Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran Islam meliputi segala aspek kehidupan kita, bagaimana kita berinteraksi
dengan orang lain, apa saja yang harus kita jalani di dunia ini, serta apa saja kebutuhan dan
bekal yang harus kita persiapkan untuk kehidupan di akhirat nanti. Tentunya, jika seorang
hamba dihadapkan untuk memilih antara surga dan neraka, maka ia akan memilih surga.
Surga memiliki banyak pintu yang dapat kita masuki. Sesuai amalan yang kita
lakukan di dunia. Ada pintu sedekah, ada pintu puasa, dan lain-lain. Sebagaimana yang telah
disabdakan oleh Rasulullah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah, niscaya ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba
Allah, ini adalah kebaikan. Siapa orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari
pintu shalat. Siapa yang termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad.
Siapa orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyân. Dan barangsiapa
termasuk orang yang gemar bersedekah, maka ia akan dipanggil dari pintu sedekah” (HR
Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas menyebutkan beberapa pintu surga yang dapat kita masuki, beragam
macamnya dan tergantung kepada amal perbuatan baik yang sering kita lakukan. Meski
hadits di atas belum menghimpun keseluruhan perbuatan baik, tapi bisa kita analogikan pada
kebaikan-kebaikan lain yang sering kita lakukan. Di lain waktu Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah
bersabda: “Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu
atau kalian bisa menjaganya” (HR. Tirmidzi). Penegasan kata ‘paling baik’ di atas seakan-
akan ingin menunjukkan kepada kita akan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada
orang tua. Al-Qâdhi dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi menjelaskan:
“Tegasnya, maksud dari awsath al-bâb adalah sebaik-baiknya pintu dan paling mulianya
pintu. Maknanya adalah, sesungguhnya sebaik-baiknya pintu yang menjadi wasilah
masuknya seseorang ke dalam surga, juga menjadi wasilah bagi ia untuk mendapatkan
derajat yang tinggi ialah dengan menaati orang tua dan merawat di sampingnya” (Imam al-
Mubarâkfûri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi, juz 4, hal. 522). Melihat hadits

1
dan penjelasan di atas, kita pun sangat dilarang mendurhakai orang tua. Tingkat larangannya
mencapai level haram, sebab ada ancaman jika melakukannya. Bahkan mendurhakai orang
tua termasuk bagian dari dosa yang besar (al-kabâir). Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian
tentang dosa-dosa yang paling besar?" Para sahabat menjawab; “Tentu, wahai Rasulullah!”
Beliau bersabda: "Mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Cukuplah
hadits-hadits di atas menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya berbakti kepada orang tua,
dan bahayanya mendurhakai keduanya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan
hidayah kepada kita semua agar selalu menaati orang tua kita semua. Amiin.\

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna surgamu ada pada orang tuamu
2. Larangan durhaka kepada orang tua
3. Berbakti Kepada Orang Tua

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna surga ada pada orang tua dan larangan
durhaka kepada orang tua serta untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Surgamu Ada Pada Orang Tuamu


Diam-diam, orang tua selalu berusaha sekuat tenaga memenuhi seluruh permintaan
anaknya meskipun sang anak seringkali acuh tak acuh padanya. Diam-diam, orang tua selalu
memaafkan kesalahan-kesalahan sang anak padanya. Diam-diam, orang tua selalu
mendoakan sang anak agar selalu menjadi yang terbaik dan mendapatkan keberuntungan
dalam hidup. Ya, itulah orang tua yang selalu berkorban sekuat tenaga untuk anak-anaknya
dan tak merasa dendam atas segala perlakuan buruk sang anak.
Kini, orang tua mungkin semakin bertambah usianya. Tangannya yang dahulu kuat
dan perkasa, mungkin kini mulai semakin melemah seiring dengan berjalannya waktu dan
usia. Sedangkan anak-anaknya yang sejak kecil selalu ia sayangi kini mungkin sedang
sangat sibuk dengan pekerjaan ataupun sibuk dengan keluarga barunya. Selain bersikap
cuek, pernahkah kita berlaku kasar atau berperilaku buruk terhadap orang tua?
Mereka mungkin tidak pernah menunjukkan kekecewaannya terhadap sang anak,
namun sesungguhnya dalam lubuk hati yang terdalam mereka pun terlukai perasaannya.
Dalam Islam, kedudukan orang tua sangatlah mulia dan wajib untuk dihormati.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Isra’ ayat 23. Dalam ayat tersebut
Allah berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
(QS: Al Isra’: 23)
Oleh karena itulah umat Islam sangat dianjurkan untuk berbuat baik kepada kedua
orang tua. Sebab perbuatan durhaka terhadap orang tua rupanya tergolong sebagai salah satu
dosa besar. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadist berikut ini, “Dosa-dosa
besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang
tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu.” (HR. Bukhari-Muslim)
Salah satu bentuk durhaka terhadap orang tua adalah dengan mengucapkan kata “ah”
saat membantah mereka ataupun saat tidak menaati perintah mereka. Demikian juga dengan
mencela, membentak, ataupun bersuara keras terhadap orang tua juga termasuk sebagai
salah satu bentuk durhaka terhadap orang tua. Allah pun berfirman, “Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka

3
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-
Isra’: 23)
Mengapa umat Islam dilarang berperilaku buruk terhadap orang tua dan dianjurkan
untuk berbuat baik terhadap mereka? Sesungguhnya, salah satu pintu surga itu terletak pada
orang tua. Oleh sebab itu orang yang durhaka terhadap orang tua diharamkan masuk ke
dalam surga. Dalam sebuah hadist disebutkan, “Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah
masuk Surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan
seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku dalam keluargannya, merelakan istri dan
anak perempuan selingkuh).” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)
Tidak hanya sulit untuk masuk surga, durhaka terhadap orang tua juga akan membuat
Allah tidak menerima salat yang dilakukan oleh anak tersebut. Sehingga sia-sia saja salat
orang-orang yang durhaka terhadap orang tuanya meskipun salat tersebut dilakukan dengan
sangat khusyuk sekalipun. Seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini, “Allah tidak
akan menerima shalat orang yang dibenci kedua orang tuanya yang tidak menganiaya
kepadanya.” (HR. Abu al-Hasan bin Makruf)
Oleh karena itu, jika seseorang ingin mendapatkan surga dan ingin dicintai oleh
Allah maka hendaknya ia mencintai kedua orang tuanya dan berlaku baik kepada mereka.
Sebagaimana disebutkan dalam hadist berikut, “Keridhaan Allah tergantung keridhaan
orang tua, dan murka Allah pun tergantung pada murka kedua orang tua.” (HR. Al-Hakim)
Dengan demikian, senantiasa berbuat baiklah terhadap orang tua karena sesungguhnya
surgamu terletak pada kedua orang tuamu.
Sosok ayah mungkin teralu keras, cuek, dan tidak sehangat seperti ibu. Tetapi dari
semua ungkapan itu sosok ayahlah yang paling mengerti. Mengapa? Karena dia yang akan
diam-diam membela kamu untuk memenuhi keinginanmu. Ingatkah kita meminta sesuatu
kepada ibu dengan merengek? Saat itu ibu hanya bilang iya, tapi tidak sekarang ya. Setelah
itu kamu kembali merengek. Lalu diam-diam ayah mengetahuinya dan dia mulai bekerja
keras pulang hingga larut malam. Dia berbisik kepada ibu ini untuk anak kita.
Kian hari kita melihatnya semakin renta dengan uban yang memenuhi
kepalanya.Tenaga perkasanya semakin melemah, hanya tersisa keriput yang menandai

