Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERANG SAMPIT

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Kelas: XI IPS 4

- Hanaa Mutyara
- Sari Nurhalifah
- Nayla Rizkiyatuz
- Indra

SMAN 1 MARGAASIH
2023 - 2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun ingin mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, makalah yang
berjudul "Perang Sampit” Antara Suku Madura dan Suku Dayak ini bisa dirampung. Karya
tulis ini di susun berdasarkan data-data yang didapat dari berbagai sumber. Penyajian
makalah ini pada dasarnya membahas mengenai pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia
yang ada di Indonesia.
Penyusun telah berusaha menyusun karya tulis ini sebaik mungkin. Akan tetapi,
penyusun menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, semua kritik
dan saran demi perbaikan karya tulis ini akan disambut dengan senang hati.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan
dalam membantu penyusunan makalah ini, sehingga karya tulis ini dapat terwujud.

Bandung, 9 Februari 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak asasi manusia merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan kepada
masing-masing umat manusia. Sebagai hak dasar yang langsung diberikan oleh
Tuhan kepada makhluk-Nya, pada dasarnya tidak ada seseorang pun yang boleh
merampas hak tersebut dari orang lain. Oleh karena itu, tindakan-tindakan yang
berupaya melanggar, merampas, dan melecehkan hak asasi manusia merupakan
suatu tindakan yang melawan hukum.

Sejarah bangsa Indonesia telah mencatat berbagai macam kasus


pelanggaran HAM, salah satunya adalah Perang Sampit. Perang sampit adalah
pecahnya kerusuhan antara dua etnis di Indonesia yang terjadi pada Februari
2001. Perang sampit ini terjadi antara etnis Dayak sebagai penduduk lokal dan
Madura sebagai pendatang. Kerusuhan sampit ini pecah pada 18 Februari
2001 dan sekitar 500 orang Madura tewas. 10.000 jiwa kehilangan tempat
tinggal. Sebenarnya dalam kasus ini terjadi kecemburuan sosial antara
penduduk lokal dan pendatang.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk menyusun makalah


mengenai unsur pelanggaran HAM dibalik Konflik Sampit
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan terjadinya Perang Sampit?


2. Bagaimana kronologi kejadian Perang Sampit?
3. Apa akibat dari Perang Sampit?
4. Bagaimana penyelesaian Perang Sampit?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui penyebab terjadinya Perang Sampit
2. Mengetahui kronologi kejadian Perang Sampit
3. Mengetahui akibat dari Perang Sampit
4. Mengetahui bagaimana penyelesaian Perang Sampi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kronologis Kejadian dan Penyebab Perang Sampit

Perang Sampit atau konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di
Indonesia yang berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun.
Konflik ini dimulai di kota Sampit di Kalimantan Tengah dan akhirnya meluas hingga
keseluruh provinsi termasuk Ibu kota Palangkaraya, konflik ini terjadi antara suku
Dayak asli dengan warga imigran Madura dari pulau Madura konflik tersebut pecah
pada 18 Februari 2001

Peristiwa terjadi karena adanya ketidak cocokan antara kedua etnis yang
menyebabkan banyak terjadinya perselisihan, lemahnya penegakan hukum terhadap
orang Madura yang melakukan kejahatan terhadap orang Dayak. Sehingga terkesan
penegakan hukum berat sebelah perselisihan ini semakin memanas karena
terbunuhnya seorang warga etnis Dayak bernama shandong yang dibunuh oleh
beberapa warga Madura, sebenarnya kasus ini pun sudah ditangani oleh pihak
kepolisian namun, karena dinilai terlalu lambat pihak keluarga korban merasa tidak
puas dan melancarkan serangan ke rumah seorang warga yang diduga sebagai pelaku
bernama matayo hingga menyebabkan empat penghuni rumah tewas pada 18 Februari
2001. Serangan itu pun menuai aksi balas dendam Dari sekelompok warga Madura
mereka kembali mendatangi rumah Seorang warga Dayak bernama TImil yang diduga
menyembunyikan salah satu pelaku penyerangan namun, saat itu Timil sudah berhasil
diamankan oleh polisi tetapi warga Madura yang tak puas langsung membakar
rumahnya juga menyerang rumah kerabat Timil hingga menewaskan penghuninya.
Peristiwa inilah yang kemudian menyulut terjadinya konflik.

Etnis Dayak dan Madura di Kota Sampit selama dua hari sejak penyerangan rumah
matayo orang Madura berhasil mendominasi pe perangan. Berita ini menyebar
dengan cepat di telinga orang Dayak seluruh Kalimantan sehingga situasi berbalik
pada tanggal 20 Februari ketika sejumlah orang Dayak dari luar kota berdatangan ke
Kota Sampit hingga akhirnya konflik secara terbuka pun tak dapat dielakan berbagai
senjata tradisional seperti mandau, tombak, sumpit bahkan senjata api rakitan yang
mereka sebut sebagai dumtum dijadikan senjata untuk melakukan perlawanan
terhadap warga etnis Madura. Sementara itu warga etnis Madura sendiri
menggunakan celurit dan sejumlah bom rakitan sebagai senjata tandingan. Selama
akhir Februari 2001 sekitar 500 orang Madura tewas dan lebih dari 100 ribu
orang Madura yang selamat terpaksa harus mengungsi keluar dari Sampit. Bentrokan
di Sampit pun meluas hingga ke lingkup provinsi kerusuhan menyebar hingga sampai
ke ibukota provinsi di Palangkaraya.
Sebagian besar korban meninggal dari etnis Madura dipenggal kepalanya oleh suku
Dayak. Dipuncak kemurkaan Suku Dayak mereka mempraktekkan ritual pemburuan
kepala atau disebut ngayau. Pemandangan hari itu di jalan-jalan sangatlah mengerikan
jenazah bergelimpangan dimana-mana kepala-kepala manusia ditancapkan di ujung
tombak dan diarak, jalanan basah oleh darah. Konflik pecah dan tersebar secara merata
di seluruh Kalimantan Tengah dan beberapa anggota polisi pun juga merupakan
keturunan suku Madura sehingga membuat mereka juga harus ikut diungsikan.

Intel Polda Kalimantan Tengah mengatakan ada sekitar 1192 rumah yang dibakar, 16
mobil dan 23 motor terbakar. Polisi akhirnya menangkap dua orang pejabat lokal yang
diduga menjadi otak di balik konflik besar ini dan memanfaatkannya dengan tujuan
politik mereka diduga membayar enam orang provokator untuk memulai kerusuhan di
Sampit, dua Pejabat itu adalah Fadli kacer yang sehari-hari bekerja di Bappeda dan
juga Lewis seorang pegawai Dinas Kehutanan. Mereka tidak puas karena Semua
pejabat yang dilantik adalah orang yang beragama Islam, kepada polisi Fadli dan
Lewis mengaku telah merencanakan kerusuhan itu.

Pada tanggal 18 Februari warga Dayak dan etnis Madura lainnya telah 11 kali
mengadakan pertemuan. Kerusuhan Sampit di seluruh Kalimantan Tengah benar-benar
berakhir sekitar bulan Maret pertengahan dan untuk memperingati akhir konflik itu
dibuatlah perjanjian damai antar suku Dayak dengan suku Madura. Perjanjian itu
tertulis dalam sebuah buku yang berisi beberapa persyaratan dan juga lainnya, selain
itu untuk memperingati perjanjian damai dibangun juga sebuah Tugu perdamaian di
Sampit. Sampit kini menjadi kota yang damai sejahtera dan penduduknya juga rukun.
2.2Analisis Perang Sampit

1. Bentuk konflik:
- Perang (konflik terbuka), karena konflik diketahui oleh semua pihak. Yang
mengakibatkan banyak kerugian.
- Horizontal (antar suku)
2. Penyebab: Perbedaan budaya,dan kurangnya toleransi.
3. Dampak:
+ Solidaritas antar suku Dayak dari berbagai daerah kalimantan berkumpul saling
membantu
- Kerusakan sarana dan prasaran
- Kerusakan fasilitas umum
- Banyak korban jiwa
4. Penyelesaian konflik:
Secara Kompromi atau 2 pihak bertemu, duduk bersama mencari solusi terbaik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permasalahan konflik antara suku dayak dan madura adalah rangkaian panjang
dari perjalanan interaksi antara kekuatan - kekuatan sosial dalam struktur sosial
dalam memperebutkan Sumber Daya. Perbedaan budaya bukan merupakan
penyebab konflik, tetapi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu
pihak kepolisian dan pemerintah daerah sangat berperan untuk memberikan solusi
- solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat sampit.

3.2 Saran

Sistem kekerabatan, rasa saling menghormati, menyayangi dan sikap toleransi


harus lebih di tingkatkan lagi sesama warga di Indonesia, walaupun berbeda ras,
suku dan agama demi mewujudkan Negara Indonesia yang aman, damai dan
sesuai dengan semboyan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan "Bhineka
Tunggal Ika."

Anda mungkin juga menyukai