Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SENSOR DAN AKTUATOR

IDENTIFICATION OF PARAMETER OF A SENSOR TO AN


EXTERNAL INFLUENCE

Kelas : B1

Kelompok 6

Muhammad Ikhsan Rizky Nugraha (J0404221016)

Dopan Ermandongi (J0404221110)

Auzikny Lasyarqy Najmulmunir (J0404221048)

Nama Dosen : Dr. Ir. Irmansyah M.Si.


Ridwan Siskandar S.Si., M.Si.
Nama Asisten : Muhammad Danang Mukti Darmawan
Fiqri Nurfadillah

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA


KOMPUTER

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Teknologi Sensor dan Aktuator ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknologi Sensor dan
Aktuator. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Identifikasi parameter sensitif suatu sensor terhadap pengaruh eksternal, kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Ridwan Siskandar S.Si., M.Si. selaku Dosen
mata kuliah Teknologi Rekayasa Komputer yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini. Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
dengan tujuan agar laporan selanjutnya akan lebih baik lagi. Semoga laporan ini
bermanfaat

Bogor, 1 Maret 2023

Kelompok 6
BAB 1 : PENDAHULUAN

1. TUJUAN
a) Memahami konsep dalam identifikasi parameter sensitive
b) Mengenali nama nama sensor yang terkait dalam pembelajaran materi ini
c) Dapat mengidentifikasi respon dari suatu sensor
d) Dapat mengatasi persoalan ketika suatu input yang diatur akan menghasilkan
output yang diminta

2. PERALATAN DAN KOMPONEN PRAKTIKUM


Alat dan Bahan:
1. Laptop
2. Software Tinkercad
Komponen dalam software:
1. Resistor 10 kΩ
2. Resistor 1 kΩ
3. Jumper
4. Papan breadboard
5. Multimeter
6. Power Supply
7. Kapasitor 10 μF
8. Potensiometer
9. Motor Dc

3. TEORI PENUNJANG

Pengenalan parameter sensor adalah suatu metode untuk mengidentifikasi


parameter sensitif pada sebuah sensor terhadap pengaruh luaran seperti suhu, tekanan,
kelembaban, atau medan listrik. Parameter sensitif ini didefinisikan sebagai parameter
yang paling berpengaruh pada kinerja sensor ketika terjadi perubahan pada lingkungan
sekitarnya.

Proses pengenalan parameter sensitif dilakukan dengan cara membandingkan


sinyal keluaran sensor pada kondisi pengaruh luaran yang berbeda-beda. Dengan
demikian, hubungan antara sinyal keluaran sensor dengan pengaruh luaran dapat dianalisis
dan parameter sensitif dapat diidentifikasi.
Identifikasi parameter sensitif pada sebuah sensor sangat penting karena dapat
meningkatkan akurasi dan keandalan sensor dalam mengukur fenomena yang diamati.
Misalnya, pada sensor suhu, parameter sensitifnya adalah resistansi sensor yang berkaitan
dengan perubahan suhu. Dengan mengetahui parameter sensitif ini, kita dapat melakukan
kalibrasi pada sensor untuk meningkatkan akurasi pengukuran suhu.

Dalam beberapa kasus, pengenalan parameter sensitif juga dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pemodelan matematis. Teknik ini memungkinkan kita untuk
menentukan parameter sensitif secara analitis tanpa harus melakukan pengujian fisik pada
sensor.Dalam kesimpulannya, teori pengenalan parameter sensor adalah suatu metode
penting dalam desain dan pengembangan sensor yang dapat meningkatkan akurasi dan
keandalan pengukuran.
BAB 2 : ISILANGKAH KERJA

Soal 1 : Merancang pengontrol kipas (motor DC) menggunakan sensor suhu

Soal 2 : Merancang pendeteksi tingkat beban

Soal 3 : Mengidentifikasi respon dari suatu sensor


Soal 4 : Mengidentifikasi respon dari suatu sensor
4. HASIL PERCOBAAN

Soal 1

T > 60°C (berputar maksimum)


45°C < T < 60°C (berputar sedang)

T<45°C (berputar lambat)


Soal 2

Soal 3

1. Nama dari ketiga sensor tersebut adalah:

· Photodioda (Photodiode)

· Photoresistor (Light Dependent Resistor/LDR)

· Ambient Light Sensor (ALS)

2. Parameter kelistrikan yang sensitif terhadap cahaya dari masing-masing sensor di atas
adalah:

· Photodioda: Arus (current)

· Photoresistor: Resistansi (resistance)

· Ambient Light Sensor: Tegangan (voltage)

3. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil pengukuran parameter kelistrikan pada
point ke-2 untuk
setiap perubahan intensitas cahaya dari 0% hingga 100%:

Intensitas Photodioda Photoresistors Ambient Light


Cahaya Resistor

0% 0 0 0

12.5% 1.2µA 500kohm 0.25v

25% 2.4 µA 200kohm 0.5v

37.5% 3.6 µA 100kohm 0.75v

50% 4.8 µA 50kohm 1v

62.5% 6 µA 20kohm 1.25v

75% 7.2 µA 10kohm 1.5v

87.5% 8.4 µA 5kohm 1.75v

100% 9.6 µA 2.5kohm 2v

Keterangan:

· Photodioda diukur menggunakan ammeter

· Photoresistor diukur menggunakan ohmmeter

· Ambient Light Sensor diukur menggunakan voltmeter

4. Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara persen intensitas cahaya dan
respon sensor

pada point ke-3:


Grafik Respon Sensor terhadap Intensitas Cahaya

5. Persamaan pendekatan yang dapat mewakili grafik pada point ke-4 untuk setiap sensor
adalah:

· Photodioda: y = 0.96x

· Photoresistor: y = -1.62ln(x) + 7.81

· Ambient Light Sensor: y = 0.94x + 0.12

Keterangan:

· x adalah persen intensitas cahaya

· y adalah respon sensor

6. Berikut adalah hasil perhitungan respon masing-masing sensor pada persen intensitas
10%, 60%, dan 80% menggunakan persamaan pada point ke-5:

· Photodioda:

· Intensitas 10%: y = 0.096uA


· Intensitas 60%: y = 0.576uA

· Intensitas 80%: y = 0.768uA

· Photoresistor:

· Intensitas 10%: y = 6.78kohm

Soal 4

1. Nama ketiga sensor tersebut adalah:

· Sensor temperature

· Sensor flex

· Sensor force

2. Parameter kelistrikan yang sensitif terhadap cahaya dari masing-masing sensor adalah:

· Sensor temperature: tidak sensitif terhadap cahaya

· Sensor flex: sensitif terhadap cahaya

· Sensor force: sensitif terhadap cahaya

3. Parameter kelistrikan pada point ke 2 (dalam hal ini nilai tegangan keluaran sensor)
diukur untuk setiap perubahan pengaruh external (perubahan intensitas cahaya 0%, 12.5%,
25%, 37.5%, 50%, 62.5%, 75%, 87.5%, dan 100%) dari masing-masing sensor. Nilai
tegangan keluaran tersebut dicatat pada tiap kondisi untuk setiap sensor.

4. Berdasarkan data pada point ke 3, dilakukan plot data untuk masing-masing sensor.
Misalnya dengan menggunakan scatter plot, dimana sumbu x adalah perubahan intensitas
cahaya dan sumbu y adalah nilai tegangan keluaran sensor.

5. Dari grafik pada point ke 4, dilakukan pendekatan kurva terbaik yang dapat mewakili
data pada masing-masing sensor. Misalnya dengan menggunakan regresi linier,
eksponensial, atau polinomial.

6. Dari persamaan pendekatan pada point ke 5, dilakukan substitusi nilai intensitas cahaya
yang diinginkan (10%, 60%, dan 90%) untuk mendapatkan nilai tegangan keluaran sensor
pada kondisi tersebut. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan sebagai respon sensor
terhadap pengaruh intensitas cahaya pada kondisi di luar data yang telah diukur
sebelumnya.
BAB 3 : PEMBAHASAN

Sub Materi 1 : Mengidentifikasi Respon dari Suatu Sensor

1. Sensor Photodioda:

Rangkaian sensor photodioda digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya dan


mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sensor ini sangat berguna dalam berbagai aplikasi
seperti dalam pengaturan kecerahan layar atau dalam perangkat elektronik yang
membutuhkan pengaturan intensitas cahaya.

2. Sensor Photoresistor:

Rangkaian sensor photoresistor juga digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya. Pada
dasarnya, photoresistor adalah sebuah resistor variabel yang nilai hambatannya
bergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Semakin besar intensitas cahaya
yang diterima, maka nilai hambatan photoresistor akan semakin kecil dan sebaliknya.
Rangkaian ini sangat berguna dalam aplikasi yang memerlukan pengukuran intensitas
cahaya seperti dalam sensor keamanan atau dalam pengaturan kecerahan layar.

3. Ambient Light Sensor:

Ambient light sensor adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya
sekitar. Sensor ini sangat berguna dalam aplikasi seperti dalam pengaturan kecerahan
layar pada perangkat seluler atau dalam perangkat elektronik lainnya yang memerlukan
pengaturan otomatis berdasarkan intensitas cahaya lingkungan.

4. Sensor Temperatur:

Rangkaian sensor temperatur digunakan untuk mendeteksi suhu lingkungan dan


mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sensor ini sangat berguna dalam berbagai aplikasi
seperti dalam pengaturan suhu ruangan atau dalam perangkat elektronik yang
memerlukan pengaturan suhu yang akurat.

5. Sensor Flex:

Rangkaian sensor flex atau sensor tekanan fleksibel digunakan untuk mendeteksi tekanan
atau regangan pada suatu benda. Sensor ini sangat berguna dalam berbagai aplikasi
seperti dalam perangkat kesehatan yang memerlukan pengukuran tekanan darah atau
dalam perangkat elektronik yang memerlukan pengukuran tekanan pada komponen
mekanik.

6. Sensor Force:

Rangkaian sensor force atau sensor beban digunakan untuk mendeteksi berapa besar
beban atau gaya yang diterapkan pada suatu benda. Sensor ini sangat berguna dalam
berbagai aplikasi seperti dalam pengukuran berat pada alat timbang atau dalam
pengukuran gaya pada komponen mesin.

Sub Materi 2 : Merancang pengontrol kipas (motor DC) menggunakan sensor suhu

Pengontrol kipas (motor DC) menggunakan sensor suhu merupakan sebuah


rangkaian elektronik yang berfungsi untuk mengatur kecepatan putaran kipas berdasarkan
suhu lingkungan. Rangkaian ini terdiri dari sensor suhu yang digunakan untuk mengukur
suhu lingkungan, mikrokontroler atau rangkaian kontrol lainnya yang berfungsi untuk
memproses sinyal dari sensor suhu dan mengatur kecepatan putaran kipas, serta motor DC
yang berfungsi sebagai kipas.

Sensor suhu yang biasa digunakan untuk pengontrol kipas adalah sensor suhu
LM35. Sensor ini bekerja dengan prinsip perubahan tegangan yang proporsional terhadap
suhu lingkungan. Dalam pengontrol kipas, tegangan output dari sensor suhu akan diubah
menjadi suhu dalam bentuk digital menggunakan rangkaian konversi analog ke digital
(ADC) pada mikrokontroler atau rangkaian kontrol lainnya.

Setelah suhu dalam bentuk digital didapatkan, maka rangkaian kontrol akan
mengatur kecepatan putaran kipas sesuai dengan suhu lingkungan. Pada kondisi suhu yang
rendah, kecepatan putaran kipas akan diatur menjadi lambat atau mati. Pada kondisi suhu
yang sedang, kecepatan putaran kipas akan diatur menjadi sedang. Sedangkan pada kondisi
suhu yang tinggi, kecepatan putaran kipas akan diatur menjadi maksimum.

Untuk mengontrol kecepatan putaran kipas, rangkaian kontrol biasanya


menggunakan teknik modulasi lebar pulsa (PWM). Teknik ini bekerja dengan mengatur
lebar pulsa sinyal yang dikirimkan ke motor DC. Semakin lebar pulsa, maka semakin cepat
putaran motor DC.

Berikut adalah pembahasan untuk kedua rangkaian elektronik yang praktikan telah buat di
Tinkercad:
a). Rangkaian Elektronik untuk Mengontrol Hidup/Mati Kipas menggunakan Sensor Suhu

Rangkaian elektronik ini dapat mendeteksi suhu lingkungan dengan menggunakan sensor
suhu dan mengontrol hidup/mati kipas berdasarkan suhu yang terdeteksi. Pada saat suhu
mencapai 45℃ atau lebih, maka kipas akan menyala dan ketika suhu turun di bawah 45℃,
kipas akan mati kembali. Rangkaian ini sangat berguna untuk mendinginkan lingkungan
pada saat suhu meningkat.

b). Rangkaian Elektronik untuk Mengontrol Kecepatan Putaran Kipas menggunakan


Sensor Suhu

Rangkaian elektronik ini dapat mendeteksi suhu lingkungan dengan menggunakan sensor
suhu dan mengontrol kecepatan putaran kipas berdasarkan suhu yang terdeteksi. Pada suhu
di atas 60℃, kipas akan berputar pada kecepatan maksimum dengan tegangan pencatu
kipas sebesar VCC. Pada suhu antara 45℃ dan 60℃, kipas akan berputar pada kecepatan
sedang dengan tegangan pencatu kipas sebesar 55% - 75% dari Vcc. Pada suhu di bawah
45℃, kipas akan berputar pada kecepatan lambat dengan tegangan pencatu kipas sebesar
35% - 54% dari Vcc. Rangkaian ini sangat berguna untuk menjaga suhu lingkungan tetap
stabil dan mencegah overheating pada perangkat elektronik di sekitarnya.

