Cetakan ke- 3 2 1
Tahun 18 17 16
Editor : Erdian
Desainer Sampul : Joko Sutrisno
Desainer Isi : Yustinus Saras
ISBN 978-979-21-4977-7
P uji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpah-
kan berkat yang melimpah sehingga buku Menerima Misionaris
Menjemput Peradaban: Sejarah Nama Pegunungan Bintang, Papua
& Awal Mula Peradaban Orang Asli Pegunungan Bintang dapat hadir
di tengah-tengah pembaca. Banyak dukungan dan bantuan datang dari
berbagai pihak dalam proses pembuatan buku ini. Untuk itu, terima
kasih kepada:
1. Bapak Costan Oktemka, S.IP, Bupati Kabupaten Pegunungan
Bintang, yang telah membantu mendanai penerbitan buku ini.
2. Bapak Drs. Theodorus Sitokdana, yang bersedia memberikan Kata
Pengantar, sekaligus menyempurnakan isi buku ini.
3. Bapak Drs. Paulus Sudiyo dan seluruh staf Yayasan Binterbusih
yang selalu mendukung dan mengarahkan penulis.
4. Civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana yang telah
mendukung penulis untuk mengabdikan diri sebagai peneliti dan
turut ambil bagian dalam misi mencerdaskan bangsa.
5. Para anggota Pusat Studi GMIT yang selalu memotivasi,
mendukung dan mengarahkan penulis untuk tak henti-hentinya
meneliti dan menulis.
6. Masyarakat Pegunungan Bintang.
4 Prakata
Penulis
Pengantar
Theo Sitokdana
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Pernah Menjadi Wakil Bupati
Pegunungan Bintang Periode 2005-2010
Daftar Isi
Prakata ...................................................................................... 3
Pengantar ...................................................................................... 5
Daftar Isi ...................................................................................... 11
Bab I
Sejarah Nama Pegunungan Bintang ......................................... 13
A. Proses Penamaan “Pegunungan Bintang” ............................ 14
B. Cakupan Wilayah & Expedisi di Pegunungan Bintang ........ 15
C. Pemerintahan Indonesia di Pegunungan Bintang ................. 20
Bab II
Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang ...... 27
A. Aplim-Apom, Juliana Top dan Puncak Mandala .................. 29
B. Korelasi Penamaan Puncak Mandala dan Spiritualitas
Aplim Apom ......................................................................... 31
C. Pengelompokan Suku, Bahasa dan Penempatannya............. 33
D. Kehidupan Manusia Aplim Apom ........................................ 38
12 Daftar Isi
Bab III
Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang ..................... 45
A. Sekilas Sejarah Gereja Katolik di Papua .............................. 46
B. Gambaran Umum Fransiskan di Papua ................................ 49
C. Fransiskan di Pegunungan Bintang ...................................... 51
Bab IV
Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang ...................................... 75
A. Sekilas Sejarah GIDI di Papua ............................................. 75
B. Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang .................................. 79
Bab V
Sejarah GJRP di Papua .............................................................. 85
Kronologis Sejarah Gereja Jemaat Reformasi Papua (GJRP) ...... 86
1
Lih. ”Star Mountains”, diakses dari www.papua-insects.nl pada 24 Agustus 2015.
Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang 17
(ahli bahasa/linguistik), Ch.B. Bar, H.J. Cortel, dan A.E. Escher (ahli
geologi), C. Van Heiningen dan J.J. Staats (ahli kulit binatang), C.
Kalkman dan Van Zanten (ahli botani), L.E. Nijenhuis (ahli biologi dan
spesialis darah), J. Pouwer (ahli antropologi budaya), J.J. Reijnders (ahli
tanah), H.Th. Verstappen (ahli geografi fisik), W. Vervoort (ahli zoology),
Van der Weiden (ahli kartografi), A.G. Liar (ahli antropologi fisik ), dan
B.O. Van Zanten (perwakilan pemerintah Anceaux Pouwer)2.
Ekspedisi ini diselenggarakan setelah mendapat laporan dari
perusahaan pertambangan NV Mijnbouw Maatschappij Nederlands
Nieuw Guinea yang telah melakukan survei pada tahun 1938-1939.
Insinyur P.F. de Groot dan M.G.M. Bartels pada waktu itu mengadakan
ekspedisi ke daerah hulu Sungai Digul. Pada kesempatan itu, mereka
juga mengunjungi Lembah Sibil3. Berdasarkan laporan dari perusahaan
tersebut pada tahun 1953 Nederlands Maatschappijk Onderzoek in
Oost-en West Indiẻ (perkumpulan untuk penyelidikan ilmiah dalam
hal keadaan alam) dan Het Koninklikj Nederlandsch Aardrijkskunding
Genootschap (persekutuan para geolog kerajaan Belanda) atas prakarsa
Prof. Vening Menesz, bersama-sama mengirim ekspedisi untuk
menyelidiki bagian timur dari wilayah pegunungan tengah untuk mengisi
bidang putih terakhir pada peta Niuew-Guinea. Persiapan untuk itu
berlangsung selama enam tahun. Pada tahun 1959, dibentuklah sebuah
yayasan tersendiri untuk ekspedisi tersebut, yaitu Stichting Expeditie
Nederlands-Nieuw-Guinea (Ekspedisi Nieuw Guinea Belanda).
Yayasan ini menunjuk Dr. L. Brongersma sebagai pemimpin umum dan
G.F Venema sebagai pemimpin teknis4.
Untuk pelaksanaan ekspedisi ini, kontrolir J.W. Shoorl, kepala
pemerintahan setempat di Mindiptanah (wilayah Boven Digoel) bagian
dari residensi Nieuw-Guinea Selatan, mendapatkan perintah untuk
2
Idem.
3
Schoorl, J.W. (Pim), 2011. Belanda di Irian Jaya (Amtenar di Masa Penuh Gejolak 1945-
1962). Jakarta: Penerbit Garba Budaya.
4
Lih. ”Sterrengebergte-expeditie”, diakses dari https://nl.wikipedia.org/ pada 24 Agustus
2015.
18 Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang
5
Idem.
Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang 19
6
Lih. ”Sterrengebergte”, diakses dari http://www.npogeschiedenis.nl pada 24 Agustus 2015.
7
Jan Sloot, 2009, Fransiskan Masuk Papua. Jilid I: Periode Pemerintahan Belanda 1937-
1962. Kustodi Fransiskus Duta Damai, Papua, 2012.
20 Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang
para misionaris tidak sendiri, mereka dibantu oleh para tenaga katekis
atau penginjil asal Keerom, Muyu, Paniai, dan lainnya.
8
Lih. ”Dengan Iman dan Hati Saya Bangun Pegunungan Bintang”, dalam Majalah Oknews
Edisi Perdana Mei 2015, hlm. 8-14..
22 Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang
”Saya datang ke Oksibil pada 5 Mei 2003. Manusia dan alam menyam-
but saya. Saat itu, udara cerah, pohon-pohon hijau, langit cerah. Saya
menangis.”
Setelah itu, Bapak Esau menyerahkan kapak batu (Takol Papi) itu.
Penyerahan Takol Papi ini sebagai simbol ungkapan filosofi masyarakat
adat Aplim Apom Sibilki. Dengan Takol Papi itu, mereka mau menya-
takan bahwa mereka masih hidup sederhana. Jadi penyerahan Takol Papi
itu, masyarakat mau menyatakan kepadanya: selamat datang peradaban.
Sekaligus sebagai simbol bahwa alam dan manusia menyambutnya.10
Setelah itu, ia mulai memperkenalkan diri ke masyarakat, ke
Distrik Borme, Bime, Kiwirok, Eipumek dan distrik lain. Di setiap
distrik ia disambut seperti saat tiba di bandara Oksibil. Para orang tua
adat di distrik masing-masing yang menyambut dan menyerahkan Takol
9
Idem.
10
Idem..
Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang 23
Papi, pesannya sama semua. Melalui Takol Papi itu, mereka sampaikan
pandangan atau ungkapan-ungkapan yang penuh filosofis.11
Pada masa caretaker tahun 2003-2005, ia melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan baik berlandaskan iman dan kasih. Pada pemilihan
umum pertama tahun 2005, ia kembali mendapat dukungan dari
masyarakat untuk memimpin Pegunungan Bintang untuk periode 2005-
2010. Ia didampingi wakilnya Drs. Theodorus Sitokdana. Sedangkan
ketua DPRD dijabat oleh Drs. Theo B Opki. Pada periode pertama
ini seluruh komponen bekerja keras untuk membangun Kabupaten
Pegunungan Bintang ke arah yang lebih baik, terbukti manfaat berbagai
kemajuan dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.
Setelah berakhir masa jabatan bupati pada periode pertama, Drs.
