Anda di halaman 1dari 10

“Citizenship Project”

KONFLIK ANTAR ETNIS PERANG SAMPIT DAN KAITAN


DENGAN HAK ASASI MANUSIA
Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: I Putu Adi Permana Putra, S.AP., M.AP

KELOMPOK 1 :

Nama : I Dewa Ayu Dwi Cahyanti 202322121010 2023


Nama : Ni Made Dea Jacinda 202322121012 2023
Nama : I Gusti Ayu Desinta Putri Maharani 202322121018 2023
Nama : I Gede Komang Riko Agus Arsana 202322121039 2023
Nama : Putu Andika Wira Permana 202322121041 2023
Nama : Kadek Candra Dwiyana Pratiwi 202322121045 2023

Prodi Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Warmadewa
Kota Denpasar
Tahun 2023
KONFLIK ANTAR ETNIS PERANG SAMPIT DAN KAITAN
DENGAN HAK ASASI MANUSIA

I Dewa Ayu Dwi Cahyanti, Ni Made Dea Jacinda, I Gusti Ayu Desinta
Putri Maharani, I Gede Komang Riko Agus Arsana, Putu Andika Wira
Permana, Kadek Candra Dwiyana Pratiwi

I. Latar Belakang
Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah kejadian pertama antara suku Dayak
dan Madura. Orang Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah pada
tahun 1930 sebagai bagian dari program migrasi yang diprakarsai oleh
pemerintah kolonial Belanda. Hingga tahun 2000, pendatang dari Madura
merupakan 21 persen penduduk Kalimantan Tengah. Suku Dayak mulai
merasa tidak puas dengan persaingan dari Madura. Kerusuhan bermula dari
pembakaran rumah suku Dayak. Ada rumor yang menyebutkan bahwa
orang Madura adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembakaran
rumah Dayak. Perang Sampit ini disebabkan karena Kurangnya pemahaman
tentang hak – hak manusia karena mereka saling menyakiti satu sama lain.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap umat manusia. Selain konsep
hak asasi manusia yang bersifat universal, penerapannya juga harus
memperhatikan budaya dan tradisi negara setempat, faktor ekonomi atau
tingkat kesejahteraan masyarakat, yang dapat dianggap mempunyai
peranan penting, Karena dapat menentukan kualitas hak asasi manusia dan
pemenuhan hak asasi manusia di negara tersebut. Dengan demikian, dapat
diartikan bahwa semakin baik kualitas kesejahteraan suatu negara, maka
semakin besar pula kemampuannya dalam memajukan perlindungan hak
asasi manusia. Akan tetapi permasalahan ini terus berlanjut terutama kasus
yang pernah terjadi di negara Indonesia. Oleh karena itu kita akan
membahas tentang Bagaimana Hubungan Serta Keterkaitan HAM Dengan
Kasus Tragedi terjadinya Perang Sampit dan Apa saja upaya yang harus
dilakukan dalam penyelesaian kasus ini serta bagaimana cara mencegah
konflik ini agar tidak terjadi lagi. Dengan tujuan Agar Mahasiswa Dan
Masyarakat Mengetahui Bagaimana Hubungan Dan Keterkaitan HAM Dalam
Tragedi Perang Sampit dan Agar mahasiswa masyarakat memahami Upaya
yang harus dilakukan dalam penyelesaian kasus ini serta bagaimana cara
mencegah kasus ini agar tidak terjadi lagi.
II. Isi

Konflik Sampit adalah kerusuhan antar suku yang terjadi di Sampit


pada awal Februari 2001. Konflik ini bermula di kota Sampit Kalimantan
Tengah dan kemudian menyebar ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota
Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku asli Dayak dengan pendatang
Madura. Saat itu, pendatang asal Madura berjumlah 21 persen dari total
penduduk Kalimantan Tengah. Itu sebabnya Kalimantan Tengah merasa
tidak puas karena masih merasa menjadi saingan Madura. Karena
permasalahan ekonomi tersebut, terjadilah kerusuhan antara suku Madura
dan suku Dayak. Serangan itu kemudian memaksa 1.335 pelaut mengungsi.
Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah kejadian pertama antara suku Dayak
dan Madura. Ada pertengkaran di antara keduanya sebelumnya. Orang
Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah pada tahun 1930 sebagai
bagian dari program migrasi yang diprakarsai oleh pemerintah kolonial
Belanda. Hingga tahun 2000, pendatang dari Madura merupakan 21 persen
penduduk Kalimantan Tengah. Suku Dayak mulai merasa tidak puas dengan
persaingan dari Madura. Berkat undang-undang baru tersebut, Madura juga
mampu mengendalikan banyak industri komersial di provinsi tersebut,
seperti kayu, pertambangan, dan perkebunan. Hal ini menimbulkan
masalah keuangan, yang kemudian meluas menjadi kerusuhan di antara
keduanya. Pemberontakan terjadi pada tahun 2001. Kerusuhan bermula
dari pembakaran rumah suku Dayak. Ada rumor yang menyebutkan bahwa
orang Madura adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembakaran
rumah Dayak.

Beberapa saat kemudian, warga Dayak mulai membalas dengan


membakar rumah warga Madura. Profesor Usop dari Persatuan Masyarakat
Dayak mengklaim pembantaian suku Dayak dilakukan untuk membela diri
setelah beberapa warga Dayak diserang. Disebutkan juga bahwa kelompok
yang diduga Maduro menyiksa dan membunuh seorang warga Dayak di
desa Kerengpang pada tanggal 17 Desember 2000, setelah terjadi
perselisihan perjudian. Situasi damai antara suku Dayak dan Madura
diperumit oleh perbedaan adat dan nilai keduanya. Seperti kebiasaan
masyarakat Madura yang membawa parang atau arit kemana-mana, hal ini
membuat masyarakat Dayak mengira tamunya sudah siap berperang.
Konflik Sampit sendiri bermula dari pertikaian kedua etnis ini sejak akhir
tahun 2000. Pada pertengahan Desember 2000, terjadi bentrokan antara
etnis Dayak dan Madura di desa KerengPang sehingga membuat hubungan
keduanya menjadi tegang. Ketegangan meningkat setelah wabah terjadi di
sebuah pusat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit. Seorang etnis
Dayak bernama Sandong tewas akibat luka tusuk. Kejadian ini membuat
keluarga dan tetangga Sandong sangat marah. Dampak Dua hari setelah
kejadian, 300 warga Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk
mencari pelaku. Tak dapat menemukan pelakunya, sekelompok warga
Dayak melampiaskan amarahnya dengan menghancurkan sembilan rumah
milik warga Madura, dua mobil, lima sepeda motor, dan dua tempat
karaoke. Serangan itu akhirnya memukul mundur 1.335 Marinir. Pada
tanggal 18 Februari 2001, Suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi
menangkap seorang pejabat setempat yang diduga menjadi salah satu
penyelenggara penyerangan. Orang yang ditangkap diduga membayar
enam orang untuk menghasut kerusuhan di Sampit. Ribuan warga Dayak
kemudian mengepung Polsek Palangkaraya, menuntut pembebasan para
tahanan. Dan pada tanggal 28 Februari 2001, polisi menerima permintaan
mereka dan militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan.
Hubungan serta Keterkaitan HAM Dan Tragedi Perang Sampit
Hubungan HAM dengan Tragedi Perang Sampit ini sangat memiliki
keterkaitan, karena di dalam kasus tersebut orang - orang yang memiliki
etnis yang berbeda baik itu suku, ras dan lain lain, sama halnya dengan
kelompok Orang Suku Dayak dan kelompok orang Suku Madura melakukan
perang dan pembantaian satu sama lain sehingga menyebabkan kericuhan
di dalam suatu masyarakat khususnya daerah Kalimantan. Perang dan
Pembantaian ini tidak boleh dilakukan karena negara Indonesia merupakan
negara hukum, negara Indonesia juga merupakan negara yang menjunjung
tinggi nilai-nilai Pancasila. Perang Sampit ini menimbulkan dampak negatif
bagi masyarakat sekitar Karena melanggar beberapa pasal yang tertera
dalam undang-undang Hak Asasi Manusia seperti Pasal - pasal HAM :

• Pasal 28A UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”

• Pasal 28D ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap warga negara
berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”

• Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 berbunyi, “Setiap orang berhak bebas
dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.”

• Pasal 28A Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan


keturunan melalui perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
Dilihat dari beberapa pasal saja sudah cukup diketahui bahwa UUD
di negara Indonesia tidak memperbolehkan perang dan Pembantaian yang
seperti ini terjadi di dalam masyarakat. Masyarakat harus lebih
meningkatkan nilai – nilai toleransi mereka seperti makna yang terkandung
di dalam nilai – nilai Pancasila yaitu ; Bhinneka tunggal Ika yang memiliki
makna bahwa berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Oleh karena itu kita
harus bisa menerapkan nilai-nilai tersebut agar kasus Perang Sampit ini
terjadi lagi kedepannya.
HAM sangat penting untuk negara Indonesia khususnya untuk
mencegah peristiwa seperti perang Sampit ini yaitu ;

o HAM mengatur pemenuhan kebutuhan pokok kita semua sebagai


manusia, seperti pendidikan, makanan, dan tempat tinggal yang
layak.

o HAM juga dapat mendorong agar setiap manusia memiliki


perlindungan dari kekerasan, mendorong kebebasan berpikir,
beragama, dan berkepercayaan, kebebasan berekspresi, dan masih
banyak lagi.
Konflik Sampit sendiri mulai mereda seiring pemerintah
meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap
provokator. Untuk merayakan berakhirnya konflik ini, perjanjian damai
ditandatangani antara suku Dayak dan Madura. Sebuah monumen
perdamaian dibangun di Sampit untuk memperingati perjanjian damai
tersebut.

