Anda di halaman 1dari 72

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam wacana Islamadalah persoalan utama, dalm

jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah Subhanahu Wa Taala sudah cukup menegaskan wacana berbakti itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga RasulullahSallallahu Alaihi Wa Sallam dalam banyak sabdanya, dengan memberikan bingkai-bingkai khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut: Allah Subhanahu Wataalamenggandengkan antara perintah untuk beribadah kepada Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua: Allah Subhanahu Wataala telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua. (Al-Israa : 23) Allah Subhanahu Wataalamemerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas -jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini. (Luqmaan : 15) Imam Al-Qurthubi menjelaskan, Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam.. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab, Masih. Beliau bersabda, Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya. (Riwayat Al Bukhari dan Muslim) Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallambersabda, Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan. Salah seorang sahabat bertanya, Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Orang yang sempat berjumpa de ngan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga. (Riwayat Muslim) Beliau juga pernah bersabda: Orang tua adalah pintu pertengahan menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, Hadits

ini shahih. Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti pintu pertengahan, yakni pintu terbaik. Keridhaan Allah Subhanahu Wataala, berada di balik keridhaan orang tua. Keridhaan Allah Subhanahu Wataalabergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah Subhanahu Wataala, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa. Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam sambil mengadu, Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa. Beliau bertanya, Engkau masih mempunyai seorang ibu? Lelaki itu menjawab, Tidak. Bibi? Tanya Rasulullah lagi. Masih. Jawabnya. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya. Dalam pengertian yang lebih kuat, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama. Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin melejitkan makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah bakti. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan y ang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka. Al-Imam AdzDzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan. (23) (24) Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (DQ. Al-Isra: 23-24) Ini adalah perintah untuk mengesakan Sesembahan, setelah sebelumnya disampaikan larangan syirik. Ini adalah perintah yang diungkapkan dengan kata qadha yang artinya menakdirkan. Jadi, ini adalah perintah pasti, sepasti qadha Allah. Kata qadha memberi kesan penegasan terhadap perintah, selain makna pembatasan yang ditunjukkan oleh kalimat larangan yang disusul dengan pengecualian: Supaya kamu jangan menyembah selain Dia Dari suasana ungkapan ini tampak jelas naungan penegasan dan pemantapan. Jadi, setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian dengan tugas-tugas individu dan sosial. Tugastugas tersebut memperoleh sokongan dari keyakinan di dalam hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan antara motivasi dan tujuan dari tugas dan perbuatan. Perekat pertama sesudah perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks ayat mengaitkan birrul walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai pernyataan terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah: Setelah mempelajari iman dan kaitannya dengan etika-etika sosial yang darinya lahir takaful ijtimaI (kerjasama dalam bermasyarakat), saat ini kita akan memasuki ruang yang paling spesifik dalam lingkaran interaksi sosial, yaitu Birrul walidain (bakti kepada orang tua). Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya. Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif inilah Al-Quran Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati anak-anak. Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang masih hidup; mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu kepada keluarga, kepada generasi baru, generasi masa depan. Jarang sekali kehidupan mengarahkan perhatian mereka ke arah belakang..ke arah orang tua..ke arah kehidupan masa silam..kepada generasi yang telah pergi! Dari sini, anak-anak perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka menoleh ke belakang, ke arah ayah dan ibu mereka. Sebelum masuk ke inti pembahasan, ada catatan penting yang harus menjadi perhatian bersama dalam pembahasan birrul walidain; ialah Islam tidak hanya menyeru sang anak untuk melaksanakan birrul walidain, namun Islam juga menyeru kepada para walidain (orang tua) untuk mendidik anaknya

dengan baik, terkhusus dalam ketaan kepada Allah dan Rasulul-Nya. Karena hal itu adalah modal dasar bagi seorang anak untuk akhirnya menjadi anak sholih yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Dengan demikian, akan terjalin kerjasama dalam menjalani hubungan keluarga sebagaimana dalam bermasyarakat.

Gaya bahasa yang digunakan al-Quran dalam memerintahkan sikap bakti kepada orang tua ialah datang serangkai dengan perintah tauhid atau ke-imanan, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia . Dalam artian setelah manusia telah mengikrakan ke-imanannya kepada Allah, maka manusia memiliki tanggungjawab kedua, yaitu Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.

Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen sehingga ia datang setelah proses penghambaan kepada Allah Subhanahu Wataala?? Al -Quran Kembali menjawab Ibunya

mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan(Al -Ahqaf: 15) Ketika orangtua berumur muda, kekuatan fisik masih mengiringinya, sehingga ia bertanggungjawab untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Namuun saat mereka berumur tua renta, dan anaknya sudah tumbuh dewasa berbaliklah roda tanggungjawab itu.

Para pembantu mungkin mampu merawatnya, menunjukkan sesuatu yang tidak lagi bisa dilihatnya, mengambilkan sesuatu yang tidak lagi bisa diambilnya dan mengiringnya dari suatu temnpat ke tempat lain. Namun ada satu hal yang tidak pernah bisa diberikan oleh pembantu, ialah cinta dan kasih sayang. Hanya dari sang buah hatilah rasa cinta dan kasih sayang dapat diraihnya. Kedua orang tua secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya; mengorbankan segala hal, termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap nutrisi dalam benih hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi yang ada dalam telor hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia menjadi orang tua yang lemah jika memang diberi usia yang panjang. Meski demikian, keduanya tetap merasa bahagia! Adapun anak-anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh peran mereka ke arah depan. Kepada istri dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu terdorong. Dari sini, orang tua tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak. Yang perlu digugah emosinya

dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat kewajiban terhadap generasi yang telah menghabiskan seluruh madunya hingga kering kerontang! Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bentuk qadha dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah yang tegas untuk menyembah Allah. Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga memiliki insprasinya sendiri. Kata yang artinya di sisimu menggambarkan makna mencari perlindungan dan pengayoman dalam kondisi lanjut usia dan lemah. Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah, dan janganlah kamu membentak mereka Ini adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan pengayoman dan adab, yaitu seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan penghinaan dan etika yang tidak baik. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Ini adalah tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua dengan hormat dan memuliakan. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan Di sini ungkapan melembut dan melunak, hingga sampai ke makhluk hati yang paling dalam. Itulah kasih sayang yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap merendah itu punya sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan kepasrahan .Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak. Belaian anak saat orang tua telah berumur lanjut ialah kenikmatan yang tak terhingga. Wajarlah kiranya al-Quran memberikan pengkhususan dalam birrul walidain ini saat kondisi mereka tua renta, yaitu: 1. Jangan mengatakan kata uffin (ah) 2. Jangan membentak 3. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. 4. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan 5.Dan doakanlah mereka. Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-rafdu (menolak). Jadi janganlah kita mengatakan kata-kata yang mengandung makna menolak, terkhusus dalam memenuhi kebutuhan mereka. Karena pada umur lanjut inilah kebutuhan

mereka memuncak, hampir pada setiap hitungan jam mereka membutuhkan kehadiran kita disisinya.

Sedimikian pentingnya perintah birrul walidain ini, sehingga keridhoan mereka dapat menghantarkan sang anak kedalam surga-Nya. Rasulullah saw bersabda Barang siapa yang menajalani pagi harinya dalam keridhoan orang tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju syurga. Barang siapa yang menjalani sore keridhoan orang tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju syurga. Dan barang siapa menjalani pagi harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka. Dan barang siapa menjalani sore harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka .(HR. Darul Qutni dan Baihaqi) Dengan demikian merugilah para anak yang hidup bersama orang tuanya di saat tua renta namun ia tidak bisa meraih surga, karena tidak bisa berbakti - kepada keduanya. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa .

Sallammengatakan tentang ihwal mereka

. Dari Suhaili, dari ayahnya dan dari Abu Hurairah.

Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : Merugilah ia (sampai 3 kali). Para Shahabat bertanya : siapa ya Rosulullah?Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :Merugilah seseorang yang hidup bersama kedu a orang tuanya atau salah satunya di saat mereka tua renta, namun ia tidak masuk surga (HR. Muslim). Terkait cara berbakti kepada orang tua, memulai dengan perkataan yang baik. Kemudian diiringi denganmeringankan apa-apa yang menjadi bebannya. Dan bakti yang tertinggi yang tak pernah dibatasi oleh tempat dan waktu ialah DOA. Doa adalah bentuk bakti anak kepada orang tua seumur hidup-nya. Doalah satu-satunya cara yang diajarkan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallambagi anak -anak yang pernah menyakiti orangtuanya namun mereka meninggal sebelum ia memohon maaf kepadanya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallambersabda : Bahwasanya akan ada seorang hamba pada hari kiamat nanti yang diangkat derajatnya, kemudian ia berkata Wahai tuhanku dari mana aku mendapatkan (derajat yang tinggi) ini??. Maka dikatakanlah kepadanya Ini adalah dari istighfar (doa ampunan) anakamu untukmu (HR.Baihaqi) Adapun doa yang diajarkan, ialah sebagaimana termaktub dalam al-Quran : "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (Al-Isra: 24). Itulah ingatan yang sarat kasih

sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah Subhanahu Wataala lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak. Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari ayahnya: Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf. Lalu ia bertanya kepada NabiSallallahu Alaihi Wa Sallam, Apakah aku telah menunaikan haknya? Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallammenjawab, Tidak, meskipun untuk satu tarikan nafas kesa kitan saat melahirkan. Dalam ayat lain Al-Quran mengajar doa yang begitu indah, ialah doa yang mencakup bagi kita, orang tua dan keturunan kita : "Ya Allah.., tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Al-Ahqaf : 15). Wallahu alam.

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang! Segala puji bagi Allah - Tuhan semesta alam, tempat kita memuji dan meminta bantuan dan pengampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa dan perbuatan kita. Sungguh, tak seorang pun bisa menyesatkan orang-orang yang telah Allah bimbing ke jalan yang lurus, dan tidak ada yang akan mampu membimbing ke jalan yang lurus orang-orang yang telah Allah sesatkan. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang tidak memiliki sekutu, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba wa dan Rasul-Nya! Wa Kemudian ... Assalamualaikum rahmatullahi barakatuh!

Kedamaian dan rahmat menyertaimu, Ibu tersayang! Saya telah lama bertanyatanya bagaimana menyampaikan pikiran dan perasaanku terhadapmu, dan saya memutuskan untuk menulis surat ini. Semoga Ayah tidak tersinggung karena surat

ini ditujukan kepadamu, orang yang selalu ia jaga dan pedulikan, saya sangat menghargai itu, tetapi yang paling dekat dan sayang kepada setiap orang - adalah Ibu! Nabi (saw) berkata: "Surga berada di bawah kaki ibumu!"

Agar tidak mengundang kemarahan musuh Allah atau pun orang-orang yang dengan sukacita menyerangmu dengan berbagai interogasi dan panggilan ke polisi, dan juga agar tidak membuat banyak lidah kerabat kita mengeluarkan fitnah mereka, saya tidak akan menyebut nama.

Saya berterima kasih kepadamu, Ibu, untuk semua kesulitan yang Ibu derita demi kebahagiaan saya, sejak Ibu mengandung saya selama berbulan-bulan yang tidak mudah tentunya, dan berakhir dengan kenyataan bahwa saya menjadi saya sekarang - seorang muslim, seorang Mujahid yang selalu mencari pengampunan dan surga. Semoga Allah membalasmu untuk setiap peluh yang Ibu keluarkan saat saya dilahir ke dunia ini, untuk kegelisahan, untuk air mata, untuk malam-malam dimana Ibu terjaga, dan untuk hari-harimu yang sulit.

Karena Ibu selalu menanamkan kesalehan sejak masa kanak-kanak, karena bertahun-tahun yang dihabiskan untuk pendidikan saya, karena segala kesulitan yang Ibu tepis, maka saya tidak perlu apa-apa dan tidak akan merasa kehilangan. Dengan karunia Allah Yang Maha Kuasa dan dengan usaha Ibu, masa kecil saya adalah masa dimana saya tidak pernah kehilangan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Rizki ini dari Allah melalui tanganmu, Ibu. Yang paling penting bagi setiap anak, kehangatan dan kebaikan orang tua, dan saya tidak pernah sedikitpun merasakan kurangnya kehangatan, kasih sayang dan perhatian darimu. Jadi saya sangat bersyukur kepada Allah dan berterima kasih padamu atas segalanya!

