Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SOSIOLOGI

KONFLIK ANTAR SUKU

Disusun oleh:
1. ANDIKA ARDIANTO
2. NOVA RAMADANU
3. NUR KHOLIFAH
4. NUR RISKA
5. RICA ERVIANA
6. ROHMATUN NISA
7. SEFIA RISMA FADILA
8. SITI KHOIROTUN NISA

MA MA’ARIF NU 5 SEKAMPUNG
TH 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, berkat bimbingannya


kami cukup mampu menyusun makalah ini.
Makalah yang saya susun ini merupakan kutipan dari beberapa sumber
surat kabar di internet yang saya rangkum menjadi sebuah bentuk tulisan yang
sistematis, semoga pembaca dapat memahami bahwa perlunya kita mengetahui
permasalahan di masyarakat khususnya “Konflik Antar Suku”yang dari tahun
ketahun menjadi sorotan di berbagai media massa menjelang hari besar
keagamaan.
Akhir kata kami berharap makalah ini menjadi inspirasi yang baru untuk
karya-karya selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan
informasi tentang masalah “Konflik Umat Suku”.Mohon maaf bila dalam makalah
ini terdapat kekurangan,oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.
Sekampung, mei 2019

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan terbesar Indonesia memiliki banyak RAS, suku


dan budaya beragam. Menurut badan riset, data suku-suku yang ada di Indonesia
mencapai kurang lebihnya lebih dari 300 kelompok suku atau etnik. Namun
dikarenakan banyaknya suku yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula,
seringkali terjadi konflik yang melibatkan konflik anatar suku yang menjadi suatu
perstiwa yang tidak bisa dihindarkan lagi.
Konflik merupakan hal atau masalah yang lazim atau biasa terjadi di
lingkungan masyarakat. Dimana lagi-lagi perbedaan menjadi latar belakang yang
mendasar dalam setiap konflik perang antar suku di Indonesia. Peperangan antar
suku akhir-akhir ini menjadi bahan pekerjaan pemerintah untuk menetralisir
kekisruhan yang sering terjadi khususnya peperangan antar suku. Konflik tersebut
terjadi karena saking beragam nya suku-suku di Indonesia dan berawal dari
banyaknya suku-suku yang ada tersebut konflik-konflik pembeda atau masalah
budaya yang berbeda dan variatif mulai bermunculan.
Salah satu contoh dari konflik yang sempat menarik perhatian adalah
perang suku antara suku Dayak dan Madura. Peperangan antara Suku Dayak dan
Madura menimbulkan sebuah pergeseran moral tentang bagaimana seharusnya
saling menghargai perbedaan. Nyawa bukan lagi menjadi hal yang mahal saat itu.
Pemenggalan terhadap kepala manusia saat itu seolah menjadi bukti bahwa
kebencian telah benar-benar mengerikan. Penyebab terjadinya perang kedua suku
ini yaitu karena perbedaan budaya antara Suku Dayak dan Suku Madura, perilaku
yang tidak menyenangkan, pinjam meminjam tanah dan ikrar perdamaian yang
dilanggar. Kejadian ini memang telah lama berlalu. Tapi konflik tersebut
bagaimanapun akan tetap meninggalkan kesan mengerikan yang mendalam bagi
masyarakat kedua suku tersebut.
Setiap suku tentu memiliki budaya, adat-istiadat dan kebiasaan tertentu
yang beragam. Keanekaragaman tersebut tentu memabawa dampak dan
kosekuensi sosial yang beragam pula. Jika hal ini tidak dapat disikapi dengan baik
maka perbedaan tersebut justru akan terus manjadi faktor utama penyebab terjadi
perang antar suku.Setiap suku akan menginterpretasikan budaya yang mereka
miliki dalam lingkungannya sehingga terciptalah stereotip yang dapat
mengakibatkan lestarinya perbedaan. Penonjolan strereotip suatu suku amat
berbahaya. Namun faktanya, stereotip dan stigma buruk itu tetap hidup. Bahkan,
tanpa disadari kian meluas. Bahaya karena hal ini dapat menimbulkan pepecahan
perang antar suku pun menjadi hal yang tak bisa dihindarkan.
Stereotip orang Madura dalam pengetahuan orang Indonesia kadang
identik dengan watak yang kasar dank keras. Sering menyelesaikan masalah
dengan carok, mengakhiri sengketa dengan cara duel maut yang berunjung
kematian. Penyebabnya adalah dendam atau pembalasan pihak keluarga dan
kerabat yang terluka hingga tewas. Walaupun stereotip itu keliru dan berbahaya,
hal tersebut seakan melekat dalam benak keindonesiaan kita. Itulah yang sering
memicu terjadinya kerusuhan etnis atau suku di Indonesia bahkan berkembang
menjadi perang antar suku.
Konflik sering terjadi di kalangan masyarakat karena manusia makhluk
sosial dan memiliki beragam pemikiran dan cara masing-masing untuk
bersosialisasi. Konflik tersebut biasanya terjadi karena hal sepele seperti
prasangka negatif tapi berhubung menyangkut RAS atau budaya maka rasa
simpati antar sesama budaya yang membuat peperangan tersebut menjadi bukan
hal yang sepele lagi bahkan hingga terjadinya perang antar suku. Oleh karena itu
saya memuat makalah dengan mengangkat judul Konflik Antar Suku di Indonesia
yang merupakan wujud dari prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme.

1.2  Ruang Lingkup Penelitian

Makalah ini akan membahas konflik antar suku di indonesia yang


merupakan wujud dari prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme yang masih
sangat melekat dalam budaya di indonesia. Selain itu makalah ini akan membasa
penyebab-penyebab lain yang menimbulkan konflik anatar suku di indonesia serta
contoh konflik antar suku yang ada atau pernah terjadi di indonesia

1.3  Manfaat dan Tujuan

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan tetang


konflik antar suku yang terjadi di indonesia juga faktor penyebab terjadi konflik
antar suku tersebut.
Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menyadarkan
masyarakat pentingnya untuk tidak berburuk sangka, mendiskriminasi ataupun
terlalu etnosentris yang menjadi penyebab utama terjadinya konflik antar suku di
indonesia.
  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Landasan Teori
           
A. Pengertian Konflik

Secara umum pengertian Konflik adalah suatu masalah sosial yang timbul
karena adanya perbedaan pandangan yang terjadi di dalam masyarakat maupun
negara.
Pengertian Konflik menurut Robbins, Konflik adalah suatu proses yang
dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara
negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain.
Menurut Alabaness, Pengertian Konflik adalah kondisi yang dipersepsikan
ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara
tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
Dari kedua pengertian konflik yang disampaikan pakar di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Konflik adalah proses yang dinamis dan keberadaannya
lebih banyak menyangkut persepsi dari orang atau pihak yang mengalami dan
merasakannya. Dengan demikian jika suatu keadaan tidak dirasakan sebagai
konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan begitu juga
sebaliknya.

B.     Pengertian Suku

Menurut Ensiklopedi Indonesia Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem


sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu
kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik
yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
C.    Pengertian Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terbentang


di khatulistiwa sepanjang 3200 mil (5.120 km2) dan terdiri atas 13.667 pulau
besar dan kecil. Nama Indonesia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Indo yang
berarti Indoa dan Nesia yang berarti kepulauan.

D.    Pengertian Konflik Antar Suku di Indonesia


      masalah sosial yang timbul karena adanya perbedaan pandangan yang
terjadi di dalam masyarakat maupun negara yang dilakukan oleh antar berarti
kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang terjadi di Indonesia

2.2       Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Antar Suku


Suatu konflik khususnya yang terjadi antar suku umumnya didasari oleh
tiga hal yaitu prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme. Tiga hal ini menjadi
faktor utama yang melatar belakangi terjadinya koflik antar suku yang berujung
kepada perang antar suku. Prasangka yang buruk terhadap suku lain menjadi
sangat umum di indonesia hal tersebut dilatarbelakangi sikap etnosentrisme suatu
suku. Sikap ini menimbulkan prasangka terhadap suku lain sehingga terjadinya
diskriminasi sosial. Diskriminasi sosial yang berkelanjutan inilah yang dapat
menimbulkan konflik  yang berujung kepada perang antar suku.Selain disebabkan
oleh ketiga hal itu beberapa ahli juga memaparkan faktor-faktor lain yang menjadi
penyebab terjadinya konflik antar suku.
Faturochman menyebutkan setidaknya ada enam hal yang biasa
melatarbelakangi terjadinya konflik etnis terjadi disebuah tempat. Enam hal
tersebut antara lain yakni:
1)      Kepentingan yang sama diantara beberapa pihak
2)      Perebutan sumber daya
3)      Sumber daya yang terbatas
4)      Kategori atau identitas yang berbeda
5)      Prasangka atau diskriminasi
6)      Ketidakjelasan aturan (ketidakadilan).
Konflik antar etnis yang terjadi dapat dikatakan karena kepentingan
beberapa oknum atau pihak yang memang bertujuan untuk mengambil untung dari
konflik tersebut. Etnis etnis yang saling berkonflik sangat mudah di adu domba
karena memang sumber daya manusia yang terbatas. Dalam arti pendidikannya
kurang dan tingkat ekonomi yang rendah. Seharusnya dari masing masing kepala
daerah yang ada di wilayah konflik tersebut harus tegas membuat atau
merealisikan kebijkan ketika terjadi sebuah konflik antar etnis.
 Dalam konteks Indonesia sendiri, kita kerap kali mendengar terjadinya
konflik antar etnis. Sebenarnya akar dari konflik ini adalah keterbelakangan dari
masyarakat di wilayah konflik tersebut. Sementara itu, Sukamdi menyebutkan
bahwa konflik antar etnik di Indonesia terdiri dari tiga sebab utama,yaitu:
1)      Konflik muncul karena ada benturan budaya
2)      Karena masalah ekonomi politik
3)      Karena kesenjangan ekonomi sehingga timbul kesenjangan sosial.
Menurutnya konflik terbuka dengan kelompok etnis lain hanyalah
merupakan bentuk perlawanan terhadap struktur ekonomi-politik yang
menghimpit mereka sehingga dapat terjadi konflik diantara yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan identitas sosial, dalam hal ini etnik dan budaya khasnya,
seringkali menimbulkan etnosentrisme yang kaku, dimana seseorang tidak mampu
keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu
berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang
lain berdasarkan latar belakang budayanya.

Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan


konflik karena ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan.Sebagai
tambahan, pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan
menyebabkan seseorang lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik.
Berdasarkan tulisan dari Stefan Wolff, bahwa konflik etnis ini sebagian
besar terjadi di wilayah Afrika, Asia, serta sebagian Eropa Timur. Dikatakan
bahwa negara-negara Eropa Barat serta Amerika Utara tidak terpengaruh atas
konflik etnis yang terjadi di dunia ini.. Asia dan Afrika adalah dua benua yang
memiliki sejarah peradaban tertua di dunia. dan secara tidak sengaja, kedua benua
ini memiliki berbagai macam etnis,ras, ataupun suku bangsa. Tentu saja hal ini
tidak dapat ditemui di benua Amerika yang merupakan “peradaban baru”
bentukan Eropa. Peradaban-peradaban ini sejak dahulu selalu terlibat perang suku.
Celakanya, perang antar suku dan ras yang terjadi ini menyimpan dendam
diantara semua pihak yang bertikai dan masih terbawa hingga kini.
Dengan demikian, Wolff menyimpulkan bahwa “ethnic conflicts are based
on ancient hatreds between groups fighting in them and that”. Sebagian kecil
konflik yang terjadi adalah akibat isu kontemporer politik ataupun agama.

2.3       Konflik Antar Suku di Indonesia   


A.    Konflik Lampung
Lampung merupakan daerah tujuan transmigrasi besar-besaran. Pada
zaman belanda, banyak sekali suku jawa yang dipindahkan ke lampung sehingga
saat ini kita dapat menemukan daerah yang menggunakan bahasa jawa.
Masyarakat lampung hanya sedikit namun masyarakat jawa, bali, sumatera utara,
padang, palembang, bugis hingga keturunan cina dan arab banyak yang menetap
disana.
Dengan berbaurnya berbagai macam suku tersebut maka tingkat
kecenderungan untuk terjadinya konflik pun semakin tinggi. Sebenarnya konflik –
konflik antar suku sudah sering terjadi di provinsi lampung baik itu antara suku
asli lampung dengan bali seperti yang terjadi saat ini, maupun jawa dengan bali
atau lampung dengan jawa. Kenapa hanya ketiga suku tersebut yang sering
terlibat konflik ? ya memang karena ketiga suku tersebutlah populasinya yang
paling banyak. Di beberapa daerah di lampung kita bisa menemukan sebuah desa
yang seluruh penduduknya berisi orang bali. Di tempat tersebut juga biasanya
terdapat sebuah pura besar tempat mereka melakukan kegiatan agama, sama persis
seperti keadaan di bali.
Pada sisi lain masyarakat asli Lampung yang memiliki falsafah hidup fiil
pesenggiri dengan salah satu unsurnya adalah ”Nemui-nyimah” yang berarti
ramah dan terbuka kepada orang lain, maka tidak beralasan untuk berkeberatan
menerima penduduk pendatang. Tetapi dengan seiring waktu falsafah hidup
tersebut mulai luntur dikarenakan berbagai macam hal.
Suku asli Lampung pada dasarnya bersikap sangat baik terhadap para
pendatang, mereka menyambut baik kedatangan para pendatang tersebut tetapi
memang terkadang para pendatang lah yang sering menyulut amarah penduduk
asli lampung. Sebagai tuan rumah, suku asli lampung tentunya tidak akan tinggal
diam jika mereka merasa dihina oleh suku lain apalagi hal tersebut berkaitan
dengan masalah “harga diri”. Berikut ini beberapa perang antar suku yang pernah
terjadi di Lampung :
1)      Pembakaran pasa Probolinggo Lampung Timur oleh suku bali.
2)      29 Desember 2010 : Perang suku Jawa / Bali vs Lampung berawal dari
pencurian ayam.
3)      September 2011 : Jawa vs Lampung
4)      Januari 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Lampung
5)      Oktober 2012 : Sidomulyo Lampung Selatan.
Dari konflik – konflik kecil timbulah dendam diantara para suku – suku
tersebut sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah
konflik besar. Pengelompokan suku di daerah lampung memang sudah terjadi
sejak lama, bahkan hal tersebut sudah terjadi sejak mereka remaja. Di beberapa
sekolah didaerah lampung anak – anak suku bali tidak mau bermain /
bersosialisasi dengan anak – anak suku lainnya begitu juga dengan anak – anak
dari suku jawa maupun lampung. Mereka biasanya berkelompok berdasarkan
suku mereka sehingga jika diantara kelompok tersebut terjadi perselisihan
tentunya akan melibatkan suku mereka.
Konflik diatas adalah beberapa konflik yang terhitung besar, selain konflik
besar yang pernah terjadi diatas di lampung juga sering terjadi konflik – konflik
kecil antar suku namun biasanya hal tersebut masih bisa diredam sehingga tidak
membesar.
B.     Konflik Sampit
Kerusuhan yang terjadi di sampit hanyalah salah satu rangkaian peristiwa
