Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KONFLIK SAMPIT

ANTARA SUKU DAYAK DAN SUKU MADURA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

KELOMPOK 4

WAHYU ARIS MUNANDAR


RHAMADANI PUSPITASARI
MUH. DZAFRAN DZAKY
INDRIYANI
ANDINI
MUSDALIFAH

SMA NEGERI 2 GOWA


2021 / 2022
i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini, makalah kami yang berjudul
“Konflik Sampit Antara Suku Madura dan Suku Dayak“ ini bisa dirampung. Karya tulis ini di
susun berdasarkan data-data yang didapat dari berbagai sumber. Pendekatan dan penyajian
makalah ini pada dasarnya membahas mengenai pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia
yang ada di Indonesia.
Kami sebagai penulis telah berusaha menyusun karya tulis ini sebaik mungkin. Akan
tetapi, kami menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, semua
kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ini akan kami sambut dengan senang hati.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul .......................................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan ..................................................................................................... 2
A. Kronologis Kejadian dan Penyebab Konflik Sampit ........................................ 2
B. Analisis Kasus Konflik Sampit ......................................................................... 4
C. Hukum Instrument Nasional Tentang Pelanggaran HAM Berdasarkan dari
Kasus Sampit .................................................................................................... 5
BAB III Penutup ........................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 7
B. Saran ................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hak asasi manusia merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan kepada
masing-masing umat manusia. Sebagai hak dasar yang langsung diberikan oleh
Tuhan kepada makhluk-Nya, pada dasarnya tidak ada seseorang pun yang boleh
merampas hak tersebut dari orang lain. Dengan demikian, tindakan-tindakan yang
berupaya melanggar, merampas, dan melecehkan hak asasi manusia merupakan
suatu tindakan yang melawan hukum.
Sejarah bangsa Indonesia telah mencatat berbagai macam kasus
pelanggaran HAM, salah satunya adalah Konflik Sampit. Konflik sampit adalah
pecahnya kerusuhan antara dua etnis di Indonesia yang terjadi pada Februari 2001.
Perang sampit ini terjadi antara etnis Dayak sebagai penduduk lokal dan Madura
sebagai pendatang. Kerusuhan sampit ini pecah pada 18 Februari 2001 dan sekitar
500 orang Madura tewas. 10.000 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Sebenarnya dalam kasus ini terjadi kecemburuan sosial antara penduduk
lokal dan pendatang. Dimana pendatang disana menguasai perekonomian,
perindustrian, perkayuan dan perindustrian. Suku Dayak kerap kali mengalah
kepada suku pendatang. Mereka juga sangat terdesak di tanahnya sendiri. Hingga
kampung mereka pun berkali-kali berpindah karena mengalah dari para penebang
kayu (suku Madura) yang terus mendesak mereka masuk ke dalam hutan. Suku
Dayak juga sering mendapatkan ketidakadilan dalam hukum bilamana suku Dayak
yang menjadi korban.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang menyebabkan terjadinya Konflik Sampit?
2. Bagaimana kronologi kejadian Konflik Sampit?
3. Apa akibat dari konflik sampit
4. Bagaimana penyelesaian Konflik Sampit?
5. Bagaimana instrument hukum nasional pelanggaran HAM terhadap kasus
konflik sampit ?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab dan kronologi kejadian Konfik Sampit.
2. Mengetahui upaya penyelesaian konflik sampit.

1
3. Menganalisis unsur pelanggaran HAM dari Konflik Sampit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kronologis Kejadian dan Penyebab Konflik Sampit


