NAMA KELOMPOK 9 :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok
manusia yang sempurna.Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan
bagi umat manusia.Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan
Bijaksana.Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik
pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar.Dalam
lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan.
Pernikahan itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh
kedua calon pengantin, harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri
(Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus
disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon
suami istri hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui
dan memahami hukum berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu
menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah dirinya sudah
diwajibkan oleh agama untuk menikah.Sehingga perhatian terhadap
kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah
cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namunhalygsama
sulitialakukandi dalam rumahtangganya, maka dari itu akhlak muliaini harus
ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas
kebaikan,Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu
keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada
orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada
orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah
tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga
para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada
istrinya,Karena akhlak muliaini harus ada pada suami dan istri sehingga
bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg
paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga
karena dia sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik
anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga merekadariapineraka
sebagaimana difirmankan Allah SWT
َوْ نَ هللاCْص ُ دَا ٌد الَ يَعC ةٌ ِغالَظٌ ِشCيَا َأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالَِئ َك
ََما َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن
2
“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga
malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tdk pernah mendurhakai Allah
terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yg diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat
dirasakan oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan
ajaran yang disyari’atkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius
dalam beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan calon kekasih atau terganggu.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh
beberapa perumusan masalah.rumusan masalah itu antara lain adalah :
1. Apakah keluarga itu ?
2. Bagaimana akhlak anak terhadap orang tua ?
3. Bagaimana akhlak orang tua terhadap anak ?
4. Bagaimana akhlak suami pada istri ?
5. Bagaimana akhlak istri terhadap suami ?
6. Bagaimana cara membangun keluarga sakinah ?
7. Apa larangan kekerasan dalam keluarga ?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini antara lain :
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL - Usroh yang berasal dari kata
al- asru yang secara etimologis mempunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat
diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, dimana
anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus untuk hidup bersama
dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan
membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan
yang lain atau hubungan silaturrahim. Sementara satu, Al- Razi mengatakan
al-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala
sesuatu yang diikat. 1Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di
dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga
merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan
norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting
bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.Dalam norma ajaran sosial,
asal-usul keluarga terbentuk dari perkawinan (laki-laki dan perempuan dan
kelahiran manusia. Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturanIslam bahwa
dalam upaya pengembangbiakan keturunan manusia,hendaklah dilakukan
dengan perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukan keluarga di luar peraturan
perkawinan dianggap sebagai perbuatan dosa.
B. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua
Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw.
Dalam sebuah riwayat disebut bahwa ‘Abdullah ibn mas’ud seorang sahabat
Nabi yang terkenal bertanya kepada Rasulullah saw tentang amalan apa yang
di sukai oleh Allah SWT, Beliau menyebutkan pertama sholat tepat pada
waktunya; kedua birrul walidain dan ketiga, al-jihadufi sabilillahi (H,
mutafaqun ‘alaihi).
Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al- walidaini.Birru atau al-
birru yang artinya kebajikan (ingat penjelasan tentang al-birru dalam surat
Al-baqarah ayat 1772), al- walidain artinya dua orang tua atau bapak dan
ibu’, jadi birrul walidain artinya adalah berbuat kebajikan kepada kedua
orang tua, seperti dalam firman Allah swt :
“dan tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
“(QS, Al-isra’:23)”.
Banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain
tersebut,
antara lain sebagai berikut:
4
1. Mengikuti apa yang orang tua inginkan dalam berbagai aspek kehidupan
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainya.
Dengan catatan keinginan atau saran dari orang tua tersebut sesuai dengan
ajaran islam, dan pabaila bertentangan maka anak wajib menolaknya
dengan cara yang baik, seraya dengan meluruskan hal sedemikian sesuai
dengan tuntunan al-Qur’an:
“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik...”(QS, al-
luqman ayat 15).
Rasulullah juga menegaskan bahwa:
“tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah, ketaatan hanyalah
semata dalam hal yang ma’ruf..”(HR. Muslim).
2. Menghormati dan memuliakan orang tuadengan penuh rasa terimakasih
dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa di nilai
dengan apapun. Yang melahirkan, mendidik, membesarkan, merawat dan
melindungi anaknya.
Seperti dalam firman Allah swt:
“ dan kami wasiatkan (wajibkan) kepada manusia (berbuat baiklah)
kepada kedua orang tuamu (ibu dan bapaknya), ibu yang telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-ku dan kedua ibu
bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu..”(QS.luqman ayat14).
3. Membantu orang tua baik secara fisik atau materil, mengerjakan
pekerjaan orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah jika
sebelu berkeluarga, atau secara finansial, baik untuk membeli makanan,
apalagi untu berobat. Rasulullah saw menjelaskan bahwa, betapapun
banyaknya kau mengeluarkan uang untuk membantu orang tuamu tidak
sebanding, dengan jasanya kepadamu
4. Mendo’akan ibu dan bapak semoga di beri ampunan, rahmat dan kasih
sayang oleh Allah swt, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an do’a Nabi
nuh memintakan keampunan untuk orang tuanya , dan perintah kepada
setiap anak untuk memohonkan rahmat Allah bagi orang tuanya
5. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di teruskan
dengan cara antara lain:
a. menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya
b. melunasi hutang-hutangnya
c. melaksanakan wasiatnya
d. meneruskan silaturrahim yang di binanya di waktu hidup
e. memuliakan sahabat-sahabatnya
f. mendo’akanya
5
C. Akhlak Orang Tua Terhadap Anak
Salah satu nikmat dalam berkeluarga adalah memiliki anak yang saleh.
Namun, untuk membina anak yang saleh, pihak orang tua mempunyai
sejumlah tugas dan tanggung jawab moral yang perlu dipenuhi, di antaranya :
- Menjaga dan mendo’akan keselamatan anak, dimulai sejak dalam
kandungan rahim ibunya. Anak memerlukan perhatian sehingga anak dapat
lahir dengan sehat wal‘afiyat.Dianjurkan kepada para orang tua untuk
mendo’akan kesehatan dan keselamatan anaknya dimanapun berada2. Seperti
yang diajarkan Allah dalam firman-Nya berikut ini :
“Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang
menyenangkan hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertaqwa. (QS. al-Furqan [25]: 74)
2 Eny fatimatuszahro pahlawati, Peranan orang tua terhadap akhlak anak dalam prespektif
pendidikan islam
6
ُوا َشيْئا ً َويَجْ َع َل هّللا ُ فِي ِه َخيْرا
ْ ُوف فَِإن َك ِر ْهتُ ُموه َُّن فَ َع َسى َأن تَ ْك َره
ِ ً َوعَا ِشرُوه َُّن بِ ْال َم ْعر
‘’Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka,(maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
َُاع ال ُّد ْنيَا ْال َمرْ َأةُ الصَّالِ َحة ٌ ال ُّد ْنيَا َمتَا
ِ ع َوخَ ْي ُر َمت
3. Lujeng Lutkurriyah, konsep akhlak suami dan istri dalam kitab al-adab fi al-din karya imam al-
ghazali dan relevansinya dengan materi fiqh.
4 ibid
7
“Sesungguh dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia
adalah wanita/istri shalihah.”
هُ وَِإ َذاCا َأطَا َع ْتCCَ َّر ْتهُ َوِإ َذا َأ َم َرهCا َسCCَ َر ِإلَ ْيهCَ ِإ َذا نَظ،ُالِ َحةCالص َ َأالَ ُأ ْخبِ ُر
َّ ُرْ َأةCC ْال َم،رْ ُءCC ُز ْال َمCِك بِخَ ي ِْر َما يَ ْكن
َُاب َع ْنهَا َحفِظَ ْته َ غ
Oleh karena itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan
kerabatnya. Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dalam timbangan nanti di
hari penghisaban dan akan memasukkan pemiliknya ke dlm surga.
8
Al-Qur’an juga menegaskan hubungan antara mawadah dan keinginan
bersama,
Artinya : “Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah,
tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu
dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya
mendapat kemenangan yang besar (pula)” [An-Nissa 73].
1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah
Allah dan sunnah Rasulullah SWT.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya
dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan
nasabnya.
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk
menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami
dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah,
memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya,
memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin
keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah
dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario
siksa api neraka.
6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan
ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami,
mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan,
mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan
keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya,
saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi,
menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing,
saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.
9
9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah
bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada
fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar
bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah
SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an,
berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat
keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.
10. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan
musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota
keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari
keburukan nafsu amarahnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak
mampu menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga
yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil
dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi
pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga
agama, bangsa dan negara. Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian
yang jenuh kepada anaknya dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh
anak agar melakukan perbuatan yang baik tetapi hendaklah orang tua selalu
memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai
bacaan dan menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang
baik, menghukum anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik,
menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Qur'an, sholat
berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan ayat-ayat Al-Qur'an).
11
DAFTAR PUSTAKA
pahlawati, e. f. (2020). peranan orang tua terhadap akhlak anak dalam presepektif
pendidikan islam. jurnal studi keagamaan, sosial dan budaya , 151.
rofiah, n. (2017). kekerasan dalam rumah tangga. jurnal ilmiah agama dan sosial
budaya , 37.
12