Anda di halaman 1dari 9

“AKHLAK TERHADAP ORANG TUA”

A. Latar Belakang

Birrul Walidain (Arab: ‫ )بر الوالدين‬adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan


kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada
orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua
orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya
selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah  Birrul
walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling utama.
Dalam Islam tidak saja ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi
ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang lebih
tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda, seorang ulama dalam bukunya juga
menjelaskan hal yang serupa. Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk
mendahulukan orang-orang yang lebih tua usianya, penjelasan ini berdasarkan perintah
dari Malaikat Jibril, karena dikatakan bahwa menghormati orang yang lebih tua termasuk
salah satu mengagungkan Allah.

B. Cara Melindungi Dan Mendoakan Orang tua


1. Memberi Kehidupan yang Layak

Al-Baqarah ayat 215.“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka


infakkan.Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu
bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan.Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya
Allah maha mengetahui”

Ketika kita semua kecil dulu, tentu segala keperluan ditanggung oleh orang tua ya sobat,
tak sedikit harta yag dikeluarkan orang tua kita serta rasa lelah yang tiada tara, jasanya
tak terukur dengan apapun, sebab itu jika kita telah memiliki rezeki yang lebih, wajib
untuk berbagi pada orang tua dan memberi kehidupan yang layak serta menafkahi orang
tua setelah menikah.

2. Bertutur Kata yang Baik

“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu
kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Abu Dawud No. 5139].
Walaupun kita memiliki karakter mudah emosi dsb yang kurang baik, hal itu sama sekali
tak boleh diterapkan pada orang tua ya sobat, untuk orang tua, wajib untuk bersikap baik
sikap maupun perbuatan sebagai etika berbicara dalam islam.

3. Mendoakan
“Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). [Al-Isra : 24]. Jelas
bahwa doa anak akan menjadi kebahagiaan untuk orang tuanya ya sobat, sebab itu wajib
untuk selalu mendoakan kebaikan untuk orang tua sesuai dalil berbakti kepada orang tua.

4. Membuat Orang Tua Bangga

“Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah
wafat keduanya ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, kamu shalat atas
keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu
silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan
memuliakan teman-temannya” [Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343]

5. Melakukan Kebiasaan Baik Orang Tua

“Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi


kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]

6. Berbuat Baik pada Orang Terdekat Orang Tua

“Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi


kepada teman-teman ayahnya” [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]

7. Merawat ketika Usia Orang Tua Renta

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Celaka,
sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya
berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk
syurga.” [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]. Tentu merawat orang tua itu wajib ya sobat,
sebab waktu kecil kita juga tak bisa apa apa jika tidak dirawat orang tua.

8. Tidak Boleh Mencela

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah


seseorang mencela kedua orang tuanya dengan cara dia mencela bapaknya orang lain,
maka orang tersebut balas mencela bapaknya. Dia mencela ibu seseorang, maka orang
tersebut balas mencela ibunya.”(Muttafaqun ‘alaihi).

9. Melakukan Apa yang diRidhoi Orang Tua

Rasulullah saw bersabda : “Ridha Allah berada pada ridha orang tua, dan murka Allah
berada pada murka orang tua.” (HR Tirmidzi dan Al Hakim).Tentu melakukan hal yang
disukai orang tua selama itu baik adalah jalan pahala ya sobat, sebab bisa menjadi
kebanggaan untuk orang tua. Tentu apa yang dilakukan tersebut yang masih dalam jalan
islam ya sobat, atau masih berada dalam jalan islam yang benar.
10. Menjadikan Orang Tua Sebagai Prioritas

Muawiyah bin Jahimah mendatangi Rasulullah SAW,” Wahai Rasulullah, aku hendak


berperang, aku minta pendapat engkau”.Rasulullah SAW menjawab. Apakah engkau
mempunyai Ibu?” Jawabnya, “ Ya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda.“Berbuat baiklah
kepadanya.Sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya”.(HR Ath-
Thabrani).

11. Berbicara yang Menyenangkan Orang Tua

” Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam
pe1meliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah perkataan
yang baik” (Al-Isra : 23).

12. Membantu Orang Tua dalam Pekerjaan dan Mengingat Jasa Orang Tua

“ Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibu
telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapih dalam
dua tahun, bersyukurlah kalian kapada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya
kepada-Ku lah kalian kembali” (QS.Luqman : 14)

13. Menghormati dan Menghargai Pilihan Orang Tua

“ Dan jika kedua memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada
pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti kedua dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali
kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu maka Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS.Luqman : 15).

