
Karena itu, pembangunan infrastruktur dasar harus menjadi prioritas
dalam pembangunan ke depan.

B. Business Management Perspective/Owner

Business Management Perspective merepresentasikan perspektif


Kepala Dinas Kominfo tentang pembangunan teknologi informasi dan
komunikasi di Provinsi Papua dan pemanfaatan TIK di lingkungan
kantor Provinsi Papua. Pengambilan data melalui wawancara, kuesioner,
kajian tentang Visi/Misi, arah dan fokus kebijakan Dinas Kominfo yang
dituangkan dalam Renstra tahun 2013-2018.

B1. Why (Motivation)


B1.1 Kondisi Saat Ini
Komitmen yang kuat dari Kepala Dinas Kominfo untuk
pengembangan e-Government tercermin dalam Visi Dinas Kominfo
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 137

tahun 2013-2018. Hal ini tidak terlepas dari komitmen dan dukungan
Gubernur Provinsi Papua, di mana pada tahun 2013 dibentuklah
Dinas Kominfo. Awalnya unit organisasi ini sebatas badan yang
bertugas mengelola data dan informasi lingkungan organisasi Provinsi
Papua sehingga kewenangannya sangat terbatas. Salah satu contoh,
sebelum terbentuk Dinas Kominfo belum pernah ada kerja sama atau
diterima oleh Kementerian Kominfo sebagai perpanjangan tangan
pemerintah pusat, sehingga program-program pusat yang dibangun di
Provinsi Papua tidak melalui dinas ini. Oleh karena itu, Kepala Dinas
Kominfo berkoordinasi dengan Kementerian Kominfo dan disepakati
terbentuknya Dinas Kominfo pada tahun 2013, yang diikuti oleh
kabupaten/kota di Provinsi Papua.
Komitmen atas pengembangan e-Government terbukti tahun
2014 telah membangun Sistem Informasi Perjalanan Dinas Berbasis
Web, mulai tahun 2015 seluruh Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua diharuskan menggunakan
sistem ini. Dengan adanya sistem tersebut para SKPD dapat mengirim
pertanggungjawaban perjalanan Dinas kapan saja dan di mana saja
selama terhubung dengan jaringan Internet. Sistem aplikasi ini
dilengkapi dengan seperangkat komputer yang terakses ke dalam satu
jaringan komunikasi data yang server-nya terletak di dinas Kominfo
Papua dan dapat diakses secara online.
Walaupun adanya komitmen atau motivasi yang kuat dalam
pengembangan e-Government tapi berdasarkan kajian dokumen Renstra
Kominfo tahun 2013-2018 belum menemukan arah pengembangan
e-Government yang baik dari sisi perencanaan, sehingga implementasi
program beberapa tahun berjalan ini masih parsial dan tidak dibarengi
dengan sistem manajemen dan proses kerja yang efektif karena belum
siapnya peraturan, prosedur, dan keterbatasan sumber daya manusia.
Belum mapannya strategi serta tidak memadainya anggaran yang
dialokasikan untuk pengembangan e-Government pada masing-masing
instansi juga akan menjadi kendala. Selain itu, selama ini instansi
membangun aplikasi secara sendiri-sendiri, dengan demikian sejumlah
138 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

faktor seperti standarisasi, keamanan informasi, otentikasi, dan berbagai


aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar sistem
informasi secara andal, aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan
sistem manajemen dan proses kerja pada instansi pemerintah ke dalam
pelayanan publik yang terpadu, kurang mendapatkan perhatian sehingga
sistem tidak berjalan optimal.

B1.2 Sasaran Pengembangan Ke Depan Dinas Kominfo


a. Visi
Dalam merealisasi Visi dan Misi Gubernur Papua tahun 2013-
2018 “Papua Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera”, maka Dinas Komunikasi
Dan Informatika (Diskominfo) mempunyai Visi, yaitu56:
“Terwujudnya Papua Informatif menuju e-Government
serta masyarakat berbudaya informasi melalui Penyelenggaraan
Komunikasi dan Informasi yang Efektif dan Efisien”.
Untuk memahami lebih mendalam dari Visi tersebut dapat
dijabarkan, sebagai berikut.
1) “Papua Informatif menuju e-Government” adalah tersedianya
informasi yang terkini, populer, komprehensif tentang Papua
yang dapat diakses secara cepat dengan biaya yang sangat murah.
Informasi akan disajikan dalam situs/website milik Pemda
Papua sebagai inisiatif awal untuk melaksanakan tata kelola
pemerintahan yang bersih, transparan dan bertanggung jawab
sehingga pada akhirnya mendorong pelaksanaan pemerintah
yang baik (Good Governance).
2) “Masyarakat berbudaya Informasi” adalah suatu karakteristik
daerah Papua yang bercirikan antara lain sudah menyadari,
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan
memanfaatkan serta menyebarkan informasi, dan menjadikan
informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat.

56 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua 2013-2018


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 139

3) “Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


berkelanjutan” diartikan sebagai pengembangan sarana TIK,
yang terus-menerus secara bertahap dari tahun-tahun sebelumnya
dalam rangka menyesuaikan perubahan kebutuhan masyarakat
yang dilayaninya.

b. Misi

Untuk mewujudkan Visi tersebut maka Misi Dinas Komunikasi


dan Informatika (Diskominfo) mengacu juga pada visi dan misi
Gubernur Papua 2013-2018 dapat dirumuskan sebagai berikut57.
1) Mengoptimalkan Pengelolaan Pos dan Telekomunikasi
Tujuan dan Sasarannya adalah:
a) Tersedianya instrument penyelenggaraan pos dan
telekomunikasi.
b) Meningkatnya Pengelolaan Pembinaan Penyelenggaraan
Pos dan Telekomunikasi.
c) Terwujudnya infrastruktur pendukung Penyelenggaraan
Pos dan Telekomunikasi.
2) Mewujudkan layanan online dalam penyelenggaraan pemerintah-
an berbasis teknologi informasi an komunikasi.
Tujuan dan Sasarannya adalah:
a) Tersedianya instrumen perencanaan dan pengendalian
telematika di Provinsi Papua.
b) Terlaksananya pembinaan teknologi informasi dan
komunikasi bagi sumberdaya aparatur dan kelompok
masyarakat melalui bimbingan teknis dan pengenalan
Internet.
c) Tersedianya aplikasi pendukung e-Government.
3) Mengoptimalkan media penyiaran dan Pemanfaatan teknologi
komunikasi sebagai pendukung desiminasi informasi.
Tujuan dan Sasarannya adalah:

57 Dokumen Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua 2013-2018


140 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

a) Tersedianya standarisasi media dan usaha penyiaran di


lingkup provinsi Papua.
b) Terwujudnya peran media dalam penyebaran informasi
secara objektif dan bertanggung jawab.
c) Tersedianya teknologi komunikasi untuk desimilasi
informasi.
4) Mewujudkan layanan informasi publik yang efektif, efisien, dan
meningkatkan daya saing.
Tujuan dan Sasarannya adalah:
a) Meningkatnya koordinasi antara PPID ditingkat SKPD di
lingkungan pemerintah provinsi Papua maupun seluruh
pemerintah kabupaten/kota se-Papua dalam mewujudkan
Layanan Informasi Publik
b) Terselenggaranya Layanan Informasi Publik yang dapat
meningkatkan daya saing daerah

B2. How (Function)

B2.1 Kondisi Saat Ini


Pemerintah Provinsi Papua telah membangun berbagai aplikasi
atau sistem informasi untuk menunjang aktivitas pemerintahan. Berikut
adalah Sistem Informasi yang telah diterapkan di lingkungan pemerintah
Provinsi Papua.
a. Situs Resmi Provinsi Papua
Memuat profil provinsi Papua secara umum, profil SKPD
dan kabupaten/kota
b. Presensi Digital
Sistem tersebut bertujuan untuk meningkatkan disiplin
aparatur pemerintah dalam rangka peningkatan produktivitas
kerja dan pelayanan yang maksimal, karena sebelum adanya
Sistem Presensi Digital banyak aparatur sering datang terlambat
ke kantor ataupun bolos, tetapi ketika adanya sistem ini aparatur
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 141

lebih disiplin lagi karena sistem tersebut memudahkan para


pimpinan dari setiap SKPD untuk mengontrol aparaturnya.
Manfaat lain dari sistem ini adalah pembayaran tunjangan dan
kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan laporan tingkat keaktifan
yang diambil dari Presensi Digital.
c. Sistem Informasi Monitoring dan Pengendalian APBD
Sistem informasi berbasis web ini dapat menginformasikan
realisasi fisik dan keuangan setiap SKPD. Melalui Sistem
Informasi tersebut publik dapat mengikuti perkembangan realisasi
anggaran dari setiap SKPD, yang juga digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan gubernur.
d. Sistem informasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Sistem tersebut digunakan untuk mendistribusikan data
Rencana Strategis dari setiap SKPD, yang nantinya menjadi
acuan dalam pembuatan dokumen perencanaan di Bappeda.
e. Pengadaan Barang (LPSE)
LPSE merupakan unit yang dibentuk oleh sebuah instansi
untuk mengoperasikan sistem e-procurement. Pada awalnya
LPSE hanya sebagai tim ad hoc yang dibentuk oleh kepala instansi
(Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati). Pada perkembangan
selanjutnya, sebagian instansi telah mendirikan LPSE secara
struktural. Pada proses pengadaan LPSE hanya sebagai fasilitator
yang tidak ikut dalam proses pengadaan. Pelaksanaan proses
pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh panitia pengadaan atau
Unit Layanan Pengadaan/ULP, namun saat ini di Provinsi Papua
LPSE dan ULP masih berdiri sendiri-sendiri. Pengadaan barang
secara elektronik di Provinsi Papua mulai tahun 2013, namun
banyak pengusaha Asli Papua mengalami kesulitan karena
belum menguasai TIK. Untuk itu, pemerintah juga memfasilitasi
Pengusaha Asli Papua mengikuti pelatihan TIK di Labarotorium
Komputer Dinas Kominfo, dan saat ini ada beberapa pengusaha
yang turut dalam proses lelang di LPSE.
142 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

f. Website BPS Papua


Menerbitkan Data Statistik Provinsi Papua (Papua
Dalam Angka) secara umum melalui website yang bisa diakses
oleh kalangan umum. Tentunya memudahkan para pengambil
kebijakan untuk merumuskan strategi pembangunan.
g. Website Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Papua
Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan kewenangan di
bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah agar lebih terarah
dan terfokus kepada hasil yang akan dicapai, sesuai dengan
Tupoksi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
Papua sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 11 Tahun 2008,
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Papua
bertugas membantu Gubernur Papua dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Provinsi dalam urusan pengelolaan keuangan dan
aset daerah. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan transparansi
penerimaan dan penggunaan anggaran se-provinsi Papua maka
badan terkait selalu mempublikasikan dokumen keuangan,
antara lain: RAPBD Provinsi dan ABPD, hasil Evaluasi APBD
Kabupaten Kota, dan pengalokasian Dana Otonomi Khusus
berdasarkan periodesasi dan pola pengalokasiannya. Dengan
adanya website tersebut tentunya sangat bermanfaat bagi
publik dalam mengawal proses pembangunan. Papua selama
ini mendapat sorotan publik dari semua masyarakat Indonesia
karena mendapatkan porsi anggaran yang besar namun hasil
pembangunan tidak sebanding dengan jumlah yang dianggarkan,
sehingga melalui fasilitas yang tersedia ini tentunya menjadi
bahan analisa publik yang nanti memberikan masukan-masukan
berarti dalam pembangunan daerah.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 143

B2.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Sasaran pengembangan Sistem Informasi Pemerintahan merujuk
pada Kerangka Fungsional yang tetapkan oleh Kementerian Kominfo.
Kerangka Fungsional Sistem Kepemerintahan yang ditetapkan ada
7 aspek yaitu: (1) Fungsi Pelayanan, (2) Fungsi Administrasi dan
Manajemen, (3) Fungsi Legislasi, (4) Fungsi Pembangunan, (5) Fungsi
Keuangan, (6) Fungsi Kepegawaian, (7) Fungsi Dinas dan Lembaga.
Gambaran Kerangka Fungsional Sistem Kepemerintahan seperti
Gambar 5.6 dan Gambar 5.7.

Gambar 5.6 Blok Fungsi Dasar Umum58

58 Dokumen Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua 2013-2018


144 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Gambar 5.7 Blok Fungsi Kedinasan dan Kelembagaan

Mengacu pada Gambar 5.6 dan Gambar 5.7 untuk mempermudah


identifikasi dan klasifikasi fungsi kepemerintahan dalam pengembangan
Sistem Informasi, dibuatkan taksonomi untuk setiap Blok Fungsi, Sub
Blok Fungsi dan Modul, sebagai berikut.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 145

Tabel 5.7 Taksonomi Blok dan Sub Blok Fungsi

NO Blok Fungsi Sub Blok Fungsi Modul

11 Pelayanan 1. Kependudukan
2. Perpajakan & Retribusi
1 3. Penda aran &Perizinan
4. Bisnis & Investasi
5. Pengaduan Masyarakat
6. Publikasi Info Umum &
Kepemerintahan

2 Administrasi & 1. Surat Elektronik


Manajemen 2. Sistem Dokumentasi
3. Sistem Pendukung Keputusan
4. Kolaborasi & Koordinasi
5. Manajemen Pelaporan
Pemerintahan

3 Legislasi 1. Sistem Administrasi DPRP


2. Sistem Pemilu Daerah
3. Katalog Hukum, Peraturan &
dan Perundangan

4 Pembangunan 1. Sistem Data Pembangunan


2. Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah
3. Sistem Pengadaan Barang dan
Jasa
4. Sistem Evaluasi & Informasi
Hasil Pembangunan

5 Keuangan 1. Sistem Anggaran


2. Sistem Kas dan Perbendaharaan
3. Sistem Akuntasi Daerah

6 Kepegawaian 1. Pengadaan PNS


2. Sistem Mutasi Pegawai
3. Sistem Presensi
4. Sistem Penggajian
5. Sistem Pendidikan & Pela han

7 Dinas dan Lembaga Kepemerintahan 1. Sistem Pengelolaan Aset Daerah


2. Katalog Aset Daerah
3. Pengeloaan pendapatan daerah
4. Pengelolaan Perusahaan Daerah
146 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

NO Blok Fungsi Sub Blok Fungsi Modul

Kewilayahan 1. Sistem Tata Ruang Daerah


2. Sistem Lingkungan Hidup
3. Sistem Potensi Daerah
4. Sistem Pertanian, Perikanan &
Peternakan
5. Sistem Pertambangan & Energi
6. Sistem pariwisata & Budaya
7. Sistem Pemuda & Olahraga
8. Sistem Koperasi & UKM

Kemasyarakatan 1. Sistem Kesehatan


2. Sistem Pendidikan
3. Sistem Ketenagakerjaan
4. Sistem Industri & Perdagangan
5. Jaringan Pengamanan Sosial

Sarana & 1. Sistem Transportasi


Prasarana 2. Sistem Jalan dan Jembatan
3. Sistem Terminal dan Pelabuhan
4. Sistem Sarana Umum

Aplikasi atau Sistem Informasi yang direkomendasikan


Kementerian Kominfo, seperti pada Gambar 5.6 dan Gambar 5.7
yang dijelaskan pada Tabel 5.7 Taksonomi Blok dan Sub Blok Fungsi,
sejauh ini belum benar-benar diterjemahkan oleh pemerintah tingkat
bawah, termasuk pemerintah Provinsi Papua. Untuk itu, dalam
proses perencanaan dan pengembangan kedepan perlu mengacu pada
rekomendasi tersebut dan menambahkan aplikasi atau sistem informasi
baru sesuai dengan kebutuhan daerah, seperti pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Padanan SI yang sudah ada di Pemerintah Provinsi Papua
dengan Framework E-Gov dari Kemkominfo

Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI

Fungsi Dasar Pelayanan Kependudukan - Sistem Informasi Dinas Penda aran Masyarakat, Kelurahan
Umum Administrasi Penduduk, Kecamatan sebagai perpanjangan
Kependudukan (SIAK) tangan dari kecamatan

Perpajakan & - SIM Pajak & Retribusi Dinas Pendapatan Masyarakat, Instansi
Retribusi Daerah yang mengurusi Pajak
dan Retribusi seper
Retribusi kebersihan
(DKLH), Pengambil
Kebijakan

Penda aran & - SIM Penda aran & Kantor Pelayanan Masyarakat, Kalangan
Perizinan Perizinan Terpadu Bisnis, Pengambil
Kebijakan

Bisnis & Investasi - SIM Penanaman Modal/ Kantor Pelayanan Masyarakat, Kalangan
Investasi Terpadu Bisnis, Pengambil
Kebijakan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pengaduan - SIM Pengaduan dan Bagian Humas Masyarakat, Pengambil


Masyarakat Keluhan Masyarakat Kebijakan, Instansi yang
menangani masalah
terkait
147
Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI
148

Publikasi Info Website Sistem yang ada Pengembangan hos ng Seluruh elemen
Umum & dikembangkan lagi pemerintahan,
Kepemerintahan sesuai dengan situasi masyarakat dan bisnis
dan kondisi