Wellington L Wenda, M.Si kembali tampil mencalonkan lagi pada
periode kedua tahun 2011-2015. Hasilnya, masyarakat Pegunungan
Bintang masih memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin
Pegunungan Bintang didampingi Yakobus Wayam, S.IP, M.Si sebagai
Wakil Bupati. Dengan demikian, ia memimpin selama 12 tahun di
Kabupaten Pegunungan Bintang, terhitung dari 2003 sampai masa
baktinya berakhir pada tahun 2015. Periode berikutnya ia tidak bisa
mencalonkan lagi karena regulasi membatasi hanya bisa memimpin
dua periode berturut-turut. Selama kurun waktu 12 tahun tersebut
banyak hal yang ia kerjakan, terutama pembangunan infrastruktur,
penataan pemerintahan, pembangunan ekonomi, pembangunan kese-
hatan dan pembangunan sumber daya manusia. Atas dasar itulah
Wellington dianugerahi gelar kehormatan Satyalancana Pembangunan
dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada HUT RI ke-64
(17 Agustus 2009) bersama 18 bupati seluruh Indonesia. Satyalancana
Pembangunan merupakan tanda kehormatan yang diberikan khusus
kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang berjasa besar bagi negara
dan masyarakat dalam bidang pembangunan. Kemudian tanggal 16
11
Idem.
24 Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang
12
Lih. ”Tahun Rahmat Tuhan Sudah Datang”, dalam Majalah Oknews Edisi II Juli 2015 (hlm.
38).
13
Lih. ”Dengan Iman dan Hati Saya Bangun Pegunungan Bintang”, dalam Majalah Oknews
Edisi Perdana Mei 2015, hlm. 8-14.
26 Bab I Sejarah Nama Pegunungan Bintang
14
Idem..
Bab II
Mengenal Manusia Aplim
Apom di Pegunungan Bintang
15
Lih. “Ratu Juliana dari Belanda”, dipublikasikan pada Desember 2004 di www.yulian.
firdaus.or.id. Diakses pada 23 Agustus 2013.
16
Lih. “Sekilas Mengenal mengenai Mandala”, dipublikasikan pada Desember 2011 di www.
ruangkumemajangkarya.wordpress.com. Diakses pada 23 Agustus 2013.
Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang 31
17
Moeis, Syarif, 2010. “Konsep Ruang Dalam Kehidupan Orang Kanekes (Studi Tentang
Penggunaan Ruang Dalam Kehidupan Komunitas Baduy Desa Kenekes Kecamatan
Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten)”. Makalah. Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
32 Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang
18
Lih. Seri “Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2012: Etnik Ngalum Distrik Oksibil
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua”. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
19
Idem.
20
Lih. “Kabupaten Pegunungan Bintang”, diakses dari www.moslemwiki.com pada 23 Januari
2016.
Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang 33
21
Alan Healey, 1964, The Ok Language Family in New Guinea. Canberra: Australian National
University. 271pp.
Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang 35
Gambar 6. Ok Family
Sumber: B.Craig & D.Hyndman (Eds.),1990 b,Oceania monographs: Vol.40. Children of Afek: TradiƟon and Change among the
Mountain-Ok of Central New Guinea (pp. 211, 212). Sydney, Australia: University of Sydney.
22
Wurm, S.A., 1975, New Guinea Area Languages and Language Study, Volume 1: Papuan
Languages and the New Guinea Linguistic Scene. Pacific Linguistics, Research School of
Pacific and Asian Studies, Australian National University, Canberra.
36 Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang
23
Andersen, Øystein Lund. 2007. The Lepki People of Sogber River, New Guinea.
Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang 37
24
Urpon, Apolonaris, 2008, “Saya Pemimpin Karena Saya Kaya (Studi Tentang Kepemimpinan
Tradisional Suku Ngalum dan Perubahannya di Pegunungan Bintang-Papua)”. Magister
Antropologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang 39
25
Lih. “Revitalisasi Ap Iwol, Langka Membangun Identitas Diri”, dalam Majalah Oknews edisi
perdana Mei 2015, hlm. 43.
40 Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang
2. Sistim Kepemimpinan
26
Urpon, Apolonaris, 2008, Saya Pemimpin ....
42 Bab II Mengenal Manusia Aplim Apom di Pegunungan Bintang
3. Pola Pemukiman/Perkampungan
4. Kehidupan Kesenian
Halam Sorwal, Tari Kelasteramwal, Tari Usa dan Tari Bit (ketiganya
tarian pengucapan syukur). Masih banyak lagi tari-tarian yang belum
disebutkan. Semua tarian ini memiliki busana tari yang berbeda-beda
sebagai tanda betapa indahnya kekayaan seni di Pegunungan Bintang.
Mengakhiri bagian ini, penulis menyapa para pembaca yang
budiman dengan salam khas dari beberapa suku di Pegunungan
Bintang: Yepmum (Suku Ngalum), Telepe (Suku Ketengban), Lapmum
(Suku Murob), Asbe (Suku Kimki), Yelako (Suku Lepki), Seinekoto dan
Popdukane (Sub suku dari DAS Lepki).
