Anda di halaman 1dari 7

Perintah berbakti dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua adalah wajib atas seorang

muslim dan salah satu bentuk ketaatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bahkan di dalam al-Qur`an, Allah SWT. meletakkan perintah untuk berbakti dan berbuat baik
kepada kedua orang tua setelah perintah mengesakan ibadah kepada Allah SWT. dan setelah
larangan untuk mempersekutukannya dengan sesuatu apapun;

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapak.” (QS. Al-An’am [6]: 151). Hal ini menunjukkan betapa tinggi dan mulianya amalan
berbakti kepada orang tua tersebut.

Allah SWT. Berfirman yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra` [17]: 23-24).

Berbakti kepada orang tua adalah amalan yang dicintai Allah sesudah shalat wajib pada
waktunya, dan menempatkan keutamaan jihad di jalan Allah setelah keutamaan berbakti pada
kedua orang ibu bapak.

Rasulullah saw yang menyatakan hal ini dalam hadisnya; Diriwayatkan dari Abdullah bin
Mas’ud ra., ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. Amal apakah yang paling
dicintai oleh Allah SWT. Beliau bersabda: ”Shalat pada waktunya.” aku bertanya lagi lalu
apalagi? Rasul bersabda: “berbuat baik kepada orang tua.” lalu aku bertanya lagi, kemudian
apa ya Rasulallah SAW.? Rasul bersabda: “ Jihad di jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan, Rasulullah SAW. menegaskan sangat hina dan merugilah anak-anak yang masih
bertemu dengan orang tuanya ketika mereka memasuki usia tua, namun dia tidak bisa
memanfaatkannya untuk masuk surga dengan berbakti kepada keduanya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW, bersabda: “Sungguh hina, sungguh hina dan
sungguh hina dia” lalu ada yang bertanya kepada beliau: “Bagi siapakah kehinaan itu wahai
Rasulullah?”,

Rasulullah SAW. bersabda: "Yaitu orang yang mendapati kedua orangtuanya atau salah
satunya dalam keadaan tua (jompo), kemudian ia tidak masuk surga (dengan berbakti
kepadanya).” (HR. Muslim).

Allah SWT. juga mengingat kaum muslimin jangan sampai durhaka kepada kedua orangtuanya
karena itu merupakan salah satu dosa-dosa besar. Bahkan sekadar ungkapan ‘ah’ saja yang
dianggap remeh, namun di sisi Allah SWT. itu merupakan suatu kedurhakaan sebagaimana yang
dijelaskan dalam surat al-Isra` di atas.

Rasulullah SAW. bersabda: Dari Abu Bakrah, ia berkata, “Ketika kami berada di sisi Rasulullah
SAW., beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling
besar?” Beliau mengulangi tiga kali. Lalu mereka berkata: “Iya wahai Rasululah.”

Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua. Beliau lalu duduk
yang tadinya bersandar seraya mengatakan: “Ketahuilah! dan persaksian palsu.” Abu Bakrah
berkata: “Rasulullah SAW. terus mengulangi sehingga kami mengatakan: ‘seandainya beliau
berhenti.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama menetapkankan bahwa dasarnya tidak boleh
menitipkan orang tua di panti jompo, kecuali dalam kondisi yang sangat terpaksa dan
berdasarkan keinginan, izin dan kerelaaan hatinya, serta tidak karena terpaksa disebabkan
perilaku buruk anaknya.

Budaya menitipkan orang-orang tua di panti-panti jompo dan menitipkan anak-anak di penitipan
anak-anak termasuk day care bukanlah model dari sistem sosial islam. Ini semua adalah produk
sistem sosial barat yang individualis materialistik.

Konsep tatanan sosial islam dimulai dari bangunan rumah tangga yang menganut konsep ‘a’ilah
(keluarga besar/extended family),tiga generasi tinggal bersama di satu rumah atau lingkungan
yang tidak berjauhan, mereka membangun sistem komunalnya sendiri berdasarkan nilai-nilai
sosial ilahiyah.

Sementara tatanan sosial barat modern menganut sistem keluarga inti bahkan perkembangan
mutakhir mereka mengarah pada budaya single parent (orang tua tunggal).

Berjuanglah untuk membalas kebaikan orang tua hingga tetes darah penghabisan, mohonlah
kekuatan Allah agar dimampukan membahagiakannya sampai akhir hayat
Disadari atau tidak, arus globalisasi saat ini terus mendorong dan mempengaruhi manusia
untuk/agar dengan cepat beradaptasi dengan kemajuan yang telah mempengaruhi sistem budaya
kita. Khususnya globalisasi yang menyuguhkan tentang terus lunturnya budaya leluhur yang
mengajarkan orangtua jika sudah memasuki lanjut usia, maka anak memiliki kewajiban merawat
sendiri orangtuanya sebagai bentuk balas budi karena dahulu kita pernah dilahirkan dan
dibesarkan. Di zaman sekarang ini, alasan kesibukan, aktivitas kerja yang padat, jarak yang jauh
pun mulai tidak digunakan. Alhasil, banyak manusia mengikuti globalisasi dan akhirnya
menitipkan orangtuanya di panti jompo.
Pengaruh globalisasi paling kentara adalah hubungan anak dan orangtua yang tentunya
semakin hari semakin renggang. Kesibukan yang hampir menyita seluruh waktu membuat sang
anak memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Terlebih-lebih untuk merawatnya.
Sekarang ini adalag masa dimana banyak orang tua menghabiskan sisa umurnya di panti jompo.
Tidak hanya itu, globalisasi juga membawa perubahan pada tatanan tipe kuarga yang semua
besar kini mengalami pergeseran menjadi keluarga kecil. Hal semacam ini banyak kia jumpai di
perkotaan. Keluarga satu dengan keluarga lainnya tak lagi berdeketan. Bahkan jaraknya pun ada
yang tidak dapat dijangkau dalam waktu singkat. Dahulu, ayah, ibu, kakek, nenek, keponakan,
sepupu, dapat dijumpai dalam satu blok, sekarang, sangat sulit mencari tipe keluarga yang
demikian. Dahulu, ayah/ibu ketika sakit dan anak-anaknya tidak ada di dekatnya, masih ada
kerabat terdekat yang merawatnya, karena memang lokasinya berdekatan. Sekarang jelas
berbeda, kanan dan kiri rumah adalah tetangga, bahkan ada yang tidak kenal atau mau ngenal
seperti banyak di jumpai di perumahan-perumahan. Agar aman, pilihan perawat atau panti jompo
kerap kali menjadi alternatifnya sebagai peran pengganti. Lalu, yang menjadi pertanyaan ini
tulisan ini adalah bersalahkan kita jika menitipkan orangtua dengan alasan kesibukan, aktivitas
kerja yang padat, jarak yang jauh? Dalam tulisan ini, penulis menjawab membolehkan yang
tentunya memiliki dasar dan alasannya.
Pertama, percayalah jika kesepian itu sangat tidak menyenangkan. Saya pernah
berdiskusi dengan puluhan lansia yang saya rawat di Pondok Lansia Berdikari di BSD Sektor
1.6, Griya Loka, Jalan Kubis Raya, Blok A3/10. Hasilnya, kesepian itu membuat lansia sangat
menderita. Mengapa demikian? Lansia adalah masa dimana manusia terus mengalami penurunan
secara fisik, mental/pikiran dan daya inderanya. Dapat kita semua bayangkan, betapa tidak
enaknya disaat manusia mengalami serba keterbatasan justru malah sendirian. Saya yakin, jika
Anda memiliki orangtua yang demikian, dapat merasakan betapa ngilu perasaan kita melihat
orangtua yang demikian. Ingin makan susah, mengambil minum sulit, sementara badan terasa
sakit-sakitan.
Kedua, percayalah jika panti jompo/pondok lansia tidak seburuk seperti yang kita
persepsikan. Umumnya panti benar-benar menjamin unsur pokok yang dibutuhkan lansia, papan,
sandang dan pangannya. Jika waktunya makan pagi, siang, dan sore/malam ada yang
menyediakan, jika waktunya ganti popok ada yang menggantikan, bahkan jika kesepian ada
petugas yang menemani mengisi waktu kosong itu untuk dihibur. Ketiga, percayalah jika Anda
terpaksa sama sekali tidak dapat merawat orangtua sendiri itu bukan perbuatan durhaka sehingga
berakibat dosa selama Anda bertanggung jawab penuh atas apa-apa yang dibutuhkan oleh
orangtua. Contoh kasus: Anda bekerja di Amerika dan telah mapan di sana. Anda meritin usaha
itu dari enol hingga dapat besar seperti sekarang. Setelah kondisi Anda seperti sekarang, ternyata
orangtua Anda (kandung) sudah memasuki masa lansia dan mengharapkan Anda pulang ke
kampung halaman untuk merawat sendiri di rumah kampung halaman. Konsekuensi yang Anda
ambil adalah meninggalkan semua usaha yang telah Anda rintis tersebut dari enol. Sementara
opsi orangtua di rawat di Amerika dia tolak dengan alasan tidak betah/kerasan. Jika Anda
berfikir rasional, pilihan mana yang akan di ambil? Saya yakin, ini keputusan yang sangat sulit
dan banyak orang terjebak dalam masalah seperti ini. Solusi yang paling bijak adalah Anda tetap
bekerja di Amerika, terus bekerja demi masa depan yang lebih baik untuk anak dan cucu kelak.
Sebagai pengganti bakti pada orangtua, Anda dapat mempekerjakan seorang perawat di rumah
atau menaruhnya di panti dengan mengganti semua kebutuhan yang diperlukan selama merawat
orangtua Anda. Percayalah, berbakti pada orangtua itu banyak sekali bentuknya, dan Anda harus
pandai-pandai memilihnya demi kebaikan semua. Jangan sampai pilihan yang Anda ambil
menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad SAW)
tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Apa saja harta (yang baik) yang kamu
nafkahkan, maka untuk ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan).” Dan apa saja
kebajikan yang kamu lakukan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. al-Baqarah [2]:
215). Percayalah, yang termasuk dosa adalah apabila kita merasa berat, terbebani atau direpotkan
dengan mengurus orangtua, kemudian menyerahkan pada panti jompo untuk merawatnya. Kita
merasa jijik mengurus orangtua yang sudah uzur dan buang airnya tidak lagi terkontrol, lalu
menyerahkan pekerjaan yang kita anggap kotor itu kepada panti jompo, walaupun semua biaya
panti jompo kita yang menanggungnya.
Keempat, percayalah merawat orangtua jarak jauh itu sangat merepotkan. Kenyataan
yang ada adalah lelah, payah dan akhirnya mengeluh. Perbuatan yang demikian justru
menimbulkan dosa lantaran kita tidak ikhlas dalam meyani/merawat orangtua. Belum lagi,
maksud baik kita dinilai keliru oleh kerabat maupun orangtua kita sendiri. Terlebih-lebih kondisi
orangtua kita sudah sakit-sakitan. Tentunya kita akan semakin lelah, letih dan akhirnya stres
yang mengganggu semua aktivitas. Belum lagi jika ada kejadian seperti jika mereka terjatuh di
kamar mandi atau lupa sudah minum obat atau belum dan mereka menyangkalnya, atau hal-hal
tersebut dapat membahayakan kesehatan mereka yang harus ditangani segera. Tentunya Anda
akan semakin terkucilkan.
Terkahir, sebenarnya sudah menjadi kodrati jika manusia terlahir jika diberikan panjang
umur pasti akan memasuki masa lansia atau menjadi tua. Siapapun itu pasti akan mengalami
berkulit keriput, dan rambut sebagia bahkan ada yang semua berubah putih. Sebab itulah, sudah
kodratnya pula harus mendapat pertolongan oleh yang muda. Sebab itulah, kewajiban Anda
selaku anak harus tetap berlebih dan bertanggung jawab untuk tetap mengurusnya meskipun
menggunakan tenaga bantuan orang lain sebagai pengganti.
1. manakah yg lebih baik apakah saya carikan pembantu untuk menemani nenek di rumah
Selama saya dinas bertahun-tahun atau sementara saya titipkan nenek di panti jompo dan saya jemput
lagi kalau saya sudah pindah lagi di kota yang sekarang ini?

2. Berdosakah saya kalau terpaksa sampai menitipkan nenek ke panti jompo? Usia nenek saya kurang
lebih 70th-an

3. Saya minta pendapat ustadz apa yang sebaiknya saya lakukan ?

Syukron tadz.

JAWABAN

1. Menaruh nenek di rumah sendiri dengan ditemani pembantu itu lebih baik terutama dalam konteks
kondisi sosial di Indonesia di mana panti jompo itu terkesan sebagai 'tempat pembuangan'. Dengan
syarat, harus dipastikan pembantu yang mengurusi nenek adalah betul-betul orang yang profesional dan
baik.

2. Islam mengatur kewajiban seorang anak berbuat baik dan berbakti kepada bapak dan ibunya
sebagaimana disebut dalam firman Allah QS An-Nisa' 4:36, Al-Baqarah 2:83, Al-An'am 6:151; 17:23, Al-
Ankabut 29:8. Aturan ini juga berlaku pada seorang cucu pada kakek atau neneknya apabila diperlukan
yakni ketika anaknya sudah tiada sebagaimana berlaku dalam hukum waris di mana cucu akan mewarisi
harta nenek atau kakek apabila tidak ada anak.

Bagaimana wujud berbakti itu? Dalam konteks anda tentu itu bisa dalam wujud merawat beliau dengan
sebaik-baiknya dengan cara yang pantas dan tidak menyakiti hatinya. Dalam QS Al-Isra' 17:23 Allah
berfirman:
"Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."

Apakah menaruh nenek di panti jompo akan menyakiti hatinya? Itu sangat tergantung pada kondisi
kesehatannya. Kalau dia sudah dalam keadaan pikun total, maka menaruh di panti jompo tidak masalah.
Karena bagi dia tidak ada bedanya dirawat di rumah atau di tempat lain. Namun kalau kondisi psikisnya
masih normal, maka menaruh di panti jompo sebaiknya dihindari karena itu akan menyakitinya. Apalagi
anda sebagai penerima waris harta yang menjadi hak nenek. Beliau berhak mendapat perlakuan yang
lebih baik.

3. Kesimpulannya: Menaruh nenek di rumah ditemani pembantu yang profesional dan baik adalah
langkah ideal karena itu artinya memperlakukan dia sesuai dengan harkat dan martabatnya dalam
konteks sosial di Indonesia. Namun, kalau tidak memungkinkan, maka menaruh di panti jompo tidak
apa-apa karena dianggap sebagai langkah darurat. Kaidah fiqih menyatakan bahwa darurat
membolehkan perkara yang dilarang.
An-Nisa' 4:36

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri,

Al Baqarah-2:83

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.
Al-An'am 6:151

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan
kepadamu supaya kamu memahami(nya).

Al-Ankabut

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Anda mungkin juga menyukai