Administrasi & Surat Elektronik - SIM Surat/Kantor Maya KPPDI Seluruh Instansi
Manajemen

Sistem - SIM Dokumentasi Bagian Humas, Kantor Seluruh Instansi


Dokumentasi Arsip

Sistem Pendukung - SIM Ekseku f KPPDI Pengambil Kebijakan


Keputusan

Kolaborasi & - SIM Kolaborasi dan Badan Perencanaan Seluruh Instansi


Koordinasi Kordinasi Pembangunan Kota

Manajemen - SIM Pelaporan dan KPPDI Seluruh Instansi


Pelaporan pemerintahan
Pemerintahan

Legalisasi Sistem - SIM Administrasi DPRP Sekertaris Sekwan Sekertaris Dewan


Administrasi DPRP

Sistem Pemilu - SIM Pilkada Komisi Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Daerah
Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI

Katalog Hukum, - SIM Hukum Bagian hukum Seluruh elemen


Peraturan & dan pemerintahan,
Perundangan masyarakat dan bisnis

Pembangunan Sistem Data - SIM Data Pembangunan Bagian Pembangunan Pengambil Kebijakan
Pembangunan dan Seluruh Instansi

Sistem Sistem Sistem yang ada Badan perencanaan Seluruh Instansi


Perencanaan Perencanaan dikembangkan lagi pembangunan Kota
Pembangunan Pembangunan sesuai dengan
Daerah Daerah
(SIMPEDA)

Sistem Pengadaan - E-Procurement Bagian Perlengkapan Seluruh Instansi dan


Barang dan Jasa kalangan Bisnis

Sistem Evaluasi - SIM Evaluasi & Informasi Bagian pembangunan, Seluruh Instansi
& Informasi Hasil Hasil Pembangunan Badan Perencanaan
Pembangunan Pembangunan

Keuangan Sistem Anggaran Sistem Akuntasi Sistem yang ada Bagian Keuangan Seluruh Instansi dan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Keuangan Daerah dikembangkan lagi Pengambil Kebijakan


(SAKD 1234) sesuai dengan situasi
dan kondisi

Sistem Kas dan SIM Kas dan Bagian Kas Daerah Bagian Kas Daerah dan
Perbendaharaan Perbendaharaan Pengambil Kebijakan
149
Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI
150

Sistem Akuntasi Sistem Akuntasi Sistem yang ada Bagian Keuangan Seluruh Instansi dan
Daerah Keuangan Daerah dikembangkan lagi Pengambil Kebijakan
(SAKD 1234) sesuai dengan situasi
dan kondisi

Sistem Informasi Sistem yang ada Bagian Keuangan Seluruh Instansi dan
Monitoring dan dikembangkan lagi Pengambil Kebijakan
Pengendalian sesuai dengan situasi
APBD (TP2K) dan kondisi

Sistem Informasi Sistem yang ada Bagian Keuangan Seluruh Instansi dan
Perjananan Dinas dikembangkan lagi Pengambil Kebijakan
(SPPD) sesuai dengan situasi
dan kondisi

Kepegawaian Pengadaan PNS Modul SIMPEG Bagian Kepegawaian Bagian Kepegawaian

Sistem Mutasi Sistem Informasi Sistem yang ada Bagian Kepegawaian Bagian Kepegawaian
Pegawai Manajemen dikembangkan lagi
Kepegawaian sesuai dengan situasi
(SIMPEG) dan kondisi

Sistem Presensi Sistem Informasi Modul SIMPEG Bagian Kepegawaian Bagian Kepegawaian
Presensi Elektronik
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Sistem Penggajian - Modul SIMPEG Bagian Keuangan Bagian Kepegawaian

Sistem Pendidikan - Modul SIMPEG Bagian Kepegawaian Bagian Kepegawaian


& Pela han
Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI

Sistem Penilaian - Modul SIMPEG Bagian Kepegawaian Bagian Kepegawaian


Kinerja Pegawai

Fungsi Kepemerintahan Sistem Pengelolaan Sistem Informasi Sistem yang ada Bagian Perlengkapan Seluruh Instansi,
Kedinasan dan Aset Daerah Manajemen dikembangkan lagi Pengambil Kebijakan
kelembagaan Barang dan Aset sesuai dengan situasi
Daerah (SIMBADA) dan kondisi

Katalog Aset Sistem Informasi Sistem yang ada Bagian Perlengkapan Seluruh Instansi,
Daerah Manajemen dikembangkan lagi Pengambil Kebijakan
Barang dan Aset sesuai dengan situasi
Daerah (SIMBADA) dan kondisi

Pengeloaan SIM Pengeloaan Dinas Pendapatan Seluruh Instansi,


pendapatan pendapatan daerah Daerah Pengambil Kebijakan
daerah

Pengelolaan SIM BUMD BUMD (PDAM, Listrik, BUMD, Pengambil


Perusahaan dsb) Kebijakan
Daerah
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Sistem Tata Ruang GIS (Geografic Badan Perencanaan Badan Perencanaan


Daerah Informa on System) Pembangunan Pembangunan,
Pengambil Kebijakan

Sistem Lingkungan SIM Lingkungan Hidup Badan Pengelolaan Badan Pengelolaan


Hidup Dampak Lingkungan Dampak Lingkungan,
Pengambil Kebijakan
151
Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI
152

Sistem Potensi SIM Potensi Daerah Badan Perencanaan Badan Perencanaan


Daerah Pembangunan Pembangunan,
Pengambil Kebijakan

Sistem Pertanian, SIM Pertanian, Dinas Pertanian Dinas Pertanian


Perikanan & Perikanan & Peternakan
Peternakan

Sistem - SIM Pertambangan & Dinas Perdangan & Dinas Perdangan &
Pertambangan & Energi Perindustrian Perindustrian
Energi

Sistem pariwisata SIM pariwisata & Dinas Pariwisata Dinas Pariwisata


& Budaya Budaya

Sistem Pemuda & SIM Pemuda & Olahraga Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan,
Olahraga Pemuda & Olahraga Pemuda & Olahraga

Sistem Koperasi SIM Koperasi & UKM Dinas Koperasi & Usaha Dinas Koperasi & Usaha
& UKM Kecil Menengah Kecil Menengah

Kemasyarakatan Sistem Kesehatan SIM Kesehatan Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan,


Puskesmas Puskesmas

Sistem Pendidikan SIM Pendidikan Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan,


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pemuda & Olahraga Pemuda & Olahraga

Sistem SIM Ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan Dinas Ketenagakerjaan


Ketenagakerjaan
Blok Urusan SI Kemkominfo SI Provinsi Papua SI di Masa Depan Letak Database Server Pengguna Aplikasi SI

Sistem Industri & SIM Industri & Dinas Perindustrian dan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Perdagangan Perdagangan Perdagangan

Jaringan SIM BLT (Bantuan Badan Pemberdayaan Badan Pemberdayaan


Pengamanan Sosial Langsung Tunai) Masyarakat dan Masyarakat dan
Keluarga Berencana Keluarga Berencana

Sarana & Sistem Transportasi SIM Transportasi Dinas Perhubungan Dinas Perhubungan
Prasarana

Sistem Jalan dan SIM Jalan dan Jembatan Dinas Pemukiman Dinas Pemukiman
Jembatan Prasarana Wilayah Prasarana Wilayah

Sistem Terminal SIM Terminal dan Dinas Perhubungan Dinas Perhubungan


dan Pelabuhan Pelabuhan

Sistem Sarana SIM Sarana Umum Dinas Pemukiman Dinas Pemukiman


Umum Prasarana Wilayah Prasarana Wilayah

Keterangan:
Pengambil Kebijakan adalah Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis
153
154 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pada Tabel 5.8 dipetakan sistem yang sudah ada dan Sistem
Informasi masa depan yang disesuaikan dengan rekomendasi Framework
e-Government dari Kementerian Kominfo, kemudian diusulkan letak
Database Server aplikasi nantinya. Berdasarkan pemetaan, sistem
yang sudah ada di Provinsi Papua adalah sebagai berikut: Website,
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SIMPEDA, Sistem
Akuntasi Keuangan Daerah (SAKD), Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMPEG), Sistem Informasi Presensi Elektronik,
Sistem Informasi Manajemen Barang dan Aset Daerah (SIMBADA)
dan Sistem Informasi Monitoring dan Pengendalian APBD (TP2K) dan
Sistem Informasi Perjananan Dinas (SPPD). Sistem yang ada tersebut
perlu dikembangkan atau disempurnakan lagi berdasarkan rekomendasi
Kementerian Kominfo. Dengan demikian, proses pengembangan lebih
tersistematis dan terpadu.

B3. Who (People)

B3.1 Kondisi Saat Ini


1. Susunan Organisasi
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 12 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Papua.
Susunan Organisasi terdiri atas:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri atas
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
3. Bidang Pos dan Telekomunikasi, terdiri atas:
a. Seksi Pos
b. Seksi Telekomunikasi
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 155

c. Seksi Pengawasan Standar Teknik Pos dan Tele-


komunikasi
4. Bidang Aplikasi Telematika, terdiri atas:
a. Seksi Pengembangan Aplikasi
b. Seksi Sistem Informasi
c. Seksi Kemitraan Telematika
5. Bidang Sarana Komunikasi dan Desiminasi Informasi, terdiri
atas:
a. Seksi Standarisasi Penyiaran dan Media
b. Seksi Usaha Penyiaran
c. Seksi Sarana Teknologi Komunikasi
6. Bidang Informasi Publik, terdiri atas
a. Seksi Informasi Politik, Hukum, dan Keamanan
b. Seksi Informasi Kesejahteraan Rakyat dan Perekonomian
c. Seksi Pengelolaan Pendapat Umum
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas
8. Kelompok Jabatan Fungsional
156 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Gambar 5.8 Struktur Organisasi59

Gambar 5.8 adalah kelembagaan di lingkungan Dinas Kominfo.


Kelembagaan tersebut baru dibentuk pada tahun 2013 sehingga tugas
dan fungsi kerja dari masing-masing unit belum berjalan optimal, hal
tersebut diakui oleh kepala-kepala unit organisasi saat diwawancarai.
Terkait dengan pengembangan e-Government ke depan, dari sisi
kelembagaan memang belum menunjukkan arah pengembangan
e-Government, terutama dari sisi kelembagaan teknis pengelolaan dan
pengembangan TIK dan kesiapan sumber daya manusia. Untuk itu
perlu dilakukan transformasi kelembagaan dari level atas hingga level
bawah, yakni dibentuknya Government Chief Information Officer dan
pengembangan SDM yang terpadu dan berkelanjutan.

59 Blueprint Aplikasi e-Government, Jakarta: Kementerian Kominfo, 2004


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 157

1. Sumber Daya SKPD

Susunan kepegawaian sumber daya manusia aparatur di Dinas


Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berjumlah 88 (delapan puluh
delapan) orang dengan kekuatan personil sebagai berikut60.

a. Berdasarkan Kepangkatan/Golongan
Golongan IV : 8 orang
Golongan III : 54 orang
Golongan II : 26 orang

b. Berdasarkan Pendidikan
Pascasarjana/S2 : 13 orang
Sarjana/S1 : 35 orang
Sarjana Muda/D3 : 8 orang
SLTA : 31 orang
SD : 1 orang

c. Berdasarkan Masa Kerja


Lebih dari 20 tahun : 20 orang
10 s/d 20 Tahun : 28 orang
Kurang dari 10 Tahun : 40 orang

d. Berdasarkan Usia
Di atas 45 Tahun : 36 orang
35 s/d 45 Tahun : 26 orang
Di bawah 35 tahun : 26 orang

Dari keseluruhan Personal Aparatur Dinas Kominfo, telah


mengikuti Pendidikan dan Pelatihan sesuai dengan pangkat dan tingkat
eselon, sebagai berikut61.
a. Diklat Penjenjangan: 24 orang
b. Diklat Teknis Manajemen Perencanaan Pembangunan: 4 orang
c. Diklat Administrasi: 20 orang
d. Diklat Teknis dan Fungsional Lainnya: 40 orang

60 Dokumen Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua 2013-2018


61 Dokumen Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua 2013-2018
158 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Persoalan mendasar di lingkungan pemerintah Provinsi Papua


khususnya di Dinas Kominfo adalah terbatasnya SDM pengelolaan
teknologi informasi dan komunikasi sekalipun telah secara intensif
dilakukan pelatihan terhadap SDM yang ada, banyaknya jumlah
satu kerja yang ada serta beban pekerjaan yang cukup tinggi dalam
pengembangan dan penerapan teknologi informasi membuat tenaga
terampil yang ada masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
saat ini. Penempatan dan pengembangan SDM secara umum belum
direncanakan secara baik. Keterbatasan tenaga yang ada, sementara
dari sisi lain masih cukup banyak pos-pos jabatan atau kegiatan yang
masih lowong, membuat penempatan staf dilakukan berdasarkan
kebutuhan insidentil. Kondisi ini pada akhirnya menyulitkan dalam
melakukan perencanaan SDM karena tenaga yang menempati posisi
kadangkala bukan yang memiliki kompetensi sesuai dengan tugas
dan tanggung jawabnya. Penempatan SDM di beberapa satuan kerja
seringkali tidak sesuai dengan bidang kerjanya. Terkadang mutasi
pegawai tidak disesuaikan dengan kualifikasi tempat kerjanya. Hal ini
membuat learning-curve SDM bersangkutan relatif lama dan cenderung
menghambat proses kerja di lingkungan tempat dia berada. Sekalipun
penerapan sebuah teknologi tinggi disertai dengan pelatihannya,
namun pelatihan cenderung sebatas kemampuan operator. Transfer
pengetahuan yang sangat terbatas akhirnya cenderung menciptakan
masalah, yakni timbulnya ketergantungan yang sangat besar kepada
vendor dan kesulitan bagi tim internal untuk mengembangkannya lebih
lanjut pada saat terjadi perubahan sesuai dengan tuntutan zamannya.

B3.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Kurang lebih ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
sasaran pengembangan ke depan adalah penataan kelembagaan di
bidang e-Government ditingkat SKPD, membentuk badan GCIO dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
TIK. Pada perspektif ini diusulkan pembentukan kelembagaan unit
organisasi teknis pengelolaan dan pengembangan e-Government.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 159

Gambar 5.9 Struktur Organsisasi Satuan Kerja Pengelola TIK

Gambar 5.9 adalah struktur organisasi unit pengelola TIK yang


dikoordinir oleh seorang Government Chief Information Officer atau
IT Manager. Unit organisasi ini bertanggung jawab secara teknis dalam
pengelolaan dan pengembangan sistem informasi. Untuk itu, orang yang
ditempatkan di unit ini adalah orang-orang yang dibekali dengan segala
kompetensi teknis di bidang software, hardware, analisis sistem dan
jaringan. Direkomendasikan unit ini bagian dari Dinas Komunikasi dan
Informatika (Diskominfo). Kompetensi yang diharapkan dari masing-
masing bidang, tertera pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Tugas Pokok dan Kompetensinya
160

NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi

1 IT Manager 1. Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan 1. Kemampuan dasar TIK


(Government Chief inisia f TIK lingkungan Pemerintahan Provinsi 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
Informa on Officer) Papua informasi.
2. Memahami dan mentaa implementasi 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
e-Government sesuai dengan peraturan 4. Kemampuan mengenal dan mempelajari kecenderungan
perundangan dan kebijakan yang berlaku perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di
3. Mensinergikan dan mengintegrasikan rencana TIK masa mendatang dan dampaknya terhadap lembaga
provinsi yang mengakomodir kepen ngan seluruh pemerintahan.
satuan kerja. 5. Kemampuan membentuk struktur organisasi dengan
4. Melalukan review atas evaluasi berkala perangkat perlengkapannya agar proses manajemen
implementasi TIK, untuk memas kan keselarasan e-Government dapat berjalan dengan baik
dengan rencana semula. 6. Kemampuan memahami dan menaa implementasi
5. Bertanggung jawab atas implementasi sistem e-Government sesuai dengan peraturan perundang-
TIK, sesuai dengan spesifikasi kebutuhan yang undangan dan kebijakan yang berlaku.
diberikan oleh satuan kerja pemilik proses kerja. 7. Kemampuan komunikasi dan hubungan interpersonal
6. Bertanggung jawab atas keberlangsungan dan 8. Kemampuan mengelola proyek e-Government sesuai
kualitas aspek teknis sistem TIK dalam tahap dengan konsep dan prosedur yang baku.
operasional 9. Kemampuan memahami dan menjamin kualitas
7. Bertanggung jawab atas pemeliharaan aset-aset implementasi se ap e-Government yang ada.
TIK Provinsi 10. Kemampuan sekuri TIK
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

8. Mengkoordinasi pelaksanaan inisia f TIK dengan


GCIO Kabupaten/Kota lingkup Provinsi.
9. Bertanggung jawab atas pendefinisian kebutuhan
dalam implementasi inisia f TIK
NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi

10. Memberikan masukan atas implementasi TIK


khususnya operasional sistem TIK.
11. Membuat perencanaan strategis TIK.
12. Membuat kebijakan TIK organisasi.
13. Menentukan arsitektur informasi.
14. Mengan sipasi perkembangan teknologi.
15. Membentuk struktur organisasi dengan perangkat
perlengkapannya.
16. Membuat perencanaan manajemen informasi.
17. Mengkomunikasikan arah dan tujuan organisasi.
18. Mengelola SDM, termasuk pendidikan dan
pela han kepada pihak yang terlibat.
19. Memahami dan menaa implementasi
e-Government sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku.
20. Mengelola perubahan.
21. Membangun jaringan dengan TIK suppliers.
22. Mengelola layanan berdasarkan standar kualitas
yang ditetapkan.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

23. Mengelola kualitas secara keseluruhan.


161
NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi
162

2 Applica on 1. Mengadakan dan merawat perangkat lunak yang 1. Kemampuan dasar TIK
Devolepment/Support sesuai dengan kebutuhan. 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
2. Mengelola proyek-proyek pengembangan aplikasi, informasi
baik insource maupun outsource 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
3. Mengelola System Analyst dan Programmer yang 4. Kemampuan pengadaan dan perawatan perangkat lunak
mengembangkan (feasibility study, requirement 5. Kemampuan mengelola proyek pengembangan aplikasi
gathering, mendesain, mengimplementasi), sesuai dengan konsep dan prosedur yang baku
menginstal, menguji (tesi ng), mengkaji(review), 6. Kemampuan memahami dan menjamin kualitas aplikasi
dan merawat aplikasi. 7. Kemampuan perawatan infrstruktur teknologi informasi
4. Membantu perawatan infrastruktur teknologi dan komunikasi
informasi dan komunikasi. 8. Kemampuan menginstall sistem
5. Mengembangkan dan meng-update prosedur. 9. Kemampuan mengelola perubahan
6. Membantu dan memberi saran kepada pengguna. 10. Kemampuan sekuri TIK
7. Ikut mengelola perubahan
8. Membantu mengiden fikasi solusi otomasi.
9. Ikut menentukan rencana strategis TIK, arsitektur
informasi, dan an sipasi perkembangan teknologi.

3 Applica on-System 1. Memfasilitasi pengembangan sistem informasi dan 1. Kemampuan dasar TIK
Analyst aplikasi komputer 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
2. Mempelajari permasalahan-permasalahan dan informasi
kebutuhan-kebutuhan organisasi. 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

3. Memberikan rekomendasi bagaimana sumber 4. Kemampuan menganalisis, merancang sistem informasi


daya informasi dapat meningkatkan kinerja dan aplikasi komputer.
organisasi. 5. Kemampuan mengiden fikasi permasalahan dan
kebutuhan organisasi (requirements gathering skills)
6. Kemampuan sekuri TIK
NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi

4 Applica on- 1. Mengembangkan aplikasi komputer 1. Kemampuan dasar TIK


Programmer 2. Melakukan pengujian terhadap aplikasi. 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
informasi
3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Kemampuan pemrograman dan struktur data
5. Kemampuan membuat perencanaan tes ng dan melakukan
tes ng
6. Kemampuan sekuri TIK

5 Koordinator Data 1. Membuat arsitektur data 1. Kemampuan dasar TIK


2. Mengelola data 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
3. Ikut menentukan rencana strategis TIK, arsitektur informasi
informasi, dan an sipasi perkembangan teknologi. 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Kemampuan membuat arsitektur data dan manajemen
data
5. Kemampuan Sekuri TIK

6 Database Administrator 1. Membuat rancangan basis data dan data defini on 1. Kemampuan dasar TIK
2. Ikut mengamankan basisdata. 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
3. Melakukan perawatan data. informasi
4. Memonitor penggunaan basisdata dan sta s k 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan.
kinerja. 4. Kemampuan membuat rancangan basisdata dan data
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

5. Melakukan perfomance tuning. defini on


6. Ikut dalam penentuan dan prosedur backup and 5. Kemampuan manajemen data
recovery dan implementasinya. 6. Kemampuan dan pemahaman terhadap backup and
7. Membantu programmer terutama mengenai data recovery
dan strukturnya. 7. Kemampuan sekuri TIK
163
NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi
164

7 Koordinator Technical 1. Menjamin adanya layanan yang 1. Kemampuan dasar TIK


Support berkesinambungan 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
2. Mengelola konfigurasi informasi
3. Memonitor proses-proses dan penggunaan sistem 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Mengelola kinerja dan kapasitas 4. Kemampuan manajemen investasi TIK
5. Mengelola fasilitas-fasilitas 5. Kemampuan dan pemahaman mengenai help desk
6. Mengelola Network Administrator, System 6. Kemampuan troubleshoo ng dan problem solu on
Administrator dan lain-lainnya yang merawat 7. Kemampuan sekuri TIK
sistem.
7. Menyediakan help desk yang membantu dan
memberi saran kepada pengguna.
8. Mengelola permasalahan-permasalahan dan
insiden.
9. Ikut menentukan rencana strategis TIK, arsitektur
informasi, dan an sipasi perkembangan teknologi

8 Network Administrator 1. Membuat perencanaan infrastruktur 1. Kemampuan dasar TIK


telekomunikasi 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
2. Mengimplementasikan perencanaan infrastruktur informasi
telekomunikasi 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
3. Melakukan perawatan terhadap infrastruktur 4. Kemampuan menyusun perencanaan infrastruktur
telekomunikasi antara lain menjamin komunikasi telekomunikasi
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

data fungsional serta backup dilakukan dan 5. Kemampuan sekuri TIK


berjalan lancar.
NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi

9 System Administrator 1. Mengelola pembelian perangkat keras dan lunak 1. Kemampuan dasar TIK
serta instalasinya sesuai prosedur. 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
2. Menambah worksta on baru dan konfigurasinya. informasi
3. Menginstall perangkat lunak system. 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Mengelola user accounts 4. Kemampuan pengadaan perangkat keras dan perangkat
5. Mencegah virus komputer lunak TIK
6. Mengalokasikan storage device 5. Kemampuan pengelolaan kapasitas
6. Kemampuan sekuri TIK

10 System Analyst 1. Mempelajari permasalahan-permasalahan dan 1. Kemampuan dasar TIK


kebutuhan-kebutuhan organisasi 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
2. Memberikan rekomendasi bagaimana sumber informasi
daya informasi dapat meningkatkan kinerja 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
organisasi. 4. Kemampuan menganalisis, merancang sistem informasi
dan aplikasi komputer
5. Kemampuan mengiden fikasi permasalahan dan
kebutuhan organisasi (requirement gathering skills).
6. Kemampuan sekuri TIK

11 System Programmer 1. Merawat sistem 1. Kemampuan dasar TIK


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

2. Melakukan pengujian terhadap sistem 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem


informasi
3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Kemampuan pemrograman dan struktur data
5. Kemampuan membuat perencanaan tes ng dan melakukan
tes ng
165

6. Kemampuan sekuri TIK


NO Jabatan Tugas Pokok Kompetensi
166

12 Koordinator Opera on 1. Mengelola kegiatan operasi. 1. Kemampuan dasar TIK


2. Mengelola SDM yang terlibat dalam operasi 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
termasuk operator/users, librarians, dan lain-lain. informasi
3. Ikut menentukan rencana strategis TIK, arsitektur 3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
informasi, dan an sipasi perkembangan teknologi. 4. Kemampuan manajemen operasi
5. Kemampuan manajemen SDM
6. Kemampuan sekuri TIK

13 Librarian 1. Menyimpan semua file program dan data. 1. Kemampuan dasar TIK
2. Merawat, menjaga dan mengamankan semua file 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
program dan data. informasi
3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Kemampuan sekuri TIK

14 Operator/End Users 1. Mengoperasikan sistem 1. Kemampuan dasar TIK


2. Melakukan data entry 2. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar sistem
informasi
3. Kemampuan dasar teknis perangkat keras dan jaringan
4. Kemampuan sekuri TIK
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 167

Tabel 5.9 berisi tentang jenis jabatan, tugas pokok dari masing-
masing jabatan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
jabatan. Kurang lebih ada 14 (empat belas) jabatan pengelola TIK
yang direkomendasikan, yakni: Manager IT (Government Chief
Information Officer), Application Devolepment/Support, Application,
System Analyst, Application-Programmer, Koordinator Data, Database
Administrator, Koordinator Technical Support, Network Administrator,
System Administrator, System Analyst, System Programmer, Koordinator
Operation, Librarian dan Operator/End Users. Masing-masing jabatan
harus ditempati oleh orang-orang yang memenuhi kriteria/kompetensi
minimum yang direkomendasikan di atas, kalaupun kompetensinya
kurang nantinya akan ada pendidikan atau pelatihan.

B4. What (Data)

B4.1 Kondisi Saat Ini


Dalam e-Government data memegang peran yang sangat penting
karena informasi yang dihasilkan oleh sebuah sistem informasi tidak
akan valid jika data yang diolah tidak benar. Oleh karena itu, data
harus dijaring, dikelola, dan diolah dengan benar supaya diperoleh
informasi yang valid. Fakta yang sangat berpengaruh terhadap Rencana
Pengembangan e-Government ke depan di pemerintah provinsi Papua,
khusus dalam arsitektur data, yaitu sejumlah unit organisasi terletak
atau tersebar berjauhan, jenis perangkat lunak pengelolaan data yang
dipergunakan oleh instansi sangat bervariasi, sebagian instansi memiliki
perangkat keras yang cukup memadai meskipun penggunaannya belum
optimal. Khusus di Dinas Kominfo belum ada aplikasi yang mendukung
pengelolaan data dan informasi padahal telah tersedia perangkat
keras yang serba canggih. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan
yang komprehensif dan menyeluruh dalam rangka mewujudkan visi
mewujudkan e-Government.
168 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Secara umum data di lingkungan pemerintahan, khususnya di


Provinsi Papua mempunyai domain sebagai berikut.
1. SDM
SDM diperintah daerah terdiri dari:
a. PNS yang berisi tentang data pribadi dan data riwayat
pekerjaan selama bekerja. Data PNS berdasarkan Form
Isian Pegawai (FIP)
b. Penduduk yang memiliki entity data terbanyak dan sangat
kompleks. Data berdasarkan UU No. 23 Tahun 2006
tentang Administrasi kependudukan
2. Aset/Barang Milik daerah
Merupakan kekayaan yang dimiliki oleh Pemda berupa:
a. Barang merupakan fasilitas yang dimiliki pemerintah
daerah dari hasil pengadaan barang dan jasa
b. Aset yang terdiri dari tanah dan bangunan. Data asset
tersebut didapatkan berdasarkan pada:
1) Permendakri 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Daerah
2) Keppress No. 80 tahun 2003 tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
3. Keuangan
Keuangan pemerintah terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Otonomi Khusus Papua, Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data keuangan
didapatkan berdasarkan pada:
a. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
b. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
c. PP No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 169

B4.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Meskipun fakta-fakta yang dikemukakan sebelumnya sangat
dipengaruhi arsitektur data, tetapi diharapkan basis data yang digunakan
dalam e-Government tetap dapat diakses dengan mudah dan konsisten.
Untuk mencapai kedua kondisi tersebut, terdapat dua pendekatan
arsitektur data sebagai berikut.

1. Database tersebar
Berdasarkan kondisi TIK saat ini (Current System and Technology)
di pemerintah provinsi Papua, ternyata sudah ada beberapa aplikasi
yang berada di masing-masing instansi maka database server tetap
berada di masing-masing instansi yang bersangkutan. Pada pendekatan
ini, data terdiri dari beberapa data yang tersebar pada jumlah tempat
yang berbeda secara bersama-sama menyusun sebuah database. Hal
ini akan mendekatkan sumber data dan penyimpanan data sehingga
akan memudahkan penjaringan data. Namun dengan penerapan model
database yang tersebar ini memiliki kendala:
a. Diperlukan sumber daya manusia yang handal pada tiap server
database
b. Dengan tersebarnya data, jalur komunikasi mutlak diperlukan
ketika dilakukan ekstrasi data dari sejumlah server basis data
c. Suatu data dapat tersimpan pada sejumlah server (duplikasi data)
sehingga pemeliharaan konsisten data memerlukan penanganan
khusus.

2. Database terpusat
Aplikasi yang belum ada dan yang akan dibangun nantinya
apabila menyangkut kebutuhan umum terkait kebutuhan PNS/Penduduk
dan semua instansi bisa dibangun menggunakan database terpusat.
Pendekatan ini harusnya membangun sebuah data centre yang cukup
besar untuk mengakomodasi kebutuhan database instansi.
170 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Kendala:
a. Beban kerja Server database dan pengelolanya sangat berat
b. Perlu dilakukan migrasi data dari seluruh instansi ke server
database
c. Jika jalur komunikasi terputus maka data tidak dapat diakses dari
instansi yang membutuhkan.
Tabel 5.10 Database yang akan datang

Desain
Blok Urusan SI Kemkominfo Jenis Data Letak Database Server
Database

Fungsi Dasar Pelayanan Kependudukan Data SDM (Iden tas Penduduk) Tersebar Dinas Penda aran Penduduk,
Umum Kecamatan

Perpajakan & Retribusi Data Keuangan Tersebar Dinas Pendapatan Daerah

Penda aran & Perizinan Data Keuangan Tersebar Kantor Pelayanan Terpadu

Bisnis & Investasi Data Keuangan Tersebar Kantor Pelayanan Terpadu

Pengaduan Masyarakat Data SDM (Pertanyaan, keluhan Tersebar Bagian Humas


dan saran penduduk)

Publikasi Info Umum & Data Agregat dari SDM, Aset Tersebar Sewa hos ng
Kepemerintahan dan Keuangan

Administrasi & Surat Elektronik Data (Surat Masuk dan Keluar) Terpusat Sekretariat Daerah
Manajemen

Sistem Dokumentasi Data Foto, Film, Buku Tersebar Bagian Humas, Kantor Arsip
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Sistem Pendukung Keputusan Data Agregat dari SDM, Aset Terpusat KPPDI
dan Keuangan

Kolaborasi & Koordinasi Data Agregat dari SDM, Aset Tersebar Badan Perencanaan
dan Keuangan Pembangunan Kota
171
Manajemen Pelaporan Data Laporan Terpusat Sekretariat Daerah
172

Pemerintahan

Legalisasi Sistem DPRP Data Agregat dari SDM, Aset Tersebar Sekertaris Sekwan
dan Keuangan

Sistem MRP Data Agregat dari SDM, Aset Tersebar Sekertaris MRP
dan Keuangan

Sistem Pemilu Daerah Data SDM (Da ar Pemilih & Tersebar Komisi Pemilihan Umum
Suara Pemilu)

Katalog Hukum, Peraturan & Data Hukum, Peraturan & Tersebar Bagian hukum
dan Perundangan Perundangan

Pembangunan Sistem Data Pembangunan Data Aset Tersebar Bagian Pembangunan

Sistem Perencanaan Data Keuangan Tersebar Badan perencanaan


Pembangunan Daerah pembangunan Kota

Sistem Pengadaan Barang dan Data Aset dan Keuangan Tersebar Bagian Perlengkapan
Jasa

Sistem Evaluasi & Informasi Data Aset dan Keuangan Tersebar Bagian pembangunan, Badan
Hasil Pembangunan Perencanaan Pembangunan

Sistem Informasi Respek Data Pembangunan Terpusat Badan Pemberdayaan


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Kampung

Keuangan Sistem Anggaran Data Keuangan Tersebar Bagian Keuangan


Sistem Kas dan Data Keuangan Tersebar Bagian Kas Daerah
Perbendaharaan

Sistem Akuntasi Daerah Data Keuangan Tersebar Bagian Keuangan

Sistem Informasi Monitoring Data Keuangan Tersebar Bagian Keuangan


dan Pengendalian APBD (TP2K)

Sistem Informasi Perjananan Data Keuangan Tersebar Bagian Keuangan


Dinas (SPPD)

Kepegawaian Pengadaan PNS Data SDM (Riwayat CPNS) Tersebar Bagian Kepegawaian

Sistem Mutasi Pegawai Data SDM (Riwayat PNS) Tersebar Bagian Kepegawaian

Sistem Presensi Data SDM (Riwayat PNS) Tersebar Bagian Kepegawaian

Sistem Penggajian Data Keuangan Tersebar Bagian Keuangan

Sistem Pendidikan & Pela han Data SDM (Riwayat PNS) Tersebar Bagian Kepegawaian

Sistem Penilaian Kinerja Data SDM (Riwayat PNS) Tersebar Bagian Kepegawaian
Pegawai

Fungsi Kepemerintahan Sistem Pengelolaan Aset Data Aset Tersebar Bagian Perlengkapan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Kedinasan Daerah
dan
kelembagaan

Katalog Aset Daerah Data Aset Tersebar Bagian Perlengkapan


173
Pengeloaan pendapatan Data Keuangan Tersebar Dinas Pendapatan Daerah
174

daerah

Pengelolaan Perusahaan Data BUMD (SDM, Aset, Tersebar BUMD (PDAM, Listrik, dsb)
Daerah Keuangan)

Sistem Tata Ruang Daerah Data Aset (Potensi Daerah) Tersebar Badan Perencanaan
Pembangunan

Sistem Lingkungan Hidup Data Aset (Potensi Daerah) Tersebar Badan Pengelolaan Dampak
Lingkungan

Sistem Potensi Daerah Data Aset (Potensi Daerah) Tersebar Badan Perencanaan
Pembangunan

Sistem Pertanian, Perikanan & Data Aset (Potensi Daerah) Tersebar Dinas Pertanian
Peternakan

Sistem Pertambangan & Energi Data Aset (Potensi Daerah) Tersebar Dinas Perdangan &
Perindustrian

Sistem pariwisata & Budaya Data Aset (Potensi Daerah) Tersebar Dinas Pariwisata

Sistem Pemuda & Olahraga Data SDM (Penduduk) Tersebar Dinas Pendidikan, Pemuda &
Olahraga

Sistem Koperasi & UKM Data Aset (Potensi) Tersebar Dinas Koperasi & Usaha Kecil
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Menengah

Kemasyarakatan Sistem Kesehatan Data SDM (Kesehatan Tersebar Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Penduduk) Rumah Sakit
Sistem Pendidikan Data SDM (Pendidikan Tersebar Dinas Pendidikan, Pemuda &
Penduduk) Olahraga

Sistem Ketenagakerjaan Data SDM (Penduduk) Tersebar Dinas Ketenagakerjaan

Sistem Industri & Perdagangan Data Aset (Potensi) Tersebar Dinas Perindustrian dan
Perdagangan

Jaringan Pengamanan Sosial Data SDM (Penduduk Miskin) Tersebar Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga
Berencana

Sistem Jamkespa Data SDM (Penduduk Asli Tersebar Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Papua) Rumah Sakit

Sarana & Sistem Transportasi Data Aset Tersebar Dinas Perhubungan


Prasarana

Sistem Jalan dan Jembatan Data Aset Tersebar Dinas Pemukiman Prasarana
Wilayah

Sistem Terminal dan Pelabuhan Data Keuangan dan Jumlah Tersebar Dinas Perhubungan
Penumpang Keluar Masuk
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Sistem Sarana Umum Data Aset Tersebar Dinas Pemukiman Prasarana


Wilayah
175
176 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Tabel 5.10 adalah usulan database yang akan datang. Berdasarkan


pertimbangan struktur pemerintahan yang ada maka dibuat model
database yang merupakan kombinasi antara database terpusat (database
di Dinas Kominfo) dan database tersebar (database dima sing-masing
instansi). Untuk instansi yang membutuhkan koneksi cepat ke data
server maka digunakan model database tersebar, misalnya aplikasi
untuk pelayanan pembuatan KTP. Untuk instansi yang membutuhkan
data secara akurat (tidak boleh ada duplikasi data) menggunakan model
database terpusat.

B5. Where (Network)


B5.1 Kondisi Saat Ini
Seperti dikemukakan sebelumnya permasalahan yang dihadapi
di lingkungan pemerintah Provinsi Papua dari aspek jaringan adalah
pembangunan jaringan belum merata, koneksi Internet yang digunakan
saat ini dirasa masih sangat mahal dan belum optimal, jaringan Internet
untuk masyarakat belum merata, jaringan Internet yang ada digunakan
hanya untuk akses informasi bukan untuk information sharing atau
penerapan aplikasi Intranet yang terpadu, dsb. Namun, masih ada
harapan atau kekuatan dalam pengembangan e-Government ke depan
yaitu saat ini lebih banyak SKPD sudah terhubung dengan jaringan
Intranet dan Internet. Jaringan yang telah dibangun di seluruh instansi
lingkungan pemerintah Provinsi Papua lebih banyak menggunakan
jaringan kabel LAN, sedangkan tempat-tempat yang sulit dijangkau
dipancarkan melalui WIFI dan yang berjauhan dilakukan point to point
menggunakan teknologi wireless. Khusus untuk SKPD yang menangani
pelayanan publik menggunakan WIFI dan kabel LAN untuk memperkuat
jaringan. Dalam pengelolaannya atas sejumlah sumberdaya tersebut
Dinas Kominfo sebagai dinas teknis yang menangani TIK masih
kekurangan SDM sehingga sementara ditangani oleh pihak ketiga.
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 177

Jaringan di Papua sejauh ini belum optimal karena faktor alam


yang sangat ekstrim, misalnya cuaca panas dan petir selalu membuat
perangkat rusak. Untuk itu dengan adanya jaringan broadband (fiber
optic) yang masuk antara tahun 2014-2015 diharapkan dapat menjawab
segala persoalan yang dihadapi pemerintah daerah dan masyarakat
Papua. Jaringan Broadband ini akan menghubungkan seluruh kabupaten,
yakni wilayah selatan akan berpusat di Merauke dan menyebar ke
beberapa kabupaten di wilayah Selatan Papua, wilayah Barat berpusat
di Sorong dan menyebar ke kabupaten lain, Wilayah Utara berpusat di
Jayapura dan menyebar ke kabupaten lain, dan Wilayah Papua tengah
berpusat Timika menyebar ke Pegunungan Tengah. Dengan target pada
tahun 2020 saat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional di Provinsi
Papua semua daerah terhubung jaringan Internet.

B5.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Infrastruktur jaringan komputer dan pusat data (data center)
dalam konteks e-Government merupakan dasar utama dalam membentuk
jaringan komunikasi data dan informasi untuk mendukung sistem
informasi daerah. Arsitektur jaringan komputer dan data center yang
dikembangkan, diharapkan memenuhi karakteristik sebagai berikut.
a. Mampu melakukan interaksi pertukaran informasi antar sumber-
sumber informasi dan simpul-simpul informasi serta proses tata
kerja/proses bisnis antar instansi.
b. Infrastruktur harus mampu beroperasi dan tersedia 24 jam dalam
sehari, 7 hari dalam seminggu dan 365 hari dalam setahun.
c. Infrastruktur harus didesain untuk mampu berkembang sesuai
dengan kemajuan teknologi dan mampu beradaptasi dengan
kebutuhan aplikasi yang berjalan di atasnya.
d. Infastruktur dirancang untuk mampu mengakomodasi masalah
kerahasiaan dan keamanan informasi, seperti fungsi autentifikasi
dan otorisasi.
e. Infrastruktur harus memiliki kemudahan untuk diakses oleh
pemakai dan tersedia jika dibutuhkan.
178 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pembuatan arsitektur jaringan pada sudut pandang ini adalah


untuk mengidentifikasi lokasi pemerintahan yang mungkin dapat
digunakan sistem informasi dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Lokasi yang dimaksud tidak harus berbeda kota atau daerah tetapi dapat
juga yang berada dalam satu daerah atau gedung.

1. Intranet
Jaringan Intranet digunakan oleh pegawai dan meng-
hubungkan berbagai instansi di dalam pemerintah provinsi
Papua, kaitannya untuk menghubungkan G2E

2. Internet
Jaringan Internet digunakan oleh publik (masyarakat dan
kalangan bisnis) yang ingin mendapatkan informasi dan ingin
melakukan transaksi online seperti mengakses website Pemda,
mengurus perizinan, E-commerce, E-Procurement. Sedangkan
transaksi dengan bank dan untuk hubungan dengan pemerintah
daerah lain (Pemerintah Kota/Kabupaten, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Pusat) dengan menggunakan Virtual Private
Network. Hal ini berkaitan dengan hubungan G2C, G2B dan
G2G.

B6. When (Time)

B6.1 Kondisi Saat Ini


Merujuk pada VISI Dinas Kominfo 2013-2018 “Terwujudnya
Papua Informatif menuju e-Government serta masyarakat berbudaya
informasi melalui Penyelenggaraan Komunikasi dan Informasi yang
Efektif dan Efisien”. Berhubungan dengan pengembangan e-Government
dalam sasaran pengembangan yang disusun pada Renstra tahun 2013-
2018 tidak menunjukkan arah pengembangan e-Government yang baik.
Dimungkinkan untuk mewujudkan e-Government yang terintegrasi
tidak akan terwujud jika belum ada rencana Induk Pengembangan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 179

e-Government untuk kurun waktu 5 tahun mendatang. Untuk itu Dinas


Kominfo selaku organisasi teknis perlu merancang dan mengusulkan
rencana strategis pengembangan e-Government kepada Gubernur untuk
disahkan dengan kekuatan hukum yang tetap agar pengembangan dan
pemanfaatan e-Government dilakukan secara menyeluruh.

B6.2 Sasaran Pengembangan ke Depan dari Dinas Kominfo


Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Komunikasi dan Informasi
(Diskominfo) tahun 2013-2018, beberapa program yang dikerjakan
dalam kurun waktu 5 tahun, antara lain:
1. Penyediaan Barang dan Jasa Administrasi Perkantoran
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
5. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media
Massa
6. Program Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan
Informasi
7. Program Kerja Sama Informasi dengan Mass Media

Program kerja tersebut di atas belum menunjukkan arah pe-


ngembangan e-Government yang baik, untuk itu sasaran pengembang-
an ke depan akan diusulkan secara jelas pada perspektif Designer.

C. Designer Perspective
Designer Perspective merepresentasikan perspektif Kepala-
Kepala Bidang di Dinas Kominfo dan mitra pemerintah yang turut
membangun infrastruktur TIK yaitu Telkom Group dan Indosat serta
dukungan Komisi Informasi Publik terhadap keterbukaan informasi
publik. Designer Perspective mengkaji tentang hal-hal yang bersifat
180 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

lebih teknis guna mewujudkan VISI Dinas Kominfo yang berorientasi


pada terwujudnya e-Government.

C1. Why (Motivation)

C1.1 Kondisi Saat Ini


Komitmen pengembangan e-Government juga terlihat pada
level manajemen unit organisasi Kominfo, Komisi Informasi Publik
dan Telkom Group selaku mitra Pemerintah. Pada prinsipnya semua
berkeinginan untuk meningkatkan proses pelayanan kepada masyarakat
menggunakan bantuan teknologi informasi. Terlebih dengan
terbentuknya Komisi Informasi Publik (KIP) pada tahun 2014 semua
berkomitmen menyediakan layanan informasi publik yang lebih baik,
terutama mendorong pengembangan e-Government ke depan karena
hadirnya KIP akan banyak tuntutan masyarakat agar pelayanan informasi
lebih cepat, tepat, dan akurat dengan mengedepankan transparansi
dan akuntabilitas informasi. Selain itu, Telkom Group sebagai mitra
pemerintah terus membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi
dan Internet di seluruh Provinsi Papua, komitmen atas pembangunan
jaringan tersebut sudah dirasakan oleh semua elemen masyarakat di
Papua. Begitu pula dengan dukungan para kepala unit organisasi di
lingkungan Kominfo yang terus merancang program-program untuk
menuju e-Government.

C1.2 Sasaran Pengembangan Ke Depan


Berdasarkan misi pengembangan e-Government di Provinsi
Papua maka disusun tujuan dan sasaran e-Government di Provinsi
Papua sebagai berikut.
1. Membuat Kebijakan dan Regulasi Untuk Mendukung Pengelolaan
dan Pemanfaatan e-Government
Tujuan 1.1: Terwujudnya regulasi dan kebijakan dibidang
pengelolaan e-Government
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 181

Sasaran:
a. Terwujudnya regulasi pengembangan e-Government
b. Tersedianya Rencana Induk Pengembangan
e-Government
c. Tersedianya standart operating and procedure (SOP)
untuk pengelolaan TIK
d. Tersedianya kriteria dan indikator keberhasilan pengelolaan
TIK

Tujuan 1.2: Terwujudnya regulasi dan kebijakan di bidang


pemanfaatan TIK
Sasaran:
a. Terwujudnya kebijakan pendidikan yang mendukung
pemanfaatan TIK
b. Terwujudnya kebijakan penerapan pertukaran data
elektronik
c. Terwujudnya kebijakan yang menjamin adanya interaksi
antara pemerintah dan masyarakat menggunakan TIK
d. Terwujudnya monitoring dan evaluasi partisipatif terhadap
proses pembangunan dengan memanfaatkan TIK
e. Terwujudnya kerja sama multi pihak untuk pengembangan
infrastruktur TIK

2. Pengembangan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Yang


Partisipatif, Efisien dan Efektif
Tujuan: Terwujudnya pengembangan organisasi dan tata
kerja pemerintah yang partisipatif, efisien, dan efektif
Sasaran:
a. Terbentuknya perangkat organisasi dan tata kerja
Government Chief Information Officer di semua unit
organisasi
b. Terwujudnya pelibatan para pihak (stakeholders) dalam
proses pembangunan melalui pemanfaatan TIK
182 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

c. Terbentuknya lembaga pendamping pemerintah berbasis


komunitas dalam pengembangan TIK

3. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia


Aparatur Pemerintah dan Masyarakat Dalam Pengelolaan dan
Pemanfaatan TIK.
Tujuan: Terwujudnya Peningkatan kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia aparatur pemerintah dan
masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan TIK.
Sasaran:
a. Memadainya para pengambil kebijakan (Government Chief
Information Officer) dan staf teknis TIK untuk setiap unit
organisasi.
b. Meningkatnya kapasitas dan komitmen pengambil
kebijakan dalam bidang TIK (Government Chief
Information Officer)
c. Meningkatnya kualitas SDM melalui pendidikan dan
pelatihan.
d. Terwujudnya institusi pendidikan TIK yang kuat dan
berdaya saing secara global di Provinsi Papua.
e. Meningkatnya kualitas SDM pengelola teknis dan
pengguna komunikasi dan informasi.
f. Terwujudnya peningkatan pemanfaatan sistem komunikasi
dan informasi oleh masyarakat dan dunia industri.
g. Terwujudnya pengembangan komunitas/masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfatan TIK.

4. Pengembangan dan Pengoptimalan Jaringan


Tujuan 4.1: Pengembangan infrastruktur komunikasi
dan informasi untuk melayani kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat
Sasaran:
a. Tersedianya infrastruktur dan akses komunikasi dan
informasi yang mencakup seluruh wilayah provinsi Papua
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 183

b. Terwujudnya integrasi dan optimalisasi infrastruktur


komunikasi dan informasi yang mencakup seluruh wilayah
provinsi Papua
c. Tersedianya akses komunikasi bagi masyarakatyang murah
dan berkualitas
d. Tersedianya pusat data yang memiliki jaminan terhadap
keamanan dan keberlangsungan data

Tujuan 4.2: Peningkatan kualitas pengelolaan komunikasi


dan informasi
Sasaran:
a. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas sistem
komunikasi dan informasi
b. Tersedianya prosedur perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi sistem komunikasi dan informasi

5. Pengembangan dan Pengoptimalan Perangkat Lunak


e-Government
Tujuan: Pengembangan perangkat lunak aplikasi
e-Government dalam rangka efektivitas dan efisiensi proses
pembangunan
Sasaran:
a. Teridentifikasinya kebutuhan perangkat lunak
dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dengan
memanfaatkan TIK
b. Terwujudnya integrasi aplikasi, interopabilitas sistem dan
application sharing
c. Terwujudnya pengembangan perangkat lunak yang
terbuka dan tidak tergantung pada platform tertentu
serta menghormati HAKI, berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik lokal
d. Terwujudnya evaluasi perangkat lunak secara periodik
sesuai dengan perkembangan TIK dan kebutuhan
pemerintah
184 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

e. Terwujudnya pengembangan perangkat lunak dengan


memanfaatkan sumberdaya lokal

6. Pengembangan dan Pengoptimalan Perangkat Keras


Tujuan: Menyediakan perangkat keras untuk men-
dukung pengembangan dan pemanfaatan e-Government.
Sasaran:
a. Teridentifikasinya kebutuhan perangkat keras dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik dengan me-
manfaatkan TIK
b. Tersedianya perangkat keras komputer dengan tingkat
keamanan yang handal
c. Tersedianya perangkat keras untuk mengintegrasi sistem
informasi yang sudah ada
d. Terwujudnya Evaluasi perangkat keras secara periodik
sesuai dengan perkembangan TIK dan kebutuhan
pemerintah

7. Menyediakan Layanan Publik


Tujuan: Penyediaan akses informasi bagi publik
Sasaran:
a. Tersedianya database dan basis pengetahuan yang terpadu
dan partisipatif serta dapat diakses publik
b. Terwujudnya koordinasi layanan informasi yang terpadu
dan berorientasi jangka panjang
c. Tersedianya akses informasi untuk dunia pendidikan,
masyarakat dan dunia bisnis
d. Meningkatnya minat dan partisipasi masyarakat dalam
menggunakan layanan informasi terpadu
e. Terwujudnya pertumbuhan pusat-pusat informasi lokal
yang indipenden
f. Terjalinnya kerja sama lintas daerah, regional, dan
internasional dalam pengembangan layanan data dan
informasi
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 185

C2. How (Function)


C2.1 Kondisi Saat ini
1. Analisis Kondisi Umum

Provinsi Papua relatif sangat superior dalam aspek jaringan


telekomunikasi dan semestinya dapat menjadi ‘jalan tol’ bagi aplikasi-
aplikasi daerah. Kenyataannya, hampir tidak ada aplikasi yang berskala
luas mampu dibangun dan implementasikan dengan baik yang dapat
memanfaatkan ‘jalan tol’. Aplikasi spesifik yang dibangun oleh satuan-
satuan kerja namun hasilnya belum optimal. Penyebab yang umum
terjadi adalah karena tidak digunakannya metodologi yang baik sebagai
acuan untuk pengembangan sistem. Metodologi yang ideal paling
kurang harus mencakup analisis kebutuhan, desain, konstruksi sistem,
pengujian, sosialisasi, implementasi dan pemeliharaan. Tidak sedikit
aplikasi datang karena ditempatkan oleh yang lebih tinggi posisinya.
Di beberapa tempat, ada sistem yang sudah dibangun namun tidak
jadi dipakai karena kurang sesuai dengan kebutuhan nyata. Dalam
pengembangan aplikasi, kebutuhan yang diperhatikan adalah kebutuhan
langsung aplikasi tersebut. Kebutuhan integrasi sistem biasanya tidak
diperhatikan sehingga masing-masing aplikasi menjadi pulau-pulau
sendiri yang tidak terintegrasi dengan sistem lain.
Untuk itu, pada bagian ini dilakukan analisis McFarland Strategic
Grid untuk memetakan aplikasi saat ini dan usulan pengembangan ke
depan. Tools ini sebagai strategic positioning dalam suatu organisasi
akan sangat membantu dalam menentukan posisi sistem informasi
berdasarkan kontribusi sistem informasi tersebut terhadap organisasi.
McFarlan Strategic Grid terdiri atas empat kuadran yaitu Strategic, Hight
Potential, Key Operational, dan support. Gambar 5.10 menunjukkan
posisi setiap elemen tersebut pada McFarlan Strategic Grid.
186 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

HIGH POTENTIAL STRATEGIC


Aplikasi-aplikasi yang menjadi potensial Aplikasi-aplikasi yang sangat rentan
dalam upaya meningkatkan kemajuan yang terhadap keberlangsungan proses bisnis
akan datang organisasi

KEY OPERATIONAL SUPPORT


Aplikasi-aplikasi yang saat ini menjadi Aplikasi-aplikasi yang berharga namun dak
menjadi bergantungnya kesuksesan bagi menjadikan bergantungnya kesuksesan
organisasi organisasi.

