PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang berbakti kepada orang tua tidak lepas dari permasalahan
berbuat baik dan mendurhakainya. Mungkin, sebagian orang merasa lebih
‘tertusuk’ hatinya bila disebut ‘anak durhaka’, ketimbang digelari ‘hamba
durhaka’. Bisa jadi, itu karena‘kedurhakaan’ terhadap Allah, lebih bernuansa
abstrak, dan kebanyakannya, hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja. Lain
halnya dengan kedurhakaan terhadap orang tua, yang jelas amat kelihatan,
gampang dideteksi, diperiksa dan ditelaah, sehingga lebih mudah mengubah sosok
pelakunya di tengah masyarakat, dari status sebagai orang baik menjadi orang
jahat.
Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dalam artian,
manusia membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya.baik dalam hal
yang bersifat kecil dan terlebih dalam hal yang begitu penting. Namun tidak ada
orang yang paling berjasa dalam hidup kita selain orang tua kita sendiri. Mereka
memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita lahir
hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh
kesabaran, memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan
penuh cinta, dan banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan
terbalas. Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membalas semua kebaikannya?
Allah memerintahkan kita sebagai orang muslim untuk berbakti kepada mereka.
Sebagaimana firman-Nya :
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya” (Al Ankabut 8).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari berbakti kepada kedua orang tua?
2. Apa keutamaan berbakti kepada kedua orang tua?
1
3. Apa saja bentuk berbakti dan durhaka kepada kedua orang tua?
4. Apa saja hak kita sebagai anak terhadap kedua orang tua?
5. Apa hikmah berbakti kepada kedua orang tua?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari berbakti kepada kedua orang tua
2. Untuk mengetahui keutamaan berbakti kepada kedua orang tua
3. Untuk mengetahui bentuk berbakti dan durhaka kepada kedua orang tua
4. Untuk mengetahui hak kita sebagai anak terhadap kedua orang tua
5. Untuk mengetahui hikmah berbakti kepada kedua orang tua
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dan dalam keterangan lain,
Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “Seseorang datang meminta izin untuk
berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘Apakah orang tuamu masih hidup?’
ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”.
(Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).
Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada orang tua
lebih diutamakan ketimbang jihad?
Rasullullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang
paling besar? “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.”Lanjutan
hadits ini adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan
bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu“ beliau terus-
menerus mengucapkan kata itu hingga kami (para shahabat) berkata, ”seandainya
saja beliau diam“.
Keterangan di atas menunjukan bahwasanya termasuk dosa besar apabila
seorang anak mendurhakai orang tua, baik itu menyakiti hati mereka,
mengucapkan kata-kata yantg tak pantas kepada mereka ataupun tidak
menghormati mereka sebagai orang yang telah melahirkan, mengurus,
membimbing hingga kelak kasih dan sayang mereka tak akan pernah hilang atau
pun berkurang kepada kita.
4
3. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah
meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita
berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi
makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.
4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada
hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu
berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta
ataupun tidak.
5. Mendo’akan kedua orang tua.
Di antaranya dengan do’a berikut:
Selain Imam al-Bukhari yang meriwayatkan hadits diatas ,Imam Ahmad, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu majah pun
meriwayatkan juga. Matan diatas adalah yang dicatat oleh Imam al-Bukhari dalam
5
kitab adab, Babul Birri wa Shilah dengan sanad sebagai berikut; Kata beliau, telah
menceritakan kepada kami Quttaybah bin Said, telah menceritakan kepada kami
Jarir, dari ‘Umarah bin al-Qa’qa, bin Syubrumah, dari Abi Zur’ah, Dari Abu
Hurayrah r.a. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui sanad yang sama,
dengan matan yang berbeda namun sema’na.
Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi juga meriwatkan hadits yang semakna. Diterima
dari Bahiz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya yaitu Mu’awiyyah bin
Haydah. Ia bertanya kepada Rasulullah Saw,
“Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah Saw, “Ibumu,
kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian keluarga paling
dekat kemudian keluarga yang dekat...”
Melihat susunan sanad yang dilalui Imam Abu daud dan Imam at-Tirmidzi, Imam
Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga memperkirakan bahwa seorang yang bertanya
kepada Rasulullah Saw.yang dimaksud oleh Abu Hurayrah itu adalah
Mu’awiyyah bin Haydah.
Rasulullah SAW. mengulangi kewajiban berbakti kepada ibu hingga tiga kali
sedangkan kepada ayah hanya satu kali. Hal itu disebabkan derita seorang ibu
lebih besar dari pada ayah dan kasih sayang yang diberikannyua juga lebih besar
daripada ayah.Belum lagi jika dibandingkan dengan beratnya mengandung,
kontraksi, melahirkan, berjaga malam dan masih banyak lagi.
Jadi, dari keterangan diatas bahwasanya seorang anak dianjurkan lebih
mengutamakan seorang ibu ketimbang ayah, yang dilihat dari pengorbanan
seorang ibu lebih besar dari pengaorbanan seorang ayah.
“ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “
6
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih
mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang
tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan
dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang
tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan
makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama
jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan
tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena
itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau
mencemarkan nama baik orang tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik,
mengisap rokok, dan lain-lain.
9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang
yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya
meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang
sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
7
karena tidak boleh mentaati makhluk dalam bermaksiat terhadap Allah, hal
ini berdasarkan pada firman Allah swt. :
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukanKu dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”
(Q.S Al-Luqman : 15)
2. Memuliakan dan mengagungkan keduanya, bersikap santun terhadap
keduanya, menghormati keduanya dengan perkataan dan perbuatan, tidak
menghardik keduanya dan tidak mengangkat suara terhadap mereka, tidak
berjalan dihadapan (dengan congkak) mereka tidak lebih mengutamakan istri
dan anak daripada keduanya tidak memanggil mereka dengan nama mereka
tetapi dengan panggilan ayah dan ibu serta tidak bepergian kecuali dengan
izin dan kerelaan mereka.
3. Berbuat baik terhadap keduanya dengan segala sesuatu yang mampu
dilakukan, seperti memberi makanan, pakaian, mengobati, dan mencegah
mara bahaya serta mempertaruhkan jiwa untuk melindungi mereka.
4. Menyambung hubungan silaturrahim yang tidak ada hubungan Rahim kecuali
melalui mereka berdua, mendoakan dan memohonkan ampunan bagi
keduanya serta melaksanakan janji keduanya dan menghormati teman-teman
mereka.
8
hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua
orang tuamu”.
(Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).
2. Terhindar dari dosa besar.
Dalam kitab shahih Bukhari dan shahih muslim, Rasulullah SAW.
bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar?
Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini
adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda,
“ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu “ beliau terus-menerus
mengucapkan kata itu hingga kami ( para shahabat ) berkata,” seandainya
saja beliau diam “.
3. Sebab bertambahnya rizki.
Dijelaskan dalam hadits Anas Bin Malik, Rasulullah SAW. bersabda : “
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan ditambahkan rizkinya,
maka hendaklah dia ihsan kepada orang tuanya dan menyambung
hubungan kekerabatanya “.
4. Menjamin terlahirnya anak-anak shaleh.
Diriwayatkan dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda : “ berbuatlah
ihsan kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat
Ihsan kepada kalian. Peliharalah kesucian diri kalian, niscaya istri-istri
kalian akan memelihara kesucian diri mereka “.
5. Balasan surga dari Allah SAW.
Didalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim dari
hadits jahimah, Rasulullah bersabda, “ Surga terletak dibawah telapak
kaki para ibu “oleh karena itu, kita harus berbakti kepada kedua orang tua,
terutama ibu yang dinilai pengorbanan dan kasih sayangnya lebih besar
ketimbang ayah.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua
yang telah diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak
akan pernah bisa terbalas oleh seorang anak. Kita harus berbakti kepada orang tua
karena hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Bentuk-
bentuk berbakti kepada kedua orang tua diantaranya, bergaul bersama keduanya
dengan cara yang baik, berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah
lembut, tawadhu’ (rendah hati), memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang
tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua, serta
mendoakan kedua orang tua. Selain bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang
tua, ada pula bentuk-bentuk durhaka kepada kedua orang tua. Kita sebagai
seorang anak memiliki hak-hak terhadap kedua orang tua, hak-hak tersebut telah
dijelaskan pada makalah ini.
B. Saran-saran
Sebagai seorang anak, kita memiliki kewajiban untuk berbakti kepada kedua
orang tua. Untuk itu, marilah kita senantiasa memenuhi kewajiban kita sebagai
seorang anak. Marilah kita membahagiakan kedua orang tua kita, sebelum
nantinya kita akan menyesal karena tidak bisa melihat mereka nantinya untuk
selamanya. Semoga kita dapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang
tua kita dan membuat mereka bangga terhadap kita.
10