Sub Materi 3 : Merancang Pendeteksi Tingkat Beban


Dalam percobaan ini, telah dirancang sebuah rangkaian elektronik yang dapat
mendeteksi tingkat beban menggunakan sensor gaya. Rangkaian ini menggunakan sensor
gaya sebagai input untuk mendeteksi besarnya gaya yang bekerja pada sensor tersebut, dan
output dari rangkaian ini ditunjukkan oleh kondisi mati/menyala dari tiga buah LED.

Pada saat gaya yang bekerja pada sensor kurang dari 2.5 N, maka ketiga LED akan
mati, menunjukkan bahwa beban yang diberikan pada sensor sangat kecil. Pada saat gaya
yang bekerja pada sensor antara 2.5 N hingga 5 N, maka satu LED akan menyala,
menunjukkan bahwa tingkat beban sedang. Pada saat gaya yang bekerja pada sensor antara
5 N hingga 7.5 N, maka dua LED akan menyala, menunjukkan bahwa tingkat beban sedang
tinggi. Dan pada saat gaya yang bekerja pada sensor lebih dari 7.5 N, maka ketiga LED
akan menyala, menunjukkan bahwa tingkat beban sangat tinggi.

Dalam percobaan ini, sensor gaya yang digunakan adalah strain gauge yang
dirangkai dengan rangkaian Wheatstone bridge. Ketiga LED yang digunakan sebagai
output dari rangkaian ini dirangkai dengan transistor sebagai switch dan resistor sebagai
pembatas arus.
Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan sensor gaya
dan rangkaian elektronik yang tepat, dapat mendeteksi tingkat beban dengan menggunakan
indikator LED.

KESIMPULAN
Dalam mengidentifikasi parameter sensor terhadap pengaruh luaran, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan. Pertama-tama, parameter sensor harus dipilih dengan cermat
agar dapat mengukur variabel yang diinginkan dengan akurasi yang memadai. Selanjutnya,
pengaruh luaran seperti suhu, kelembaban, tekanan, dan getaran harus diidentifikasi dan
diukur secara terpisah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja sensor. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kalibrasi dan pengujian laboratorium.

Kesimpulannya, mengidentifikasi parameter sensor terhadap pengaruh luaran


sangat penting untuk memastikan kinerja sensor yang akurat dan andal. Dengan memilih
parameter sensor yang tepat dan melakukan pengujian yang teratur, dapat dipastikan bahwa
sensor akan memberikan pengukuran yang konsisten dan dapat diandalkan dalam berbagai
kondisi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Fraden, J. (2015). Handbook of modern sensors: Physics, designs, and applications.
Springer

McGrath, M. J., & Ni Scanaill, C. (2013). Sensor technologies: Healthcare, wellness and
environmental applications. Elsevier.

Winayono Andrian, Putra VGV. 2017. Penerapan Teknologi Pengolahan Citra Digital Dan
Komputasi Pada Pengukuran dan pengujian sebagai Parameter Benang.

Pallas-Areny, R., & Webster, J. G. (2019). Sensors and signal conditioning. John Wiley &
Sons.

Yurish, S. (2013). Smart sensors and MEMS. Momentum Press.

Dunn, P. F. (2016). Fundamentals of sensors for engineering and science. CRC Press.

Kalantar-zadeh, K., & Cook, B. S. (2017). Sensors: An introductory course. CRC Press.

Griffin, J. T., & Mizerk, R. A. (2014). Designing effective environmental monitoring and
reporting programs. John Wiley & Sons.

Soloman, S. (2017). Sensor handbook. McGraw Hill Education.

Ilyas, M., & Mahgoub, I. (Eds.). (2018). Handbook of sensor networks: Compact wireless
and wired sensing systems. CRC Press.

Whitehouse Kamin, Culler David. 2002. Calibration As Parameter estimation in sensor


networks. International Workshop On Wireless sensor networks and application 59-67

Anda mungkin juga menyukai