kerusuhan yang terjadi oleh suku Madura yang sejak berdirinya Kalimantan
Tengah telah melakukan lebih dari 13 kali kerusuhan besar dan banyak sekali
kerusuhan tersebut yang mengakibatkan korban dari pihak Dayak. Sangat banyak
kasus-kasus yang telah memicu pertikaian antara kedua suku ini,yaitu :

1)      Pada tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa. Kasus tersebut hanya
diselesaikan dengan hukum adat.
2)       Tahun 1982 terjadi pembunuhan seorang Dayak oleh suku Madura, pelaku
tidak tertangkap karena kemungkinan pembunuh kembali ke pulau Madura.
3)      Tahun 1983, pengeroyokan satu orang dayak oleh tiga puluh orang Madura,
diadakan perdamaian antara kepala suku Dayak dan Madura.
4)      Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan
dibunuh dengan kejam dan sadis oleh orang Madura, ternyata hukumannya
ringan.
5)      Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok
oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40,dengan skor orang
Madura mati semua. Padahal orang Dayak pada saat itu hanya ingin
mempertahankan diri dari orang Madura yang jumlahnya sangat banyak.
Kasus ini ditutup dengan hukuman berat bagi orang Dayak.
6)       Tahun 1997, anak laki-laki suku Dayak yang bernama Waldi tewas
dibunuh oleh orang Madura yang berjualan sate di daerah itu. Waldi tewas
secara mengenaskan dengan lebih dari tiga puluh tusukan di badannya.
7)      Tahun 1998, terjadi lagi pengeroyokan orang Dayak oleh 4 orang Madura.
Orang Dayak itu tewas. Kasus ini tidak terselesaikan karena pengeroyok tidak
dapat ditemukan karena kemungkinan telah kembali ke asalnya.
8)      Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum)
dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya,
namun besok harinya datang sekelompok suku Madura menuntut agar
temannya tersebut dibebaskan tanpa tuntutan. Ternyata pihak Polresta
Palangka Raya membebaskannya tanpa tuntutan hukum.
9)      Tahun 1999, kembali terjadi seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang
suku Madura karena masalah sengketa tanah. Dua orang Dayak dalam
perkelahian tidak seimbang itu mati semua. Sedangkan pembunuh lolos,
malahan orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap
membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri
itu.
10)  Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten
Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura. Gara-
gara suku Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak
menambang emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada kedua
belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.
11)  Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri
bernama Iba oleh tiga orang Madura. Pasangan itu luka berat. Dirawat di
RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya. Biaya operasi dan perawatan
ditanggung oleh Pemda Kalteng. Namun para pembacok tidak ditangkap,
katanya? sudah pulang ke pulau Madura. Kronologis kejadian tiga orang
Madura memasuki rumah keluarga Iba dengan dalih minta diberi minuman
air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu Iba menuangkan air di gelas,
merekamembacoknya, saat istri Iba mau membela, juga di tikam. Tindakan
itu dilakukan mereka menurut cerita mau membalas dendam, tapi salah
alamat.
12)  Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, satu keluarga Dayak mati
dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian
hukum.
13)  Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 satu orang suku Dayak di bunuh oleh
pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka.
Para pelaku lari, tanpa proses hukum.
14)  Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur,
terjadi pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati
dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur, tidak tertangkap, karena
lagi-lagi katanya sudah lari ke Pulau Madura. Proses hukum tidak ada karena
pihak berwenang tampaknya belum mampu menyelesaikannya (tidak tuntas).
15)    Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak
terbunuh karena dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga
Dayak.
16)  Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak
terbunuh diserang oleh suku Madura. Belum terhitung kasus warga Madura di
bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Suku
Dayak hidup berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di
Kalimantan Tengah, kecuali dengan Suku Madura. Kelanjutan peristiwa
kerusuhan tersebut (25 Februari 2001) adalah terjadinya peristiwa Sampit
yang mencekam.

Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan


oleh aksi premanisme Etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena
para tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap dan di adili oleh
aparat penegak hukum. Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya
kekerasan ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk
beradaptasi (mengingat mereka sebagai pendatang). Sering terjadi kasus
pelanggaran “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan
didominasi oleh orang Madura.  Orang Dayak merasa sangat tersudut ditanahnya
sendiri. Mereka seolah tidak dilindungi dari pihak hukum. Sementara orang
Madura semakin merasa diatas angin di kota Sampit. Seakan mereka tidak peduli
akan perasaan warga lokal disana. Situsi semakin hari semakin panas. Orang
Madura mempunyai keinginan untuk menjadikan kota Sampit sebagai kota
Sampang ke-2. Mereka melupakan pepatah di tanah Borneo tersebut yaitu,
''dimana tanah dipijak,disitu langit dijunjung''.
Pada tanggal 18 februari 2002 di sebuah pasar di kota Sampit,seorang ibu
yang sedang hamil dibunuh dengan kejam. Perutnya dibelah dan janin dalam perut
ibu tersebut dikeluarkan lalu dibuang. Darah dari seorang ibu dan janinnya tadi
dijadikan tinta untuk menulis di sebuah spanduk besar yang bertuliskan, ''Sampit
sebagai Sampang kedua''. Kejadian ini memang sepertinya telah direncanakan
oleh pihak Madura.Mereka juga berkeliling kota Sampit sambil meneriakkan
''Matilah kau Dayak''. 
Bom molotof pun berjatuhan di rumah-rumah orang Dayak. Tidak sedikit
juga mereka membakar rumah orang Dayak. Orang Dayak menjadi takut dan
mereka berlari masuk ke dalam hutan. Kepala suku mereka telah sangat murka
dan memberi ultimatum kepada orang bahwa apabila dalam 3 hari mereka tidak
keluar dari Sampit, maka Dayak akan memerangi warga Madura. Sudah sangat
banyak pengungsi dari pihak Madura dan Dayak. Lebih dari 10.000 pengungsi
telah diungsikan ke Surabaya dan ke Palangkaraya. Ultimatum tadipun tidak
dihiraukan oleh warga Madura sehingga terjadilah perang etnis disana.
Suku Dayak berhasil mengambil kembali rumahnya yang hampir diambil
oleh suku lain.Banyak rumah yang terbakar, toko-toko milik kedua etnis tadi
lenyap serta kurang lebih 500 korban tewas. Tidak ada yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Dalam kata lain perang hanya meninggalkan tangis dan air
mata, dan juga kenangan yang sangat menyakitkan.

C.    Konflik Papua

Perang dan pertikaian yang terjadi di Indonesia ternyata tidak hanya


melibatkan suku asli dan pendatang. Namun kelompok yang berbeda di suatu
daerah pun bisa memicu adanya pertikaian yang mengorbankan nyawa.
Pada 30 mei 2013, terjadi konflik yang melibatkan suku atas pegunugan
dan suku bawah pantai. Hal ini dipicu oleh aksi pembakaran honai rumah adat
papua milik kelompok bawah yang dilakukan oleh kelompok atas. Hal yang
dianggap kecil ini dapat membuat 6 orang tewas dan 21 lainnya dilarikan ke
rumah sakit akibat terkena panah.
D.    Konflik Poso

Poso adalah sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tengah. Kalau


dilihat dari keberagaman penduduk, Poso tergolong daerah yang cukup majemuk,
selain terdapat suku asli yang mendiami Poso, suku-suku pendatang pun banyak
berdomisili di Poso, seperti dari Jawa, batak, bugis dan sebagainya.
Suku asli di Poso, serupa dengan daerah-daerah disekitarnya;Morowali
dan Tojo Una Una, adalah orang-orang Toraja. Menurut Albert Kruyt terdapat
tiga kelompok besar toraja yang menetap di Poso. Pertama, Toraja Barat atau
sering disebut dengan Toraja Pargi-Kaili. Kedua adalah toraja Timur atau Toraja
Poso-Tojo, dan ketiga adalah Toraja Selatan yang disebut juga denga Toraja
Sa’dan. Kelompok pertama berdomisili di Sulawesi Tengah, sedangkan untuk
kelompok ketiga berada di Sulawesi Selatan. Untuk wilayah poso sendiri, dibagi
menjadi dua kelompok besar. Pertama adalah Poso tojo yang berbahasa Bare’e
dan kedua adalah Toraja Parigi-kaili. Namun untuk kelompok pertama tidak
mempunyai kesamaan bahasa seperti halnya kelompok pertama.
Kalau dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua kelomok
agama besar, Islam dan Kristen.  Sebelum pemekaran, Poso didominasi oleh
agama Islam, namun setelah mengalami pemekaran menjadi Morowali dan Tojo
Una Una, maka yang mendominasi adala agama Kristen. Selain itu masih banyak
dijumpai penganut agama-agama yang berbasis kesukuan, terutama di daerah-
daerah pedalaman. Islam dalam hal ini masuk ke Sulawesi, dan terkhusus Poso,
terlebih dahulu. Baru kemudian disusul Kristen masuk ke Poso.
Keberagaman ini lah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi
pelbagai kerusuhan yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar
belakang sosial-budaya, ataupun kerusuhan yang berlatarbelakang agama, seperti
yang diklaim saat kerusuhan Poso tahun 1998 dan kerusuhan tahun 2000. Agama
seolah-olah menjai kendaraan dan alasan tendesius untuk kepentingan masing-
masing.
Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada desember 1998.
Ada sintimen keagamaan yang melatarbelakangi pemilihan tersebut. Dengan
menangnya pasangan Piet I dan Mutholib Rimi waktu tidak lepas dari identitas
agama dan suku. Untuk seterusnya agama dijadikan tedeng aling-aling pada setiap
konflik yang terjadi di Poso. Perseturuan kecil, semacam perkelahian antar
persona pun bisa menjadi pemicu kerusuhan yang ada di sana. Semisal, ada dua
pemuda terlibat perkelahian. Yang satu beragama islam dan yang satunya lagi
beragama Kristen. Karena salah satu pihak mengalami kekalahan, maka ada
perasaan tidak terima diantara keduanya. Setelah itu salah satu, atau bahkan
keduanya, melaporkan masalah tersebut ke kelompok masing-masing, dan
timbullah kerusuhan yang melibatkan banyak orang dan bahkan kelompok.
Sebelum meletus konflik Desember 1998 dan diikuti oleh beberapa
peristiwa konflik lanjutan, sebenarnya Poso pernah mengalami ketegangan
hubungan antar komunitas keagamaan (Muslim dan Kristen) yakni tahun 1992
dan 1995. Tahun 1992 terjadi akibat Rusli Lobolo (seorang mantan Muslim, yang
menjadi anak bupati Poso, Soewandi yang juga mantan Muslim) dianggap
menghujat Islam, dengan menyebut Muhammad nabinya orang Islam bukanlah
Nabi apalagi Rasul. Sedangkan peristiwa 15 Februari 1995 terjadi akibat
pelemparan masjid dan madrasah di desa Tegalrejooleh sekelompok pemuda
Kristen asal desa Mandale. Peristiwa ini mendapat perlawanan dan balasan
pemuda Islam asal Tegalrejo dan Lawanga dengan melakukan pengrusakan rumah
di desa Mandale. Kerusuhan-kerusuhan ”kecil” tersebut kala itu diredam oleh
aparat keamanan Orde Baru, sehingga tak sampai melebar apalagi berlarut-larut.
Memang, setelah peristiwa 1992 dan 1995, masyarakat kembali hidup
secara wajar. Namun seiring dengan runtuhnya Orde Baru, lengkap dengan
lemahnya peran ”aparat keamanan” yang sedang digugat disemua lini melalui
berbagai isu, kerusuhan Poso kembali meletus, bahkan terjadi secara beruntun dan
bersifat lebih masif. Awal kerusuhan terjadi Desember 1998, konflik kedua terjadi
April 2000, tidak lama setelah kerusuhan tahap dua terjadi lagi kerusuhan ketiga
di bulan Mei-Juni 2000. konflik masih terus berlanjut dengan terjadinya
kerusuhan keempat pada Juli 2001; dan kelima pada November 2001. Peristiwa-
peristiwa tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan antara satu dengan yang
lain. Konflik Poso telah memakan korban ribuan jiwa serta meninggalkan trauma
psikologis yang sulit diukur tersebut, ternyata hanya disulut dari persoalan-
persoalan sepele berupa perkelahian antarpemuda.

2.4       Soulusi Penyelesaian Konflik Antar Etnis


Konflik antar etnis di Indonesia harus segera diselesaikan dan harus sudah
ada solusi konkritnya. Dalam bukunya Wirawan dengan judul Konflik dan
Menejemen Konflik, Teori, Aplikasi, dan Penelitian menjelaskan bagaimana cara
menyelesaikan konflik antar etnis yang ada di sebuah Negara. Pertama, melalui
Intervensi pihak ketiga. Dimana keputusan intervensi pihak ketiga nantinya final
dan mengikat. Contoh adalah pengadilan. Kedua, Mediasi. Mediasi ini adalah cara
penyelesaian konflik melalui pihak ketiga juga yang disebut sebagai mediator.
Ketiga, Rokosialisasi. Proses penyelesaian konflik dengan transormasi sebelum
konflik itu terjadi, dimana masyarakat pada saat itu hidup dengan damai.
Adapun cara lain dalam menyelesaikan konflik yang ada, yakni:

1)      Konflik Itu Harus di Management Menuju Rekonsiliasi


Konflik memang bukan sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang yang
hidup di dunia ini. Apa lagi konflik yang bernuansa karena perbedaan agama yang
dianut dan pebedaan etnis. Konflik yang demikian itu memang suatu konflik yang
sangat serius. Untuk meredam wajah bahaya dari konflik itu, maka konflik itu
harus dimanagement agar ia berproses ke arah yang positif. Dr. Judo
Poerwowidagdo, MA. Dosen Senior di Universitas Duta Wacana Yogyakarta
menyatakan bahwa proses konflik menuju arah yang positif itu adalah sbb: Dari
kondisi yang “Fight” harus diupayakan agar menuju Flight. Dari kondisi Flight
diupaykan lagi agar dapat menciptakan kondisi yang Flaw. Dari Flaw inilah baru
diarahkan menuju kondisi Agreement, terus ke Rekonsiliasi. Karena itu,
masyarakat terutama para pemuka agama dan etnis haruslah dibekali ilmu
Management Konflik setidak-tidaknya untuk tingkat dasar.

2)      Merubah Sistem Pemahaman Agama


Konflik yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu
mengajarkan untuk konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah
yang menyebabkan mereka menjadi termotivasi untuk melakukan konflik.
Keluhuran ajaran agama masing-masing hendaknya tidak di retorikakan secara
berlebihan.
Retorika yang berlebihan dalam mengajarkan agama kepada umat masing-
masing menyebabkan umat akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk
agama lain. Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-
nilai universal dari ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama
mengajarkan umatnya untuk hidup sabar menghadapi proses kehidupan ini.
Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT (ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela berkorban demi kepentingan
yang lebih mulia. Tidak mudah putus asa memperjuangkan sesuatu yang benar
dan adil. Tidak mudah mabuk atau lupa diri kalau mencapai sukses.
Orang yang sukses seperti menjadi kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik,
cakep, memiliki suatu power, merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat
menyebabkan orang menjadi mabuk kalau kurang waspada membawa diri. Hal-
hal yang seperti itulah yang sesungguhnya lebih dipentingkan oleh masyarakat
bangsa kita dewasa ini.

3)      Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam Kehidupan Beragama.


Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya
mengurangi bentuk perayaan dengan penampilan yang berhura hura. Hal ini
sangat mudah juga memancing konflik. Karena umat lain juga dapat terpancing
untuk menunjukan existensi dirinya bahwa ia juga menganut agama yang sangat
hebat dan luhur.

4)       Redam Nafsu Distinksi Untuk Menghindari Konflik Etnis.


Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya.
Salah satu nafsu itu ada yang disebut nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini
mendorong seseorang untuk menjadi lebih dari yang lainya. Kalau nafsu ini
dikelola dengan baik justru akan membawa manusia menjadi siap hidup bersaing.
Tidak ada kemajuan tanpa persaingan. Namun, persaingan itu adalah persaingan
yang sehat. Persaingan yang sehat itu adalah persaingan yang berdasarkan noram-
norma Agama, norma Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya.
Namun, sering nafsu Distinksi ini menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis
bahwa mereka adalah memiliki berbagai kelebihan dari etnis yang lainya.
Nafsu Distinksi ini sering membuat orang buta akan berbagai
kekuranganya. Hal inilah banyak orang menjadi bersikap sombong dan exlusive
karena merasa memiliki kelebihan etnisnya. Untuk membangun kebersamaan
yang setara, bersaudara dan merdeka mengembangkkan fungsi, profesi dan posisi,
maka dalam hubungan dengan sesama dalam suatu masyarakat. Dengan demikian
semua pihak akan mendapatkan manfaat dari hubungan sosial tersebut. Di
samping mendapatkan sahabat yang semakin erat, juga mendapatkan tambahan
pengalaman positif dari sesama dalam pergaulan sosial.
Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin tumbuh rasa
persahabatan yang semakin kekal. Kalau kita lihat kekurangannya maka kita akan
terus merasa jauh dengan sesama dalam hubungan sosial tersebut

BAB III
PENUTUP
3.1       Simpulan
Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai
bangsa yang rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali
terdengar jerit tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Kalau konflik etnis
itu terjadi terus terusan dalam sebuah Negara, maka Negara tersebut dapat dikatakan
tidak bisa menciptakan ketentraman dan keamanan dalam negerinya. Maka dari itu
masalah konflik etnis perlu diselesaikan secara cepat oleh pemerintah. Karena selain
Negara yang mengalami kerugian, masyarakat sekitar daerah konflik tersebut pun akan
mengalami kerugian pula
 Faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik etnis seperti,
kepentingan yang sama diantara beberapa pihak, perebutan sumber daya, sumber daya
yang terbatas, kategori atau identitas yang berbeda, prasangka atau diskriminasi harus
diselesaikan secara demokratik.
Cara-cara seperti rekonsialisasi dan mediasi harus dikedepankan. Penyelesaian
konflik tanpa kekerasan inilah yang harus dilakukan, agar tidak jatuh banyak korban.
Kalau masalah konflik antar etnis telah bisa diselesaikan dengan baik, Negara dan
masyarakatnya akan hidup tenang, tentram, dan aman. Saling menganggap bahwa satu
sama lain yang ada didalam Negara adalah saudara akan membuat

3.2  Saran

1)  Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat menjadi sadar akan masalah yang
dihadapi. Tidak lagi menjadikan prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme sebagai
api penyulut konflik yang ada. Semoga kita menjadi lebih dewasa dalam bertindak
apalagi menyangkut masalah suku ras dan agama.

2)   Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
Pandu Wibowo. Konflik antar etnis penyebab dan solusi. Kompasiana. 28 Juni
2014 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :http://www.kompasiana.com/pandu_wibowo/konflik-antar-etnis-
penyebab-dan-solusi_54f6d84fa33311ea608b4a5e
Febrio Valentino.Perang Sampit. Kupasiana. Mei 2013 [dikutip 27 November
2015]. Tersedia
dari : http://kupasiana.psikologiup45.com/2013/05/perang-
sampit_2.html
Anhar Wahyu. Perang Suku di Lampung Sebuah Dendam Lama. Personal
Website News. 30 Oktober 2012 [dikutip 27 November 2015].
Tersedia dari :http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-
lampung-sebuah-dendam-lama/
Saatnya yang muda. Sejarah Konflik Poso. Saatnya yang Muda. 28 Januari
2009[dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :https://saatnyayangmuda.wordpress.com/2009/01/28/sejarah-
konflik-poso/
Anne Ahira. Berbagai kasus perang antarsuku di Indonesia dan
penyelesaiannya.Tak tau. Tau untuk berbagi anneahira untuk
Indonesia. 28 Juni 2012 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari : http://www.anneahira.com/perang-antarsuku-di-indonesia.htm
Ali. Pengertian konflik, macam-macam konflik dan faktor-faktor konflik.
Kumpulan Pengertian Menurut Para Pakar. Maret 2015 [dikutip 27
November 2015]. Tersedia
dari :http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-konflik-
faktor-penyebabnya.html#_
Lepank. Pengertian Etnis atau Suku. Kamus Pengertian Arti Definisi Menurut
Para Ahli Terlengkap. Agustus 2012 [dikutip 27 November 2015].
Tersedia dari :http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-etnis-atau-
suku.html
Albion Bengkirai. Konflik Antar Suku di Indonesia. This WordPress.com site is
the bee's knees.20 Juni 2014 [dikutip 27 November 2015]. Tersedia
dari :https://albionbengkirai.wordpress.com/2014/06/20/konflik-antar-
suku-di-indonesia-tugas-ibd-4/

Anda mungkin juga menyukai