Gambar 5.10 McFarlan Strategic Grid 62

Merujuk pada Gambar 5.10, Ward dan Peppard mendeskripsikan


setiap elemen dalam McFarlan Strategic Grid sebagai berikut.
1. High Potential, mengindikasikan bahwa aplikasi mungkin dapat
menciptakan peluang baru bagi bisnis untuk masa depan, tetapi
belum dapat dibuktikan.
2. Strategic, mengindikasikan bahwa aplikasi berada dalam posisi
yang kritis terhadap keberhasilan bisnis organisasi. Aplikasi
membangun (atau mengubah) cara organisasi melakukan bisnis,
dengan menyediakan keunggulan kompetitif.
3. Key Operational, mengindikasikan bahwa aplikasi dibangun
untuk menopang operasi bisnis dan membantu menghindari
segala kekurangan. Aplikasi dalam kuadran ini harus dimiliki
setiap organisasi untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis.
4. Support, mengindikasikan bahwa aplikasi dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas manajemen, tetapi bukan merupakan
aplikasi yang harus dimiliki bisnis ataupun jenis aplikasi yang
menciptakan keunggulan kompetitif.

Secara umum, McFarlan Strategic Grid akan membantu


organisasi untuk menganalisis aplikasi yang sedang berjalan atau
aplikasi yang ada sebelumnya, yang akan direncanakan, atau yang akan
dibangun ke dalam empat kuadran tersebut, sehingga organisasi dapat
mengetahui tingkat kepentingan aplikasi tersebut pada organisasi.

62 Dokumen Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua 2013-2018


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 187

Penyusunan portofolio sistem informasi dimaksudkan dalam


pembahasan ini adalah untuk menentukan prioritas dan merumuskan
urutan modul aplikasi yang harus dikerjakan. Pendekatan yang
digunakan untuk menentukan urutan pengembangan modul aplikasi di
Provinsi Papua menggunakan tools McFarland Strategic Grid sangat
membantu untuk menguji tingkat urgensinya berdasarkan prioritas
kepentingan dan peranannya di dalam mendukung Visi dan Misi
organisasi. Dalam melakukan uji prioritas sistem, tools McFarland
Strategic Grid menggunakan beberapa pertanyaan yang merupakan
pertanyaan standar yang dimiliki oleh tools tersebut, seperti pada Tabel
5.11.
Tabel 5.11 Panduan Pertanyaan Tingkat Kegunaan Aplikasi e-Government63

PERTANYAAN Y T

A Apakah hasilnya terlihat jelas bagi keuntungan kompe f


organisasi?

B Memungkinkan untuk pencapaian dari tujuan organisasi yang


spesifik atau faktor kri s kesuksesan?

C Mengatasi kerugian organisasi yang berhubungan dengan


kompe tor?

D Menghindari risiko bisnis yang akan menjadi masalah di masa


mendatang?

E Meningkatkan produk vitas bisnis dan mampu mengurangi biaya


jangka panjang?

F Memungkinkan organisasi memenuhi permintaan sesuai dengan


hukum yang berlaku?

G Memungkinkan keuntungan yang belum terlihat sampai sekarang


tapi dapat mengakibatkan (A) atau (B)

Keterangan
- Y = adalah menyetujui pernyataan
- T = adalah dak menyetujui pernyataan

63 Ward, J. & Peppard, J., Strategic Planning for Information System (2nd ed.), John Wiley &
Sons, 2002.
188 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pertanyaan-pertanyaan pada Tabel 5.11 digunakan untuk


melakukan penilaian terhadap fungsi bisnis yang telah didefinisikan
melalui analisis value chain pada analisis arsitektur bisnis. Penilaian
terhadap prioritas pengembangan sistem informasi dilakukan oleh
pimpinan bidang aplikasi dan telematika yang mewakili Dinas Kominfo
guna mendapatkan hasil yang objektif. Hasil analisis dan penilaian
prioritas pengembangan sistem tersebut terlihat pada Tabel. 5.12.
Tabel 5.12 Jawaban pertanyaan Prioritas sistem informasi

Jawaban “Y”
NO NAMA APLIKASI
A B C D E F G

1 Tunjangan Tambahan Bersyarat Y

2 Sistem Presensi Digital Y

3 Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) Y

4 Sistem Informasi Keuangan (SIMKEU) Y

5 Sistem Informasi Informasi Monitoring dan Y


Pengendalian APBD (TP2K)

6 Sistem Informasi Perjananan Dinas (SPPD) Y

7 Sistem Pengelolaan Aset Daerah Y

8 Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Y


(SIMPEDA)

E-Procurement (LPSE) Y

9 Website (Papua.go.id) Y

10 Webmail Y

11 Papua Cloud Y

Analisis digunakan untuk melihat aspek Sistem Informasi


e-Government yang selama ini digunakan di lingkungan pemerintah
provinsi Papua. Metode McFarlan digunakan untuk memetakan aplikasi
serta sistem informasi yang digunakan berdasarkan kontribusinya
terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Berdasarkan penilaian Tabel 5.12 tersebut di atas maka sistem
informasi dapat dikelompokkan dalam McFarland Strategic Grid
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 189

dengan menggunakan interpretasi Ward and Peppard. Jika implementasi


apakah terlihat jelas keuntungannya dalam bisnis dan bagaimana cara
mendapatkannya? (Y-Strategic, N-Hight Potential). Jika gagal dipenuhi
apakah dapat membawa resiko terhadap bisnis, sebutkan resikonya
jelas (Y-Key Operational, N-Support). Hasil pemetaan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 5.13 Portofolio Sistem Informasi Saat ini

HIGH POTENTIAL STRATEGIC

1. Sistem Informasi Monitoring dan 1. Tunjangan Tambahan Bersyarat


Pengendalian APBD (TP2K) 2. Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah (SIMPEDA)
3. Sistem Informasi Perjananan Dinas
(SPPD)

KEY OPERATIONAL SUPPORT

1. Sistem Informasi Keuangan (SIMKEU) 1. Website (Papua.go.id)


2. Sistem Informasi Kepegawaian (SIMPEG) 2. Webmail
3. Sistem Pengelolaan Aset Daerah 3. Papua Cloud
4. E-Procurement
5. Sistem Presensi Digital

Portofolio Sistem Informasi dan aplikasi e-Government pada


Tabel 5.13 di atas diisi oleh Kepala Bidang Aplikasi dan Telematika
Dinas Kominfo Provinsi Papua. McFarlan menyatakan aplikasi TI
yang digunakan dalam perusahaan (organisasi) tidak selamanya berada
dalam kuadran yang sama. Suatu saat apabila aplikasi tersebut telah
berkurang dampak strategisnya, maka aplikasi tersebut akan bergeser
ke kuadran lain. Pergeseran dari sistem aplikasi pada teori McFarlan ini
tidak bisa terjadi secara serta merta. Pergeseran aplikasi yang digunakan
dalam organisasi terjadi seketika ada perubahan situasi dan kondisi
umum yang dihadapi. Sistem aplikasi yang masih memiliki kesesuaian
dengan kebutuhan perusahaan pada saat itu masih tetap berada pada
kuadran yang sama meskipun ada sistem aplikasi yang baru muncul.
190 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Dari hasil analisis kebutuhan yang diperlukan pemerintah provins


Papua, portofolio SI yang diperlukan di masa mendatang terlihat seperti
Tabel 5.14.

C2.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


1. Portofolio SI Mendatang

Tabel 5.14 Portofolio SI Masa Mendatang

HIGH POTENTIAL STRATEGIC

1. SIM Ekseku f 1. *E-Gov Portal


2. *SIM Pelaporan dan pemerintahan 2. GIS (Geografic Informa on System)
3. SIM Evaluasi & Informasi Hasil 3. SIM Lingkungan Hidup
Pembangunan 4. SIM Potensi Daerah
5. SIM Pertanian, Perikanan & Peternakan
6. SIM Pertambangan & Energi
7. SIM Jamkespa
8. SIM pariwisata & Budaya
9. SIM RESPEK
10. SIM Pemuda & Olahraga
11. SIM Koperasi & UKM
12. SIM Kesehatan
13. SIM Pendidikan
14. SIM Ketenagakerjaan
15. SIM Industri & Perdagangan
16. SIM Transportasi
17. SIM Jalan dan Jembatan
18. SIM Terminal dan Pelabuhan
19. SIM Sarana Umum
20. SIM DPRP
21. SIM MRP
22. SIM Hukum
23. SIM BUMD
24. SIM Data Pembangunan
25. *Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah(SIMPEDA)
26. *Sistem Informasi Manajemen Barang
dan Aset Daerah (SIMBADA)
27. *Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMPEG
28. *Sistem Informasi Perjananan Dinas
(SPPD)
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 191

KEY OPERATIONAL SUPPORT

1. SIM Kolaborasi dan Kordinasi 1. Papua Cloud


2. SIM Dokumentasi 2. Webmail
3. SIM Surat/Kantor Maya
4. SIM Pengaduan dan Keluhan Masya-
rakat
5. Sistem Informasi Administrasi Kepen-
dudukan (SIAK)
6. SIM Pajak & Retribusi
7. SIM Penda aran & Perizinan
8. SIM Penanaman Modal/Investasi
9. * SIM Pengeloaan pendapatan daerah
10. Sistem Akuntasi Keuangan Daerah
11. *Sistem Informasi Presensi Elektronik
12. *Sistem Informasi Keuangan
13. *E-Procurement
14. SIM Kas dan Perbendaharaan

Keterangan:
* = Sistem yang telah ada dan perlu dikembangkan
= Yang dak ada bintang adalah sistem yang perlu dibangun berdasarkanblueprint
e-Government dari Kominfo.

Urutan pengembangan SI berdasarkan Tabel 5.14 di atas adalah


pertama Key Operationalkarena kesuksesan organisasi tergantung pada
aplikasi ini, kedua Strategic karena SI yang kritis untuk mendukung
strategi bisnis yang akan datang, ketiga High Potential karena aplikasi
yang memiki potensi tinggi sebagai core dari proses bisnis dan terakhir
adalah Support, kelompok SI ini bernilai tetapi tidak kritis dalam
mencapai kesuksesan.

2. Model Interaksi E-Government

Berdasarkan Tabel 5.14 Portofolio SI Masa Mendatang dibuat


model interaksi e-Government dari semua aplikasi yang di usulkan.
Interaksi atau relasi tersebut ada 3 model yaitu Governments to Citizens,
Governments to Business, dan Governments. Dipetakan pada Tabel
5.15.
192 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Tabel 5.15 Model Interaksi Sistem Aplikasi

NO JENIS SISTEM INFORMASI MODEL INTERAKSI

E-Gov Portal G2C

GIS (Geografic Informa on System) G2G

SIM Lingkungan Hidup G2B dan G2C

SIM Potensi Daerah G2C

SIM Pertanian, Perikanan & Peternakan G2G

SIM Pertambangan & Energi G2G

SIM Jamkespa G2B

SIM pariwisata & Budaya G2G

SIM RESPEK G2G

SIM Pemuda & Olahraga G2G

SIM Koperasi & UKM G2G

SIM Kesehatan G2C

SIM Pendidikan G2C

SIM Ketenagakerjaan G2C

SIM Industri & Perdagangan G2C

SIM Transportasi G2C

SIM Jalan dan Jembatan G2C

SIM Terminal dan Pelabuhan G2C

SIM Sarana Umum G2C

SIM DPRP G2G

SIM MRP G2G

SIM Hukum G2G, G2C dan G2B

SIM BUMD B2G

SIM Data Pembangunan G2G

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah(SIMPEDA) G2G

Sistem Informasi Manajemen Barang dan Aset Daerah


(SIMBADA) G2G

Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) G2G


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 193

NO JENIS SISTEM INFORMASI MODEL INTERAKSI

Sistem Informasi Perjananan Dinas (SPPD) G2G

SIM Ekseku f G2G

SIM Pelaporan dan pemerintahan G2G

SIM Evaluasi & Informasi Hasil Pembangunan G2G

SIM Kolaborasi dan Kordinasi G2G

SIM Dokumentasi G2G

SIM Surat/Kantor Maya G2G dan G2C

SIM Pengaduan dan Keluhan Masyarakat G2C

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) G2C

SIM Pajak & Retribusi G2B dan G2C

SIM Penda aran & Perizinan G2C

SIM Penanaman Modal/Investasi G2C

SIM Pengeloaan pendapatan daerah G2G

Sistem Akuntasi Keuangan Daerah G2G

Sistem Informasi Presensi Elektronik G2G

Sitem Informasi Keuangan/Anggaran G2G

E-Procurement G2C

SIM Kas dan Perbendaharaan G2G

Papua Cloud G2C

Webmail G2G

Berdasarkan Tabel 5.15 dapat dijelaskan bahwa G2C adalah model


interaksi layanan publik dan informasi oleh pemerintah ke masyarakat,
ataupun memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antara
masyarakat dan pemerintah. G2B adalah model interaksi dari transaksi-
transaksi elektronik di mana pemerintah menyediakan berbagai
informasi yang dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi
dengan pemerintah. Contoh, sistem e-procurement dan layanan
perizinan. G2G adalah model interaksi yang memungkinkan komunikasi
dan pertukaran informasi online antar SKPD, departemen atau lembaga
194 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

pemerintahan melalui basis data terintegrasi. Model interaksi sistem ini


bisa terintegrasi dari pemerintahan tingkat bawah sampai pusat.

3. Hak Akses Sistem Informasi

Pemanfaatan atau pengelolaan data dan informasi pada Aplikasi/


Sistem Informasi e-Government di setiap unit bisnis dapat dilakukan
sesuai dengan fungsi dan tugas pokok dari masing-masing pengguna
sesuai dengan peraturan pemerintahan yang berlaku. Berikut pada tabel
5.16 adalah user level dan hak akses penggunaan sistem informasi
e-Government.
Tabel 5.16 User Level pada akses Sistem Informasi di pemerintah provinsi Papua

User Akses Sistem Informasi

Gubernur, Wakil Bisa mengakses semua sistem informasi di lingkup pemerintah


Gubernur dan Sekda papua

Eselon II Bisa mengakses semua sistem informasi di lingkup dinas/badan

Eselon IIIa dan IIIb Kepala Bagian Bisa mengakses semua sistem informasi
di lingkup Bagian yang dipimpin

Kepala Kantor Bisa mengakses semua sistem informasi


di lingkup Kantor yang dipimpin

Sekretaris Dinas/ Bisa mengakses semua sistem informasi


Badan di lingkup Dinas/Badan yang dipimpin

Kepala Sub Bidang Bisa mengakses semua sistem informasi


di lingkup Sub Bidang yang dipimpin

Staf Bisa mengakses semua sistem informasi yang sesuai dengan


lingkup tugas pokok dan fungsinya

Masyarakat Bisa mengakses semua sistem informasi yang bersifat layanan


masyarakat

Bisnis Bisa mengakses semua sistem informasi yang bersifat layanan


untuk bisnis

Pemerintah Lain Bisa mengakses semua sistem informasi sesuai dengan peraturan
yang disepaka

Administrator Bisa mengakses semua sistem informasi di lingkup pemerintah


provinsi Papua, akan tetapi hanya untuk keperluan se ng/
maintenance sistem informasi
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 195

Berdasarkan Tabel 5.16 bahwa User Level pada akses Aplikasi


Sistem Informasi di pemerintah provinsi Papua akan berbeda-beda
tergantung fungsi tugas dari masing-masing pengguna, berdasarkan
peraturan yang ada. Misalnya seorang staf TU tidak bisa mengakses
semua sistem informasi di lingkup pemerintah Papua, hak aksesnya
dibatasi hanya pada bagian TU, begitupun dengan yang lain.

C3. Who (People)


C3.1 Kondisi Saat Ini
Kebanyakan staf masih punya pemahaman yang kurang
mengenai teknologi informasi sehingga wawasan tentang manfaatnya
bagi organisasi sangat terbatas dan memanfaatkan data secara bersama/
budaya sharing data belum terbentuk di Provinsi Papua. Sekalipun
infrastruktur telekomunikasi sudah cukup memadai, tetapi tidak adanya
apresiasi untuk berbagai informasi atau manfaat langsung atas inisiatif
tersebut, serta pendapat sebagian orang untuk menahan informasi dalam
rangka meningkatkan nilai orang yang bersangkutan, maka kondisi
budaya ini yang umumnya dialami. Sehingga sejauh ini masih jarang
diadakan evaluasi mengenai keberhasilan/kegagalan pembangunan
teknologi informasi pada level masing-masing kegiatan. Akuntabilitas
pengguna anggaran masih sebatas penggunaan dana sesuai dengan
anggaran namun hasil dari penggunaan anggaran itu sendiri tidak terlalu
diperhatikan. Selain itu, salah satu faktor mendasar adalah kurangnya
tenaga teknis pengelolaan teknologi informasi di lingkungan Provinsi
Papua sehingga dengan terbentuknya unit teknis pengembangan
e-Government harus dibarengi dengan pengembangan kualitas melalui
pendidikan dan pelatihan bagi para aparatur pemerintah di bidang TIK
agar pengembangan e-Government dapat berhasil dan tepat guna.
196 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

C3.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Untuk memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan dalam unit
pengelola e-Government pada bagian sebelumnya, diperlukan program
pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan setiap jabatan, seperti
pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Program Pendidikan dan Pela han

NO Jabatan Program Pendidikan dan PelaƟhan

1 Government Chief Informa on 1. Personal and Group Produc vity Tools


Officer 2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. TIK dalam Proses Bisnis dan Workflow
8. Strategi dan Kebijakan TIK
9. Manajemen Sistem Informasi
10. Manajemen Proyek dan Manajemen
Perubahan
11. Manajemen Investasi TIK
12. Audit Sistem Informasi
13. Trend Teknologi Informasi
14. Knowledge Management

2 Applica on Devolepment/ 1. Personal and Group Produc vity Tools


Support 2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Audit Sistem Informasi
8. Trend Teknologi Informasi
9. Analisa dan Perancangan Sistem
10. Proses Rekayasa dan Manajemen Perangkat
Lunak
11. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
12. Pemrograman dan Struktur Data
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 197

NO Jabatan Program Pendidikan dan PelaƟhan

3 Applica on-System Analyst 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
Keamanan Teknologi Informasi
6. TIK dalam Proses Bisnis dan Workflow
7. Manajemen Investasi TIK
8. Audit Sistem Informasi
9. Trend Teknologi Informasi
10. Knowledge Management
11. Analisa dan Perancangan Sistem
12. Proses Rekayasa dan Manajemen Perangkat
Lunak
13. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
14. Pemrograman dan Struktur Data

4 Applica on-Programmer 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Audit Sistem Informasi
8. Trend Teknologi Informasi
9. Knowledge Management
10. Analisis dan Perancangan Sistem
11. Proses Rekayasa dan Manajemen Perangkat
Lunak
12. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
13. Pemrograman dan Struktur Data

5 Koordinator Data 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Audit Sistem Informasi
8. Trend Teknologi Informasi
9. Knowledge Management
10. Pemrograman dan Struktur Data
198 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

NO Jabatan Program Pendidikan dan PelaƟhan

6 Database Administrator 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
3. Teknologi Basis Data
4. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
5. Keamanan Teknologi Informasi
6. Audit Sistem Informasi
7. Trend Teknologi Informasi
8. Knowledge Management
9. Pemrograman dan Struktur Data

7 Koordinator Technical Support 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Strategi dan Kebijakan TIK
8. Audit Sistem Informasi
9. Trend Teknologi Informasi
10. Knowledge Management
11. Proses Rekayasa dan Manajemen Perangkat
Lunak
12. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
13. Pemrograman dan Struktur Data
14. TIK Services Management
15. TIK Help Desk

8 Network Administrator 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem Operasi
Teknologi Basis Data
4. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
5. Keamanan Teknologi Informasi
6. Manajemen Investasi TIK
7. Audit Sistem Informasi
8. Trend Teknologi Informasi
9. Knowledge Management
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 199

NO Jabatan Program Pendidikan dan PelaƟhan

9 System Administrator 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. TIK dalam Proses Bisnis dan Workflow
8. Strategi dan Kebijakan TIK
9. Audit Sistem Informasi
10. Trend Teknologi Informasi
11. Knowledge Management

10 System Analyst 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. TIK dalam Proses Bisnis dan Workflow
8. Manajemen Investasi TIK
9. Audit Sistem Informasi
10. Trend Teknologi Informasi
11. Knowledge Management
12. Analisa dan Perancangan Sistem
13. Proses Rekayasa dan Manajemen Perangkat
Lunak
14. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
15. Pemrograman dan Struktur Data

11 System Programmer 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Audit Sistem Informasi
8. Trend Teknologi Informasi
9. Knowledge Management
10. Analisa dan Perancangan Sistem
11. Proses Rekayasa dan Manajemen Perangkat
Lunak
12. Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
13. Pemrograman dan Struktur Data
200 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

NO Jabatan Program Pendidikan dan PelaƟhan

12 Koordinator Opera on 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Strategi dan Kebijakan TIK
8. Manajemen Sistem Informasi
9. Manajemen Proyek dan Manajemen
Perubahan
10. Audit Sistem Informasi
11. Trend Teknologi Informasi
12. Knowledge Management
13. TIK Help Desk

13 Librarian 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Strategi dan Kebijakan TIK
8. Audit Sistem Informasi
9. Trend Teknologi Informasi
10. Pemrograman dan Struktur Data

14 Operator/End Users 1. Personal and Group Produc vity Tools


2. Prinsip-prinsip dasar Sistem Informasi
3. Teknologi Perangkat Keras dan Sistem
Operasi
4. Teknologi Basis Data
5. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer
6. Keamanan Teknologi Informasi
7. Startegi dan kebijakan TIK serta Trend
Teknologi Informasi

Tabel 5.17 adalah usulan Program Pendidikan dan Pelatihan


sumber daya manusia di badan GCIO, terutama pelatihan teknis yang
perlu diikuti sehingga memiliki kompotensi minimum GCIO. Dengan
Pendidikan dan Pelatihan diharapkan pengetahuan dan keterampilan
berkembang terus-menerus untuk jangka panjang. Karena pada dasarnya
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 201

pemeliharaan dan pengembangan pengetahuan dan keterampilan adalah


suatu proses yang tidak pernah selesai dan tidak cukup hanya sekali
mengikuti pendidikan dan pelatihan saja.

C4. What (Data)


C4.1 Kondisi Saat Ini
Data yang ada di Pemerintahan dapat dipetakan menjadi beberapa
komponen berdasarkan (3) domain utama, yaitu:
1. SDM
SDM di Pemda terdiri dari:
a. Data PNS menggunakan Primary Key Nomor Induk
Pegawai (NIP) dengan data pendukung Nama Pegawai,
Golongan/Pangkat Pegawai dan instansi. Data tersebut
yang sering digunakan sehari-sehari dalam urusan
kepegawaian.
b. Data Penduduk menggunakan Primary Key Nomor Induk
Kependudukan (NIK) dengan data pendukung Nama
Penduduk dan Alamat Penduduk. Data tersebut yang
sering digunakan sehari-hari.

2. Aset/barang milik daerah


Aset/Barang milik daerah diatur dalam Permendakri No.
17 tahun 2007 dan kebanyakan diperoleh dari pengadaan barang
dan jasa yang diatur dalam Keppres No. 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Barang tersebut meliputi:
a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD
b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah dari:
1. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan
sejenis
2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak
202 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan


Undang-Undang
4. Barang yang diperoleh berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah memperolah kekuatan hukum
tetap.

3. Keuangan
Keuangan di Pemda berdasarkan Permendakri No.13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan telah
mengalami perbaikan sesuai dengan Permendakri No. 59 Tahun
2007, mengenai Perubahan Atas Peraturan Mentri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.

C4.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Data SDM, Aset, dan Keuangan dibuat interoperabilitas data
yang menjadi satu kesatuan dan saling tergantung menjadi dasar dalam
Decision Support System (DSS) bagi manajemen puncak menjadi
informasi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, kalangan bisnis dan
instansi pemerintah di Provinsi Papua.
Tabel 5.18 SI yang menggunakan Interoperabilitas Data

NO SI SI GABUNGAN

1 SIMPEG, SIM Keuangan (Primary Key NIP) SI Gaji

2 SIAK, SI Rumah Sakit (Primary Key NIK) SI Kesehatan

3 SI Perizinan, SI Retribusi, SI Keuangan SI PAD

4 SI Aset, SI Musrembang, SI keuangan SI Perencanaan Pembangunan

Tabel 5.18 di atas dapat dijelaskan bahwa secara teknis beberapa


SI dapat diintegrasi dengan menggunakan Primary Key yang terdapat
dalam database, misalnya Sistem Informasi Kepegawaian dan Sistem
Informasi Keuangan sama-sama menggunakan NIP sebagai Key
sehingga memungkinkan interoperabilitas data, sama halnya dengan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis 203

sistem lainnya. Kemudian dari SI yang ada, bisa dibuat SI Eksekutif


yang disajikan bagi Gubernur dan SEKDA yang berupa data Agregat
(Grafik, Statistik) sebagai informasi kinerja instansi sekaligus sebagai
alat kontrol instansi.

C5. Where (Network)

C5.1 Kondisi Saat Ini


Jaringan telekomunikasi dan informasi yang dibangun selama
ini tidak melalui proses perencanaan yang matang, karena berdasarkan
penelusuran dokumen perencanan tidak ditemukan topologi jaringan
beserta spesifikasi hardware jaringan. Hal tersebut juga diakui oleh para
kepala bidang di Kominfo yang bertanggung jawab dalam infrastruktur
jaringan. Menurutnya untuk urusan pengembangan infrastruktur
jaringan sejauh ini masih mengandalkan jasa pihak ketiga sehingga
para aparatur yang ada belum tahu persis gambaran jaringan yang sudah
dibangun.

C5.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Arsitektur yang sudah ada atau yang akan dikembangkan lebih
lanjut perlu mempunyai metode arsitektur pemisahan yang tegas antara
konsep Intranet dan Internet. Dengan model sebagai berikut.
1. Jaringan Internet adalah jaringan publik, setiap client/node di
dalam jaringan Internet dapat melakukan koneksi ke jaringan
publik apabila mempunyai otorisasi terhadap fasilitas tersebut.
Sedangkan hubungan dengan pemerintah lain dengan bank
menggunakan Virtual Private Network (VPN)
2. Jaringan Intranet adalah jaringan internal (jaringan antara
komputer seluruh unit kerja pemerintah provinsi Papua) yang
memiliki keamanan tinggi dengan karakteristik pengguna ter-
autentifikasi dengan otorisasi tertentu, jaringan ini disebut
jaringan private karena dipergunakan IP addres lokal (IP Private).
204 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Intranet terkoneksi dengan jaringan publik melalui Firewall yang


berfungsi sebagai perangkat keamanan komunikasi dari dan
menuju Internet.

C6. When (Time)

C6.1 Kondisi Saat Ini


Berdasarkan penelusuran Renstra Dinas Kominfo tahun 2013-
2018 belum menemukan arah pengembangan e-Government yang
dirancang dalam program kerja 5 tahun mendatang, sama halnya
rencana pengembangan dari setiap SKPD belum ada rencana khusus
dalam pengembangan e-Government sehingga pola pengembangan
masih parsial dan terkesan pembangunan hanya sebatas memenuhi
persyaratan tuntutan publik atas pelayanan yang lebih responsif,
akuntabel, transparan, efektif dan efisien. Untuk itu perlu adanya
rencana strategis yang lebih mengakomodir semua unit organisasi
untuk lingkup Provinsi Papua, agar pengalokasian sumber daya tepat
dan jelas. Dengan cara itu diharapkan dalam kurun waktu 5 tahunan
sudah ada capaian yang berguna untuk mewujudkan pemerintahan
berbasis elektronis e-Government.

C6.2 Sasaran Pengembangan ke Depan


Visi dan Misi pengembangan TIK di Provinsi Papua biasanya
dijabarkan melalui rencana kerja 5 tahunan. Namun untuk Rencana
Induk Pengembangan e-Government ke depan perlu dibuat untuk
jangka panjang yaitu 10 (sepuluh) tahun, dari 2015 sampai dengan
2025. Rencana kerja selama 10 tahun yang diusulkan dilihat pada Tabel
5.19.
Tabel 5.19 Usulan Rencana Induk Pengembangan e-Government Tahun 2015-2025

No Bidang pokok Bidang pokok Detail pengembangan 2015- 2018 & 2020 & 2022 & 2024 &
pengembangan Pengembangan 2017 2019 2021 2023 2025

1 Kebijakan Pengembangan Pembuatan Regulasi Pengembangan


regulasi dan kebijakan e-Government
dibidang pengelolaan
TIK

Pembuatan Rencana Induk


Pengembangan e-Government

Pembuatan Standar Opera ng and


Procedure (SOP) untuk pengelolaan
e-Government

Pengembangan kriteria dan indikator


keberhasilan pengelolaan e-Government

Pembuatan Regulasi Pengembangan kebijakan pendidikan


Pengembangan yang mendukung pemanfaatan
e-Government e-Government
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Pengembangan kebijakan penerapan


pertukaran data elektronik

Pengembangan kebijakan yang


menjamin adanya interaksi antara
pemerintah dan masyarakat
205

menggunakan TIK
Pengembangan monitoring dan
206

evaluasi par sipa f terhadap proses


pembangunan dengan memanfaatkan
TIK

Peningkatan kerja sama mul pihak


untuk pengembangan infrastruktur TIK

2 Kelembagaan, Pengembangan Pembentukan perangkat organisasi dan


Kepemimpinan, organisasi dan tata tata kerja Government Chief Informa on
Sistem kerja pemerintah yang Officer disemua unit organisasi
Manajemen dan par sipa f, efisien dan
Proses Kerja efek f

Pelibatan para pihak (stakeholders)


dalam proses pembangunan melalui
pemanfaatan TIK

Pembentukan lembaga pendamping


pemerintah berbasis komunitas dalam
pengembangan TIK

3 Sumber daya Peningkatan kualitas Perekrutan pengambil kebijakan


manusia dan kuan tas sumber (Government Chief Informa on Officer)
daya manusia dan Staf Teknis TIK untuk se ap unit
pemerintah dan organisasi
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

masyarakat dalam
pengelolaan dan
pemanfaatan TIK
Pengembangan kapasitas dan komitmen
pengambil kebijakan dalam bidang TIK
(Government Chief Informa on Officer)

Pengembangan SDM melalui pendidikan


dan pela han

Pengembangan dan mendorong ins tusi


pendidikan TIK yang kuat dan berdaya
saing secara global di Provinsi Papua

Pengembangan pendidikan dan


pela han bagi pengelola teknis dan
pengguna komunikasi dan informasi

Peningkatan pemanfaatan sistem


komunikasi dan informasi oleh
masyarakat dan dunia industri

Pengembangan komunitas/masyarakat
dalam pengelolaan dan pemanfatan TIK

4 Jaringan Pengembangan Pembangunan infrastruktur dan


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

infrastruktur akses komunikasi dan informasi yang


komunikasi dan mencakup seluruh wilayah provinsi
informasi untuk Papua
melayani kebutuhan
penyelenggaraan
pemerintahan dan
pemberdayaan
207

masyarakat
Integrasi dan op malisasi infrastruktur
208

komunikasi dan informasi yang


mencakup seluruh wilayah provinsi
Papua

Penyediaan akses komunikasi bagi


masyarakatyang murah dan berkualitas

Pengembangan pengelolaan pusat


data yang memiliki jaminan terhadap
keamanan dan keberlangsungan data

Peningkatan Pengembangan transparansi dan


kualitas pengelolaan akuntabilitas sistem komunikasi dan
komunikasi dan informasi
informasi

Pengembangan prosedur perencanaan,


pelaksanaan, dan evaluasi sistem
komunikasi dan informasi

5 Perangkat Lunak/ Pengembangan Iden fikasi kebutuhan perangkat lunak


Aplika-si perangkat lunak dalam mewujudkan pemerintahan yang
aplikasi e-Government baik dengan memanfaatkan TIK
dalam rangka
efek vitas dan
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

efisiensi proses
pembangunan
Pengembangan integrasi aplikasi,
interopabilitas sistem dan applica on
sharing

Pengembangan perangkat lunak yang


terbuka dan dak tergantung pada
pla orm tertentu serta menghorma
HAKI, berdasarkan kebutuhan dan
karakteris k lokal

Evaluasi perangkat lunak secara periodik


sesuai dengan perkembangan TIK dan
kebutuhan pemerintah

Mendorong pengembangan perangkat


lunak dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal

SIM Kolaborasi dan Kordinasi

SIM Dokumentasi

SIM Surat/Kantor Maya


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

SIM Pengaduan dan Keluhan


Masyarakat

Sistem Informasi Administrasi


Kependudukan (SIAK)

SIM Pajak & Retribusi


209
SIM Penda aran & Perizinan
210

SIM Penanaman Modal/Investasi

SIM Pengeloaan pendapatan daerah

Sistem Akuntasi Keuangan Daerah

Sistem Informasi Perjananan Dinas


(SPPD)

Sistem Informasi Presensi Elektronik

E-Procurement

SIM Kas dan Perbendaharaan

E-Gov Portal

GIS (Geografic Informa on System)

SIM Lingkungan Hidup

SIM Potensi Daerah

SIM Pertanian, Perikanan & Peternakan

SIM Pertambangan & Energi


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

SIM Jamkespa

SIM Pariwisata & Budaya

SIM RESPEK
SIM Pemuda & Olahraga

SIM Koperasi & UKM

SIM Kesehatan

SIM Pendidikan

SIM Ketenagakerjaan

SIM Industri & Perdagangan

SIM Transportasi

SIM Jalan dan Jembatan

SIM Terminal dan Pelabuhan

SIM Sarana Umum

SIM DPRP

SIM MRP

SIM Hukum
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

SIM BUMD

SIM Data Pembangunan

Sistem Perencanaan Pembangunan


Daerah(SIMPEDA)
211
Sistem Informasi Manajemen Barang
212

dan Aset Daerah (SIMBADA)

Sistem Informasi Manajemen


Kepegawaian (SIMPEG)

SIM Ekseku f

SIM Pelaporan dan pemerintahan

SIM Evaluasi & Informasi Hasil


Pembangunan

Papua Cloud

Webmail

Perangkat Keras Menyediakan Iden fikasi kebutuhan perangkat keras


Perangkat Keras dalam mewujudkan pemerintahan yang
untuk mendukung baik dengan memanfaatkan TIK
pengembangan
dan pemanfaatan
e-Government

Menyediakan perangkat keras komputer


dengan ngkat keamanan yang handal
Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Menyediakan perangkat keras untuk


mengintegrasi sistem informasi yang
sudah ada
Evaluasi perangkat keras secara periodik
sesuai dengan perkembangan TIK dan
kebutuhan pemerintah

6 Layanan Publik Penyediaan akses Pengembangan database dan basis


informasi bagi publik pengetahuan yang terpadu dan
par sipa f serta dapat diakses publik

Pengembangan dan koordinasi layanan


informasi terpadu yang bertahap dan
berorientasi jangka panjang

Penyediaan akses informasi untuk dunia


pendidikan, masyarakat dan dunia bisnis

Meningkatkan minat dan par sipasi


masyarakat dalam menggunakan
layanan informasi terpadu

Mendorong pertumbuhan pusat-pusat


informasi lokal yang indipenden

Menjalin kerja sama lintas daerah,


Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

regional, dan internasional dalam


pengembangan layanan data dan
informasi

Keterangan Tabel 5.19:


1. Se ap baris diberi warna berdasarkan periodisasi realiasasi program
213
214 Bab V Pemetaan Perspektif dan Perancangan Rencana Strategis

Roadmap pengembangan e-Government yang dirancang ini


berlaku untuk 10 (sepuluh tahun) dari tahun 2015-2025. Sebenarnya
belum ada referensi atau aturan yang mendukung perencanaan dalam
jangka waktu 10 tahun namun Provinsi Papua memiliki kewenangan
khusus melalui UU No 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
Papua, adanya Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat
(UP4B) dan regulasi lainnya yang memihak kepada Papua menjadi
dasar dalam pembuatan rencana induk e-Government untuk jangka
10 tahun. Selain itu, Papua merupakan daerah yang masih tertinggal
dalam segala bidang sehingga selalu diberikan kebijakan-kebijakan
afirmasi dari pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan, hal
ini memungkinkan perencanaan strategis dalam jangka waktu 10 tahun
dengan mempertimbangkan sejumlah faktor yang ada.
Bab VI

Tahapan Pengembangan
dan Manajemen Perubahan

A. Tahapan Pengembangan E-Government

Agar Roadmap Pengembangan e-Government yang dirancang


dapat berjalan sesuai yang direncanakan, maka tahapan pengembangan
mengacu pada Tabel 5.19, yaitu sebagai berikut.
1. Pengembangan regulasi dan kebijakan di bidang pengelolaan
TIK
a. Pembuatan Regulasi Pengembangan e-Government
b. Pembuatan Rencana Induk Pengembangan e-Government
c. Pembuatan Standar Operating and Procedure (SOP) untuk
pengelolaan e-Government
d. Dan regulasi serta kebijakan pendukung lainnya.
2. Pengembangan organisasi dan tata kerja pemerintah yang
partisipatif, efisien dan efektif.
216 Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan

a. Pembentukan perangkat organisasi dan tata kerja


Government Chief Information Officer di semua unit
organisasi.
b. Pembentukan dan perekrutan tenaga teknis disemua unit
Organisasi.
c. Pembentukan lembaga pendamping pemerintah berbasis
komunitas dalam pengembangan TIK.
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia aparatur
pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan
TIK.
4. Pembangunan kapasitas SDM sangat vital guna menjamin
penerapan e-Government. SDM TIK sesuai dengan latar
belakang pendidikan, peningkatan pendidikan masyarakat,
pemerintah memberikan fasilitas untuk mendidik masyarakat
tentang pemakaian komputer/Internet (e-literacy). Kemudian
e-Government dapat berkembang dengan baik apabila tingkat
kesadaran yang cukup tinggi akan pentingnya penerapan TIK
(e-awareness) dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk
itu adanya upaya peningkatan kesadaran, berupa kebijakan dan
komitmen dari pemimpin puncak/pemegang kebijakan mengenai
TIK sehingga semua pihak dapat berpartisipasi secara aktif.
5. Pengembangan dan peningkatan infrastruktur komunikasi
dan informasi untuk melayani kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.
6. Peningkatan kualitas pengelolaan komunikasi dan informasi.
7. Pengembangan perangkat lunak aplikasi e-Government dan
integrasi sistem yang sudah ada dalam rangka efektivitas dan
efisiensi proses pembangunan.
Urutan pengembangan Sistem informasi/aplikasi
e-Government berdasarkan portofolio McFarlan Grid Strategic
yaitu: pertama Key Operational karena kesuksesan organisasi
tergantung pada aplikasi ini, kedua Strategic karena SI yang kritis
untuk mendukung strategi bisnis yang akan datang, ketiga High
Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan 217

Potential adalah aplikasi yang memiki potensi tinggi sebagai


core dari proses bisnis dan terakhir adalah Support, kelompok SI
ini bernilai tetapi tidak kritis dalam mencapai kesuksesan.
8. Menyediakan Perangkat Keras untuk mendukung pengembangan
dan pemanfaatan e-Government.
9. Penyediaan akses informasi bagi publik
Selama ini pemerintah fokus pada pengembangan sarana
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Akan tetapi dalam konsep
pengembangan e-Government pembangunan infrastruktur TIK
harus selaras dengan pembangunan infrastruktur masyarakat.
Selain itu perlu juga dibangun aplikasi yang online selama 24
jam 7 hari selama 1 tahun.
10. Membangun hubungan kerja sama
Kerja sama/kolaborasi adalah kunci agar e-Government
dapat mengubah bentuk dan fungsi pemerintahan secara
keseluruhan. Diusulkan suatu jaringan dari mitra dibentuk
terdiri dari organisasi dan para vendor yang dapat secara efektif
membantu dan mengambil bagian dalam inisiatif implementasi
e-Government. Kerja sama ini melibatkan pihak swasta, organisasi
non pemerintah, lembaga riset dan training (perguruan tinggi).
11. Monitoring dan evaluasi e-Government
Pengembang aplikasi e-Government diharuskan membuat
dan menyerahkan dokumentasi dari aplikasi agar kesinambungan
implementasi aplikasi dapat terjaga. Dokumen termasuk di
dalamnya antara lain:
a. Spesifikasi Fungsional (fungsi-fungsi yang dijalankan,
masukan, keluaran, laporan dan lain-lain)
b. Spesifikasi Teknis (desain, proses, struktur data,
interkoneksi dan lain-lain)
c. Standart Operating and Procedure (SOP) dan Petunjuk
Pemakaian (User Manual)
d. Kode program (Source Code). Tergantung kesepakatan
dalam kepemilikan kekayaan intelektual
218 Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan

e. Dokumentasi lain sesuai dengan kebutuhan dan peraturan


yang berlaku.
Dokumentasi ini kemudian akan menjadi acuan
bagi evaluasi kinerja SI (audit e-Government). Sedangkan
pelaksanaan monitoring dilakukan secara periodik
dan terpadu yang melibatkan instansi perencanaan
pembangunan, keuangan, pengawas daerah, dan semua
unit organisasi pengelola TIK, serta mitra pemerintah yang
turut serta dalam implementasi e-Government. Koordinasi
pelaksanaan dan evaluasi pengelolaan TIK di lingkup
pemerintah Provinsi Papua dilakukan secara periodik setiap
6 (enam) bulan sekali untuk memperoleh masukan dan
tindakan perbaikan serta menghindari terjadinya tumpang
tindih program antar unit organisasi. Hasil monitoring dan
evaluasi secara periodik digunakan sebagai dasar untuk
penyusunan perencanaan program tahun berikutnya.

B. Manajemen Perubahan
Pemerintah merupakan bagian dari sistem sosial yang hidup di
tengah-tengah lingkungan masyarakat yang memiliki sifat dinamis,
selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, pemerintah harus mengikuti
berkembangan masyarakat, jika tidak penyelenggaraan pemerintahan
tidak akan survive apalagi berkembang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kemampuan untuk survive sangat ditentukan oleh
kemampuan untuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan yang dihadapi atau menyesuaikan diri dengan perubahan
potensial yang akan terjadi di masa mendatang. Jika tidak, citra buruk
pada pemerintah seperti struktural birokratif, berbelit dan lamban, tidak
efisien, kompetensi SDM rendah, budaya dilayani bukan melayani,
korup, statis, tidak transparan, dan lain sebagainya akan disematkan
Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan 219

oleh masyarakat selaku penerima layanan, pemerintah daerah lain


(dalam Negeri), maupun negara lain yang sudah maju. Ini berarti bahwa
perubahan dalam manajemen pemerintahan merupakan kebutuhan yang
tidak dapat dihindari.
Terutama dalam implementasi e-Government, manajemen
perubahan mutlak dibutuhkan untuk melakukan perbaikan organisasi,
perubahan sistem manajemen, proses kerja pemerintahan/budaya
kerja (culture set) dan perubahan pola pikir (mind set) agar manfaat
dan kegunaannya benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh pemangku
kepentingan. Seperti halnya dikemukakan oleh Indrajit (2006) bahwa
merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan konsep
e-Government pada dasarnya adalah menjalankan sebuah manajamen
transformasi (change management) yang cukup kompleks. Seperti
diketahui bersama, kebanyakan orang sangat anti dengan perubahan
(people do not like to change). Dengan kata lain, konsep implementasi
e-Government harus disertai dengan sebuah strategi tranformasi yang
baik dan efektif, terutama yang berkaitan dengan pemberian dan
penawaran insentif-insentif baru, pembentukan struktur institusi yang
mendukung lingkungan perubahan, penyiapan dana yang cukup dan
investasi untuk pengembangan keahlian dan kompetensi SDM yang
terlibat, dan lain seabagainya. Karena pada dasarnya perubahan akan
sangat erat berkaitan dengan hal-hal semacam struktur organisasi,
manusia dan budaya, kebijakan, prosedur, ketersediaan sumber daya,
teknologi, dan hal-hal lainnya64. Sama halnya dikemukakan Prayitno
(2008) bahwa semaju-majunya teknologi informasi yang ditawarkan
atau besaran dana yang dimiliki tidaklah menjamin terjadinya
kesuksesan perubahan yang diimpikan. Untuk itu manajemen perubahan
mutlak harus dilakukan agar menghindari kemungkinan kesalahan
yang berkaitan dengan implementasi e-Government, seperti: kesalahan
teknis (technical error) yang berkaitan dengan kualitas teknis yang
rendah, kesalahan fungsional (functionality error) yang berkaitan
dengan ketidaksesuaian antara fungsi sistem e-Government dengan

64 Ward, J., & Peppard, J., Strategic Planning for Information Systems. GreatBritain: John Wiley
& Sons Ltd, 2002
220 Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan

kebutuhan pelayanan pemerintahan yang ada, atau kesalahan manusia


(human error) yang secara garis besar berkaitan dengan kemampuan
dan kemauan pegawai untuk menggunakan sistem e-Government
tersebut. Ketiga jenis kemungkinan penyebab kesalahan ini sudah harus
dipikirkan sejak awal implementasi e-Government dimulai65.
Pada umumnya setiap perubahan yang terjadi di organisasi
manapun selalu saja ada pihak-pihak yang terganggu, sehingga respon
negatif atau penolakan terhadap perubahan sering terjadi secara individu
maupun organisasi. Lebih lanjut Prayitno (2008) mengemukakan ada dua
jenis penolakan, yaitu Penolakan Individu dan Penolakan Kelompok.
Resistensi Individual terjadi karena kebiasaan kepribadian, rasa aman
dengan sistem lama, faktor ekonomi, ketakutan dengan ketidakpastian
sistem baru, dan persepsi negatif, individu-individu punya potensi
sebagai sumber penolakan atas perubahan. Resistensi Organisasi,
secara umum, pada hakikatnya memang konservatif dan secara aktif
mereka menolak perubahan. Khusus untuk Pemerintah Provinsi Papua,
berdasarkan pengamatan penulis dan pengakuan narasumber bahwa
potensi resistensi individu terhadap implementasi e-Government lebih
besar dibanding organisasional, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Faktor Kebiasaan dan Rasa Aman. Kebiasaan yang dilakukan
hingga merasa nyaman dan menyenangkan sehingga terus
dilakukan dan terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika
perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan maka
muncul mekanisme diri, yaitu penolakan. Sama halnya jika
kondisi sebelum pelaksanaan e-Government sudah memberikan
rasa aman, dan setiap manusia memiliki kebutuhan akan rasa
aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar.
Penerapan e-Government menimbulkan ketakutan bagi sebagian
pegawai, yang merasa tidak yakin bisa berhasil menyesuaikan
diri dengan sistem kerja baru. Merasa terganggu dan takut gagal

65 Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan
Teknologi Informasi. Aptikom Hal 19
Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan 221

dalam bekerja, yang bisa mempengaruhi jabatannya, menjadi


potensi penolakan implementasi e-Government.
Beberapa kebiasaan dan rasa aman para aparatur
pemerintah Provinsi Papua, yaitu disiplin kerja para PNS masih
kurang, minimnya produktivitas dan inovasi kerja serta mudah
tergiur dengan budaya asing yang bersifat negatif dan tidak mau
bekerja keras dan lain sebagainya. Salah satu contoh, sewaktu
Presensi masih berbasis kertas para pegawai sering manipulasi
paraf (terlambat masuk kantor dan pulang cepat), namun setelah
penerapan teknologi Presensi Digital dituntut untuk bekerja lebih
cepat dengan tingkat transparasi serta pengawasan yang semakin
tinggi. Dengan penerapan ini menjadi ancaman dan tantangan
bagi para PNS untuk meninggalkan kebiasaaan-kebiasaan,
kenikmatan-kenikmatan (baik resmi maupun tidak resmi) yang
sudah dimiliki oleh sebagian pegawai pemerintahan.
b. Faktor ekonomi juga sebagai sumber penolakan karena im-
plementasi e-Government membawa perubahan proses dan
prosedur pelayanan masyarakat yang lebih singkat dan sederhana.
Perbedaan proses dan pengurangan prosedur pelayanan publik
bisa mengakibatkan menurunnya sumber-sumber pendapatan
pegawai pemerintahan, baik resmi maupun tidak.
Faktor ini menjadi salah satu masalah serius pemerintahan
di Indonesia, khususnya di Papua. Contohnya, proses perizinan
usaha di Papua relatif lebih lama (masih birokratif) sehingga
dimanfaatkan oleh oknum aparatur pemerintahan untuk
memberikan jasa yang lebih cepat dengan menawarkan harga
yang lebih tinggi, hal ini menjadi tantangan pemerintah untuk
membangun sistem pelayanan perizinan terpadu berbasis
teknologi informasi. Contoh lain, menjadi rahasia umum di Papua
bahwa proses pengadaan barang dan jasa yang manual selama ini
sering dilakukan suap-menyuap antara pelaku usaha dan oknum
aparatur pemerintahan sehingga lebih banyak biaya dikeluarkan
untuk harga tanda tangan pejabat, sering diistilahkan harga “tinta”.
222 Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan

Namun semenjak pemanfaatan teknologi informasi di bidang


pengadaan barang dan jasa (LPSE) sudah ada perubahan yang
berarti dari sisi efektivitas dan efisensi pelayanan, walaupun tidak
secara total. Untuk hal ini dibutuhkan pembenahan-pembenahan
secara menyeluruh dari sisi teknis maupun pengembangan SDM
terutama dalam hal perubahan mindset dan culture set para
aparatur pemerintahan agar kebiasaan lama yang diwariskan
secara turun-temurun dirubah dengan pola pikir dan budaya kerja
yang baik.
c. Perbedaan persepsi, terutama perubahan dengan berbasis
e-Government tidak akan luput dari komentar-komentar dari
orang-orang yang selalu kontra terhadap kebijakan pemerintah,
yang selalu berargumentasi bahwa perubahan yang dilakukan
salah dan menyimpang. Orang-orang yang kontra akan selalu
menciptakan halangan-halangan dan menunjukkan sikap
penolakan. Salah satu contoh adalah penolakan E-KTP oleh
sebagian masyarakat di Papua. Penolakan tersebut lebih
bernuansa politik, masyarakat menilai kebijakan tersebut
sengaja dibuat untuk kepentingan politik di Papua sehingga
sampai saat ini perekaman e-KTP tidak terlalu mendapat respon
dari masyarakat. Proses penyelesaian kasus yang bernuansa
politis ini tidak bisa diselesaikan secara parsial, tetapi harus
melakukan dialog yang terbuka dan menyeluruh dari pemerintah
pusat hingga daerah. Jika tidak, program-program yang berbasis
TIK untuk kepentingan pelayanan publik justru akan terhambat
sebagai akibat dari kebiasaan saling curiga antara pemerintah
dan masyarakat Papua. Dengan adanya peraturan-peraturan
yang menghendaki bahkan mengharuskan terjadi perubahan,
maka pemerintahan sebagai organisasi dan masyarakat tidak ada
alasan lain kecuali mengikuti, namun dengan cara komunikasi
dan dialog yang bermartabat.
Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan 223

Untuk mengatasi persoalan di atas dan mengantisipasi ke-


mungkinan-kemungkinan teknis dan nonteknis yang bisa terjadi dari
internal maupun eksternal organisasi terhadap proses implementasi
e-Government, Coch dan French Jr merekomendasikan enam taktik
yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan, yaitu66:
1) Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara
tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya
perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai
macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan
bentuk-bentuk lainnya. Pada tahap perencanaan pengembangan
perlu dilakukan komunikasi dan sosialisasi terhadap semua
pihak yang terkait rencana, manfaat, dan konsekuensi lain yang
akan muncul dari penerapan e-Government. Pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pegawai juga perlu
dilakukan untuk lebih menyiapkan sumberdaya yang terkait,
sehingga pelaksanaan bisa terkendala dengan kemampuan teknis
pegawai.
2) Partisipasi. Mengajak semua pihak untuk mengambil keputusan.
Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan. Usulan-
usulan dan ide-ide perlu diakomodasi dalam perancangan
pengembangan sistem baru, termasuk e-Government. Apabila
gagasan perubahan datang dari orang lain, pimpinan sekalipun,
pihak penerima akan menjadi pasif, dan merasa tak tertarik.
Pemimpin yang bijak akan memberi jalan agar para pengikutnya
dapat secara aktif memberi kontribusi, mengajukan gagasan-
gagasan perubahan. Kalau gagasan-gagasan itu datang dari
mereka, maka hampir dapat dipastikan mereka akan lebih
bersemangat. e-Government bukanlah sesuatu yang kaku
walaupun sifatnya merupakan teknologi tinggi. Selama mampu
menawarkan manfaat e-Government dengan baik, masih terbuka

66 Prayitno, Edy . 2008. Manajemen Perubahan, Tantangan Implementasi E-Government.


Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei
2008 Hal 111
224 Bab VI Tahapan Pengembangan dan Manajemen Perubahan

ruang-ruang untuk memodifikasi aplikasi sehingga sesuai dengan


aspirasi yang diajukan.
3) Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut
atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-
pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi
tingkat penolakan.
4) Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan
negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara
ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan
yang tidak kecil. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi
keinginan mereka.
5) Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi
kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memelintir (twisting)
fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang
negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Apabila dianggap
lebih menguntungkan, kooptasi bisa dilakukan, dengan cara
memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang
perubahan dalam mengambil keputusan.
6) Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan
jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya
perubahan.
Bab VII

Kesimpulan

B erdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan


pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Penelitian ini menghasilkan Roadmap Pengembangan
e-Government Provinsi Papua terlepas dari Renstra Dinas
Kominfo untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, yaitu dari tahun
2015 sampai dengan 2025, dengan beberapa tahap pengembangan
sebagai berikut. Tahap I (2015, 2016 & 2017), Tahap II (2018
& 2019), Tahap III (2020 & 2021), Tahap IV (2022-2023) dan
Tahap V (2024-2025).
2. Berdasarkan pemetaan portofolio sistem informasi saat ini di
pemerintah provinsi Papua menggunakan 12 (sebelas) buah
sistem informasi/aplikasi. Selanjutnya untuk pengembangan
ke depan berdasarkan hasil pemetaan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pemerintah Provinsi Papua dan blueprint sistem
aplikasi e-Government bagi Lembaga Pemerintah Daerah yang
ditetapkan Departemen Komunikasi Dan Informasi, diusulkan
47 (empat puluh tujuh) buah sistem informasi untuk dibangun
226 Bab VII Kesimpulan

dan tingkatkan sesuai kerangka dan bagian dari penerapan


e-Government secara nasional.
3. Tahap pengembangan dari Roadmap e-Government ini adalah:
Pengembangan regulasi dan kebijakan di bidang pengelolaan
e-Government, Pengembangan organisasi dan tata kerja
pemerintah terutama membentuk Government Chief Information
Officer dan badan teknis pengelolaan TIK, Peningkatan kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia aparatur pemerintah dan
masyarakat, Pengembangan dan peningkatan infrastruktur
komunikasi dan informasi, Peningkatan kualitas pengelolaan
komunikasi dan informasi, Pengembangan perangkat lunak
aplikasi e-Government dan integrasi sistem yang sudah ada,
Menyediakan Perangkat Keras untuk mendukung pengembangan
dan pemanfaatan e-Government, Penyediaan akses informasi
bagi publik, Membangun hubungan kerja sama dengan pihak
lain, Monitoring dan evaluasi e-Government. Kemudian tak
kalah pentingnya adalah perlu melakukan langkah-langkah
manajemen perubahan seiring pengembangan dan pemanfaatan
e-Government agar berhasil dan tepat guna.
4. Untuk mengimplementasikan Rencana Induk Pengembangan
e-Government ke depan ini perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut.
a. Komitmen Pemimpin yang tercermin dalam Visi dan Misi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (2013-
2018) dan Rencana Strategis Dinas Kominfo (2013-2018)
perlu diperkuat lagi dengan Peraturan Gubernur tentang
pengembangan e-Government, yang mengakomodir:
Kelembagaan (Kepemimpinan, Sistem Manajemen dan
Proses Kerja), Sumber Daya Manusia, Perangkat Keras/
Komputer, Jaringan/Internet, Perangkat Lunak/Aplikasi,
Data/Informasi, Pendanaan, Pemberdayaan Masyarakat
dan Pihak Bisnis.
Bab VII Kesimpulan 227

b. Perlunya dukungan dalam hal pendanaan, terutama


dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) perlu mendapatkan prioritas sehingga
implementasi Rencana Induk e-Government pada
pemerintah Provinsi Papua berjalan lancar.
Daftar Pustaka

Ayorbaba, Anthonius. 2011. The Papua Way: Dinamika Konflik Laten


dan Refleksi 10 Tahun Otsus Papua. Jayapura: Tabloit Suara
Perempuan Papua-The Papua Institute.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No. 04/01/94/Th.8 VIII, 1 Juli
2014
Blueprint Aplikasi e-Government, Jakarta: Kementerian Kominfo,
2004
Daftar Alamat Website Pemda Dan Lpse Provinsi, Kabupaten, Kota
Seluruh Indonesia. Data Updated: Juli 2013, Pusdatinkomtel-
Setjen, Kementerian Dalam Negeri. (Online: www.kemendagri.
go.id)
Data Hasil Rakorsus P4B Tingkat Nasional dalam Rangka Penyusunan
Rencana Kerja Tahunan Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Papua Barat (RKT-P4B) Tahun 2014 di Jakarta, 17
April 2013 (Online: http://old.bappenas.go.id)
Data Instansi Pemerintah Provinsi Papua (Online: https://www.papua.
go.id)
Data Jaringan Kerja Rakyat (JERAT) Papua Tahun 2015 Tentang 7
Wilayah Adat. (Online: www.jeratpapua.org)
230 Daftar Pustaka

Djoht, D. R. 2002. Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan Dalam


Pembangunan Kesehatan Masyarakat Papua. Jurnal Antropologi
Papua. Vol.1, No. 1
Djunaedi, Achmad (2002). Beberapa Pemikiran Penerapan
e-Government dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia.
Jogjakarta: Seminar FMIPA-UGM.
Dokumen Rencana Induk Pengembangan e-Government Pemerintah
Provinsi Gorontalo Tahun 2009-2013. Badan Lingkungan Hidup,
Riset dan Teknologi Informasi, Provinsi Gorontalo, 2008.
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Papua 2013-2018
Dokumen Rencana Strategis Dinas Kominfo Provinsi Papua 2013-
2018
Fang, Zhiyuan, 2002. “e-Government in Digital Era: Concept, Practice,
and Development”. In International Journal of The Computer,
The Internet and Management, Vol. 10, No.2, 2002, p 1-22. School
of Public Administration, National Institute of Development
Administration (NIDA), Thailand
Indrajit, R.E., 2004. Electronic Government Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi
Digital. Yogyakarta: Andi.
Indrajit, R.E., 2006. Electronic Government, Konsep Pelayanan Publik
Berbasis Internet dan Teknologi Informasi. Aptikom
Indrajit, Richardus Eko. 2005. e-Government In Action: Ragam Kasus
Implementasi Sukses Di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
INPRES 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government
International e-Government Ranking 2014. Jointly Surveyed by Waseda
University and International Academy of CIO (IAC). Tokyo Mei
2014.
Daftar Pustaka 231

Jaya, Safitri, 2014. Implementasi dan Perkembangan e-Government Di


Indonesia. STIMED Nusa Palapa, Makassar (Online: http://jim.
stimednp.ac.id)
Kurniawan Teguh. 2011. “Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan
Good Governance melalui Penerapan E-Government di
Indonesia”. (Online: http://teguh-kurniawan.web.ugm.ac.id)
Materi Persentasi Pembangunan Infrastruktur Broadband Indonesia,
Rencana Kerja Kementerian Kominfo. (Online: web.kominfo.
go.id)
Moedjiono, Blueprint Aplikasi e-Government Pemerintah Daerah.
Workshop: Penyusunan Cetak Biru e-Government-Warta
Ekonomi. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia, 2005.
Mutyarini, K., Sembiring, J, Arsitektur Sistem Informasi untuk Institusi
Perguruan Tinggi di Indonesia, Prosiding KNTI&K. pp102-107,
2006.
Papua Dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistika Provinsi
Papua.
Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) Tahun 2012-2014.
Direktorat e-Government, Ditjen. APTIKA–KEMKOMINFO
RI, (Online: http://pegi.layanan.go.id)
Penerimaan Dana Otsus Papua Tahun 2002-2013. Data Badan
Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Provinsi Papua.
(Online: https://bpkad.papua.go.id)
Prayitno, Edy . 2008. Manajemen Perubahan, Tantangan Implementasi
E-Government. Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF
2008) UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008
Rokhman, Ali. 2008, “Potret dan hambatan e-Government Indonesia”.
Inovasi online, edisi vol.11/XX, Juli 2008.
Sosiawan, EA., Tantangan dan Hambatan Dalam Implementasi
E-Government di Indonesia. UPN Veteran Yogyakarta. (Online:
http://edwi.upnyk.ac.id/)
232 Daftar Pustaka

Survey Penggunaan Internet Sektor Bisnis Tahun 2013. Asosiasi


Penyelenggara Jasa Internet Indonesia & Badan Pusat Statistik.
(Online: www.apjii.or.id)
UU Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Papua
UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasonal
Ward dan Peppard, (2002), Strategic Planning for Information Systems,
John Wiley inc., USA
Ward, J. & Peppard, J., Strategic Planning for Information System (2nd
ed.), John Wiley & Sons, 2002.
Yunizal, Edri. Evolusi Framework Arstektur Enterprise. Seminar
Nasional Pascasarjana X ITS. Surabaya, 2010.
Biodata Penulis

Data Pribadi
Nama : Melkior Nikolar Ngalumsine Sitokdana,
S.Kom., M.Eng
Tempat Tanggal Lahir : Abmisibil, 18 Mei 1987
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Katolik
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Gang Duren Kemiri Barat Salatiga
Handphone : 081229553542
234 Biodata Penulis

Latar belakang Pendidikan Formal


1995 – 2001 : SD YPPK Abmisibil Kabupaten
Pegunungan Bintang Papua
2001 – 2004 : SMP N Okbibab Kabupaten Pegunungan
Bintang Papua
2004 – 2007 : SMA YPPK Asisi Sentani Jayapura
2007 – 2012 : Jurusan Teknologi Informasi, Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga
2013-2015 : Pascasarjana Teknik Elektro, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

Non Formal
2010 : Pelatihan Jurnalistik di Bernas Yogyakarta
2008 : Kursus Operator Komputer Bisnis di Stekom PAT
Salatiga
2009 : Kursus Desain Komputer Grafis di Stekom PAT
Salatiga
2011 : Kursus Administrator Jaringan Satya Bina Bangsa
Salatiga
2012 : Kursus Pemrograman Visual di Stekom PAT
Salatiga
Dan masih banyak pelatihan dan kursus yang diikuti

Pengalaman Berorganisasi
2009-2011 : Sekjen Komunitas Mahasiswa Pelajar Pegunungan
Bintang Se-Jawa, Bali dan Sulawesi
2009 : Pendiri Media Mahasiswa Pegunungan Bintang:
Komapo News (Online dan Cetak)
2011 : Ketua Panitia Seminar Nasional Kerja Sama
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga
2012-2015 : Pembina Mahasiswa Pegunungan Bintang
Biodata Penulis 235

Penghargaan
2008 : Trainer Dalam Seminar dan Workshop Peningkatan
Mutu Proses Belajar Mengajar Berbasis TIK di
Kabupaten Jayapura
2009 : Juara I Pidato dan Sebagai Peserta Terbaik Latihan
Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Papua
Diselenggarakan Yayasan Binterbusih Semarang
2011 : Juara II Sebagai Peserta Terbaik Latihan
Kepemimpinan Tingkat Lanjut Mahasiswa Papua
Diselenggarakan Yayasan Binterbusih Semarang

Karya Ilmiah dan Kegiatan Sosial


1. Pemakalah Seminar Nasional Teknologi Informasi dan
Multimedia (SEMNAS TEKNOMEDIA) STMIK Amikom
Yogyakarta Tahun 2015. Judul Makalah: Rencana Strategis
Pengembangan e-Government Pemerintah Provinsi Papua
2. Pemakalah Seminar Nasional Teknolologi Informasi dan
Komunikasi (SENTIKA) Universitas Admajaya Yogyakarta
Tahun 2015. Judul Makalah: Digitalisasi Kebudayaan di
Indonesia
3. Publikasi Jurnal di Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tahun
2015. Judul: Evaluasi Implementasi e-Government Pada Situs
Web Pemerintah Kota Surabaya, Kota Medan, Kota Banjarmasin,
Kota Makassar dan Kota Jayapura
4. Membangun Website: www.knpipegbintang.com (offline), www.
komapo.org, www.himppar.com, www.ngapdonpapua.com
(offline), www.imppetang.com, www.oksnews.com.

Pengalaman Kerja
• Staf Laboratorium Komputer Fakultas Teknologi Informasi Univ.
Kristen Satya Wacana tahun 2009
• Pendamping mahasiswa Papua di Yayasan Binterbusih Semarang
2012 hingga sekarang
236 Biodata Penulis

• Sekarang bekerja sebagai Dosen Tetap di Fakultas Teknologi


Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Anda mungkin juga menyukai