Ibu yang mulia, sebagian besar hidupmu terjadi di negara kafir komunis di mana orang-orang yang dipaksakan dengan cita-cita dan nilai-nilai yang palsu. Sepenuhnya orang-orang kafir itu ingin menghilangkan rasa takut setiap orang terhadap Tuhan, dan hal itu terjadi pada hari-hari kita, tetapi mereka tidak akan pernah memadamkan cahaya Allah, dan Alhamdulillah, Allah-lah yang senantiasa

membimbing kami ke jalan yang lurus, dan membuat kita sebagai muslim dalam arti yang sesungguhnya!

Tidak dapatkah Ibu melihat bagaimana orang-orang Kabardian, Balkar, dan Karachay berubah, mereka yang menyebut diri mereka Muslim, mereka yang sejak lahir tahu bahwa anggur dan vodka adalah haram dan daging babi itu dilarang? Apa yang terjadi dengan rasa malu mereka? Apa yang terjadi pada kemanusiaan mereka? Dan apa yang tersisa dari kesalehan mereka?

Lagi pula, orang-orang yang semasamu mungkin bisa sedikit melihat dimana gagasan mengenai kehormatan, penghargaan dan penghormatan bagi orang tua, kesopanan, dan seterusnya begitu ditaati. Orang tua pada saat itu mungkin berbuat kesalahan, meskipun diam-diam, tetapi mereka selalu berusaha untuk menanamkan kesalehan kepada anak-anak mereka!

Bahkan saya ingat suatu saat ketika gadis-gadis itu malu untuk tampil di depan umum tanpa jilbab, dan jika terlihat berduaan dengan seorang laki-laki, itu dianggap sebagai aib. Mereka yang tidak dapat menyingkirkan kebiasaan buruk, seperti merokok dan lain-lain, menyembunyikan diri mereka dari yang lebih tua, bahkan pada saat mereka ada di usia tua. Para pemuda menghormati dan menghargai pendahulu mereka, mereka bahkan malu untuk makan di hadapan orang-orang tua. Inilah kesopanan yang dilandaskan pada keimanan! Jika seorang pria tidak mempunyai rasa malu, maka ia tidak memiliki iman! Tetapi kafir (semoga Allah mempermalukan mereka) selalu bekerja keras! Rasa malu kita sebagai Muslim dan rasa malu para perempuan Muslim itu tidak ada lagi.

Dalam kata-kata Musa Mukozhev (semoga barakah Allah menyertainya) dalam salah satu Khutbah Jumat: "Orangtua mengirim anak perempuan mereka untuk berzina, dan mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan itu, karena perempuan ini bertemu dengan pria yang ingin ia temui!"

SubhanAllah! Seberapa keras mereka berusaha untuk membuat anak-anak mereka menjadi bagian dari penghuni neraka! Orangtua membesarkan anak-anak mereka dalam demokrasi di bawah hukum-hukum kafir, memberi mereka uang untuk

membeli bir dan rokok, dan berkata: "Dia masih melakukan itu sendiri dan tidak pernah meminta orang lain untuk melakukan hal yang sama." Anak-anak merokok dan minum alkohol di hadapan orang tua, dan menonton film tidak senonoh, bersama-sama. Dan kemudian orang tua yang aneh dan tidak lagi memiliki rasa malu itu bertanya-tanya di mana orang-orang kafir ini muncul di jalanan. Tapi ini tidak mengejutkan. Ini kebijakan yang jelas orang-orang kafir - untuk memberantas Islam dan menghancurkan kaum muslim. Mereka menyebarkan kebejatan dan kejahatan, dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan di negeri kita di bawah hukum-hukum kufur dan syirik!

Mereka para gerilyawan, yang pernah menjadi teror dan menimbulkan kepanikan bagi tentara kafir selama perang Rusia-Kaukasia, sekarang malah melayani orangorang kafir, dan siap untuk memerangi kaum muslimin dalam rangka mendapatkan kepuasan gyaurs (orang-orang kafir).

Para gerilyawan, yang belum pernah mendamaikan diri atas penghinaan dari kafir, sekarang tunduk kepada kafir Rusia untuk mendapatkan sepotong lemak di meja mereka.

Orang-orang muslim yang tulus yang tidak ingin menerima rezim kafir karena tidak ingin hidup dalam kehinaan, kini menjadi warga negara kafir Rusia dan secara sukarela merayakan hari raya kaum Kristen dan pagan, ikut serta minum vodka pada Paskah Kristen.

Ibu sudah mendengar semua ini dari saya berkali-kali, tapi sekali lagi saya katakan pemikiran ini sekarang, ketika saya meninggalkan rumah dan bergabung dengan orang-orang yang berperang di jalan Allah, Ibu akan memahami dan mendengar saya, dengan pertolongan Allah!

Semua yang saya lakukan, saya melakukannya demi Allah. Dan surat ini, juga saya tulis demi Allah, karena saya ingin Ibu bahagia dengan saya, dan bangga bahwa anak Ibu adalah salah satu hamba Allah yang berusaha untuk mengangkat Firman Allah di bumi! Pikirkanlah, Bu, tidakkah Ibu memiliki apa yang bisa Ibu banggakan dari saya dan mujahedin lain?

Kami berjihad di jalan Allah dan tujuan kami adalah untuk mengangkat firman Allah di bumi ini tinggi-tinggi! Dan apa yang lebih indah daripada firman Allah dan janjijanji-Nya? Kami meninggalkan rumah dan memilih jalan ini dengan berkah Allah sehingga negeri kita bisa bebas dari ketidakpercayaan dan kepalsuan, sehingga keturunan kita tidak perlu melihat tanah kita tercemar dengan ideologi kafir, dan bisa hidup dengan hukum Allah, dan menghayati agama Allah sejak mereka lahir!

Ibu selalu bilang saya tidak boleh berbeda dengan orang lain, tidak boleh "bergaul", menghindarkan diri dari segala hal yang terkutuk, karena semua itu akan membuat saya dipecat dari pekerjaan, orang-orang akan berpaling dari saya, akan saya dianggap sebagai "Wahhabi", radikal, dan sebagainya., dan polisi dapat menahan saya kapanpun dengan konsekuensi lebih lanjut! Tapi esensi agama kita - yakni mendorong untuk melakukan kebaikan dan menahan dari keburukan!

Bagaimana mungkin saya tidak berbeda dan tidak "bergaul" jika ada begitu banyak kotoran? Karena untuk menjadi seperti orang lain yang Ibu inginkan, berarti saya perlu minum, merokok, bersumpah sumpah serapah, menceritakan lelucon kotor, untuk berbicara tentang perempuan, terlibat dalam perzinaan, mencari lebih banyak uang, karier, dan lain-lain. Pikirkanlah, Bu, apakah Ibu benar-benar lebih suka saya bersikap seperti orang-orang seperti itu? Semoga Allah menuntun mereka ke jalan yang lurus! Atau apakah Ibu ingin anak Ibu meretas jalan ke surga melalui tindakannya sekarang, dan mendapat hak syafaat di sisi Allah bagi orang yang mereka cintai, mendapatkan syahid di jalan Allah?

Saya tidak bisa seperti orang lain, Bu. Saya tidak ingin menjadi orang lain, saya ingin menjadi seorang Muslim! Saya ingin masuk ke dalam surga Firdaus! Bagaimana mungkin saya memilih karier dan kekayaan dunia ini, sedangkan berkah surga yang tak terbatas dijanjikan oleh Allah kepada orang beriman!

Bagaimana saya bisa mengabaikan rahmat yang besar dari Allah yang Dia tunjukkan kepada saya ketika Dia membawa saya keluar dari lumpur dan membuat saya benar-benar menjadi muslim? Saya bersumpah kepada Allah, satu hari di bawah naungan Islam bagi saya adalah lebih dari bertahun-tahun tinggal dalam

ketidaktahuan, satu doa bagi saya lebih berarti daripada semua kekayaan yang ada di planet ini!

Saya ingin Ibu mengerti bahwa sekarang tidak mungkin kita menjadi kaum muslimin yang tenang, karena orang-orang kafir itu menyerbu tanah kita, nilai-nilai kita telah berubah, dan sekarang mereka berusaha untuk memalingkan kita dari agama kita. Dalam Islam, tidak ada konsep: "Beribadahlah dalam rumah dan tidak boleh berbeda dari orang kebanyakan, dan dan di luar rumah, hiduplah sesuai dengan hukum yang didirikan orang-orang kafir".

Alhamdulillah, kita adalah muslim, dan harus hidup di bawah naungan hukum-hukum Allah, pergi ke masjid kapan dan di manapun kita mau, berjenggot dan berjilbab secara terbuka untuk menghindarkan diri dari fitnah, mengambil jizyah dari orangorang kafir yang seharusnya berada dalam posisi lebih rendah daripada Muslim! Dan karena kita tidak bisa bebas melaksanakan agama kita, Allah menyeru kita untuk berperang di jalan-Nya dan meninggikan firman-Nya!

Dan kita akan bekerja keras sampai akhir hayat di jalan Allah, sampai firman Allah tegak di atas segalanya di bumi dan tidak akan ada hukum lain daripada hukum Allah! Saya sangat sakit hati oleh kenyataan bahwa Ibu tidak mendukung saya dalam hal ini. Mengapa Ibu tidak bercita-cita untuk melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kita, dimana kaum ibu mengirim anak-anak mereka untuk berjihad dan mendesak mereka untuk menjadi bersemangat di jalan ini?

Allah

berfirman

dalam

Quran:

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS At Taghabun [64]: 15)

Ingat cerita tentang perempuan yang tidak ada memiliki apa-apa untuk dikorbankan dalam jihad kecuali rambut dan putranya. Ia memotong rambut dan menjalinnya menjadi sebuah cambuk bagi mujahidin, dan mengirimkan putranya untuk berperang, dengan menitipkan pesan pada putranya itu untuk memberikan hidupnya di jalan Allah! Dan betapa senangnya saat ia mengetahui bahwa anaknya syahid di jalan Allah!

Ingat Asma, putri Abu Bakr, yang buta. Ia memerintahkan putranya untuk melepaskan baju besi yang melindungi dirinya dengan mengatakan: "Seseorang yang ingin surga tidak berpakaian seperti itu!" Dan mendesaknya untuk berperang sampai ia syahid di jalan Allah!

Ingat ibu-ibu yang anak-anak mereka tewas dalam pertempuran dengan orangorang kafir, bersukacita dan berkata: "Sesungguhnya kami semua milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali"!

Sayangnya, Ibu tidak bisa melampaui cinta untuk anak Ibu ini, dan mengizinkan saya untuk itu. Ibu harus menempatkan cinta Ibu bagi Allah dan Rasul-Nya di atas cinta untuk putra Ibu dan mendukung jihad saya! Meskipun Ibu berdiri di hadapan Allah lima kali sehari, dan menangis dalam doa kepada Yang Mahakuasa, mungkin Ibu tidak pernah sekalipun meminta kepada Allah untuk membuat saya syahid!

Saya sangat sakit hati karena opini publik lebih penting bagi Ibu. Ibu lebih mengutamakan pendapat orang-orang yang ada dalam kebodohan dan sikap keras kepala mereka yang menjadikan mereka tetap berpaling dari kebenaran. Manakah yang lebih penting bagi Ibu, mereka atau Allah?

Sekarang kerabat kita menjauhi Ibu dan saya tahu itu sangat sulit bagi Ibu, melihat sikap seperti itu dari orang-orang yang telah Ibu bantu dan Ibu cintai. Tapi sekarang Ibu tidak memiliki apapun, dan sepertinya mereka tidak lagi membutuhkan Ibu. Dalam masyarakat saat ini, orang tua, yang tidak ada gunanya, ditolak oleh semua orang!

Semua upaya untuk mengumpulkan segala hal bagi saya, untuk memperoleh pekerjaan bergengsi, untuk melihat bagaimana saya mendapatkan rasa hormat dan kemuliaan di tengah-tengah masyarakat kotor ini, semua mimpi ini melesat! Sadarlah, Ibu! Apakah orang-orang sebelumnya yang kaya, membawa harta yang mereka kumpulkan setelah mereka mati? Apakah posisi yang tinggi dalam masyarakat membantu mereka? Saya bersumpah demi Allah, tidak!

Untuk berusaha untuk hidup menurut hukum Allah, untuk melakukan salat, membayar zakat, memberi sedekah, untuk melakukan perbuatan baik dan tindakan yang akan diletakkan di dalam timbangan kita di hari kiamat, melakukan tugas-tugas Ibu terhadap sesama mumin, dan menghargai jihad di jalan All ah, inilah yang harus kita lakukan.

Apakah kita tidak memiliki contoh jelas kesalahpahaman palsu ini dipaksakan pada kita oleh kebijakan kafir? Ingat Vasya Temrokov, pengusaha, dan keluarganya, dengan istana dan kekayaan. Apakah dia membawa segalanya kecuali amal perbuatannya, dan apa yang tersisa dari kekayaan yang melimpah, dan mungkin hanya keluarganya memperoleh keuntungan dari kekayaannya! Ingat Valeriy Kokov (tentang berapa banyak kerusakan yang telah ia lakukan bagi umat Islam di republik dan bagaimana ia bersemangat dalam perang dengan agama Allah tidak akan saya bicarakan, dia sudah mendapatkan apa yang pantas ia dapatkan!)

Apakah posisinya menolongnya? Atau apakah seorang presiden tidak mati? Dan di mana seluruh kekayaan yang dikumpulkan dengan penipuan dan pencurian? Mungkinkah itu akan membantu keluarganya? Tapi tidak! Di hadapan Allah semua manusia akan berkumpul hanya dengan perbuatan mereka! Semua orang akan mati, dan setelah kematian semua akan menerima balasan untuk perbuatan dan tindakan mereka, dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pencipta!

Allah

berfirman

dalam

Quran:

"Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan

sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-

sekali

tidak

akan

dibangkitkan"

(QS

Al

Anam

[6]:

26 -29)

Insya Allah, menanggapi Allah Yang Berkuasa atas semesta alam, Presiden saat ini, Arsen Kanokov, dengan kekayaan yang tak terhitung tidak akan membantunya, begitupun dengan kursi kepresidenannya, maupun keluarga atau teman-temannya, baik Putin maupun Medvedev! Tidak ada satupun! Dan pada hisabnya hanya akan semua uang kotor yang diperoleh dari riba, semua kebohongan dan penipuan terhadap orang-orang yang bodoh, dengan dalih bahwa ia tidak melakukan apapun kecuali untuk membantu negara, dan menginvestasikan uangnya dalam republik.

perekonomian

Semua

tindakannya bertentangan

dengan

Islam dan

kaum

muslim.

Dan

pembangunan masjid pusat dari uang haram dan membangun sebuah gereja Kristen dengan kubah emas. Bisakah seorang Muslim membangun sebuah kuil kafir dan dekat dengan masjid? Dan tentu saja, salib, yang diserahkan oleh orang-orang kafir dalam upacara pembukaan Rusia FSB di Nalchik, akan diletakkan pada timbangannya di hari kiamat.

Kenyataan yang tersembunyi dari orang-orang sebagai kebenaran lainnya, dan hanya sedikit orang yang mengetahuinya: Ia dianugerahi dengan St. Sergius dari gelar Radonezh II, oleh Alexy II yang sangat patriarkal, untuk menghormati ulang tahun ke-450 masuknya dari Kabardino-Balkaria semua ke yang Rusia. Sebuah dibenci kombinasi Allah!

mengerikan

Allah

berfirman

tentang

mereka:

"Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar." (QS Ali Imran [3]: 176)

Saya ingin benar-benar tinggal bersama Ibu, terus menjagamu, bertani, mendidik anak-anak dalam Islam, beribadah kepada Allah dan menjalani kehidupan yang penuh dengan damai, tapi sekarang semua itu tidak mungkin terjadi selama Muslim

masih ada dalam situasi semacam ini, dan sementara di negeri kita yanga ada hanya hukum kufur bukannya hukum Allah!

Allah

berfirman

dalam

Quran:

"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu sematamata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS Al Anfal [8]: 39)

Aku mohon Ibu, Ibu yang sangat saya sayangi, pertimbangkanlah kembali posisimu. Berhentilah menyalahkan orang lain karena saya pergi berjihad. Mulailah menerima dan berterima kasih pada mereka saudara-saudara saya yang oleh karunia Allah mereka berjihad sebelum saya, hingga istri saya yang tak pernah berhenti memberikan dukungan dan pengertiannya.

Jangan mendengarkan segala macam perkataan orang-orang bijak yang mengklaim diri mereka penasihat spiritual, yang menggunakan fakta bahwa orang-orang lainpun mendengarkan mereka. Mereka, yang dipimpin oleh para antek kafir ini (maksud saya adalah Pshihachev), tidak akan pernah berbicara tentang kebenaran. Semoga Allah memberi mereka balasan penuh untuk semua perbuatan mereka dan semua kata-kata yang mereka tujukan terhadap umat Islam.

Ibu tersayang, saya minta maaf untuk semuanya! Kita semua hanya bagian dari manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, tetapi bagi saya sangat penting bahwa Ibu memaafkan saya untuk segalanya dan ridha dengan saya. Saya ingin kembali di hadapan Allah dengan hati yang tenang, karena keridhaan Allah ada dalam keridhaan orangtua. Saya tahu apa yang Ibu alami setiap kali mereka menyerang saudara-saudara saya, dimana orang-orang kafir melakukan operasi khusus terhadap mujahidin. Setiap kali Ibu mungkin berpikir bahwa saya bisa berada di sana, dan mengharapkan bahwa mereka akan memberitahu anda tentang hal itu. Dan dari pikiran-pikiran dan pengalaman, itulah, hati ibu pun mulai menyusut akibat rasa sakit dan rasa takut Ibu terhadap hidup saya.

Tapi saya mohon pada Ibu, khawatirlah pada Akhirat kita, karena, ketika kita berdiri di hadapan Allah, kita takut hanya kepada Allah. Bagaimanapun, Allah Penguasa

semesta alam berjanji bahwa jika Ibu tidak merasa takut kehilangan anak, harta, hidup dan semua hal-hal duniawi, dan menghabiskan rasa takut Ibu hanya kepada Allah, Ibu tidak akan tahu rasa takut pada hari penhisaban, dan Ibu tidak akan perlu bersedih! Kita harus mencari keridhaan Allah, dan harus memimpin jihad di jalanNya, meninggikan kalimat Allah di bumi.

Allah

berfirman:

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah [2]: 216)

"Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit." (QS At Tawbah [9]: 38-39)

"Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anakanak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!." (QS An Nisaa [4]: 74-75)

Saya tidak mampu mendengar langsung dari Ibu bahwa Ibu sudah ridha terhadap saya sebagai anak, dan maafkan saya atas segalanya, tapi jika Ibu mengatakan hal ini kepada Allah, maka ini sangat cukup bagi saya!

Saya mohon maaf untuk segala sesuatu, tapi saya tidak menyesal karena saya telah memilih jalan ini dan tidak merasa bersalah untuk itu. Sebaliknya, saya berharap untuk menerima penghargaan Allah, bahwa Dia akan memperkenankan saya masuk

ke surga Firdaus dalam rahmat-Nya, dan saya bersyukur kepada Allah karena telah membawa saya untuk berjihad di jalan-Nya! Allah memilih orang-orang terbaik dan membuat mereka muslim! Lalu Ia memilih yang terbaik dari kaum muslimin dan membuat mereka Mujahidin! Dan kemudian yang terbaik dari Mujahidin Allah adalah membuatnya syahid di jalan-Nya!

Saya harap Ibu mau bergabung dalam berperang di jalan Allah dan mengikuti satusatunya jalan yang benar sekarang! Untuk melakukan ini, Ibu hanya perlu memahami bahwa semua orang yang pernah menentang Islam dan kaum muslim, dan melawan kita, adalah musuh-musuh Allah.

Ibu tersayang, jangan pernah membiarkan ketika seseorang menyinggung atau merendahkan kaum muslimin, bantulah saudara-saudara kita yang sepenuhnya berjuang di jalan Allah dengan apapun yang Ibu mampu, bantulah Mujahedin, dan jika perlu, lindungi mujahedin dari incaran kaum kafir, dan kemudian Allah akan membuat Ibu sebagai salah satu yang memperoleh keberhasilan di dunia ini dan di dunia yang Kekal nanti.

Ibu, mintalah pada Allah, Yang Maha Pemurah, bahwa anak Ibu mati syahid, dan bahwa Allah membawa saya ke dalam surga Firdaus, di mana mengalir sungaisungai selamanya! Berdoalah bahwa Allah membuat kita dan keturunan kami shalih, bahwa Dia menguatkan kita di jalan-Nya dan melimpahi kita dengan kesyahidan! Dan kemudian Ibu bisa bersukacita bahwa pada hari kiamat, Ibu dengan izin Allah akan mendapat syafaat!

Ibu, saya tahu betapa sulit ini semua bagi Ibu, tetapi balasan Allah untuk semua itu sangat besar, dan ketika Ibu mendengar, insya Allah Taala, bahwa Allah telah memberikan kepada anak Ibu kesyahidan di jalan Allah, jangan lupa ayat Quran:

"SESUNGGUHNYA KITA MILIK ALLAH DAN KEPADA-NYA KITA KEMBALI!""

Kedamaian dan berkah Allah menyertaimu, Ibu terkasih! Saya sedang terburu-buru untuk pergi ke Surga, dan saya berharap untuk bertemu dengan Ibu di sana!

Allahu

Akbar!

Allahu

Akbar!

Allahu

Akbar!

Dikirim pada 27 Oktober 2009 di Birrul Walidain 0 Komentar Rida Allah Rida Orangtua Dikirim pada 14 September 2009 di Birrul Walidain 0 Komentar Allah subhaanhu Wataala memerintahkan manusia berbakt i kepada orangtua setelah perintah tauhid. Berbakti kepada orangtua atau birrul walidain salah satu jalan menggapai rida Allah swt, seperti tertuang dalam surah Al Isra ayat 23. Penggalannya, Dan hendaklah kamu berbuat Baik kepada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknyajanganlah kamu mengatakan perkataan ah, dan janganlah kamu membentak mereka. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Firman ini mengarahkan kewajiban anak kepada orangtua atas kebaikan dan kasih sayang yang telah diberikannya. Sudah menjadi kewajiban anak berbuat baik, bertutur kata yang sopan dan santun kepadanya.

DaI Wahdah Islamiyah, Syaiful Yusuf, Kamis, 27 Agustus, mengatakan kewaiban anak menghormati, menghargai, dan memelihara orangtua sampai usia lanjutnya. Salah satu hadits Nabi Muhammad saw menyebutkan, Merugilah orang yang mendapatkan orangtuanya sudah dalam keadaan tua, tetapi dia tidak masuk surga.

Dalam fenomena kehidupan sehari-hari, seringkali dijumpai anak yang begitu baik kepada orang lain, te tapi kedua orangtuanya, dia abai atau tidak

memperduliikannya.

Bahkan, kata-kata yang dilontarkan kepada orangtuanya kasar dan seringkali meyakiti hatinya. Ketika dia sudah berkeluarga, kehidupan orangtua nya juga diabaikan. Padahal penghormatan kepada orangtualah yang harus diutamakan. bahkan meskipun orangtua itu mengajarkan dan mengajak anak untuk kafir sekalipun, tetap harus bijak. Memang ajakan atau ajaran untuk kafir tidak boleh diikuti, kata Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab itu.

Lalu apa janji Allah kepada Allah kepada anak yang menghormati orangtuanya? tiada tempat yang indah yang akan diberikannya selain surga,

Dikirim pada 14 September 2009 di Birrul Walidain 0 Komentar Seandainya Orang Tua... Dikirim pada 12 Agustus 2009 di Birrul Walidain 0 Komentar SEANDAINYA ORANG TUA MENYURUH UNTUK BERCERAI

Apabila kedua orang tua menyuruh anak untuk menceraikan istrinya, apakah harus ditaati atau tidak ?

Dibawah ini dibawakan beberapa hadits Nabi Shallallahu alaihi wassalam, diantaranya yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Abu Dawud.

"Artinya : Dari sahabat Abdullah bin Umar berkata : "Aku mempunyai seorang istri serta mencintainya dan Umar tidak suka kepada istriku. Kata Umar kepadaku, "Ceraikanlah istrimu", lalu aku tidak mau, maka Umar datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakannya, kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, "Ceraikan istrimu" [Hadits Riwayat Abu Dawud 5138, Tirmidzi 1189, dan Ibnu Majah 2088]

Hadits

kedua

diriwayatkan

oleh

Abu

Darda.

"Artinya : Dari Abu Darda Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang datang kepadanya berkata, "Sesunggguhnya aku mempunyai seorang istri dan ibuku menyuruh untuk menceraikannya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda , "Orang tua itu adalah sebaik-baik pintu surga, seandainya kamu mau maka jagalah pintu itu jangan engkau sia-siakan maka engkau jaga" [Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan hadits ini Hasan Shahih].

Hadist ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama bahwa seandainya orang tua kita

menyuruh untuk menceraikan

istri kita,

wajib

ditaati.

[Nailul Authar 7/4]

Ini terjadi bukan hanya pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam saja tetapi juga pada zaman Nabi Ibrahim Alaihis Shalatu wa sallam. Ketika Ibrahim Alaihi Shalatu wa sallam berkunjung ke rumah anaknya -Ismail Alaihi salam- dan anaknya saat itu tidak ada di tempat, kemudian Ibrahim berkata kepada istri Ismail Alaihi Salam, "Sampaikan pada suamimu hendaklah dia mengganti pa lang pintu ini" . Ketika Ismail datang, istrinya mengatakan bahwa ada orang tua yang datang menyuruh ganti palang pintu. Ismail kemudian mengatakan bahwa orang tua yang datang itu adalah ayahnya yang menyuruh menceraikan istrinya. [Hadits Riwayat Bukhari no. 3364 (Fathul Baari 6/396-398)]

Sebagian ulama yang lain mengatakan jika orang tua kita menyuruh menceraikan istri tidak harus diataati. [Masaail min Fiqil Kitab wa Sunnah hal. 96-97]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang seseorang yang sudah mempunyai istri dan anak kemudian ibunya tidak suka kepada istrinya dan mengisyaratkan agar menceraikannya, Syaikhul Islam berkata, "Tidak boleh dia mentalaq istri karena mengikuti perintah ibunya. Menceraikan istri tidak termasuk berbakti kepada Ibu" [Majmu Fatawa 33/112]

Ada orang bertanya kepada Imam Ahmad, "Apakah boleh menceraikan istri karena kedua orang tua menyuruh untuk menceraikannya ?" Dikatakan oleh Imam Ahmad, "Jangan kamu talaq". Orang tersebut bertanya lagi, "Tetapi bukankah Umar pernah menyuruh sang anak menceraikan istrinya ?" Kata Imam Ahmad, "Boleh kamu taati orang tua, jika bapakmu sama dengan Umar, karena Umar memutuskan sesuatu tidak dengan hawa nafsu" [Masail min Fiqil Kitab wa Sunnah hal. 27]

Permasalahan mentaati perintah orang tua ketika diminta untuk menceraikan istri, sudah berlangsung sejak lama. Oleh karena itu para imam (aimmah) sudah menjelaskan penyelesaian dari permasalahan tersebut. Pada zaman Imam Ahmad (abad kedua) dan zaman Syaikhul Islam (abad ketujuh) permasalahan ini sudah terjadi dan sudah dijelaskan bahwa tidak boleh taat kepada kedua orang tua untuk menceraikan istri karena hawa nafsu. Kecuali jika istri tidak taat pada suami, berbuat

zhalim, berbuat kefasikan, tidak mengurus anaknya, berjalan dengan laki-laki lain, tidak pakai jilbab (tabaruj/memperlihatkan aurat), jarang shalat dan suami sudah menasehati dan mengingatkan tetapi istri tetap nusyuz (durhaka), maka perintah untuk menceraikan istri wajib ditaati. Wallahu Alam

[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua]

Dikirim pada 12 Agustus 2009 di Birrul Walidain 0 Komentar MENGGAPAI RIDHA ALLAH Dikirim pada 08 Agustus 2009 di Birrul Walidain 0 Komentar MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa ayat 23-24, Allah Taala berfirman: Artinya : Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan uc apkanlah, Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil. [Al Israa : an-Nisaa 23-24] ayat 36:

Perintah

birrul

walidain

juga

tercantum

dalam

surat

Artinya : Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. [An -Nisaa : 36] Dalam surat al-Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:

Artinya : Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Al-Ankabuut (29): 8] Lihat juga surat Luqman ayat 14-15.

ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN LARANGAN DURHAKA KEPADA KEDUANYA

Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang diperbolehkan syariat), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah Azza wa Jalla).

Sedangkan uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan ah atau cis, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin.

KEUTAMAAN [1]. Abdullah

BERBAKTI bin

KEPADA Amal

ORANG Yang

TUA

DAN Paling anhu

PAHALANYA Utama berkata.

Merupakan

Masud

radhiyallaahu

Artinya : Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, Amal apakah yang paling utama? Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya). Aku bertanya lagi, Kemudian apa? Nabi menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Nabi menjawab, Jihad di jalan Allah [2]

[2]. Sesuai

Ridha hadits

Allah

Bergantung shallallaahu

Kepada alaihi

Ridha wa

Orang

Tua

Rasulullah

sallam,

disebutkan:

Artinya : Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallaahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua [3]

[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu Umar radhiyallaahu anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya. Haditsnya sebagai berikut:

Artinya : ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: Ya Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anakanakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini. Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..[4]

[4]. Sesuai

Akan sabda

Diluaskan Nabi

Rizki

Dan

Dipanjangkan alaihi wa

Umur sallam

shallallaahu

Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya. [5]

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya.

Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan [5]. Akan Dimasukkan Ke Surga Ooleh Allah Azza umurnya. wa Jalla

Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK

DURHAKA

KEPADA

KEDUA

ORANG

TUA

[1]. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati. [2]. Berkata ah atau cis dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua. [3]. Membentak atau menghardik orang tua.

[4]. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan. [5]. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, kolot, dan lain-lain.

[6]. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.

[7]. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.

[8]. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.

[9]. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang

yang

tega

mengusir

ibunya

demi

menuruti wal

kemauan

isterinya. aafiyah

Nas-alullaahas

salaamah

[10]. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BENTUK-BENTUK

BERBAKTI

KEPADA

ORANG

TUA

[1]. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita

[2]. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.

[3]. Tawadhu (rendah hati). Tidak boleh kibr (som -bong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.

[4]. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.

[5 ]. Mendoakan kedua orang tua. Di antaranya dengan doa berikut: Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah kecil. mendidikku sewaktu

Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bidah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bidah adalah sebesar -besar

kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdoa siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

APABILA Maka

KEDUA yang

ORANG harus

TUA kita

TELAH lakukan

MENINGGAL adalah:

[1]. Meminta ampun kepada Allah Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur) bila kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup. [2]. [3]. [4]. [5]. Melaksanakan Menshalatkannya Selalu dan mengantarkan ampunan sesuai jenazahnya untuk dengan ke kubur. keduanya. syariat.

memintakan Membayarkan wasiat

hutang-hutangnya.

[6]. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Aamiin.

Kemarin saya mengikuti Apel memperingati Hari Ibu yang Ke 82, Saya jadi teringat sosok ibu saya yang mendoakan saya agar saya bisa Lulus Tes PNS tanpa Suap menyuap dan KKN. Begitu dasyatnya Doa yang keluar dari Mulut seorang Ibu yang menurut saya tidak mungkin dapat Lulus karena harus bersaingan dengan Ribuan Pelamar . Tapi Alhamdulillah berkat Doa Ibu saya dapat lulus dan bekerja di Kantor Kementerian Agama . Rupanya ada salah satu doa yang keluar dari seorang ibu kepada anaknya, begitu dasyatnya kekuatan doa yang keluar dari mulut seorang ibu. Maka resep kebahagian kita didunia adalah Birrul waliadain artinya Berbuat baik kepada kedua orang tua yang artinya memperlakuan mereka dengan sebaik-baiknya, bisa dengan harta, badan, pangkat, kedudukan, dan sebagainya. Termasuk pula berbuat baik kepada mereka adalah mengatakan ucapan yang baik kepada keduanya.

Dalam sebuah ayat Alquran surat Al isra ayat 23

Allah berfirman Telah

mewajibkan Tuhan _mu agar kalian tidak menyembah selain Dia ( Alloh), dan supaya berbuat baik Kepada ibu bapak dan dalam sebuah ayat lain Bersyukurlah engkau kepada Ku dan kepada kedua orang tua mu ( Lukman : 14 ). Kalau kita perhatikan pada ayat pertama perintah beribadah kepada Alloh dan perintah Birrul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang Tua ) diletakkan berdampingan serangkai didalam suatu ayat. Pada ayat kedua surat lukman pun perintah bersyukur kepada Alloh di dampingkan dengan perintah bersyukur kepada orang tua, hal ini mengindikasikan bahwa seolah Alloh berkata Bahwa kalian tidak cukup beribadah , bertauhid dan beriman kepada ku tanpa kalian berbuat baik pada orang tuamu, dan tidak cukup kalian bersyukur kepadaku tanpa bersyukur kepada kedua orang tua. Begitu agung nilai Birrul walidain hingga melebihi dari amalan jihad fi sabilillah . Seorang sahabat bertanya kepada Rosululloh saw Ya rosul amalan apa yang paling di cintai Alloh? nabipun menjawab Sholat pada waktunya, sahabat bertanya kembali Kemudian apalagi ya Rosul ?. Nabi menjawab Birrul walidain ( berbuat baik kepada orang tua ) , sahabat bertanya lagi Apalagi ya Rosul ? Nabi menjawab Jihad Fisabilillah. Kita telah tahu bahwa amalan Jihad fi sabillah merupakan amalan wajib yang paling mulia yang balasannya adalah surga dan orang berjihad fisabilillah di sebut sebagai pahlawan dunia akherat dan mati sebagai suhada, namun Amalan tersebut masih dibawah Amalan Birrul walidain , mengapa demikian ? sebelum berjuang fisabililah wujud manusia yang pertama berasal dari ibu yang melahirkan, dia tidak akan menjadi pejuang tanpa pemeliharaan orang tua , tanpa asuhan ibu bapaknya sejak kecil hingga dewasa. Sembilan bulan kita didalam kandungan dan melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati. Ketika Alloh

melepas`kita kedunia malalui kelahiran , ibu kita selalu menemani , didekap dengan dekapan kasih sayang, ibu merawat kita sampai menjadi anak yang mandiri. Dari menyusui, merawat, memandikan, memberi makan dan lainnya. Yang boleh dibilang sangat sulit untuk dilakukan oleh seorang ayah. HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEORANG ANAK KEPADA KEDUA ORANG TUA 1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib bagi seorang anak . Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua. 2. Merendahkan Diri dan berbicara lemah lembut Di Hadapan Keduanya Berbicara dengan lemah lembut kepada nya,tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua ,tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka. menghindari ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti hati kedua orang tua, walaupun dengan bahasa isyarat . Termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua adalah senantiasa membuat mereka senang dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Swt ,Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus. 3.Menyediakan Makanan yang baik Menyediakan makanan yang baik kepada kedua orang tua, terutama jika orang tua kita memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya

disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga. 4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan Seorang anak jangan bersikap bakhil (Pelit) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya. Siang jadi malam malam jadi siang orang tua kita membanting tulang merawat dari kecil hingga dewasa. 5 Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka Salah satu bakti anak terhadap orang tua juga adalah mencintai dan berbuat baik kepada para kerabat, teman teman orang tua dan menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. 6.Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya. Para Sahabat bertanya: Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya? Beliau menjawab: Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya. (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu) Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk. Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina.

Untuk itu mari kita mengharapkan berkah dari orang tua kita terutama ibu kita yang melahirkan kita dengan memperlakukan mereka dengan baik agar kita memperoleh kebahagian didunia dan akherat. Kemarin saya mengikuti Apel memperingati Hari Ibu yang Ke 82, Saya jadi teringat sosok ibu saya yang mendoakan saya agar saya bisa Lulus Tes PNS tanpa Suap menyuap dan KKN. Begitu dasyatnya Doa yang keluar dari Mulut seorang Ibu yang menurut saya tidak mungkin dapat Lulus karena harus bersaingan dengan Ribuan Pelamar . Tapi Alhamdulillah berkat Doa Ibu saya dapat lulus dan bekerja di Kantor Kementerian Agama . Rupanya ada salah satu doa yang keluar dari seorang ibu kepada anaknya, begitu dasyatnya kekuatan doa yang keluar dari mulut seorang ibu. Maka resep kebahagian kita didunia adalah Birrul waliadain artinya Berbuat baik kepada kedua orang tua yang artinya memperlakuan mereka dengan sebaik-baiknya, bisa dengan harta, badan, pangkat, kedudukan, dan sebagainya. Termasuk pula berbuat baik kepada mereka adalah mengatakan ucapan yang baik kepada keduanya.

Dalam sebuah ayat Alquran surat Al isra ayat 23

Allah berfirman Telah

mewajibkan Tuhan _mu agar kalian tidak menyembah selain Dia ( Alloh), dan supaya berbuat baik Kepada ibu bapak dan dalam sebuah ayat lain Bersyukurlah engkau kepada Ku dan kepada kedua orang tua mu ( Lukman : 14 ). Kalau kita perhatikan pada ayat pertama perintah beribadah kepada Alloh dan perintah Birrul walidain ( berbuat baik kepada kedua orang Tua ) diletakkan berdampingan serangkai didalam suatu ayat. Pada ayat kedua surat lukman pun perintah bersyukur kepada Alloh di dampingkan dengan perintah bersyukur kepada orang tua, hal ini mengindikasikan bahwa seolah Alloh berkata Bahwa kalian tidak

cukup beribadah , bertauhid dan beriman kepada ku tanpa kalian berbuat baik pada orang tuamu, dan tidak cukup kalian bersyukur kepadaku tanpa bersyukur kepada kedua orang tua. Begitu agung nilai Birrul walidain hingga melebihi dari amalan jihad fi sabilillah . Seorang sahabat bertanya kepada Rosululloh saw Ya rosul amalan apa yang paling di cintai Alloh? nabipun menjawa b Sholat pada waktunya, sahabat bertanya kembali Kemudian apalagi ya Rosul ?. Nabi menjawab Birrul walidain ( berbuat baik kepada orang tua ) , sahabat bertanya lagi Apalagi ya Rosul ? Nabi menjawab Jihad Fisabilillah. Kita telah tahu bahwa amalan Jihad fi sabillah merupakan amalan wajib yang paling mulia yang balasannya adalah surga dan orang berjihad fisabilillah di sebut sebagai pahlawan dunia akherat dan mati sebagai suhada, namun Amalan tersebut masih dibawah Amalan Birrul walidain , mengapa demikian ? sebelum berjuang fisabililah wujud manusia yang pertama berasal dari ibu yang melahirkan, dia tidak akan menjadi pejuang tanpa pemeliharaan orang tua , tanpa asuhan ibu bapaknya sejak kecil hingga dewasa. Sembilan bulan kita didalam kandungan dan melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati. Ketika Alloh

melepas`kita kedunia malalui kelahiran , ibu kita selalu menemani , didekap dengan dekapan kasih sayang, ibu merawat kita sampai menjadi anak yang mandiri. Dari menyusui, merawat, memandikan, memberi makan dan lainnya. Yang boleh dibilang sangat sulit untuk dilakukan oleh seorang ayah. HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEORANG ANAK KEPADA KEDUA ORANG TUA 1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib bagi seorang anak . Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.

2. Merendahkan Diri dan berbicara lemah lembut Di Hadapan Keduanya Berbicara dengan lemah lembut kepada nya,tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua ,tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka. menghindari ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti hati kedua orang tua, walaupun dengan bahasa isyarat . Termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua adalah senantiasa membuat mereka senang dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Swt ,Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus. 3.Menyediakan Makanan yang baik Menyediakan makanan yang baik kepada kedua orang tua, terutama jika orang tua kita memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga. 4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan Seorang anak jangan bersikap bakhil (Pelit) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya. Siang jadi malam malam jadi siang orang tua kita membanting tulang merawat dari kecil hingga dewasa. 5 Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka Salah satu bakti anak terhadap orang tua juga adalah mencintai dan berbuat baik kepada para kerabat, teman teman orang tua dan menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. 6.Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya. Para Sahabat bertanya: Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya? Beliau menjawab: Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya. (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu) Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk. Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Untuk itu mari kita mengharapkan berkah dari orang tua kita terutama ibu kita yang melahirkan kita dengan memperlakukan mereka dengan baik agar kita memperoleh kebahagian didunia dan akherat.

Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya Muslim category Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dan Pahalanya, Oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Di Antara Fadhilah (Keutamaan) Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Ridho Allah Tergantung Keridhoaan Orang Tua Bahwa ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan. Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua [Hadits

Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)] Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Bahwa berbakti kpd kedua orang tua dpt menghilangkan kesulitan yg sedang dialami yaitu dgn cara bertawasul dgn amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari Ibnu Umar. Arti : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yg lain, Ingatlah amal terbaik yg pernah kamu lakukan. Kemudian mereka memohon kpd Alla h dan bertawassul melalui amal tersebut, dgn harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, Ya Allah, sesungguh aku mempunyai kedua orang tua yg sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yg masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kpd kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku hrs berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dpti kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi kedua namun kedua masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tdk memberikannya. Aku tdk akan memberikan kpd siapa pun sebelum susu yg aku perah ini kuberikan kpd kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai kedua bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kpd keduanya. Setelah kedua minum lalu kuberikan kpd anak-anaku. Ya Allah, seandai peruntukan ini ialah peruntukan yg baik krn Engkau ya Allah, bukakanlah. Maka batu yg menutupi pintu gua itupun bergeser [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) (100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil Amal]

Ini menunjukkan bahwa peruntukan berbakti kpd kedua orang tua yg pernah kita lakukan, dpt digunakan untuk bertawassul kpd Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yg dialami seseorang saat ini diantara krn peruntukan durhaka kpd kedua orang tuanya. Kalau kita mengetahui, bagaimana berat orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka peruntukan Si Anak yg bergadang untuk memerah susu tersebut belum sebanding dgn jasa orang tua ketika mengurus sewaktu kecil. Si Anak melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dgn tdk ada perasaan bosan dan lelah atau yg lainnya. Bahkan ketika kedua orang tua sudah tidur, dia rela menunggu kedua bangun di pagi hari meskipun anak menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua hrs didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kpd kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yg lain disebutkan berbakti kpd orang tua hrs didahulukan dari pada beruntuk baik kpd istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma ketika diperintahkan oleh bapak (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia berta kpd Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Ceraikan istrimuu [Hadits Riwayat Abu Dawud No. 5138, Tirimidzi No. 1189 beliau berkata, Hadits Hasan Shahih] Dalam riwayat Abdullah bin Masud yg disampaikan sebelum disebutkan bahwa berbakti kpd kedua orang tua hrs didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Taala. Begitu besar jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yg kita lakukan untuk berbakti kpd kedua orang tua tdk akan dpt membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma melihat seorang menggendong ibu untuk tawaf di Kabah dan ke mana saja Si Ibu menginginkan, orang tersebut berta kpd, Wahai Abdullah bin Umar, dgn peruntukanku ini apakah aku suda h membalas jasa ibuku.? Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, Belum, setetespun engkau belum dpt membalas kebaikan kedua orang tuamu [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dgn beban yg dirasakan sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwa antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yg menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semua dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tdk ada yg bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dgn membawa ke dokter atau yg lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya. Surga Di Depan Mata Manfaat dari berbakti kpd kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Taala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yg durhaka tdk akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yg beruntuk baik kpd kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Taala ke jannah (surga). Dosa-dosa yg Allah Subhanahu wa Taala segerakan adzab di dunia diantara ialah beruntuk zhalim dan durhaka kpd kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak beruntuk baik kpd kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Taala akan menghindarkan dari berbagai malapetaka, dgn izin Allah. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua adalah Amalan Paling Utama Bahwa berbakti kpd kedua orang tua ialah amal yg paling utama. Dengan dasar diantara yaitu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu. Arti : Dari Abdullah bin Masud katanya, Aku berta kpd Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang amal-amal yg paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktu (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kpd kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9] .Dengan demikian jika ingin kebajikan hrs didahulukan amal-amal yg paling utama di antara ialah birrul walidain (berbakti kpd kedua orang tua).

Diluaskan Rezeki dan dipanjangkan Umur Dengan berbakti kpd kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yg disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Arti : Barangsiapa yg suka diluaskan rizki dan dipanjangkan umur maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi [Hadits Riwayat Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693] Dalam ayat-ayat Al-Quran atau hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yg hrs didahulukan silaturahmi kpd kedua orang tua sebelum kpd yg lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yg sering ziarah kpd teman-teman tetapi kpd orang tua sendiri jarang bahkan tdk pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tdk pernah berkumpul bahkan tdk kenal dgn kedua orang tuanya. Sesulit apapun hrs tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kpd kedua orang tua. Karena dgn dekat kpd kedua insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dgn silaturahmi akan diakhirkan ajal dan umur seseorang.[1] walaupun masih terdpt perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendpt yg lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umur memang benar-benar akan dipanjangkan. [Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.] Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (QS. Ali Imron: 133) Dan dalam ayat lain berfirman, artinya, Dan untuk yang demikin itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS. al-Muthaffifin: 26) Allah subhanahu wataala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berlombalomba dan bersegera dalam mendapatkan Jannah (surga) Nya. Ada beberapa jalan

untuk meraih Jannah, dan di antara jalan-jalan itu adalah Birrul Walidain (taat kepada orang tua). Cukup banyak ayat-ayat al-Quran yang menerangkan tentang itu. Bahkan dalam beberapa ayat, Allah subhanahu wataala merangkaikan ketaatan kepada orang tua dengan beribadah kepada-Nya. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, (QS. an-Nisa: 36) Dan juga Dia subhanahu wataala berfirman, artinya, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. al-Isra: 23) Diulang-ulangnya ayat yang menerangkan berbuat baik kepada orang tua, dan dirangkaikannya ketaatan kepada keduanya dengan ketaatan kepada Allah subhanahu wataala menunjukkan tentang keutamaan Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua). Hal ini juga didukung dengan beberapa hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menerangkan tentang keutamaan Birrul Walidain, di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu,Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu bertanya, Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Ibumu. Dia bertanya lagi, Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Ibumu Dia bertanya lagi, Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Ibumu. Dia bertanya lagi, Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Bapakmu. (HR. Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah) Dan dalam hadits lain disebutkan, artinya, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta ijin kepadanya untuk ikut berjihad. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya kepadanya, Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia menjawab, Ya. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadanya, Berjihadlah (dengan berbakti) pada keduanya. (HR Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah)

Keutamaan Birrul Walidain yang lain adalah bahwa hal itu merupakan sifat para Nabialaihimussalam. Allah subhanahu wataala mengisahkan tentang Nabi Ibrahim alaihissalam dalam firman-Nya, artinya, Ibrahim berkata, Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS. Maryam: 47). Juga pujian Allah subhanahu wataala kepada Nabi Isa alaihissalam, artinya, Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai seorang yang sombong lagi celaka.(QS. Maryam: 32 ) Itulah sirah dan sikap para Nabi alaihimussalam kepada orang tua mereka, dan jalan mereka itulah jalan yang lurus/ shirathal mustaqim, yang selalu kita minta dalam setiap shalat kita. Dan inilah salah satu jalan untuk meraih surga. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa berbuat baik kepada keduanya bukan berarti kita harus melaksanakan semua perintah mereka. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik, dan ikutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman:15) Saad bin Waqqoshradhiyallahu anhuberkata, Diturunkan ayat ini (QS. Luqman: 15) berkaitan dengan masalahku. Dia berkata, Aku adalah seorang yang berbakti kepada ibuku, maka tatkala aku masuk Islam, dia berkata, Wahai Saad apa yang aku lihat dengan apa yang baru darimu? Tinggalkan agama barumu itu kalau tidak, aku tidak akan makan dan minum sampai aku mati sehingga kamu dicela dengan sebab kematianku dan kau akan dipanggil dengan wa hai pembunuh ibunya. Maka aku katakan kepadanya, Jangan kau lakukan wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan agamaku ini untuk siapa saja. Maka dia (ibu Saad) diam, tidak makan selama sehari semalam, maka dia kelihatan sudah payah. Kemudian dia tidak makan sehari semalam lagi, maka kelihatan semakin payah. Maka tatkala aku melihatnya aku berkata kepadanya, Hendaklah kau tahu wahai ibuku, seandainya kau memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu melayang satu demi satu, maka tidak akan aku tigggalkan agama ini karena apapun juga, maka kalau kau mau makan

makanlah , kalau tidak maka jangan makan. Lantas diapun makan. (Tafsir Ibnu Katsir) Allah subhanahu wataala menyediakan balasan/ pahala yang besar bagi siapa yang taat pada orang tuanya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya,Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua. (HR Tirmidzi kitab al-Birr wa ash-Shilah, dishahihkan oleh alAlbany). Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Apakah perbuatan yang paling utama? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Iman kepada Allah dan RasulNya. Kemudian apalagi? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Berbuat baik kepada Orang tua. Kemudian apalagi? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Berjuang di jalan Allah. (HR. Bukhari kitab al-Hajj dan Muslim bab Bayan kaunil iman billah min afdhailil amal) Dan pahala yang besar ini tidak mudah diperoleh kecuali dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada orang tua kita. Ada beberapa kewajiban kita terhadap orang tua, di antaranya: Yang pertama: Berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan atau perbuatan. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan Ah, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS: al Quran-Isro: 23) Yang kedua: Rendah hati terhadap keduanya. Allah subha nahu wataala berfirman, Artinya, Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan. (QS: al-Isro: 24) Yang ketiga: Mendoakan keduanya baik semasa hidupnya ataupun sesudah meninggalnya. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, D an ucapkanlah, Wahai Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS: al-Isro: 24)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Apabila anak Adam mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak soleh yang mendoakannya. (HR. Muslim kitab alWashiyyah) Yang Keempat: Mentaati keduanya dalam kebaikan. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Dan jika keduanya memaksamu untuk memperseku tukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu , maka janganlah kamu mengikuti keduanya , dan pergaulilah keduanya dengan baik. (QS: Luqman: 15) Yang Kelima: Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal, yaitu apabila meninggal dalam keadaan Islam. Allah subhanahu wataala berfirman menceritakan tentang nabi Ibrahim alaihissalam Artinya, Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang-orang mumin pada hari terjadinya hisab/ kiamat. (QS Ibrohim: 41) Juga firman-Nya tentang Nabi Nuh alaihissalam, Artinya, Ya Tuhanku ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan. (QS: Nuh: 28) Yang Keenam: Melunasi hutangnya dan melaksanakan wasiatnya, selama tidak bertentangan dengan syariat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membenarkan ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib dilunasi, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menambahkan bahwa hutang kepada Allah subhanahu wataala berupa shaum nadzar lebih berhak untuk dilunasi. Yang Ketujuh: Menyambung tali kekerabatan mereka berdua, seperti: Paman dan bibi dari kedua belah pihak, kakek dan nenek dari kedua belah pihak. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya sebaik-baik hubungan/ silaturahim adalah hubungan/ silaturohim seorang anak dengan teman dekat bapaknya. (HR. Muslim kitab al-Quran-birr wash shilah). Yang Kedelapan: Memuliakan teman-teman mereka berdua. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memuliakan teman-teman istrinya tercinta Khadijah radhiyallahu anha, maka kita muliakan pula teman-teman istri kita. Dan teman-teman orang tua

kita lebih berhak kita muliakan, karena di dalamnya ada penghormatan kepada orang tua kita. Semoga Allah subhanahu wataala tidak menjadikan kita semua termasuk orangorang yang mendapati masa tua orang tuanya, namun kita tidak bisa berbuat baik kepadanya, karena berbakti kepada keduanya adalah salah satu jalan untuk meraih surga.

Pengertian Tentang Beruntuk Baik Dan Durhaka ketegori Muslim. Pengertian Tentang Beruntuk Baik Dan Durhaka Kategori Birrul Walidain Selasa, 2 Maret 2004 06:44:06 WIB PENGERTIAN TENTANG BERBUAT BAIK DAN DURHAKAOleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas KATA PENGANTAR

Buku kecil ini pada asal ialah kajian yg penulis sampaikan dalam satu muhadlarah di Bogor dgn tema Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, kemudian banyak permintaan dari hadirin agar dibukukan untuk dpt dibaca oleh kaum muslimin agar lebih bermanfaat. Alhamdulillah, dgn rahmat Allah Subhnahu wa Taala, Allah mudahkan penulis untuk melengkapi dalil-dalil dari Al-quran dan hadits-hadits yg shahih. Penulis mengangkat tema ini, krn banyak sekali di masyarakat anak-anak yg durhaka kpd kedua orang tuanya, tdk menghargai orang tua, melecehkan orang tua, bahkan ada yg mencaci maki dan memukul orang tuanya, naudzubillah min dzalik. Padahal, apabila Si Anak ini menyadari, orang tua lah yg melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik dan membesarkan dia sampai dia dewasa, krn itu kewajiban Si Anak ialah taat kpd orang tua dan hrs memenuhi hak orang tua dgn mematuhi perintah dan taat kpdnya.

Jadi bahasan tentang berbakti kpd kedua orang tua ialah pembahasan yg amat penting setelah masalah tauhid kpd Allah Subhanahu wa Taala. Banyak hak yg hrs dipenuhi oleh manusia, pertama hak Allah Subhanahu wa Taala, kedua hak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ketiga ialah hak kedua orang tua kemudian hak-hak lainnya. Hak Allah Subhanahu wa Taala yg hrs dipenuhi oleh hamba -hambaNya ialah mentauhidkanNya, beribadah kpdNya dan meninggalkan segala bentuk keyakinan, perkataan dan peruntukan syirik. Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu. Arti : Aku pernah dibonceng Nabi Shallallahu alaihi wa sallam diatas seekor keledai, lalu beliau bersabda kpdku, Hai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah yg wajib dipenuhi oleh para hambaNya dan apa hak para hamba yg pasti dipenuhi Allah ? Aku menjawab, Allah dan RasulNya yg lebih mengetahui. Beliaupun bersabda , Hak Allah yg wajib dipenuhi oleh para hamba ialah supaya mereka beribadah kpdNya saja dan tdk beruntuk syirik sedikitpun kpdNya, sedangkan hak para hamba yg pasti dipenuhi Allah ialah bahwa Allah tdk akan menyiksa orang yg tdk beruntuk syirik sedikitpun kpdNya [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim] Hak-hak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yg hrs dipenuhi oleh umat Islam ialah taat kpdnya, menjauhkan semua larangan dan beribadah kpd Allah Subhanahu wa Taala dgn mengikuti (ittiba) yg dicontohkannya. Karena beliau diutus untuk ditaati dan diteladani. Arti : Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayg. [Ali Imran : 31] Arti : Sesungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu su ri teladan yg baik bagimu (yaitu) bagi orang yg mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah [Al-Ahzab : 21] Islam juga sangat memperhatikan hak-hak orang tua dan kerabat, sehingga kita ditekankan untuk mengamalkan dgn baik terutama hak-hak orang tua, krn mereka telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membesarkan kita sehingga kita menjadi

manusia yg berguna. Oleh krn itu kita wajib berbakti kpd kedua orang tua degan cara mentaati, menghormati, mencintai, menyaygi, membahagiakan serta mendoakan kedua ketika kedua masih hidup maupun sudah meninggal dunia. Taat kpd kedua orang tua ialah hak orang tua atas anak sesuai dgn perintah Allah dan RasulNya selama kedua tdk memerintahkan untuk melakukan hal-hal yg tdk sesuai dgn aturan dan syariat Allah dan RasulNya. Rasulullahn Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Arti : Tidak boleh taat kpd seseorang dalam beruntuk maksiat kpd Allah [Hadits Riwayat Ahmad] Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kpd kedua orang tua krn hal itu termasuk dosa besar yg paling besar. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seseorang tdk masuk surga bila durhaka kpd kedua orang tuanya. Arti : Tidak masuk surga orang yg suka mengungkit-ungkit kebaikan (menyebutnyebut kebaikan yg sudah diberikan), anak yg durhaka dan pecandu khamr [Hadits Riwayat Nasai adri Abdullah bin Amr pada Shahih Jamius Shaghir No. 7676] Akhirnya, penulis memohon kpd Allah Yang Maha Mulia dan Maha Kuasa semoga tulisan ini bermanfaat untuk penulis sendiri dan kaum muslimin, menjadi amal shalih bagi penulis dan kedua orang tua penulis serta menjadi amal yg ikhlas krn Allah Rabbul alamin semata. Alhamdulillahirabbil Yazid bin Abdul Qadir Jawas PENDAHULUAN Birrul Walidian (berbakti kpd kedua orang tua) ialah salah satu masalah yg penting dalam Islam. Di dalam Al-Quran, setelah memerintahkan kpd manusia untuk bertahuid kpd-Nya, Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan untuk berbakti kpd kedua orang tuanya. Dalam surat Al-Isra ayat 23-24, Allah berfirman. alamin

Arti : Dan Rabb-mu telah memerintahkan kpd manusia janganlah ia beribadah

melainkan ha kpdNya dan hendaklah beruntuk baik kpd kedua orang tua dgn sebaikbaiknya. Dan jika salah satu dari kedua atau kedua-dua telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kpd kedua ah dan janganlah kamu membentak keduanya [Al-Isra : 23] Arti : Dan katakanlah kpd kedua perkataan yg mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua dgn penuh kasih sayg. Dan katakanlah, Wahai Rabb -ku saygilah kedua sebagaimana kedua menyaygiku di waktu kecil [Al-Isra : 24] Al-Hafidz Ibnu Katsir telah menerangkan ayat tersebut sebagai berikut : Allah Taala telah mewajibkan kpd semua manusia untuk beribadah ha kpd Allah saja, tdk menyekutukan dgn yg lain. Qadla disini bermakna perintah sebagaimana yg dikatakan Imam Mujahid, wa qadla yakni washa (Allah berwasiat). Kemudian dilanjutkan dgn Wabil waalidaini ihsana hendaklah beruntuk baik kpd kedua orang tua dgn sebaik-baiknya. Ayat ini mempunyai makna yg sama dgn surat Luqman ayat 14. Arti : . hendaklah kalian bersyukur kpd-Ku dan kpd kedua orang tuamu dan kpdKu lah kalian kembali Dan jika salah satu dari kedua atau kedua berada disisimu dalam keadaan lanjut usia, fa laa taqul lahuma uffin maka janganlah berkata kpd kedua ah (cis atau yg lainnya). Jangan memperdengarkan kpd kedua perkataan yg buruk. Wa laa tanharhuma dan janganlah kalian membenci keduanya. Ada juga yg mengatakan bahwa Wa laa tanhar huma ai la tanfudz yadaka alaihima maksud ialah janganlah kalian mengibaskan tangan kpd keduanya. Ketika Allah Subhanahu wa Taala melarang perkataan dan peruntukan yg buruk, Allah Subhanahu wa Taala juga memerintahkan untuk beruntuk dan berkata yg baik. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Taala wa qul lahuma qaulan karima dan katakanlah kp d kedua perkataan yg mulia, yaitu perkataan yg lembut dan baik dgn penuh adab dan rasa hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap kedua dgn kasih sayg, hendaklah kalian bertawadlu kpd keduanya. Dan hendaklah kalian berdoa, Ya Allah saygilah kedua sebagaimana kedua menyaygi dan mendidiku di waktu kecil, pada waktu mereka

berada di usia lanjut hingga kedua wafat. [Tafsir Ibnu Katsir Juz III hal 39-40, Cet.I Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th.1413H] Perintah Birrul Walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa ayat 36, Allah Subhanahu wa Taala berfirman. Arti : Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukanNya dgn sesuatu, dan beruntuk baiklah kpd kedua ibu bapak, kpd kaum kerabat kpd anak-anak yatim kpd orang-orang miskin, kpd tetangga yg dekat, tetangga yg jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguh Allah tdk menyukai orang-orang yg sombong dan membanggakan dirinya [An-Nisa : 36] Para ulama terdahulu telah membahas masalah Birrul Walidain (berbakti kpd kedua orang tua) ini dalam kitab-kitab mereka. Sepeti dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan kitab-kitab hadits besar (Ummahatul Kutub) lain dalam pembahasan tentang berbakti kpd kedua orang tua dan ancaman terhadap orang-orang yg durhaka kpd kedua orang tua. PENGERTIAN TENTANG BERBUAT BAIK DAN DURHAKA Menururt lughoh (bahasa), Al-Ihsan berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan. Sedangkan yg dimaksud dgn ihsan dalam pembahasan ini ialah berbakti kpd kedua orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kpd kedua semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan terhadapa keduanya. Menurut Ibnu Athiyah, kita wajib juga mentaati kedua dalam hal-hal yg mubah, hrs mengikuti apa-apa yg diperintahkan kedua dan menjauhi apa-apa yg dilarang. Sedang uquq arti memotong (seperti hal aqiqah yaitu memotong kambing). Uququl Walidain ialah gangguan yg ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tua baik berupa perkataan maupun peruntukan. Contoh gangguan dari seorang anak kpd kedua orang tua yg berupa perkataan yaitu dgn mengatakan ah atau cis, berkata dgn kalimat yg keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci dan yg lainnya. Sedangkan yg berupa peruntukan ialah berlaku kasar seperti memukul dgn tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk

memenuhi keinginannya, membenci, tdk memperdulikan, tdk bersilaturrahmi atau tdk memberikan nafkah kpd kedua orang tua yg miskin. [Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta.] Birrul Walidain Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (QS. Ali Imron: 133) Dan dalam ayat lain berfirman, artinya, Dan untuk yang demikin itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS. al-Muthaffifin: 26) Dan dalam ayat lain Allah subhanahu wataala berfirman dalam surat, Artinya, Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja. (QS. ash-Shaffat: 61) Dalam ketiga ayat ini Allah subhanahu wataala memerintahkan hamba -hamba-Nya untuk berlomba-lomba dan bersegera dalam mendapatkan Jannah (surga) Nya, Ada beberapa jalan untuk meraih Jannah, dan di antara jalan-jalan itu adalah Birrul Walidain (taat kepada orang tua). Cukup banyak ayat -ayat al-Quran yang menerangkan tentang itu. Bahkan dalam beberapa ayat, Allah subhanahu wataala merangkaikan ketaatan kepada orang tua dengan beribadah kepada-Nya. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, (QS. an-Nisa: 36) Dan juga Dia subhanahu wataala berfirman, artinya, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. al-Isra: 23) Diulang-ulangnya ayat yang menerangkan berbuat baik kepada orang tua, dan dirangkaikannya ketaatan kepada keduanya dengan ketaatan kepada Allah subhanahu wataala menunjukkan tentang keutamaan Birrul Walidain (berbakti kepada orang tua). Hal ini juga didukung dengan beberapa hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menerangkan tentang keutamaan Birrul Walidain, di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu

bertanya, Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Ibumu. Dia bertanya lagi, Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Ibumu Dia bertanya lagi, Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Ibumu. Dia bertanya lagi, Kemudian siapa? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Bapakmu. (HR. Bukhori kitab al -Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah) Dan dalam hadits lain disebutkan, artinya, Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta ijin kepadanya untuk ikut berjihad. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya kepadanya, Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia menjawab, Ya. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadanya, Berjihadlah (dengan berbakti) pada keduanya. (HR Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah) Keutamaan Birrul Walidain yang lain adalah bahwa hal itu merupakan sifat para Nabialaihimussalam. Allah subhanahu wataala mengisahkan tentang Nabi Ibrahim alaihissalam dalam firman-Nya, artinya, Ibrahim berkata, Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS. Maryam: 47). Juga pujian Allah subhanahu wataala kepada Nabi Isa alaihissalam, artinya, Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam: 32 )

Itulah sirah dan sikap para Nabi alaihimussalam kepada orang tua mereka, dan jalan mereka itulah jalan yang lurus/ shirathal mustaqim, yang selalu kita minta dalam setiap shalat kita. Dan inilah salah satu jalan untuk meraih surga. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa berbuat baik kepada keduanya bukan berarti kita harus melaksanakan semua perintah mereka. Allah subhanahu wa taala berfirman, artinya, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik, dan ikutlah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman:15) Saad bin Waqqoshradhiyallahu anhuberkata, Diturunkan ayat ini (QS. Luqman: 15) berkaitan dengan masalahku. Dia berkata, Aku adalah seorang yang berbakti

kepada ibuku, maka tatkala aku masuk Islam, dia berkata, Wahai Saad apa yang aku lihat dengan apa yang baru darimu? Tinggalkan agama barumu itu kalau tidak, aku tidak akan makan dan minum sampai aku mati sehingga kamu dicela dengan sebab kematianku dan kau akan dipanggil dengan wahai pembunuh ibunya. Maka aku katakan kepadanya, Jangan kau lakukan wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan agamaku ini untuk siapa saja. Maka dia (ibu Saad) diam, tidak makan selama sehari semalam, maka dia kelihatan sudah payah. Kemudian dia tidak makan sehari semalam lagi, maka kelihatan semakin payah. Maka tatkala aku melihatnya aku berkata kepadanya, Hendaklah kau tahu wahai ibuku, seandainya kau memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu melayang satu demi satu, maka tidak akan aku tigggalkan agama ini karena apapun juga, maka kalau kau mau makan makanlah , kalau tidak maka jangan makan. Lantas diapun makan. (Tafsir Ibnu Katsir) Allah subhanahu wataala menyediakan balasan/ pahala yang besar bagi siapa yang taat pada orang tuanya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya, Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua. (HR Tirmidzi kitab al-Birr wa ash-Shilah, dishahihkan oleh alAlbany). Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Apakah perbuatan yang paling utama? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Iman kepada Allah dan RasulNya. Kemudian apalagi? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Berbuat baik kepada Orang tua. Kemudian apalagi? Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, Berjuang di jalan Allah. (HR. Bukhari kitab al -Hajj dan Muslim bab Bayan kaunil iman billah min afdhailil amal)

Dan pahala yang besar ini tidak mudah diperoleh kecuali dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada orang tua kita. Ada beberapa kewajiban kita terhadap orang tua, di antaranya:

Yang pertama: Berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan atau perbuatan. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Maka sekali -kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan Ah, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS: al Quran-Isro: 23) Yang kedua: Rendah hati terhadap keduanya. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan.

(QS:

al-Isro:

24)

Yang ketiga: Mendoakan keduanya baik semasa hidupnya ataupun sesudah meninggalnya. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS: al-Isro: 24) Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Apabila anak Adam mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak soleh yang mendoakannya. (HR. Muslim kitab al Washiyyah) Yang Keempat: Mentaati keduanya dalam kebaikan. Allah subhanahu wataala berfirman, Artinya, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu , maka janganlah kamu mengikuti keduanya , dan pergaulilah keduanya dengan baik. (QS: Luqman: 15) Yang Kelima: Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal, yaitu apabila meninggal dalam keadaan Islam. Allah subhanahu wataala berfirman menceritakan tentang nabi Ibrahim alaihissalam Artinya, Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang-orang mumin pada hari terjadinya hisab/ kiamat. (QS Ibrohim: 41) Juga firman-Nya tentang Nabi Nuh alaihissalam, Artinya, Ya Tuhanku ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan. (QS: Nuh: 28)

Yang Keenam: Melunasi hutangnya dan melaksanakan wasiatnya, selama tidak bertentangan dengan syariat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membenarkan ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib dilunasi, dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menambahkan bahwa hutang kepada Allah subhanahu wataala berupa shaum nadzar lebih berhak untuk dilunasi.

Yang Ketujuh: Menyambung tali kekerabatan mereka berdua, seperti: Paman dan bibi dari kedua belah pihak, kakek dan nenek dari kedua belah pihak. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya sebaik -baik hubungan/ silaturahim adalah hubungan/ silaturohim seorang anak dengan teman dekat bapaknya. (HR. Muslim kitab al-Quran-birr wash shilah).

Yang Kedelapan: Memuliakan teman-teman mereka berdua. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memuliakan teman-teman istrinya tercinta Khadijah radhiyallahu

anha, maka kita muliakan pula teman-teman istri kita. Dan teman-teman orang tua kita lebih berhak kita muliakan, karena di dalamnya ada penghormatan kepada orang tua kita. Semoga Allah subhanahu wataala tidak menjadikan kita semua termasuk orang orang yang mendapati masa tua orang tuanya, namun kita tidak bisa berbuat baik kepadanya, karena berbakti kepada keduanya adalah salah satu jalan untuk meraih surga. Berkat Doa Seorang Ibu December 20, 2011 Doa orang tua pada anak adalah doa yang amat ampuh dan manjur. Baik doa ortu tersebut adalah doa kebaikan atau doa kejelekan, keduanya sama-sama manjur. Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah maruf di tengah tengah kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Imam Abu Abdillah, Muhammad bin Ismail al-Bukhary dinilai sebagai Amirul Mukminin dalam hadits, tidak ada seorang ulama pun yang menentang pendapat ini. Lalu apa nikmat Allah atas sejak ia masih kecil? Imam al-Lalika`iy meriwayatkan di dalam kitabnya Syarh as-Sunnah dan Ghanjar di dalam kitabnya Taariikh Bukhaara mengisahkan sebagai berikut: Sejak kecil Imam al-Bukhary kehilangan penglihatan pada kedua matanya alis buta. Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim alaihis salam yang berkata kepadanya, Wahai wanita, Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu karena begitu banyaknya kamu berdoa . Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah mengembalikan penglihatannya. (Asy-Syifa` Bada Al-Maradh karya Ibrahim bin Abdullah al-Hazimy sebagai yang dinukilnya dari kitab Hadyu as-Saary Fi Muqaddimah Shahih al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalany,

www.alsofwah.or.id)

Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu alaihi wa sallam akan manjurnya doa orang tua pada anaknya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi. (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan). Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir. (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797). Dalam dua hadits ini disebutkan umum, artinya mencakup doa orang tua yang berisi kebaikan atau kejelekan pada anaknya. Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang dizholimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua pada anaknya. (HR. Ibnu Majah no. 3862. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Riwayat ini menyebutkan bahwa doa baik orang tua pada anaknya termasuk doa yang mustajab. Semoga setiap orang tua tidak melupakan doa untuk anaknya dalam kebaikan. Semoga Allah pun memperkenankan doa kebaikan kita pada anak -anak kita. Moga mereka menjadi anak yang sholeh nantinya dan berbakti pada ortu serta bermanfaat untuk Islam.

Wallahu waliyyut taufiq. @ Ummul Hamam Riyadh KSA, 21 Dzulqodah 1432 H (19/10/2011) www.rumaysho.com Posted in BIRRUL WALIDAIN, KISAH Dec20 Keridhoan orangtua adalah kunci masuk surga November 10, 2010 2 Rasulullah shallallahu alihi wa sallam bersabda

((Keridhoan Allah berada pada keridhoan orangtua dan kemarahan Allah berada pada kemarahan orangtua))[1]

Dari Muawiyah bin Jahimah As-Sulami bahwasanya Jahimah datang kepada Nabi shallallahu alihi wa sallam lalu berkata, Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu. Rasulullah shallallahu alihi wa sallam berkata, Apakah engkau memiliki ibu?, ia menjawab, Iya, Rasulullah shallallahu alihi wa sallam berkata, Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya[2] Maka hendaknya seorang anak berusaha untuk mencarai keridhoan orangtua, menyenangkan hati orangtua, membuat mereka tersenyum dan tertawa.

Sesungguhnya senyuman orangtua karena ridho terhadap anaknya meskipun nampaknya sepele namun ia bernilai besar di sisi Allah.

dinukil dari firanda.com Posted in BIRRUL WALIDAIN Nov10 APABILA ORANG TUA TELAH TIADA November 9, 2010 2

Jika orang tua telah tiada, maka yang harus kita lakukan adalah: 1. Meminta ampun kepada Allah Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur) bila kita pernah berbuat dur-haka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup. 2. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur. 3. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya. 4. Membayarkan hutang-hutangnya. 5. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syariat. 6. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya. Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Aamiin. [Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006] Posted in AMALIAH PRAKTIS, BIRRUL WALIDAIN

Nov09 KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA November 9, 2010 1 Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : Cukup Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan. Sang anak menimpali : Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!. Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka. Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya

menyakitkan. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina! Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ? Beliau bersabda, Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka [Hadits Riwayat Muslim]

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qarawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil] [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183] sumber : almanhaj.or.id Posted in BIRRUL WALIDAIN, KISAH Nov09 KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA November 9, 2010 2 Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita. Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu. Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah. Rasulullah bersabda : Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah. Aku keluar dengan hati riang karena doa Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : Tetap di situ Abu Hurairah. Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata, Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah mengabulkan

doamu dan menunjuki ibuku. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik [Hadits Riwayat Muslim] Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar? Beliau menjawab : Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan). Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam? Ia menjawab,Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya. Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia. Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : Apakah Uwais bin Amir bersama kalian ? sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, Engkau Uwais bin Amir? Ia menjawa,Benar. Umar bertanya, Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn? Ia menjawab, Benar. Umar bertanya, Engkau punya ibu?. Ia menjawab, Benar. Umar (pun) mulai bercerita, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu.

(Umar berkata), Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku. Maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, Kemana engkau akan pergi?. Ia menjawab, Kufah. Umar berkata, Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)? Ia menjawab, Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal. Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya. [Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qarawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil] [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183] sumber : almanhaj.or.id Posted in BIRRUL WALIDAIN, KISAH Nov09 Surat Dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya November 9, 2010 1 Anakku. Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya. Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang

tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami. Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu.

Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu. Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru. Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku. Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan. Anakku Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ? Anakku.. Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya, Anakku Walaupun bagaimanapun engkau masih b uah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku

Anakku Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat. Anakku.. Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri. Anakku Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah .. Ingatlah. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil. Anakku Allah berfirman: Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal [Yusuf : 111] Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shalla llahu alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua. [Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qarawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil] [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183] sumber : almanhaj.or.id Posted in BIRRUL WALIDAIN Nov09 Urgensi Berbakti kepada Dua orang Tua

October 4, 2010 2 Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam wacana Islamadalah persoalan utama, dalam jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup mengentalkan wacana berbakti itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam, dalam banyak sabdanya, dengan memberikan bingkai-bingkai khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut: 1. Allah menggandengkan antara perintah untuk beribadah kepada -Nya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua: Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua. (Al-Israa : 23) 2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meskipun mereka kafir: Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini. (Luqmaan : 15) Imam Al-Qurthubi menjelaskan, Ayat di atas menunjukkan diharus kannya memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka masuk Islam..[1] 3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad. Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Beliau bertanya, Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab, Masih. Beliau bersabda,

Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya . (Riwayat AlBukhari dan Muslim) 4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan. Salah seorang Sahabat bertanya, Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga. (Riwayat Muslim) Beliau juga pernah bersabda: Orang tua adalah pintu pertengahan menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, Hadits ini shahih. Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti pintu pertengahan, yakni pintu terbaik. 5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua. Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua[2]. 6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa. Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam sambil mengadu, Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa. Beliau bertanya, Engkau masih mempunyai seorang ibu? Lelaki itu menjawab, Tidak. Bibi? Tanya Rasulullah lagi. Masih. Jawabnya. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya. Dalam pengertian yang lebih kuat, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.

