Anda di halaman 1dari 4

Pidato Tentang Sedekah

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah memberi kita nikmat yang tidak terhitung banyaknya sehingga kita bisa merasakan indahnya
hidup hingga detik ini.

Kedua, tak lupa dan jangan sampai kita lupa, semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah berlelah-lelah di medan juang dakwah demi tersebarnya agama
islam, begitu juga kepada para keluarganya dan sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Tema yang akan saya bahas pada kultum kali ini adalah tentang sedekah. Bagaimana islam
memandang sedekah? Sedekah dalam agama kita termasuk dalam amal yang diutamakan untuk
dikerjakan. Ia-nya mempunyai banyak sekali keutamaan dan manfaat yang akan diperoleh oleh
seseorang yang mengamalkannya. Sedekah juga pada dasarnya dalam praktiknya bisa menjadi
pembeda antara seorang mukmin dengan non mukmin, walaupun bukan dalam ranah status
melainkan maknawi.

Al-Quran dan hadist banyak memberitakan pada kita tentang sedekah ini, mulai dari pahala yang
diperoleh hingga manfaat yang bisa didapatkan apabila bersedekah.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Tentu kita sering mendengar tentang pahala yang diperoleh seseorang apabila bersedekah, atau
manfaat dari bersedekah itu sendiri.

Nah, yang perlu digaris bawahi dan mendapat perhatian lebih disini adalah, kebanyakan dari kita
hanya mendengar, tahu, mengerti, tetapi tidak mengamalkannya. Seolah-olah hanya dijadikan
tambahan ilmu semata tanpa ada amal yang mengikutinya.

Tentu ini hal yang seharusnya tidak terjadi pada diri seorang muslim yang baik, Sehingga perlu kiranya
kita ketahui apa saja yang harus dilakukan agar kita bisa melakukan amal tersebut, dalam
pembahasan kali ini, akan lebih menyangkut tentang sedekah.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Hal utama yang harus menjadi bekal kita tentu ilmu tentang sedekah tersebut. Karena apapun itu,
amal tanpa disertai ilmu maka akan salah nantinya, entah dalam langkah-langkahnya, atau dalam niat
dan prakteknya.

Sebagaimana kita ketahui, sedekah adalah perbuatan yang Allah lipat gandakan berkali-lipat lebih
banyak. Dalam surat Al-Baqarah dijelaskan kali lipatnya hingga 700 kali atau minimal 10 kali lipat. Saya
yakin kita semua pernah mendengar tentang hal ini.

Hanya saja, ketika orang mendengar tentang hal ini, dia biasanya hanya bergumam “Ah, itu kan teori
saja, kenyataannya kan tidak seperti itu.” Nah, orang-orang seperti ini sejatinya belum paham benar
tentang ilmu sedekah, sehingga ucapan yang keluar dari mulutnya seperti itu.

Maka apa sebetulnya yang harus kita tanamkan dalam hati mengenai sedekah dan amal yang lain,
agar pengetahuan kita berbuah amal?
Ketahuilah para hadirin sekalian, bahwa uang atau tenaga yang kita sedekah kan adalah investasi kita
di akhirat sana. Investasi ini sifatnya abadi disisi-Nya, dan nilai pastinya tidak ada yang tahu, yang jelas
besar dan membuat kita nantinya tercengang senang.

Jadi, tanamkan dalam diri anda sekalian bahwa ketika anda bersedekah, sejatinya anda sedang
berinvestasi dengan Rabb semesta alam, Allah subhanahu wa ta’ala.

Dzat yang kita berinvestasi kepadanya ini tidak pernah ingkar janji, tidak pernah berbuat dzolim, dan
tidak pernah berlaku tidak jujur, maka adakah kerugian yang kita dapatkan apabila berinvestasi
kepada-Nya? Orang waras tentu akan menjawab tidak.

Nah, itu yang pertama yang harus di perhatikan, ini tentang mindset kita.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Hal kedua yang harus diperhatikan adalah tentang iman atau percaya sepenuhnya terhadap janji yang
Allah SWT janjikan dalam Al-Quran.

Perkara keyakinan akan benarnya janji ini saya kira sangat penting untuk dilakukan ketika kita akan,
sedang dan sesudah beramal.

Ini juga lah yang akan mendorong kita dalam melakukan amal tersebut lebih baik, dan lebih baik lagi
dari waktu ke waktu. Dalam hal ini amalnya adalah sedekah.

Pertanyaannya, sudahkah kita yakin akan kebenaran dengan ilmu yang sudah kita ketahui tentang
sedekah? Atau pengetahuan yang kita tahu hanya menjadi hiasan dalam memori saja.

Maka hal kedua yang harus dilakukan adalah menumbuhkan keyakinan akan keutamaan sedekah
disisi Allah SWT, sehingga dari keyakinan yang kita pupuk sedikit-sedikit itu bisa menjadi benteng kita
yang kokoh dalam menjalankan amal ini.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Kedua hal diatas kiranya yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari kita sebelum bersedekah, agar
apa? Agar kita bisa bersedekah secara terus menerus, dan semakin percaya akan janji Allah SWT.

Misalnya hasil ari sedekah itu belum terlihat didunia, ketahuilah para hadirin, InsyaAllah di akhirat kita
akan memetik buah nya.

Saya kira ini yang perlu saya sampaikan dalam kultum singkat tentang sedekah ini, semoga kultum
singkat ini bisa diambil manfaat nya oleh hadirin sekalian.

Akhir kata saya mohon maaf apabila ada salah kata, semua yang benar datangnya dari Allah SWT

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh


Pidato tentang IBU

Assalamalaikum wa rahmatullahi wabarakaatuh

Bismillahirahmanirahim,

Segala puji bagi Allah yang telah berkenan menganugrahi kita selaku  hamba-hamba-Nya dengan
berbagai limpahan nikmat yang tidak akan pernah bisa kita hitung jumlah dan ukurannya. Sehingga
maka dari itu, jangan sampai kita terlupa atau bahkan sengaja melupakan untuk selalu bersyukur atas
apa yang Allah beri, bersyukur atas semua pemberian Allah itu hukumnya wajib.

Berapa banyak orang yang diberi nikmat melimpah kemudian kufur? Berapa banyak contoh yang Allah
perlihatkan pada kita tentang nasib orang-orang yang kufur terhadap nikmatnya. Mulai dari Fir’aun
hingga Abu jahal dan masyarakat kita pada umumnya. Maka, selalu lah bersyukur atas nikmat yang
Allah berikan.

Tak lupa, semoga sholawat dan salam selalu tercurah dan tersampaikan pada Nabi akhir zaman, Nabi
Muhammad SAW yang berkat perjuangan beliau, keluarganya dan para sahabatnya kita bisa merasakan
nikmat manisnya iman dan islam, yang tidak akan mampu untuk ditukar dengan nikmat lain.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dewasa ini, kita sering terhenyak dengan kondisi masyarakat yang semakin hari sepertinya semakin
mengkhawatirkan, baik dari segi sosialnya maupun individual.

Banyak kita dapati perkara-perkara yang dulu susah ditemui, sekarang bisa dengan mudah kita temui.
Minuman keras merajalela, kekerasan meningkat, kesadaran masyarakat akan tanggung jawab rendah
dan maraknya kasus seksualitas.

Beberapa hari belakangan kita juga terkejut dengan video seorang anak yang durhaka pada gurunya,
anak yang durhaka pada orangtuanya. Menurut saya ini sudah keterlaluan. Orang-orang seperti ini
harus mendapat penanganan khusus agar penyakit seperti ini tidak menyebar.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Maka dari itu saya akan membahas dalam kultum ini tentang bakti pada orangtua, terutama kepada ibu.

Agama islam secara global, menempatkan ketentuan-ketentuannya sesuai dengan logika akal manusia.
Semuanya ada sebab akibatnya, semuanya ada alasan dan hikmahnya.

Nah, begitu juga dengan perkara bakti pada orangtua ini. Al-Quran memberi penjelasan pada kita
tentang kenapa kita harus berbakti pada orangtua kita.

Pada surat Al-Isra’ dijelaskan bahwa sebab kita harus berbakti pada mereka adalah mereka sudah susah
payah mengurus kita dari semenjak kita berada dalam kandungan, terutama seorang ibu yang
mengandung. Kemudian setelah mengandung, beliau rela menyapih kita selam 2 tahun.

Mengurus segala keperluan kita, menenangkan ketika kita rewel, memeriksakan ke dokter ketika kita
sakit, mengajari kita dengan ilmu-ilmu tentang kehidupan dan menjaga kita dari segala yang bisa
mengancam keselamata anaknya.

Kalau mau dipikir dan direnungi, kurang apa kita? Maka dari itu, tepat kiranya Allah memerintahkan
kita untuk berbakti pada orangtua kita dengan sebaik-baik bakti yang bisa kita berikan.

Ayat dalam surat Al-Isra’ ayat 23 itu berbunyi seperti ini:

           
           
   
Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu-bapak. jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali mengatakan ‘Ah’ dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapankanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Sangat jelas saya kira firman Allah diatas tentang berbakti pada orangtua.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Bagaimana sebenarnya kita diperintahkan dalam memposisikan ayah dan ibu? Apakah kita hanya
diperintahkan berbakti pada salah satunya saja? Atau apakah ada yang lebih utama diantara kedua
orang yang sangat luar biasa ini?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, Rasulullah memberi kita petunjuk untuk


menyikapinya. Sabda beliau terekam dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim
dalam kitab shahih mereka. Yang artinya

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti
pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali
bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.’” (HR. Bukhari )

Hadist diatas menjelaskan pada kita tentang mana yang lebih berhak atas kasih sayang dan pengabdian
kita selaku anak. Dalam hadist dikatakan bahwa yang paling berhak adalah ibu kita. Perbandingannya
3:1. Maka ibu berhak atas pengabdian kita tiga kali lebih baik dibanding ayah kita. 

Anda mungkin juga menyukai