14. Menjalankan Perintah Orang Tua

Abdullah (bin Mas’ud) RA berkata, “Saya bertanya kepada Nabi, ‘Apakah amal yang
paling dicintai oleh Allah?’ (Dalam satu riwayat: yang lebih utama) Beliau bersabda,
‘Shalat pada waktunya’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’Beliau bersabda, ‘Berbakti
kepada kedua orangtua.’Saya bertanya, ‘1Kemudian apa lagi’?Beliau bersabda, ‘Jihad
(berjuang) di jalan Allah.”‘ (HR. Bukhari, Muslim)

15. Membantu Orang Tua Mencapai Cita Cita atau Keinginannya

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang berbakti kepada orangtua yang telah
wafat,” Yakni dengan mengirim doa (mendoakan) dan memohon ampunan kepada Allah,
menepati janji dan nazar yang pernah diikrarkan orantua, memelihara hubungan
silaturahim serta memuliakan kawan dan kerabat orantuamu, “ (HR Imam Abu Dawud).

4
16. Rutin Memperhatikan dan Memberi Kabar bagi yang Bertempat Tinggal Jauh dari Orang
Tua

Rasulullah SAW telah bersabda,” Wajib memenuhi panggilan ibu dari pada sholat
sunah,” (HR. Ibnu Abi Syaibah)

17. Mengingatkan Orang Tua untuk Selalu Berbuat Kebaikan

Allah berfirman “Kami telah perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu
bapaknya.Ibunya telah mengandungnya dengan sudah payah lalu melahirkannya dengan
sudah payah.Ibunya mengandung dan menyusuinya selama tiga belas bulan. Ketika anak
itu dewasa dan mencapai umur empat puluh tahun, dia berdoa,

“Wahai Tuhanku berilah petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
karuniakan kepadaku dan kepada ibu bapakku.Jadikanlah aku orang yang beramal
shalih yang Engkau ridhai.Berikanlah kebaikan kepadaku dan kepada anak
keturunanku.Sungguh aku sekarang bertaubat kepada-Mu.Sungguh aku menjadi
golongan orang-orang yang taat kepada syariat-Mu (QS Al-Ahqaf  [46]15-16).

C. Cara Berbicara Dengan kata-kata Yang Halus Terhadap Orang Tua


1.  Menghormati orang yang lebih dewasa

Tak hanya sebagai pemimpin yang tegas , Nabi Muhammad sebagai suri tauladan
bagi seluruh umat muslim juga merupakan pribadi yang hangat dan sangat menyayangi
anak-anak. Sebagaimana banyak riwayat yang menceritakan kedekatan beliau dengan
cucu-cucunya Hasan dan Husen.Namun walaupun demikian, Rasul tetap menyuruh agar
anak-anak tetap harus menghormati orang-orang yang lebih dewasa daripada mereka.

Karena itulah dalam sebuah hadis mengatakan,

‫رحم‬NN‫ا وي‬NN‫ق كبيرن‬NN‫ ليس منّا من لم يعرف ح‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫صغيرنا‬
Rasulullah saw. bersabda, “Bukanlah termasuk golongan dari kami, orang yang tidak
mengerti hak-hak orang dewasa dan menyayangi anak-anak kecil.” (HR. Muslim)

2. Mempersilakan Orang Dewasa Terlebih Dahulu


Islam sangat menganjurkan agar menghormati orang yang lebih
dewasa.Karenanya kita dianjurkan untuk mempersilakan orang yang lebih tua dan lebih
dewasa dari kita dalam hal apapun. Dalam sebuah riwayat dikatakan

‫اءني رجالن‬NN‫واك فج‬NN‫وك بس‬NN‫أراني أتس‬ :‫لم‬NN‫ه وس‬NN‫لى هللا علي‬NN‫ول هللا ص‬NN‫قال رس‬ 
‫ه إلى‬NN‫أحدهما أكبر من اآلخر فناولت السواك األصغر منهما فقيل لي كبر فدفعت‬
.‫األكبر منهما‬
“Saya melihat diriku sedang sikat gigi dengan siwak. Lalu dua pria mendatangi saya,
yang satu lebih besar dari yang lain saya memberikan siwak kepada anak yang lebih
kecil dari mereka, lalu ada yang bilang, ‘-kepada- yang besar’ maka aku mendorong
siwak itu ke yang lebih besar/dewasa dari mereka.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari mengatakan bahwa hadis ini juga disampaikan


oleh yatkan oleh Imam Ahmad, al-Isma’ili dan Baihaqi dari Ibnu al-Mubarak dengan
kalimat ra’aiturrasul yastannau aku melihat rasul bersiwak, ini menunjukkan waktu
terjaga bukan dalam mimpi, sedang dalam riwayat lain dikatakan memang saat
menyampaikan hadis ini Rasul saat terjaga namun beliau bercerita tentang apa yang
dilihat saat tidur. Riwayat Ahmad dari Ibnu Mubarak di atas dikuatkan dengan riwayat
lain dengan sanad Hasan,