Telah terjadi lebih dari 16 kali kerusuhan besar dan banyak sekali kerusuhan
kecil yang pada akhirnya mengorbankan warga non Madura. Beberapa catatan yang di
kutip dari Buku Merah: Konflik Etnik Sampit, Kronologi Kesepakatan Aspirasi
Masyarakat, Analisis, Saran; Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak dan Daerah
Kalimantan Tengah (LMMDDKT) Tahun 2001 mengenai kerusuhan tersebut antara lain
1. Tahun 1972 di Palangkaraya, seorang gadis Dayak diperkosa. Setelah kejadian itu
diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.
2. Tahun 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak,
pelakunya tidak tertangkap, pengusutan atau penyelesaian secara hukum tidak ada.
3. Tahun 1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis
Dayak dibunuh. Perkelahian antara satu orang Dayak yang dikeroyok oleh tiga
puluh orang madura. Setelah pembunuhan warga Kasongan bernama Pulai yang
beragama Kaharingan tersebut, tokoh suku Dayak dan Madura mengadakan
perdamaian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Isinya antara lain
menyatakan apabila orang Madura mengulangi perbuatan jahatnya, mereka siap
untuk keluar dari Kalteng.
4. Tahun 1996, di Palangkaraya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop
Panala dan di bunuh dengan kejam dan sadis oleh orang Madura, ternyata
hukumannya sangat ringan.
5. Tahun 1997, di Desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh
orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, pada akhirnya semua
orang Madura yang megeroyok tewas. Orang Dayak tersebut diserang dan
mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri, dimana semua penyerang
berhasil dikalahkan. Tindakan hukum terhadap orang Dayak adalah dihukum berat.
6. Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang
anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang penjual sate dari suku
Madura. Si belia Dayak tewas secara mengenaskan, terdapat lebih dari 30 tusukan
di tubuhnya. Waldi bisa dikatakan korban salah sasaran. Sebelumnya tukang sate
tersebut bertikai dengan sejumlah anak muda Dayak. Saat mereka kabur, datanglah

3
Waldi dan menjadi sasaran tukang sate.
7. Tahun 1998, di Palangkaraya, orang Dayak dikeroyok oleh empat orang Madura
hingga tewas, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri, kasus
inipun tidak ada penyelesaian secara hukum.
8. Tahun 1999, di Palangkaraya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok
oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangkaraya, namun esok
harinya datang sekelompok suku Madura menuntut agar temannya tersebut
dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata pihak Polresta Palangkaraya
membebaskannya tanpa tuntutan hukum.
9. Tahun 1999, di Palangkaraya, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh
beberapa orang suku Madura karena masalah sengketa tanah. Dua orang Dayak
dalam perkelahian tidak seimbang itu tewas. Sedangkan pembunuhnya lolos,
malahan orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap membuat
kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.
10. Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin
Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura. Penyebabnya adalah suku
Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas.
Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada kedua belah pihak, tanpa
penyelesaian hukum.
11. Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama
Iba oleh tiga orang Madura. Pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris
Sylvanus, Palangkaraya. Biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh Pemda
Kalteng. Namun para pembacok tidak ditangkap. Kronologis kejadian tiga orang
Madura memasuki rumah keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman air putih,
karena katanya mereka haus, sewaktu Iba menuangkan air di gelas, mereka
membacoknya, saat istri Iba mau membela, juga di tikam. Tindakan itu dilakukan mereka
menurut cerita mau membalas dendam, tapi salah alamat.
12. Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu keluarga Dayak tewas dibantai
oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum.
13. Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 satu orang suku Dayak di bunuh oleh
pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para
pelaku lari, tanpa proses hukum.
14. Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi
pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh

4
suku Madura, para pelaku kabur, tidak tertangkap, karena lagi-lagi katanya sudah
lari ke Pulau Madura. Proses hukum tidak ada karena pihak berwenang tampaknya
belum mampu menyelesaikannya (tidak tuntas).
15. Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh
karena dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.
16. Tahun 2001, di Palangka Raya (11 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh
diserang oleh suku Madura. Belum terhitung kasus warga Madura di bagian
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup
berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali
dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa kerusuhan tersebut (25 Februari 2001)
adalah terjadinya peristiwa Sampit yang mencekam.

