Anda di halaman 1dari 6

Berbakti Kepada Orang Tua

Oleh

: Rois Rohmanul Azizi

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam wacana Islamadalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik
terhadap sesama manusia. Allah Subhanahu Wa Taala sudah cukup menegaskan wacana
berbakti itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga RasulullahSallallahu Alaihi Wa
Sallam dalam banyak sabdanya, dengan memberikan bingkai-bingkai khusus, agar dapat
diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:
1. Allah Subhanahu Wataala menggandengkan antara perintah untuk beribadah
kepada-Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:
Allah Subhanahu Wataala telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan
kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua. (Al-Israa : 23)
2. Allah Subhanahu Wataala memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada
orang tuanya, meskipun mereka kafir
Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada
pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara
baik di dunia ini. (Luqmaan : 15)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, Ayat di atas menunjukkan diharuskannya
memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan
memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa
dengan cara mengajak mereka masuk Islam..
3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin
berjihad kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, Apakah
kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab, Masih. Beliau bersabda,
Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya. (Riwayat AlBukhari dan Muslim)
4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallambersabda, Sungguh kasihan, sungguh
kasihan, sungguh kasihan. Salah seorang sahabat bertanya, Siapa yang kasihan,
wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Orang yang sempat berjumpa dengan orang
tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah
menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga. (Riwayat Muslim)
Beliau juga pernah bersabda:
Orang tua adalah pintu pertengahan menuju Surga. Bila engkau mau, silakan
engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya.
(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, Hadits ini shahih.
Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti pintu
pertengahan, yakni pintu terbaik.
5. Keridhaan Allah Subhanahu Wataala, berada di balik keridhaan orang tua.

Keridhaan Allah Subhanahu Wataalabergantung pada keridhaan kedua orang tua.


Kemurkaan Allah Subhanahu Wataala, bergantung pada kemurkaan kedua orang
tua.
6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam sambil mengadu, Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah
perbuatan dosa. Beliau bertanya, Engkau masih mempunyai seorang ibu? Lelaki
itu menjawab, Tidak. Bibi? Tanya Rasulullah lagi. Masih. Jawabnya.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Kalau begitu, berbuat baiklah
kepadanya.
Dalam pengertian yang lebih kuat, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik
kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan
pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang
paling utama.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua),
lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki
nilai-nilai tambah yang semakin melejitkan makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi
sebuah bakti. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat
mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan
pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap
kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat
membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang
tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.
Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.


( 23)
(24)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
(QS. Al-Isra: 23-24)

Ini adalah perintah untuk mengesakan Sesembahan, setelah sebelumnya disampaikan


larangan syirik. Ini adalah perintah yang diungkapkan dengan kata qadha yang artinya
menakdirkan. Jadi, ini adalah perintah pasti, sepasti qadha Allah. Kata qadha memberi kesan
1

penegasan terhadap perintah, selain makna pembatasan yang ditunjukkan oleh kalimat
larangan yang disusul dengan pengecualian: Supaya kamu jangan menyembah selain Dia
Dari suasana ungkapan ini tampak jelas naungan penegasan dan pemantapan.
Jadi, setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian
dengan tugas-tugas individu dan sosial. Tugas-tugas tersebut memperoleh sokongan dari
keyakinan di dalam hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan antara motivasi dan
tujuan dari tugas dan perbuatan.
Perekat pertama sesudah perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks
ayat mengaitkan birrul walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai
pernyataan terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah:
Setelah mempelajari iman dan kaitannya dengan etika-etika sosial yang darinya
lahir takaful ijtimaI (kerjasama dalam bermasyarakat), saat ini kita akan memasuki ruang
yang paling spesifik dalam lingkaran interaksi sosial, yaitu Birrul walidain (bakti kepada
orang tua).
Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif inilah AlQuran Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati anak-anak.
Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang masih
hidup; mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu kepada keluarga,
kepada generasi baru, generasi masa depan. Jarang sekali kehidupan mengarahkan perhatian
mereka ke arah belakang..ke arah orang tua..ke arah kehidupan masa silam..kepada generasi
yang telah pergi! Dari sini, anak-anak perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka
menoleh ke belakang, ke arah ayah dan ibu mereka.
Sebelum masuk ke inti pembahasan, ada catatan penting yang harus menjadi perhatian
bersama dalam pembahasan birrul walidain; ialah Islam tidak hanya menyeru sang anak
untuk melaksanakan birrul walidain, namun Islam juga menyeru kepada para walidain (orang
tua) untuk mendidik anaknya dengan baik, terkhusus dalam ketaan kepada Allah dan RasululNya. Karena hal itu adalah modal dasar bagi seorang anak untuk akhirnya menjadi anak
sholih yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Dengan demikian, akan terjalin kerjasama
dalam menjalani hubungan keluarga sebagaimana dalam bermasyarakat.
Gaya bahasa yang digunakan al-Quran dalam memerintahkan sikap bakti kepada
orang tua ialah datang serangkai dengan perintah tauhid atau ke-imanan, Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia . Dalam artian setelah
manusia telah mengikrakan ke-imanannya kepada Allah, maka manusia memiliki
tanggungjawab kedua, yaitu Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya.
Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen sehingga ia datang
setelah proses penghambaan kepada Allah Subhanahu Wataala?? Al-Quran Kembali
menjawab

Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan(Al-Ahqaf: 15)
Ketika orangtua berumur muda, kekuatan fisik masih mengiringinya, sehingga ia
bertanggungjawab untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Namuun saat mereka
berumur tua renta, dan anaknya sudah tumbuh dewasa berbaliklah roda tanggungjawab itu.
Para pembantu mungkin mampu merawatnya, menunjukkan sesuatu yang tidak lagi bisa

dilihatnya, mengambilkan sesuatu yang tidak lagi bisa diambilnya dan mengiringnya dari
suatu temnpat ke tempat lain. Namun ada satu hal yang tidak pernah bisa diberikan oleh
pembantu, ialah cinta dan kasih sayang. Hanya dari sang buah hatilah rasa cinta dan kasih
sayang dapat diraihnya.
Kedua orang tua secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya;
mengorbankan segala hal, termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap
nutrisi dalam benih hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi
yang ada dalam telor hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap
seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia menjadi
orang tua yang lemah jika memang diberi usia yang panjang. Meski demikian, keduanya
tetap merasa bahagia!
Adapun anak-anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh
peran mereka ke arah depan. Kepada istri dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu
terdorong. Dari sini, orang tua tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak.
Yang perlu digugah emosinya dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat
kewajiban terhadap generasi yang telah menghabiskan seluruh madunya hingga kering
kerontang!
Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bentuk
qadha dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah yang tegas
untuk menyembah Allah.
Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga memiliki
insprasinya sendiri. Kata yang artinya di sisimu menggambarkan makna mencari
perlindungan dan pengayoman dalam kondisi lanjut usia dan lemah. Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah, dan janganlah kamu
membentak mereka Ini adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan
pengayoman dan adab, yaitu seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang
menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan penghinaan dan
etika yang tidak baik. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Ini adalah
tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua dengan hormat dan
memuliakan.


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan Di sini
ungkapan melembut dan melunak, hingga sampai ke makhluk hati yang paling dalam. Itulah
kasih sayang yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak
mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap merendah itu
punya sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan kepasrahan .Itulah ingatan
yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang
tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan
penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya,
karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu
untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak
bisa dibalas oleh anak-anak.
Belaian anak saat orang tua telah berumur lanjut ialah kenikmatan yang tak terhingga.
Wajarlah kiranya al-Quran memberikan pengkhususan dalam birrul walidain ini saat kondisi
mereka tua renta, yaitu:
1. Jangan mengatakan kata uffin (ah)
2. Jangan membentak
3. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

4. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan


5.Dan doakanlah mereka.
Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-rafdu (menolak). Jadi janganlah kita
mengatakan kata-kata yang mengandung makna menolak, terkhusus dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Karena pada umur lanjut inilah kebutuhan mereka memuncak, hampir
pada setiap hitungan jam mereka membutuhkan kehadiran kita disisinya.
Sedimikian pentingnya perintah birrul walidain ini, sehingga keridhoan mereka dapat
menghantarkan sang anak kedalam surga-Nya. Rasulullah saw bersabda Barang siapa yang
menajalani pagi harinya dalam keridhoan orang tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu
menuju syurga. Barang siapa yang menjalani sore keridhoan orang tuanya, maka baginya
dibukakan dua pintu menuju syurga. Dan barang siapa menjalani pagi harinya dalam
kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka. Dan barang
siapa menjalani sore harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua
pintu menuju neraka .(HR. Darul Qutni dan Baihaqi)
Dengan demikian merugilah para anak yang hidup bersama orang tuanya di saat tua
renta namun ia tidak bisa meraih surga, karena tidak bisa berbakti kepada keduanya.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallammengatakan tentang ihwal mereka
. - -

.

Dari Suhaili, dari ayahnya dan dari Abu Hurairah. Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam bersabda : Merugilah ia (sampai 3 kali). Para Shahabat bertanya : siapa ya
Rosulullah?Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :Merugilah seseorang yang
hidup bersama kedua orang tuanya atau salah satunya di saat mereka tua renta, namun ia
tidak masuk surga (HR. Muslim).
Terkait cara berbakti kepada orang tua, memulai dengan perkataan yang baik.
Kemudian diiringi denganmeringankan apa-apa yang menjadi bebannya. Dan bakti yang
tertinggi yang tak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu ialah DOA. Doa adalah bentuk
bakti anak kepada orang tua seumur hidup-nya. Doalah satu-satunya cara yang diajarkan
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallambagi anak-anak yang pernah menyakiti orangtuanya
namun mereka meninggal sebelum ia memohon maaf kepadanya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallambersabda : Bahwasanya akan ada seorang hamba pada hari kiamat nanti yang
diangkat derajatnya, kemudian ia berkata Wahai tuhanku dari mana aku mendapatkan
(derajat yang tinggi) ini??. Maka dikatakanlah kepadanya Ini adalah dari istighfar (doa
ampunan) anakamu untukmu (HR.Baihaqi)
Adapun doa yang diajarkan, ialah sebagaimana termaktub dalam al-Quran :

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil (Al-Isra: 24).
Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah,
dipelihara oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanakkanak; lemah dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah
agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih
menyeluruh. Allah Subhanahu Wataala lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah
dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak.
Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari ayahnya:
1

Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf.
Lalu ia bertanya kepada NabiSallallahu Alaihi Wa Sallam, Apakah aku telah menunaikan
haknya? Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallammenjawab, Tidak, meskipun untuk satu tarikan
nafas kesakitan saat melahirkan.
Dalam ayat lain Al-Quran mengajar doa yang begitu indah, ialah doa yang mencakup bagi
kita, orang tua dan keturunan kita :


"Ya Allah.., tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri." (Al-Ahqaf : 15). Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai