Anda di halaman 1dari 3

KULTUM

TENTANG TAWAKAL

Hadirin yang dimuliakan Allah...

TAWAKAL DENGAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN

Seringkali dijumpai dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyandingkan antara tawakal dengan
orang-orang yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakal merupakan perkara yang sangat
agung, yang tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang mukmin. Bagian dari ibadah hati yang akan
membawa pelakunya ke jalan-jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Diantara firman-Nya tentang tawakal ketika disandingkan dengan orang-orang beriman, “…

     


  
bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman
bertawakal” (QS. Al Ma’idah: 11).

Dan firman-Nya,” Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetar hatinya, dan apabla dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka, bertambahlah
imannya, dan hanya kepada Rabb mereka bertawakal” (QS. Al Anfal : 2).

Pengertian Tawakal

Arti tawakal dari kata: wakala – yakilu (mewakilkan) dalam konteks ini tawakal berarti
menyerahkan segala urusan kita kepada wakil (Allah swt)

Tawakal Bukan Pasrah Tanpa Usaha

Dari definisi sebelumnya para ulama menjelaskan bahwa tawakal harus dibangun di atas dua
hal pokok yaitu bersandarnya hati kepada Allah dan mengupayakan sebab yang dihalalkan. Orang
berupaya menempuh sebab saja namun tidak bersandar kepada Allah, maka berarti ia cacat
imannya. Adapun orang yang bersandar kepada Allah namun tidak berusaha menempuh sebab yang
dihalalkan, maka ia berarti cacat akalnya.

Tawakal bukanlah pasrah tanpa berusaha, namun harus disertai ikhtiyar/usaha. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan contoh tawakal yang disertai usaha yang memperjelas
bahwa tawakal tidak lepas dari ikhtiyar dan penyandaran diri kepada Allah.
َ«َ‫ّللاَِأ َ ْع ِقلُ َهاَ َوأَت َ َو َك َُلَأ َ َْوَأ ُ ْط ِلقُ َهاَ َوأَت َ َو َك َُلَقَا ََل‬ ُ ‫نَ َما ِلكََ َيقُو َُلَقَا ََلَ َر ُجلََ َياَ َر‬
ََ َ‫سو ََل‬ ََ َ‫أَن‬
ََ ‫سَ ْب‬
‫ا ْع ِق ْل َهاَ َوت َ َو َك َْل‬

     


    
     
     
     
   
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.

3. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.

Tingkatan Tawakal

ada 3 tingkatan tawakal.

1. Orang bertawakal dengan percaya bahwa Allah akan menyelesaikan urusannya.

Pada tingkatan ini, seorang bisa disebut tawakal tapi masih pada level rendah. Karena dia
berharap Allah akan membantunya menyelesaikan urusannya tapi dia juga masih berharap kepada
orang lain. Belum murni hanya berharap kepada Allah swt.

2. Bagaikan seorang anak kecil yang bergantung pada ibunya.

Tahukah anda bagaimana kebergantungan seorang anak kecil kepada ibunya? Dia merasa
bahwa satu-satunya yang bisa menyelesaikan masalahnya adalah ibu. Dia tidak mau berpisah
dengan sang ibu. Jika dia tidak melihat ibunya maka dia mencari kesana-kemari karena dia yakin jika
ada ibu maka semua masalah akan selesai.

Seorang Arif pernah melihat segerombolan anak kecil sedang bermain. Lalu ada seorang
pengemis yang datang kepada seorang anak dan meminta uang darinya. Spontan anak kecil ini
menjawab, “Jika kau mau meminta, mintalah pada ibuku.”

Melihat ini seorang Arif itu langsung terhenyak dan berpikir, “Seandainya aku pasrah kepada
Allah seperti anak kecil ini pasrah dengan ibunya maka semua masalahku akan terselesaikan.”

3. Seperti jenazah di tengah orang yang memandikannya.


Inilah tingkatan tawakal yang paling tinggi. Seorang jenazah pasrah penuh dengan orang yang
memandikannya. Dibolak balik, disiram air dan diperlakukan seperti apapun dia tetap diam dan
pasrah. Karena memang dia sudah tidak memiliki tubuhnya lagi.

Begitulah tingkat tawakal tertinggi, ketika seorang merasa tidak memiliki dirinya lagi. Dia tidak ada
dihadapan Allah. Dia tidak bergerak kecuali karena Allah swt. Jika seorang telah mencapai posisi ini,
dia sudah tidak akan bergantung kepada siapapun selainnya.

Alangkah indah jika segala aktifitas kita ini semua ditawakalkan kepada Allah swt. hasbunallah wa
ni’mal wakil (cukuplah Alah yang menjadi tanggungan kami)

Anda mungkin juga menyukai