B. Analisis Kasus Konflik Sampit


Jika melihat konflik Sampit, awal mula terjadinya dikarenakan adanya konflik
antar individu. Pembunuhan, perkosaan, kekerasan oleh individu satu terhadap individu
lain yang berbeda etnis menyebabkan meluasnya konflik dari konflik individu ke arah
konflik antar etnis dalam kasus ini Dayak dan Madura. Pada awalnya suku Madura
inilah yang memulai melakukan kerusuhan terhadap suku Dayak padahal suku Madura
disini merupakan pendatang. akibatnya pada Februari 2001 meletuslah konflik antar
suku Madura dan suku Dayak. Dampak dari konflik sampit mengakibatkan lebih dari
500 kematian, dengan lebih dari warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak
warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak. Cara
penyelesaian dilakukan banyak hal untuk meredam konflik antara lain :
1. Menerjunkan satuan pengamanan dari POLRI dan TNI ke lokasi kerusuhan.
Misalnya:
a) Dengan memberikan seruan kepada semua pihak pertikaian.
b) Mengadakan evakuasi para korban dan warga Madura kewilayah tetangga.
c) Melaksanakan patroli dan menempatkan pasukan pada tempat yang rawan
pertikaian.
2. Melakukan tindakan persuasif dan preventif terhadap kelompok yang bertikai
untuk mengantisipasi berkembangnya kerusuhan yang meluas. Seperti
mengeluarkan himbauan yang disampaikan media massa dan elektronik serta
mobil keliling secara kontinyu.

5
3. Meyakinkan Gubernur,para Bupati dan Camat di Kalimantan Tengah agar tidak
mengambil jalan pintas memulangkan suku Madura kepulau Madura. Karena
warga Madura tinggal didaerah Kalimantan Tengah
4. sudah sejak tahun 1930 apabila Pemerintah memulangkan suku Madura ke pulau
Madura akan mengakibatkan kecemburuan sosial.
Konflik sampit ini selesai karena adanya kerendahan hati dari tokoh-tokoh
Madura untuk memulai perdamaian dan terjadilah perjanjian perdamaian antara kedua
suku apabila disalah satu pihak ada yang melanggar akan dikenakan sanksi hukum.
Untuk mengenang peristiwa tersebut sebagai bentuk perdamaian dibuatlah Tugu
Perdamaian sebagai tanda perdamaian antara kedua suku. Tugu tersebut ditempatkan di
bundaran Jl. Jend Sudirman Sampit-Pangkalan bun km 3.

C. Hukum Instrument Nasional Tentang Pelanggaran HAM Berdasarkan dari Kasus


Sampit
Peristiwa Sampit ini bisa disebut kejahatan genosida dimana ada aksi yang
bermaksud untuk memusnahkan kelompok etnik tertentu. Kejahatan genosida ini
termasuk ke dalam kegiatan yang mengancam keamanan manusia.
Secara teori, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU Pengadilan HAM);
 Pasal 4 UU Pengadilan HAM; “Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa
dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat”.
 Pasal 7 UU Pengadilan HAM; ”Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi:
a. Kejahatan genosida;
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan.”
 Pasal 8 UU Pengadilan HAM; “Kejahatan genosida sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf a adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
a. membunuh anggota kelompok;
b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok;
c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;

6
d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.”
 Pasal 9 UU Pengadilan HAM; “Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
a. pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
f. penyiksaan;
g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
lain yang setara;
h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
atau alasan lain yang telah diakui secara universall sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
i. menghilangan orang secara paksa; atau kejahatan apartheid.”

Dari fakta-fakta yang telah dikemukakan sebelumnya, Kerusuhan Sampit


termasuk kedalam pelanggaran HAM berat yaitu kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan sehingga Kerusuhan Sampit ini Pengadilan HAM berwenang
memeriksa dan memutus perkara ini.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan konflik antara suku dayak dan madura adalah rangkaian panjang
dari perjalanan interaksi antara kekuatan – kekuatan sosial dalam struktur sosial dalam
memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan pesaingan dan
akibat dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada akan menyebabkan
konflik. Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab konflik, tetapi bisa menjadi
pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu pihak kepolisian dan pemerintah daerah sangat
berperan untuk memberikan solusi – solusi terhadap permasalahan yang ada di
masyarakat sampit.

B. Saran
Sistem kekerabatan, rasa saling menghormati, menyayangi dan sikap toleransi
harus lebih di tingkatkan lagi sesama warga di Indonesia, walaupun berbeda ras, suku dan
agama demi mewujudkan Negara Indonesia yang aman, damai dan sesuai dengan
semboyan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan “Bhineka Tunggal Ika.”

8
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-konflik-sampit-antara-suku-dayak-dan-suku-
madura-5-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai