Anda di halaman 1dari 3

BIRRUL WALIDAIN

Anisah Falihah Hayataini /11 ipa 1/ 09

Assalamu’alaikum wr. wb.


Alhamdulillahirobbil ‘alamin assolatuwassalamu ‘ala asrofil anbiya i wal mursalin
sayyidina wa maulana muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.
Asyhadu alla ilaa ha illallah wa asyhadu anna muhammadarrosulullah.
Allahumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad.
Pertama- tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kita dapat berkumpul di sini dalam keadaan sehat
wal afiat. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad saw beserta para pengikutnya, dan semoga kita termasuk sebagai
pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Allahumma amin.
Yang kedua, saya sampaikan terimakasih kepada Bapak Iman yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi ilmu.
Kali ini saya akan menyampaikan materi tentang birul walidain.
Birrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh
seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa
batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia. Wajibatul walid
(kewajiban orang tua) ialah orang tua berkewajiban mempersiapkan anak-anaknya
agar berbakti kepadanya. Sabda Rasulullah “Allah merahmati orang tua yang
menolong anaknya untuk bisa berbakti kepadanya”.

Keutamaan-keutaman dari Birrul Walidain

1. Ahabul ‘amali illalahi ta’ala (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni
Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai
disisi Allah?” Rasulullah bersabda “ Shalat tepat pada waktunya”. Kemudian aku tanya
lagi “Apa lagi selain itu?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku
tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah “ Jihad dijalan Allah”. Ini berarti diantara 2
amal yang paling dicintai Shalat tepat waktu dan jihad fisabilillah tidak berarti jika
durhaka kepada orang tua. Ini dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menolak salah
seorang sahabat untuk berjihad dijalan Allah karena belum mendapat ridha orang tua.
Akhirnya Rasulullah memperintahkan sahabat tsb untuk segera pulang memperbaiki
hubungan dengan kedua orang tuanya.

2. Laisajaza an min waladin ila walidih (Bakti kepada orang tua bukanlah
merupakan suatu balas budi)
Seseorang anak tidak akan dapat membalas jasa kedua orang tua.
Sebagaimana dalam hadist “Tidak akan dapat membalas seorang anak kepada orang
tuanya melainkan anak itu mendapatkan orang tuanya sebagai hamba sahaya lalu dia
membelinya kemudian memerdekakannya”.

3. Al ummu hiya ahaqu suhbah (perioritas untuk mendapat perlakuan yang lebih
dekat dari kedua orang tua ialah ibu)
Dikisahkan seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah “Siapakah yang lebih
berhak diantara manusia yang paling harus aku perlakukan secara baik?” menjawab
Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Menjawab
Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Jawab
Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Barulah
Rasulullah menjawab “Bapakmu”. Dalam Qs. 31:14 Allah memerintahkan kepada
manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama pada ibunya yang
telah mengandung dan menyusuinya.

4.Makruman bi ibadatillah (Berbakti kepada orang tua dibarengi dengan ibadah


kepada Allah SWT)
Qs. Al Israa’ ayat 23 Allah memerintahkan untuk beribadah kepada-Nya dan
berbuat baik kepada kedua orang tua melarang perkataan “ah” dan membentak
kepada keduanya dan mengucapkan perkataan yang mulia. Ayat ini mengartikan
bahwa berbakti kepada orang tua sama wajibnya dengan ibadah kepada Allah SWT.

Unsur-unsur Birrul Walidain

Seorang anak ketika ingin berbakti kepada kedua orang tuanya harus bersikap
atau berakhlak yang terkait dengan unsur-unsur Birrul Walidain . Jika unsur-unsur tsb
tidak terpenuhi maka dia hukukul walidain (durhaka kepada orang tua). Unsur-unsur
Birrul Walidain yaitu:

1. Al muhaqodhotu alal kaul (menjaga dan memelihara ucapan)


Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara ucapannya dihadapan
orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut jangan sampai perkataan
atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan
Allah dalam Qs.17 : 23.

2.Khofdul Jannah (merendahkan diri kepada keduan)


Sikap bahasa tubuh seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap
orang tua melainkan merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang
dan mendoakan mereka agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka
mengasihinya waktu kecil. Hal ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa’ ayat
24.

3. Atto’ah Almushahabah (taat dan kedekatan terhadap orang tua)


Akhlaq seorang anak yang taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang
tua. Walaupun mungkin ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena
permasalahan yang sangat syar’i (prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap
harus dilakukan karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs.
31:15.

4. Sabatulbirri ba’da wafatihima (berbakti kepada orang tua setelah keduanya


meninggal)
Tetap berkewajiban berbakti kepada orang tua setelah keduanya meninggal
dunia. Dalam surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah SWT memberikan kesempatan
kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki simpanan amal kebaikan yang
dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan sholeha. Dalam suatu hadist
dikisahkan bahwa suatu ketika datang seseorang menghadap Rasulullah SAW
kemudian berkata “Ya Rasulullah apakah masih ada kesempatan untuk berbakti aku
kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?” Rasulullah dengan tegas
menjawab “Ya, masih ada”. Ada 5 hal yang harus dijalankan setelah kepada seorang
anak agar berbakti kepada orang tua yang telah meninggal :
a. Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk keduanya)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan teman-teman keduanya)
e. Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-
orang yang tidak ada hubungan silaturahmi kecuali melalui wasilah
kedua orang tua)
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Terimakasih atas
perhatiannya. Semua kelebihan datangnya dari Allah dan segala kekurangan ada pada
diri saya. Mohon maaf yang sebesar- besarnya
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai