Anda di halaman 1dari 2

Assalamalaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh

Bismillahirahmanirahim,
Segala puji bagi Allah yang telah berkenan menganugrahi kita selaku hamba-
hamba-Nya dengan berbagai limpahan nikmat yang tidak akan pernah bisa kita
hitung jumlah dan ukurannya.
Sehingga maka dari itu, jangan sampai kita terlupa atau bahkan sengaja
melupakan untuk selalu bersyukur atas apa yang Allah beri, bersyukur atas semua
pemberian Allah itu hukumnya wajib.
Berapa banyak orang yang diberi nikmat melimpah kemudian kufur? Berapa
banyak contoh yang Allah perlihatkan pada kita tentang nasib orang-orang yang
kufur terhadap nikmatnya.
Mulai dari Fir’aun hingga Abu jahal dan masyarakat kita pada umumnya. Maka,
selalu lah bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.
Tak lupa, semoga sholawat dan salam selalu tercurah dan tersampaikan pada
Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang berkat perjuangan beliau,
keluarganya dan para sahabatnya kita bisa merasakan nikmat manisnya iman dan
islam, yang tidak akan mampu untuk ditukar dengan nikmat lain.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Dewasa ini, kita sering terhenyak dengan kondisi masyarakat yang semakin hari
sepertinya semakin mengkhawatirkan, baik dari segi sosialnya maupun individual.
Banyak kita dapati perkara-perkara yang dulu susah ditemui, sekarang bisa
dengan mudah kita temui. Minuman keras merajalela, kekerasan meningkat,
kesadaran masyarakat akan tanggung jawab rendah dan maraknya kasus
seksualitas.
Beberapa hari belakangan kita juga terkejut dengan video seorang anak yang
durhaka pada gurunya, anak yang durhaka pada orangtuanya. Menurut saya ini
sudah keterlaluan. Orang-orang seperti ini harus mendapat penanganan khusus
agar penyakit seperti ini tidak menyebar.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Maka dari itu saya akan membahas dalam kultum ini tentang bakti pada
orangtua, terutama kepada ibu.
Agama islam secara global, menempatkan ketentuan-ketentuannya sesuai
dengan logika akal manusia. Semuanya ada sebab akibatnya, semuanya ada
alasan dan hikmahnya.
Nah, begitu juga dengan perkara bakti pada orangtua ini. Al-Quran memberi
penjelasan pada kita tentang kenapa kita harus berbakti pada orangtua kita.
Pada surat Al-Isra’ dijelaskan bahwa sebab kita harus berbakti pada mereka
adalah mereka sudah susah payah mengurus kita dari semenjak kita berada
dalam kandungan, terutama seorang ibu yang mengandung. Kemudian setelah
mengandung, beliau rela menyapih kita selam 2 tahun.
Mengurus segala keperluan kita, menenangkan ketika kita rewel, memeriksakan
ke dokter ketika kita sakit, mengajari kita dengan ilmu-ilmu tentang kehidupan
dan menjaga kita dari segala yang bisa mengancam keselamata anaknya.
Kalau mau dipikir dan direnungi, kurang apa kita? Maka dari itu, tepat kiranya
Allah memerintahkan kita untuk berbakti pada orangtua kita dengan sebaik-baik
bakti yang bisa kita berikan.
Ayat dalam surat Al-Isra’ itu berbunyi seperti ini:

Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali mengatakan ‘Ah’ dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapankanlah kepada keduanya perkataan yang
baik.”
Sangat jelas saya kira firman Allah diatas tentang berbakti pada orangtua.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Bagaimana sebenarnya kita diperintahkan dalam memposisikan ayah dan ibu?
Apakah kita hanya diperintahkan berbakti pada salah satunya saja? Atau apakah
ada yang lebih utama diantara kedua orang yang sangat luar biasa ini?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, Rasulullah memberi kita
petunjuk untuk menyikapinya. Sabda beliau terekam dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dalam kitab shahih mereka. Hadist
itu berbunyi sepeti ini;

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Hadist diatas menjelaskan pada kita tentang mana yang lebih berhak atas kasih
sayang dan pengabdian kita selaku anak. Dalam hadist dikatakan bahwa yang
paling berhak adalah ibu kita. Perbandingannya 3:1. Maka ibu berhak atas
pengabdian kita tiga kali lebih baik dibanding ayah kita.

Anda mungkin juga menyukai