4
bahwa ia semakin renta. Lalu kita membiarkannya untuk terus bekerja keras dan menikmati
hasilnya. Dia tidak pernah menuntut balasan  atas apa usaha yang dialakukan untuk kita.
Berbeda dengan ayah, sosok ibu yang hangat memberikan pengertian dan
kenyamanan.Dia selalu memberikan masukan dan motivasi, khawatir terhadap keadaan kita
dan mendengarkan segala keluh kesah kita. Di usianya yang semakin senja, sifat ibu tidak
berubah untuk lebih mementingkan anaknya ketimbang dirinya sendiri yang semakin renta.
Di setiap malam dia berdo’a agar anaknya bisa mewujudkan mimpi-mimpi besarnya yang
dia selalu utarakan.
Pernahkah kita berkata dan berlaku kasar kepadanya? Berteriak, memaki, bahkan
mengancamnya. Memang mereka tidak menunjukkan sikap kekecewanya, mereka
menyembunyikannya dengan sangat rapat.Tetapi, sadarlah bahwa kita melukai perasaannya,
memang di dalam Islam kedudukan orang tua, terutama Ibu sangatlah mulia.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah
aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan
Muslim no. 2548)
Sosok ayahpun mempunyai peran penting bagi kita.Sering kali kita tidak menyadari
peran penting seorang ayah, ya, sosok ayahlah sebagai alasan atau perantara kita terlahir dan
menikmati dunia ini, dan ayahlah yang melindungi keluarganya dengan sepenuh hati dan
sekuat tenaga, masih ingatkah saat kita berlatih sepeda? Siapakah yang mengajari kita
dengan penuh semangat? Siapa yang menolong kita saat terjatuh menaiki sepeda? Siapa pula
yang mengajari kita untuk terus berusaha menaiki sepeda kembali? Ya jawabannya itu
semua adalah Ayah.
Simak bagaimana keutamaan-keutamaan ayah dan ibu di dalam Al-Qur’an :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”(QS: Al Isra’: 23)

5
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.Dan
berbuatbaiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS:  AnNisa’: 36)
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuatbaiklah terhadap kedua
orang ibu bapa.” (QS. Al An’am: 151)

B. Larangan Durhaka Kepada Orang Tua


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
“Dosa-dosa besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh, durhaka
kepada orang tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu.” (HR. Bukhari-Muslim dari
sahabat Anas bin Malik).
Sikap-sikap kita dapat dikategorikan durhaka apabila kita melakukan:
1. Mengucapkan perkataan yang menunjukkan tidak suka, seperti “ah” atau semacamnya,
dan demikian juga membentak dan bersuara keras kepada orang tua
 “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.“ (QS: Al-Isra’ : 23)
2. Mengucapkan perkataan atau melakukan perbuatan yang menyebabkan orang tua
bersedih hati, apalagi sampai menangis
‘Umar berkata: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR.
Bukhari)
3. Mencela orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung
Dari Abdullâh bin ‘Amr bin al-‘Ash, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Termasuk dosa besar, (yaitu) seseorang mencela dua orang tuanya,”
mereka bertanya, “Wahai Rasûlullâh, adakah orang yang mencela dua orang
tuanya ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, seseorang mencela
bapak orang lain, lalu orang lain itu mencela bapaknya. Seseorang mencela ibu orang
lain, lalu orang lain itu mencela ibunya.” [HR al-Bukhâri, no. 5 628; Muslim, no. 90)

6
C. Berbakti Kepada Orang Tua
Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan
keutamaan berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada Allah,
antara lain :
 Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra 23)
 
Artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)

Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter.


Definisi dari karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau
dengan kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral,
budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu
yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun
sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan
bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu
pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama
menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim,
baik yang masih hidup atau telah meninggal. Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak
beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari
penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita
dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak
sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan
kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai

7
pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan
menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua
merupakan suatu cara yang harus dilakukan.
Ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang
tuanya.
1. Tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari
kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap bersabar
dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu keduanya
bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita ketika kita masih
kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.
2. Tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
3. Mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan sikap sopan
santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak memanggil keduanya
langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya. Tidak
menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan
kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan.

Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
 
‫الوالِ َد ْي ِن و‬ َ ‫ ِر‬:‫ هللا عنهما قال قال رسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬Z‫ع َْن َع ْب ُد هللا بن َع ْم ٍرو رضي‬
َ ‫ هللاُ فى‬Z‫ضى‬
َ ‫َس َخطُ هللا فى َسخَ طُ ال َوالِ َدي ِْن ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم) ِر‬
‫ضى‬
 
Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Ridhonya Orang Tua adalah Ridho-Nya Allah, Murkanya Orang Tua adalah Murka-
Nya Allah.
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari keduanya dan
memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus

8
selalu mementingkan keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada
kepentingan dan keinginan pribadi .
Pernahkah kita membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah
terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam hati karena
sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban kita selagi kedua orang
tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua sering sekali disebutkan dalam Al-Quran,
bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah Allah. Hal ini menunjukan bahwa
berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak) adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat
baik kepada kedua orang tuanya yang harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia
sering menyakitinya dengan cara membantah dan berkata kasar pada mereka. Termasuk
durhaka kepada kedua orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal
yang baik kepada keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita
sebagai anak tega memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu,
menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.
‫ ان هللا حرم عليكم عقوق االمهات ووأد البنات ومنع‬: ‫عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
)‫وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري‬
 
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh
Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban,
meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah
juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan
harta.
 
Setelah orang muslim mengetahui hak kedua orang tua atas dirinya dan
menunaikannya dengan sempurna karena mereka mentaati Allah Ta’ala dan merealisir
wasiat-Nya, maka juga menjaga etika-etika berikut ini terhadap kedua orang tuanya :
1. Taat kepada kedua orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di
dalamnya tidak terdapat kemaksiatan kepada Allah, dan pelanggaran terhadap syariat-
Nya, karena manusia tidak berkewajibab taak kepada manusia sesamanya dalam
bermaksiat kepada Allah.

9
2. Hormat dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan
keduanya dengan perkataan dan perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak
mengangkat suara di atas suara keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak
mendahulukan istri dan anak atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya
namun memanggil keduanya dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak berpergian
kecuali dengan izin dan kerelaan keduanya.
3. Berbakti kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan, dan sesuai dengan
kemampuannya, seperti memberi makan-pakaian keduanya, mengobati penyakit
keduanya, menghilangkan madzarat dari keduanya, dan mengalahkan untuk kebaikan
keduanya.
4. Menyambung hubungan kekerabatan dimana ia tidak mempunya hubungan kecuali dari
jalur kedua orang tuanya mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya,
melaksanakan janji (wasiat), dan memuliakan teman-teman keduanya. 

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Islam, kedudukan orang tua sangatlah mulia dan wajib untuk dihormati.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Isra’ ayat 23. Dalam ayat tersebut
Allah berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
(QS: Al Isra’: 23)
Berbakti kepada kedua orang tua sering sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan
digandengkan dengan tuntunan menyembah Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti
kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak) adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik
kepada kedua orang tuanya yang harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering
menyakitinya dengan cara membantah dan berkata kasar pada mereka.
Termasuk durhaka kepada kedua orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau
memberikan hal yang baik kepada keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian
bagaimanakah kita sebagai anak tega memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
1.      Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.
2.      Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua.
3.      Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang
dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut.
4.      Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.
5.      Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga)
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari
hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke jannah (surga).

B. Saran
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari keduanya dan
memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus
selalu mementingkan keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada
kepentingan dan keinginan pribadi .
11
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/111215/pesan-rasulullah--orang-tua-adalah-pintu-surga-
terbaik
https://islami.co/surgamu-ada-pada-orang-tuamu/
http://karyacombirayang.blogspot.com/2015/11/makalah-taat-kepada-orang-tua.html

12

Anda mungkin juga menyukai