• Penyelesaian Konflik Sampit


Melalui Pemerintah: Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah
pemerintah meningkatkan keamanan di wilayah tersebut, mengevakuasi
warga yang terkena dampak dari tragedi, dan menangkap sejumlah
provokator yang mengawali kericuhan tragedi tersebut. Akhir dari konflik
tersebut adalah dibuatnya kesepakatan berupa perjanjian damai antara
warga Dayak dan Madura.

• Pencegahan konflik Sampit.


Melalui Pemerintah : Menurut pendapat kami perlunya himbauan
terhadap masyarakat dari pemerintah agar masyarakat dapat lebih memiliki
jiwa toleransi yang tinggi terhadap sesama kelompok masyarakat walaupun
berbeda suku dan etnis namun kita tetap satu bangsa yaitu bangsa
Indonesia. Tidak hanya himbauan namun pemerintah juga harus mengajak
masyarakat agar dapat bisa menghargai budaya suku satu sama lain agar
tidak terjadinya perpecahan di negara Indonesia.
Melalui Masyarakat : pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila
sebagai pedoman kita dalam berbangsa dan bernegara akan mempengaruhi
untuk bangsa kita kedepan-nya. Menanam kan nilai gotong royong,
toleransi antar suku, budaya, etnis, agama, dan saling menghargai antar
sesama bangsa negara Indonesia.
III. Penutup

Konflik Perang Sampit yang terjadi antara Suku Dayak dan Suku
Madura secara garis besar dapat diakatakan sebagai konflik etnis. Namun,
apabila dianalisa secara lebih mendalam, konflik tersebut dikarenakan
kurangnya terjalin komunikasi antara Suku Dayak dan Suku Madura.
Ditambah lagi peran penegak hukum di daerah Sampit yang kurang gesit
untuk mengusut pembunuhan salah satu anggota Suku Dayak yang
terbunuh di suatu club malam. Hal inilah membuat Suku Dayak marah besar
dan menuduh bahwa orang orang dari Suku Madura sebagai penyebab atas
ini semua. Konflik tersebut puncaknya terjadi pada tanggal 20 Februari yang
dimana korban demi korban berjatuhan baik dari Suku Dayak maupun Suku
Madura tetapi tetap Suku Dayak yang merasa diuntungkan dikarenakan
menjadi tuan rumah dan jika dihitung dari seberapa banyak korban, Suku
Madura menjadi yang paling banyak memakan korban.
Adanya konflik ini membawa dampak yang sangat riskan bagi kedua
belah suku. Banyak warga yang kehilangan rumahnya, kehilangan
keluarganya, kehilangan mata pencahariannya. Rasa sedih bercampur
dengan rasa amarah membuat warga – warga tersebut pasrah dan Ikhlas
akan terjadinya Perang Sampit. Konflik Sampit akhirnya mereda setelah
pemerintah melakukan peningkatan keamanan, menangkap pihak yang
melakukan provokator serta mengevakuasi warg ke tempat aman.
Perjanjian damai akhirnya dibuat antar kedua belah suku yaitu Suku Dayak
dan Suku Madura agar konflik serupa tidak muncul kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Tri Indriawati. (2023, August 29). Tragedi Sampit: Konflik Berdarah antara
Suku Dayak dan Madura. KOMPAS.com; Kompas.com.
https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/29/170000479/tragedi-
sampit--konflik-berdarah-antara-suku-dayak-dan-madura

Hardiyanto, S. (2023, June 6). Penyebab Konflik Sampit 2001, Kerusuhan


antara Suku Dayak dan Madura. KOMPAS.com; Kompas.com.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/07/061500065/penyebab-
konflik-sampit-2001-kerusuhan-antara-suku-dayak-dan-madura

Kristina. (2021, September 7). Ini Lho 10 Pasal dalam UUD 1945 yang
Mengatur tentang HAM. Detikedu; detikcom.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5713321/ini-lho-10-pasal-dalam-
uud-1945-yang-mengatur-tentang-ham

Haryo AnomPambudi. (2023, July 4). Sejarah Perang Sampit -


Kompasiana.com. KOMPASIANA; Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/haryoanomp/64a39d684addee6b71462a72/
sejarah-perang-sampit

Pendahuluan, B., & Belakang, A. (n.d.).


http://repo.unand.ac.id/2738/4/BAB%2520I.pdf

Anda mungkin juga menyukai