،‫ده رجالن‬NN‫تن وعن‬NN‫لم يس‬NN‫ه وس‬NN‫لى هللا علي‬NN‫ول هللا ص‬NN‫ كان رس‬:‫عن عائشة قالت‬
.‫فأوحي إليه أن أعط السواك األكبر‬
Dari Aisyah r.a. berkata, ketika Nabi bersiwak dan ada dua laki-laki di dekatnya. Lalu
diwahyukan kepada Nabi agar memberikan siwak kepada yang lebih tua. (HR. Abu
Daud)

Ibnu Baththal menjelaskan dalam Syarah Shahih Bukhari bahwa meski terdapat


perbedaan pendapat apakah kejadian itu terjadi dalam mimpi atau saat Rasul terjaga,
namun pada intinya hadis tersebut menunjukkan anjuran untuk mendahulukan orang yang
lebih dewasa atau berumur untuk melakukan siwak terlebih dahulu, dan itu berlaku juga
dalam hal mempersilakan makan, minum, berjalan dan berbicara.

3. Tidak Berbicara Mendahului Orang Dewasa

Sering kita lihat seorang anak yang berbicara mendahului orang dewasa.Dalam
budaya orang-orang timur, termasuk di Indonesia, menyerobot pembicaran orang dewasa
adalah hal yang tidak pantas dilakukan.Bahkan dalam Islam juga melarang hal tersebut.
Dalam sebuah Hadis dikatakan

‫ وذهت‬،‫لم‬NN‫ه وس‬NN‫لى هللا علي‬NN‫ول هللا ص‬NN‫ة غلى رس‬NN‫ة ومحيوص‬NN‫اء حويص‬NN‫ا ج‬NN‫لم‬
‫ة ثم بكلم‬NN‫ فيتكلم حويص‬،‫ن‬NN‫د الس‬NN‫بر” يري‬NN‫ك‬،‫بر‬NN‫ “ك‬،‫محويصة يتلكم فال له النبي‬
.‫محوصة‬
“Ketika itu datang Huwaishah dan Muhawaishah kepada Rasulullah Saw, kemudian
Muhawaishah muai berbicara. Nabi saw berkata, “yang besar, yang besar.” Maksudnya
umur, maka berbicaralah Huwaishah kemudian setelah itu Muhawashah berbicara” (H.R.
Bukhari)

Dalam riwayat lain diceritakan

‫لى هللا‬NN‫ول هللا س‬NN‫د رس‬NN‫د كنت على عه‬NN‫ لق‬:‫ال‬NN‫سمرة بن جندب رصي اللله عنه ق‬
‫ن‬NN‫اال هم أس‬NN‫عليه وسلم غالما فكنت أحفظ فما يمنعني من القول إال أن ههنا رج‬
.‫مني‬
Samrah bin Jandab bekata, “Aku dulu pada masa Rasul saw. adalah seorang anak kecil,
aku ingat tidak ada yang mencegahku untuk berbicara terlebih dahulu kecuali di sana
ada laki-laki yang lebihi berumur dariku.” (HR. Muslim)

4. Memberikan Salam Terlebih Dahulu kepada Orang Dewasa

Memberikan salam merupakan yang yang sunah dilakukan seorang muslim jika
bertemu muslim lainnya. Termasuk adab memberikan salam adalah agar anak yang lebih
muda memulai salam terlebih dahulu kepada orang yang lebih tua. Dalam sebuah riwayat
dikatakan

.‫ يُسلم الصغير على الكبير‬:‫وقال رسول هللا صلى عليه وسلم‬


Rasullah Saw. bersabda, “Anak kecil harus memberikan salam kepada orang dewasa.”
(HR. Bukhari)

Hadis di atas termasuk contoh bagaimana Rasul menganjurkan anak yang lebih
muda untuk menghormati orang yang lebih berumur darinya.Semakin terpaut jauh umur
seorang anak dengan orang dewasa tersebut semakin seorang anak harus memperhatikan
adab kesopanannya. Wallahu’alam.
D. Akibat Durhaka Terhadap Orang Tua

Allah berfirman:
Beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun.Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak. [an-Nisâ'/4:36].

1. Haramnya Durhaka kepada Orang Tua

Berkaitan dengan hal ini, Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabul adab dari jalan Abi
Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam:
“Sudahkah saya beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali
(beliau ulangi).Sahabat berkata, “Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan
Allah dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan
perkataan bohong”. Maka Nabi selalu mengulangi, “dan persaksian palsu”, sehingga kami
berkata, “semoga Nabi diam” (HR. Bukhari)
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa yang termasuk dosa yang paling besar setelah
syirik adalah uququl walidain atau durhaka kepada orang tua kita. Dalam riwayat yang lain
Nabi Sholallohu’alahi wa sallam pernah bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu
menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri dan sumpah palsu.
Hadist larangan Durhaka Kepada Orang Tua
Dari Mughiroh bin Syu’bah Radhhiyallohu’anhu bahwa Nabi Sholallohu’alaihi wa Sallam
bersabda:“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka kepada ibu dan
menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan
Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan
harta (menghamburkan kekayaan)” (HR. Bukhari)
Dikutip dari berbaktikepadaorangtua.com, hadist ini adalah salah satu hadist yang melarang
seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang durhaka
berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka yang ia lakukan, sebagaimana Nabi
Sholallohu’alaihi wa sallam bersabda: “Dari Abu Darda bahwasanya Nabi
Sholallohu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum
khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar”.

2. Jenis Durhaka Kepada Orang Tua

Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah:


 Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun
perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
 Berkata “ah” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
 Membentak atau menghardik orang tua.
 Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada
mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
 Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua,
mengatakan bodoh, “kolot” dan lain sebagainya.
 Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan untuk
kita. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh orang tua kita, terutama jika
mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika orang tua kita melakukan pekerjaan tersebut
dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima
kasih.
 Menyebut kejelekan atau aib orang tua dihadapan orang banyak atau mencemarkan
nama baik orang tua.
 Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisap rokok, dan
lain-lain.
 Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan
teganya tak menggubris ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
 Malu mengakui orang tua sendiri. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan
orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan
lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan
yang keji dan nista.

Semua itu merupakan bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua yang seharusnya
diperhatikan oleh para anak dimanapun berada. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan
membedakan dalam berkata dan berbuat kepada kedua orang tua dengan kepada orang lain.
Perilaku yang seringkali tidak disadari kalau itu perbuatan salah dan dosa, yakni mencela
orang tua seseorang.Jangan pernah sekalipun berani menghina, melecehkan, mencaci,
mengolok-olokkan orang tua seseorang, meski dalam ruang lingkup candaan, sebab
perlakuan semisal itu pada hakikatnya sedang menghina, melecehkan, mencaci dan
mengolok-olokkan orang tua kita sendiri.

Selalu hati-hati dalam bersikap dan bertindak, penuh pertimbangan matang dengan
memikirkan konsekuensi-konsekuensi ke depannya, agar kita tidak terjebak dalam dosa
besar yang tidak terasa.

3. Akibat Durhaka Keapada Orang Tua

Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua tidak hanya akan kita dapatkan di
akhirat akan tetapi juga akan dirasakan di dunia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.

“Dari Abi Akrah Radhiyallohu’anhu mengatakan bahwa Nabi Shalallohu’alaihi wa


Sallam berkata, “Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya didunia
ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim,
kedua memutuskan silaturahmi”. (HR Bukhari dan yang lalinnya)

Dalam hadist yang lain dikatakan:

“Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya di dunia yaitu berbuat zhalim
dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” (HR Bukhari dan yang lainnya)
Keridhaan orang tua harus kita dahulukan dari pada keridhaan istri dan anak. Karena Nabi
Shalallohu’alaihi wa sallam mengatakan anak yang durhaka akan diadzab di dunia dan di
akhirat serta tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.
Sedangkan dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad
dan juga yang liannya, dikatakan:

“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallohu’anhu berkata, “Telah berkata Rasulullah


Sholallohu’alaihi wa sallam, ‘Ada tidak golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah
tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yakni anak yang durhaka kepada kedua orang
tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkan
adanya kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” (HR. Hakim, Baihaqi, Ahmad)
Jadi salah satu yang menyebabkan seorang tidak masuk kedalam surga adalah durhaka
kepada kedua orang tuanya.

Dapat dilihat bahwa orang yang durhaka kepada orang tuanya hidupnya tidak berkah
dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun orang tersebut kaya maka
kekayaannya tidak akan menjadikannya bahagia.Seandainya ada seorang anak yang durhaka
kepada kedua orang tuanya kemudian kedua orang tuanya tersebut mendo’akan kejelekan,
maka do’a kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Swt. Sebab dalam hadist
yang shahhih Nabi Saw bersabda.
“Dari Abu Hurairah Radhiyallohu ‘anhu, ‘Telah berkata Rasulullah Saw, ‘Ada tidak do’a
yang dikabulkan oleh Allah Subhanahuwata’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini, yang
pertama yaitu do’a kedua orang tua terhadap anaknya. Yang kedua do’a orang musafir yang
sedang dalam perjalanan, dan yang ketiga do’a orang yang dizhalimi.

Banyak sekali riwayat yang shahih yang menjelaskan tentang akibat buruk dari
durhaka kepada orang tua di dunia maupun diakhirat.Ada juga kisah-kisah nyata tentang
adzab (siksa) dari anak yang durhaka, dari kisah tersebut ada yang shahih ada juga yang
dla’if (lemah).

Anda mungkin juga menyukai