Bab III
Sejarah Gereja Katolik
di Pegunungan Bintang
27
Keuskupan Agung Merauke. Sejarah Gereja Katolik di Irian Selatan. Merauke: Keuskupan
Agung Merauke. 1999. dan Mewengkang, Jus F. MSC, Bercermin Pada Wajah-Wajah
Keuskupan Gereja Katolik Indonesia, ed. F. Hasto Rosariyanto, SJ., Yogyakarta: Kanisius,
2011.
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 47
dan polisi katolik selama seminggu. Pada tahun yang sama (1902),
Asisten Residen di Merauke yang pertama, J.H. Kroesen mengundang
misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) yang mulai berkarya di Indonesia
Timur dan berpusat di Langgur agar datang ke Papua Selatan untuk
pekerjaan misi Katolik.28
Sejak itu Ordo Hati Kudus Yesus (MSC) memulai karya misi
Kristus di pantai selatan Papua, khususnya di wilayah-wilayah yang
kini menjadi wilayah pemerintahan Kabupaten Merauke, Kabupaten
Mappi, Kabupaten Asmat dan Kabupaten Boven Digul. Salah satu
misionaris MSC yang kemudian menyebarkan Injil Kristus sampai ke
daerah pegunungan tepatnya di Paniai adalah Pater Tillemans, MSC.
Dalam perkembangan selanjutnya, Gereja Katolik di Papua
dilayani oleh beberapa ordo yang berbeda sesuai spiritualitas hidup para
pendirinya masing-masing. Ordo-ordo itu saling mengklaim wilayah
pelayanan dan pewartaan Injil Kristus.
Ordo merupakan suatu komunitas religius yang hidup bersama
dan menaati perjanjian hidupnya dengan menerapkan suatu semangat
(spiritualitas) hidup sesuai spiritualitas hidup pendirinya. Misalnya
Ordo Fratrum Minorum atau Ordo Saudara-Saudara Dina (OFM)
yang melayani umat Allah di Wilayah Keuskupan Jayapura merupakan
ordo yang didirikan oleh Fransiskus dari Asisi, Italia. Spiritualitas atau
semangat hidupnya adalah hidup miskin, mencintai perdamaian dan
bersahabat dengan alam.
Pada awalnya, setiap ordo yang datang ke Tanah Papua hanyalah
untuk melaksanakan dan menyebarkan Injil Kristus yang didorong oleh
semangat (spiritualitas) para pendiri ordo tersebut. Namun kemudian
basis pelayanan dan pewartaan Injil dari ordo-ordo itu dikembangkan
selanjutnya menjadi suatu wilayah kerja Keuskupan dalam hierarki
Gereja Katolik.
28
Idem.
48 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
29
Jan Sloot. 2009. Fransiskan Masuk Papua ... ..
30
Idem.
50 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
31
Idem.
32
Keuskupan Agung Merauke. Sejarah Gereja Katolik di Irian Selatan ... .
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 51
33
Jan Sloot, 2009, Fransiskan Masuk Papua ... .
34
Idem.
35
Lih. “Sterrengebergte-expeditie” ...
52 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
36
Schoorl, J.W. (Pim), 2011, Belanda di Irian Jaya (Amtenar di Masa Penuh Gejolak 1945-
1962). Jakarta: Penerbit Garba Budaya.
37
Idem.
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 53
Perkataan itu yang menurut Nol Hermans tidak akan pernah di-
lupakan dan sangat menentukan dalam tugas berikutnya di Afrika.
Berikut adalah kesannya selama ia tinggal di Lembah Sibil dari tahun
1955-1958.
“Di mata saya, hidup orang Sibil (Aplim Apom) berjalan teratur, dari
lahir sampai mati segala sesuatu diatur sampai mendetail. Bahkan perang
pun berjalan menurut pola yang tetap dan tradisional.”38
38
Idem.
39
Idem.
40
Jan Sloot, 2009, Fransiskan Masuk Papua ... .
41
Idem..
54 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
42
Idem.
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 55
43
Idem.
44
Idem.
45
Idem.
56 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
46
Idem.
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 57
b. Paroki Iwur
Di wilayah selatan Oksibil, kini sudah dibentuk wilayah Paroki
Iwur. Mulanya wilayah ini, pada tahun 1962, Pastor Bert Coven, OFM
dari Mindiptanah datang mengunjungi guru-guru agama yang bertugas
47
Idem..
48
Idem..
49
Lih. “Profil Paroki Se-Keuskupan Jayapura”, diakses dari http://keuskupanjayapura.com
pada 24 Juni 2014
58 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
di daerah ini. Waktu itu Iwur masih masuk wilayah pelayanan dari
Keuskupan Agung Merauke.
Tanggal 23 April 1963 terjadi baptisan pertama di Iwur oleh Pastor
Odulf Mouse, OFM. Tahun 1969/1970 sudah mulai ada kapel di Iwur
dan tahun itu juga Iwur diserahkan kepada Keuskupan Jayapura. Iwur
menjadi salah satu stasi dari Paroki Roh Kudus Mabilabol, Oksibil.
Tahun 1977/1978, dibangun gedung gereja permanen kemudian
menyusul pastorannya dibangun tahun 1984 oleh Pastor Kees van Dijk,
OFM. Tahun 1984 terjadi gejolak politik menyebabkan sebagian besar
masyarakat lari mengungsi ke Papua New Guinea (PNG). Kejadian ini
sangat berdampak terhadap pelayanan Gereja bagi umat di daerah ini.
Hampir lebih 15 tahun lamanya, terjadi gangguan keamanan pelayanan
yang efektif dari Gereja di daerah ini. Tahun 1997 Pater Willem Sinawil,
Pr. kembali merenovasi pastorannya. Tahun 2001, Iwur berubah status
dari sebuah stasi menjadi paroki sendiri. Pastor Yulianus Bidau Mote,
Pr (putra asli Papua asal Paniai) ditugaskan sebagai Pastor Paroki Iwur.
Kemudian tahun 2006, Pastor Robertus L. Tingdilintin, Pr. melayani
umat di Paroki Iwur menggantikan Pastor Bidau. Tahun 2003 di Stasi
Dewok dan Kawor dibangun gedung gereja yang permanen.
Dalam perkembangan sejarah Gereja Katolik di wilayah selatan
Lembah Sibil, ada beberapa Guru Katekis yang sangat berjasa. Peran
mereka sangat besar dalam proses pekabaran Injil di daerah ini, di
antaranya: Yon Barat, Damianus Kambana, Karolus Timka, Titus Timka,
Marselus, Markus Kandam, Yoseph Kambana, dan Leo Warikimbirok.
Kemudian dilanjutkan oleh Willem Oropka di Iwur, Paul Wel di Dewok,
dan Barnabas Irka di Kawor.50
Di saat ini, Paroki Iwur memiliki 3 stasi, yakni Stasi Kawor, Stasi
Dewok dan Stasi Tarup. Dua stasi (Stasi Dewok dan Stasi Kawor) sudah
memiliki gedung gereja yang permanen.
50
Idem.
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 59
51
Idem.
60 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
52
Urpon Andy, 1985, Sejarah Masuknya Misi Katolik di Daerah Okbibab, Catatan pada
Perayaan Pesta Perak (25 tahun) Gereja Katolik di Okbibab, Pegunungan Bintang.
53
Idem..
62 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
54
Idem..
64 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
55
Idem..
56
Hylkema, S. 1974. Mannen in hetdradgnet; Mens-en wereldbeeld van de Nalum (Sterren-
gebergte). The Hague: Nijhoff.
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 65
57
Idem.
66 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
58
Lih. “Profil Paroki Se-Keuskupan Jayapura” ...
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 67
c. Paroki Oklip
Gereja Katolik Pegunungan Bintang memulai misi pelayanannya
di Oklip pada tahun 1982, ditandai dengan pembaptisan pertama yang
dilakukan oleh Pastor Huub Zwartjes, OFM. Pewartaan Injil di daerah
Oklip mulanya dilayani oleh misi Zending (GIDI). Pendeta pertama
adalah Tuan Akal. Ia memulai karya pelayanannya di Kampung Okaom.
Namun karena menurut pandangan penduduk bahwa misi yang dibawa
bertentangan dengan pandangan masyarakat setempat, terutama terkait
adat, sebagian besar umatnya pindah ke agama Katolik.
Beberapa tokoh masyarakat Oklip tidak menerima pendekatan
pelayanan GIDI, di antaranya: Agus Kakamut Bidana, Ben Setamanki,
Andy Yamhin, Levinus Uropmabin dan Amos Keletus Yamhin. Mereka
mengadakan pertemuan demi pertemuan dengan Pdt. Jack Hook, Camat
Kiwirok, dan tokoh-tokoh GIDI Kiwirok saat itu untuk memuluskan
maksud mereka pindah ke Gereja Katolik. Akhirnya, disepakati antara
semua komponen, baik GIDI Kiwirok, Pemerintah Kecamatan Kiwirok,
tokoh-tokoh umat GIDI Kiwirok, Pdt. Jack Hook dan tokoh-tokoh
masyarakat Oklip untuk beberapa kampung di Oklip bisa pindah ke
Gereja Katolik.
Karena kesepakatan itu, beberapa tokoh masyarakat Oklip men-
datangi Andy Urpon di Abmisibil, selaku Pastor Paroki Bintang Timur
Abmisibil agar Gereja Katolik dapat melayani Oklip. Di samping sebagai
pimpinan Gereja, Andy Urpon dan mamanya Kasmira Setamanki memi-
liki hubungan keluarga dengan masyarakat Oklip. Karena itu, mereka
59
Idem.
68 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
d. Stasi Okelwel
Pada tahun 1970, di Okelwel (wilayah barat dari Oknangul) ju-
ga dibuka pos pelayanan Gereja Katolik. Para guru katekis (Leitus
Setamanki, Yan Kasipmabin, dan David Tepmul) membuka pos pela-
yanan itu. Untuk memperkuat pos pelayanan tersebut, pada tahun 1972,
Pater Huub Swartjes, OFM juga mendatangkan seorang guru katekis
baru dari Paniai bernama Urbanus Tatogo. Mereka memulai dengan
Sekolah Kecil untuk membimbing anak-anak membaca, menulis, dan
berhitung sambil mengajarkan pelajaran Agama Katolik. Anak-anak
yang dianggap bisa membaca, menulis, dan berhitung dikirim untuk
melanjutkan sekolah kelas 4 ke atas di SD YPPK Abmisibil. Enos
Kalakmabin, Ananias Kalakmabin, Vincent Kalakmabin, dan beberapa
orang lain merupakan hasil pertama jebolan SD Kecil Okelwel. SD
Kecil itu telah di-inpres-kan sehingga berubah nama menjadi SD Inpres
60
Idem.
70 Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang
e. Stasi Sabin
Di wilayah barat dari Abmisibil, pada tahun 1962 di Kampung
Sabin (Distrik Okbab) dibuka pos pelayanan Gereja Katolik oleh katekis
asal Keerom, yakni Agustinus Ibee dan Herman Psebo. Sebenarnya pos
Sabin merupakan pos tertua di Paroki Bintang Timur Abmisibil. Namun
karena masyarakat mencuri barangnya guru katekis, guru-guru katekis
menutup Pos Sabin dan pindah ke Abmisibil.
Selain Sabin, juga dibuka pos pelayanan Bumbakon yang kini
menjadi Borban. Namun kemudian tahun 1970, GIDI masuk di Borban
sehingga sempat terjadi perang saudara antara penganut Katolik dan
GIDI di sepanjang Okbab. Borban kemudian dilayani oleh GIDI yang
kemudian mengembangkan misi pelayanannya di sepanjang Sungai
Okbab bagian barat.
Selain itu, tahun 1970 dibuka Pos Aplumding, kemudian pindah ke
Okbetel. Di pos pelayanan ini, bertugas dua guru katekis asal Kokonao.
Yang satu tidak lama kemudian kembali ke Jayapura sementara yang
lainnya bertugas lama di Aplumding. Juga dibuka pos-pos pelayanan
Gereja Katolik yang baru, yakni pos pelayanan Bumbakon (kini
Epoksikin), pos pelayanan Atembabol, pos pelayanan Okelwel dan pos
pelayanan Oksip.
f. Stasi Aboy
Setelah bencana alam akibat gempa bumi dahsyat yang melanda
daerah Pegunungan Bintang, pada tanggal 27 Juni 1976, Pater Piet van
der Staap, OFM dan Camat Wiro Watken mengutus Petrus Mumur
Bab III Sejarah Gereja Katolik di Pegunungan Bintang 71
61
Van den End dan J. Weitjens, 1993, Ragi Carita: Sejarah Gereja di Indonesia 2 1860-an
sampai Sekarang.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
62
Lih. “Sejarah GIDI”, diakses dari www.pusatgidi.org pada 24 Januari 2016.
63
Idem.
Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang 77
64
Idem
65
Idem..
66
Idem..
78 Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang
67
Idem.
68
Idem.
Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang 79
69
Schoorl, J.W. (Pim), 2011, Belanda di Irian Jaya ...
80 Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang
hanya aktif di tempat yang belum mengenal Injil. Orang yang bertobat
dibiarkan memilih menjadi anggota lingkungan gereja yang mana.
Kebutuhan penginjil itu sehari-hari dikirim oleh Missionary Aviation
Fellowship (MAF), organisasi yang beranggota mantan pilot angkatan
perang yang terlatih baik dengan menggunakan pesawat Cessna.70
Selain mereka, Mr. Audi Lockhard dari Bokondini melalui Wamena
tiba di Oksibil bersama dua pengikut dari Bokondini. Sejak itu Mr.
Audi Lockhard bersama pengikutnya melakukan survei di wilayah
Oknangul, dalam proses survei beberapa kali ia kembali ke Oksibil.
Namun tidak berlangsung lama. Pada Juni 1961, para penginjil dari
Unevangelized Field Mission (UFM) melakukan perundingan dengan
misionaris Fransiskan, Pater Adolf Herman Mous guna membagi Wila-
yah Pekabaran Injil/Alkitab. Kedua pihak sepakat sehingga penginjil
dari UFM mulai fokus ke arah utara, sementara misionaris Fransiskan
memperkuat basis di wilayah Oksibil. Dengan demikian, mulai tanggal 1
Januari 1961, Audi Lockhard mulai menetap dan melakukan penginjilan
di wilayah Oknangul (sekarang Kiwi) dan dibantu oleh pemuda setempat,
yakni Kotan Taplo dan Manim Hiktaop.
Sambil melakukan penginjilan, mereka membuka lapangan
terbang yang bisa didarati pesawat jenis Cessna. Proses pengerjaan
lapangan terbang Kiwi selesai dalam 3 bulan (September 1961) dan 30
Desember 1961 didarati pesawat jenis Cessna. Pembukaan lapangan
di Kiwi ini merupakan pangkalan utama pos pekabaran Injil wilayah
Pegunungan Bintang. Semua pinginjil yang menyebar ke seluruh
pelosok Pegunungan Bintang lebih banyak melalui pos pelayanan di
Kiwi, termasuk akses transportasi dari Jayapura ke Pegunungan Bintang
untuk kepentingan pekabaran Injil.
Beberapa tahun kemudian disusul beberapa penginjil datang ke
Kiwi. Mereka adalah Mr. Dilingger, Mr. Dave Coll dan Mr. Manner.
Mereka mulai memperkuat basis penginjilan dan terus melakukan
70
Idem.
Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang 81
71
Pagawak, Rony, 2007, Sejarah Masuk dan Lahirnya Gereja Injil di Indonesia, Wamena:
Lembaga P3 GIDI Wilayah Bogo.
82 Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang
72
Lih. “Reactions to cultural change: Among the Eipo in the Highlands of West-New Guinea”,
diakses dari https://civilisations.revues.org pada 24 Januari 2016.
Bab IV Sejarah GIDI di Pegunungan Bintang 83
73
Lih. “Gereja Reformed”, diakses dari www.id.wikipedia.org pada 20 Desember 2015.
Bab V Sejarah GJRP di Papua 87
74
Lih. “Uit de geschiedenis van ZGG”, diakses dari www.zgg.nl pada 20 Desember 2015.
75
Idem.
76
Lih. “Profil Gerrit Kuijt”, diakses dari www.nl.wikipedia.org pada 20 Desember 2015.
77
Lih. “Panti Asuhan Elisa - Maju Walau Terbatas”, diakses dari www.majalahlani.com pada
20 Desember 2015.
88 Bab V Sejarah GJRP di Papua
78
Idem.
79
Kranendonk. B.W., dan A.F. van Toor (diterjemahkan oleh Barry van der Schoot, 2007).
Jejak seorang pekabar Injil di Papua, Gerrit Kuijt. Jakarta BPK Gunung Mulia
80
Idem.
Bab V Sejarah GJRP di Papua 89
81
Idem.
90 Bab V Sejarah GJRP di Papua
82
Idem.
83
Idem.
Bab V Sejarah GJRP di Papua 91
84
Lih. “Kelaparan di Irja: Depsos Segera Kirim Bahan Makanan”, diakses dari www.library.
ohiou.edu pada 28 Desember 2015.
85
Lih. “Profil Dick Kroneman, Ph.D”, diakses dari http://www.sil.org pada 28 Desember
2015.
Bab V Sejarah GJRP di Papua 93
Buah-buah roh yang ditanam di poros pulau Tanah Papua ini kini
tumbuh dan berkembang. Sekarang terdapat 1 (satu) Sinode AM, 2 (dua)
Sinode wilayah, yakni Sinode Wilayah YAMEWA dan Sinode Wilayah
UKAM. Kemudian ada 6 (enam) Klasis dan 15 (lima belas) Wilayah Pos
Penginjilan, yakni Klasis Abenaho (Abenaho, Landikma, Jemaat Heben
Haezer Wamena dan Jemaat Maranatha Elelim), Klasis Nipsan (Nipsan,
Lelambo dan Jemaat Filadelfi Jayapura dan Petra Sentani dan pos-pos
lain), Klasis Bomela (Bomela, Samboga dan Jemaat Maranatha Dekai),
Klasis Langda (Langda dan Seradala), Klasis Sumtamon (Sumtamon/
Alimsom, Awimbon dan Jemaat Eklesia Oksibil). Wilayah pelayanan
tersebut di atas terdapat di Kabupaten Yalimo, Kabupaten Yahukimo,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten
Mamberamo Tengah, Kota Jayapura, dan Kabupaten Jayapura.
Di tahun 2000-an ini, GJRP semakin kokoh dan mandiri sehingga
tongkat estafet kepemimpinan Pdt. Gerrit yang telah tiada pada 2002
dilanjutkan oleh Pdt. Ongga Yare, Pdt. Habel Mabel, Pdt. Yen Kombo,
Pdt. Pieter Wabdaron, Pdt. Matas Kepno, dan Pdt. Sabon Warek Wande.86
Selain misi penginjilan atau pembangunan gereja, Yayasan YAKPESMI
telah mendorong pembangunan sumber daya manusia Papua melalui
pendidikan formal, yakni: telah mendirikan Taman Kanak-Kanak
(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) berpola
asrama di Wamena dan Kabupaten Yahukimo, serta pengembangan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Sedangkan Yayasan Pendidikan
Reformasi Papua (YPRP) telah mendirikan STT Reformasi di Wamena
dan Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) di Abenaho. Selain
itu, untuk menunjang pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa dari
wilayah pelayanan GJRP, telah dibangun asrama permanen di Wamena
dan Jayapura, yaitu asrama putra Gerrit Kuijt, asrama putri Hanadan,
asrama putri Ruth dan asrama putra Elisa. Dengan menerapkan
86
Lih. “Panti Asuhan Elisa - Maju Walau Terbatas” ...
96 Bab V Sejarah GJRP di Papua
Van den End dan J. Weitjens, 1993, Ragi Carita: Sejarah Gereja di
Indonesia 2 1860-an sampai Sekarang. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Wurm, S.A. (editor), 1977, (first published 1975). New Guinea Area
Languages and Language Study. Volume 1: Papuan Languages
and the New Guinea Linguistic Scene, Pacific Linguistics,
Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National
University, Canberra (out of print).
Biodata Penulis
Data Pribadi
Nama : Melkior Nikolar Ngalumsine Sitokdana,
S.Kom., M.Eng
Tempat, Tanggal Lahir : Abmisibil, 18 Mei 1987
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Katolik
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Purisatya Blok IV No. 17, Salatiga
Handphone : 081229553542
102 Biodata Penulis
Formal
1995 – 2001 : SD YPPK Abmisibil Kabupaten Pegunungan
Bintang Papua
2001 – 2004 : SMP N Okbibab Kabupaten Pegunungan Bintang
Papua
2004 – 2007 : SMA YPPK Asisi Sentani Jayapura
2007 – 2012 : Jurusan Teknologi Informasi, Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga
2013 – 2015 : Pascasarjana Teknik Elektro, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Non-Formal
2008 : Kursus Operator Komputer Bisnis di Stekom PAT
Salatiga
2009 : Kursus Desain Komputer Grafis di Stekom PAT
Salatiga
2010 : Pelatihan Jurnalistik di Bernas Yogyakarta
2011 : Kursus Administrator Jaringan Satya Bina Bangsa
Salatiga
2012 : Kursus Pemograman Visual di Stekom PAT Salatiga
Dan masih banyak pelatihan dan kursus yang diikuti
Pengalaman Berorganisasi
2009-2011 : Sekjen Komunitas Mahasiswa Pelajar Pegunungan
Bintang Se-Jawa, Bali, dan Sulawesi
2009 : Pendiri Media Mahasiswa Pegunungan Bintang:
Komapo News (Online dan Cetak)
Biodata Penulis 103
Penghargaan
2009 : Juara I Pidato dan Sebagai Peserta Terbaik Latihan
Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Papua
Diselenggarakan Yayasan Binterbusih Semarang
2011 : Juara II Sebagai Peserta Terbaik Latihan
Kepemimpinan Tingkat Lanjut Mahasiswa Papua
Diselenggarakan Yayasan Binterbusih Semarang
Buku
1. Strategi Pembangunan Pemerintahan Berbasis Elektronik (Sebuah
Langkah untuk Mewujudkan Papua Bangkit, Mandiri dan
Sejahtera)
2. Sejarah Nama Papua & Asal Usul Manusianya: Dari Penemuan ke
Peradaban, Dari Gereja ke Politik.
Pengalaman Kerja
- Staf Laboratorium Komputer Fakultas Teknologi Informasi Univ.
Kristen Satya Wacana, tahun 2009.
- Pendamping mahasiswa Papua di Yayasan Binterbusih Semarang
2012 hingga sekarang.
- Staf pengajar (dosen) tetap di Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga 2015 hingga sekarang.