7. Berbakti kepada orang tua, membantu menolak musibah. Hal itu dapat dipahami melalui kisah tiga orang yang terkurung dalam sebuah gua. Masing-masing berdoa kepada Allah dengan menyebutkan satu amalan yang dianggapnya terbaik dalam hidupnya, agar menjadi wasilah (sarana) terkabulnya doa. Salah seorang di antara mereka bertiga, mengisahkan tentang salah satu perbuatan baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang akhirnya, menyebabkan pintu gua terkuak, batu yang menutupi pintunya bergeser, sehingga mereka bisa keluar dari gua tersebut. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) 8. Berbakti kepada orang tua, dapat memperluas rezki. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Barangsiapa yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim. (Al-Bukhari dan Muslim) Berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk aplikasi silaturahim yang paling afdhal yang bisa dilakukan seorang muslim, karena keduanya adalah orang terdekat dengan kehidupannya. 9. Doa orang tua selalu lebih mustajab. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Ada tiga bentuk doa yang amat mustajab, tidak diragukan lagi: Doa orang tua untuk anaknya, doa seorang musafir dan orang yang yang terzhalimi. 10. Harta anak adalah milik orang tuanya. Saat ada seorang anak mengadu kepada Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam, Wahai Rasulullah! Ayahku telah merampas hartaku. Rasulullah bersabda, Engkau dan juga hartamu, kesemuanya adalah milik ayahmu [3]. 11. Jasa orang tua, tidak mungkin terbalas. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

Seorang anak tidak akan bisa membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu dia merdekakan. (Dikeluarkan oleh Muslim) 12. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar. Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Maukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar? Para Sahabat menjawab, Tentu mau, wahai Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Beliau bersabda, Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua. Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, ..ucapan dusta, persaksian palsu.. Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (Al-Bukhari dan Muslim) 13. Orang yang durhaka terhadap orang tua, akan mendapatkan balasan cepat di dunia, selain ancaman siksa di akhirat[4]. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Ada dua bentuk perbuatan dosa yang pasti mendapatkan hukuman awal di dunia: Memberontak terhadap pemerintahan Islam yang sah, dan durhaka terhadab orang tua [5]. Alhamdulillah. Kesemua bukti tersebut dan masih banyak lagi bukti-bukti ilmiah lainnya, termasuk konsensus umat Islam terhadap urgensi berbakti kepada orang tua yang sama sekali tidak boleh terabaikan, kesemuanya, menunjukkan betapa bakti kepada orang tua adalah kebajikan maha penting, bahkan yang terpenting dari sekian banyak perbuatan baik yang diperuntukkan terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Sedemikian pentingnya, hingga riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang adab, prilaku dan sikap seorang anak terhadap orang tuanya, bertaburan dalam banyak hadits-hadits Nabi Shallallahualaihi Wasallam, bahkan juga dalam beberapa ayat Al-Quran. [1] Tafsir Al-Qurthubi XIV : 65. [2] Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan beliau berkomentar, Hadits ini shahih. Riwayat ini juga dinyatakan shahih, oleh Al-Albani. Diriwayatkan juga oleh AthThabrani dalam Al-Awsath

[3] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani [4] Dicuplik dari wa bil waalidain ihsaana oleh Abdullah bin Ali Al-Juaitsin Select.Islamiy.com. [5] Diriwayatkan oleh Al-Hakim, dinyatakan shahih oleh Al-Albani. dinukil dari buletin ustadzkholid Posted in BIRRUL WALIDAIN Oct04 Memuliakan Orang Tua October 4, 2010 Pemuliaan Islam terhadap sosok orang tua, amat lugas. Wujud pemuliaan itu sudah beberapa langkah mendahului gemuruh propaganda sejenis, yang baru-baru saja muncul belakangan ini, dari kalangan Barat. Sebut saja contohnya: jaminan untuk kaum manula, perhatian terhadap kaum jompo dan lain sebagainya. Kenapa demikian? Karena Islam sudah jauh-jauh hari langsung menghadirkan perintah tegas bagi seorang mukmin, untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Telah kami pesankan seorang manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya. (Al-Ahqaaf : 15) Ibnu Katsier menjelaskan, Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, sekaligus juga melimpahkan kasih sayang kita kepada mereka. [Lihat Tafsir Al-Quraan Al-Azhiem IV : 159]. Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (An-Nisaa : 36) Perintah itu, bahkan diseiringkan dengan perintah untukmengesakan Allah sebagai kewajiban utama seorang mukmin. Sehingga amatlah jelas, perintah itu mengandung tekanan yang demikian kuat.

Sekarang, bandingkanlah

substansi

ajaran

Islam

itu

dengan

realitas

yang

berkembang di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia sekarang ini. Banyak anak yang enggan menyisihkan sebagian waktunya, mengucurkan keringat atau sekadar berlelah-lelah sedikit, untuk merawat orang tuanya yang sudah uzur. Terutama sekali, bila anak tersebut sudah berkedudukan tinggi, sangat sibuk dan punya segudang aktivitas. Akhirnya, ia merasa sudah berbuat segalanya dengan mengeluarkan biaya secukupnya, lalu memasukkan si orang tua ke panti jompo!! dinukil dari buletin ustadzkholid Posted in BIRRUL WALIDAIN Oct04 Saat Ibunda Telah Wafat October 4, 2010 1 Ada beberapa wujud manefestasi cinta kasih kepada sang bunda, yang masih dapat kita lakukan saat sang bunda sudah terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. Semua bentuk implementasi cinta kasih itu pada dasarnya lebih bersifat tugas dan kewajiban kita. Dengan atau tanpa muatan cinta kasih, semua tugas itu harus kita pikul. Namun adalah kenistaan, bila kita melaksanakan semuanya tanpa landasan cinta kepadanya. Berikut ini, penulis paparkan beberapa di antaranya: Pertama: Melaksanakan perjanjian dan pesan sang bunda. Diriwayatkan dari Syaried bin Suwaid Ats-Tsaqafi, bahwa ia menuturkan, Wahai Rasulullah! Ibuku pernah berpesan kepadaku untuk memerdekakan seorang budak wanita yang beriman. Aku memiliki seorang budah wanita berkulit hitam. Apakah aku harus memerdekakannya? Panggil dia. Sabda Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Saat wanita itu datang, beliau bertanya, Siapa Rabbmu? Budak wanita itu menjawab, Allah. Lalu, siapa aku? Tanya Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam lagi. Wanita itu menjawab, Engkau adalah Rasulullah Shallallahualaihi

Wasallam. Beliaupun bersabda, Merdekakan dia. Karena dia adalah wanita mukminah[1]. Kedua: Mendoakan sang ibu, membacakah shalawat dan memohonkan ampunan baginya. Ibnu Rabiah meriwayatkan: Saat kami sedang duduk -duduk bersama Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan Bani Salamah bertanya, Wahai Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam! Apakah masih tersisa bakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia? Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam menjawab, Ya. Bacakanlah shalat

untuk mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, tunaikan perjanjian mereka, peliharalah silaturahim yang biasa dipelihara kala mereka masih hidup, juga, hormati teman-teman mereka[2]. Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya, Allah Azza wa Jalla bisa saja mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di Surga kelak. Si hamba itu akan bertanya, Ya Rabbi, bagaimana aku bisa mendapatkan derajat sehebat ini? Allah berfirman, Karena permohonan ampun dari anakmu[3]. Salah satu dari tanda cinta kasih kita kepada ibu adalah munculnya pengharapan agar si ibu selalu hidup berbahagia. Bila ia sudah meninggal dunia, kita juga senantiasa mendoakannya, membacakan shalat untuknya serta memohonkan ampunan untuknya. Semua perbuatan tersebut bukanlah hal-hal yang remeh. Dan juga, amat jarang anak yang mampu secara telaten melakukan semua kebajikan tersebut. Padahal, ditinjau dari segi kelayakan, dan segi kesempatan serta kemampuan, sudah seyogyanya setiap anak berusaha melakukannya. Dari kwantitas, semua amalan tersebut tidak membutuhkan banyak waktu. Sekadar perhatian dan kesadaran, yang memang sangat dituntut. Bila seorang anak merasa sangat kurang berbakti kepada kedua orang tuanya, inilah kesempatan yang masih terbuka lebar, untuk menutupi kekurangan tersebut, selama hayat masih dikandung badan. Ketiga: Memelihara hubungan baik, dengan teman dan kerabat ibu.

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Barangsiapa yang tetap ingin menjaga hubungan silaturahim dengan ayahnya yang sudah wafat, hendaknya ia menjaga hubungan baik dengan teman-teman ayahnya yang masih hidup[4]. Keempat: Melaksanakan beberapa ibadah untuk kebaikan sang ibu. Saad bin Ubadah pernah bertanya, Ibuku sudah meninggal dunia. Sedekah apa yang terbaik, yang bisa kulakukan untuknya? Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam menjawab, Air. Gali saja sumur. Lalu katakan: pahala penggunaan sumur ini, untuk ibu Saad[5]. Demikianlah sekilas tentang hubungan dengan ibu yang menjadi salah satu dari kedua orang tua, sengaja dibatasi pembahasan ini hanya seputar ibu, agar lebih singkat. Mudah-mudahan bermanfaat. [1] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasaai. [2] Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak IV : 155, dan beliau berkata, Hadits ini shahih berdasarkan system periwayatan Al-Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak mengeluarkan hadits tersebut. Adz-Dzahabi berkata, Shahih. [3] Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaa-id X : 210. [4] Diriwayatkan oleh Abu Yala. Lihat penjelasannya dalam Silsilah Al-Ahadits AshShahihah nomor 1342. [5] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasaa-ie. dinukil dari buletin ustadzkholid Posted in BIRRUL WALIDAIN Oct04 Ketika orang tua telah berusia senja October 4, 2010

1 Pada saatnya, usia juga yang membatasi kepawaian seorang ibu mengasuh anaknya. Kasih ibu, memang tak dapat dihentikan sang waktu. Namun sebagai manusia, kekuatannya tidak pernah abadi. Akhirnya, sang ibu harus melalui juga masa-masa yang belum pernah dibayangkan selama ini. Kulitnya mulai keriput, tenaganya mulai jauh berkurang, tulang-tulangnyapun mulai terasa rapuh, suaranya berubah menjadi sengau, tak mampu menyetabilkan nada yang keluar. Saat itulah, ia mulai sangat membutuhkan belaian kasih sang anak. Ia mulai memerlukan adanya orang lain di sisinya, untuk menyelesaikan segala hal, termasuk pekerjaanpekerjaan ringan sekalipun, yang selama ini bisa dia selesaikan seorang diri. Saat itulah, bakti seorang anak menjadi suatu hal yang teramat dibutuhkan: Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Al-Isra : 23-24) Saat usia semakin tua, bisa jadi kepekaan seorang ibu bertambah. Ia lebih mudah tersinggung, lebih mudah melampiaskan amarahnya, lebih mudah tersentuh hatinya hanya oleh kata-kata atau ucapan, yang bila itu diucapkan seorang anak di waktu mudanya, tidak akan diperdulikan sama sekali. Oleh sebab itu, Al-Quran memberikan bimbingan yang demikian santun, agar seorang anak membiasakan diri berbicara dan bersikap secara mulai, santun dan terpuji, terhadap kedua orang tuanya, terutama sekali ibunya. Suatu hari, Rasulullah naik ke atas mimbar, lalu beliau berkata: Amin, amin, amin. Kontan, seorang Sahabat bertanya: Kenapa engkau mengucapkan amin, amin dan amin, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Tadi datang Jibril menemuiku, lalu ia berkata: Barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan, lalu ia tidak mendapatkan ampunan Allah, maka ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka. Akupun berkata: Amin. Lalu Jibril berkata lagi: Barangsiapa yang

mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya, atau keduanya, pada saat mereka sudah berusia lanjut, namun ia tidak berkesempatan berbakti kepada mereka, maka ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka. Akupun berkata: Amin. Lalu Jibril berkata lagi: Barangsiapa yang mendengar namaku (Nabi Muhammad) disebutkan, lalu ia tidak membaca shalawat untukku, maka bila ia mati, ia pasti masuk Neraka. Jauhilah hamba-Mu ini dari siksa Neraka. Akupun berkata: Amin. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (904, oleh Al -Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (646) dan Ibnu Khuzaimah (1888)

Anda mungkin juga menyukai