Disusun Oleh
AKHIDZ HIKAM IDLOFATUL FUQOHA
A32019005
A. Latar Belakang
Berbicara tentang berbakti kepada orang tua tidak lepas dari
permasalahan berbuat baik dan mendurhakainya. Mungkin, sebagian orang
merasa lebih ‘tertusuk’ hatinya bila disebut ‘anak durhaka’, ketimbang
digelari ‘hamba durhaka’. Bisa jadi, itu karena ‘kedurhakaan’ terhadap
Allah, lebih bernuansa abstrak, dan kebanyakannya, hanya diketahui oleh
si pelaku dan Allah saja. Lain halnya dengan kedurhakaan terhadap orang
tua, yang jelas amat kelihatan, gampang dideteksi, diperiksa dan
ditelaah,sehingga lebih mudah mengubah sosok pelakunya di tengah
masyarakat, dari status sebagai orang baik menjadi orang jahat. Pola
berpikir seperti itu, jelas tidak benar, karena Allah menegaskan dalam
firman-Nya, (yang artinya) “Allah telah menetapkan agar kalian tidak
beribadah melainkan kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada
kedua orang tua.” (Al-Israa : 23)
Patuh terhadap Allah, jelas harus lebih diutamakan. Karena
manusia diciptakan memang hanya untuk tujuan itu. Namun, ketika Allah
‘menggandengkan’ antara kewajiban menghamba kepada-Nya, dengan
kewajiban berbakti kepada orang tua, hal itu menunjukkan bahwa berbakti
kepada kedua orang tua memang memiliki tingkat kewajiban yang
demikian tinggi, dalam Islam. Kewajiban itu demikian ditekankan,
sampai-sampai Allah menggandengkannya dengan kewajiban
menyempurnakan ibadah kepada-Nya. Dibandingkan dengan ajaran yang
ada dalam islam fakta atau realita yang terjadi sangatlah berbeda. Hal itu
di karenakan sifat sombong atau angkuh yang dimiliki manusia.
Kebanyakan manusia apabila sudah memiliki kedudukan yang tinggi
dimata masyarakat kian lama mereka akan lupa akan orang tuanya, orang
yang mendidiknya sedari kecil hingga sekarang. Bahkan tidak sedikit pula
seorang anak yang menitipkan orang tuanya ke pati jompo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis berkeinginan untuk
menulis dengan judul kewajiban berbakti kepada orang tua (Birrul
walidain).
C. Tujuan
1. Mengetahui hukum berbakti terhadap orang tua?
2. Mengetahui keutamaan berbakti kepada orang tua?
3. Mengetahui adab yang baik terhadap orang tua?
4. Mengetahui hak-hak yang wajib dilaksanakan semasa orang tua
hidup?
5. Mengetahui hak-hak yang harus dilaksanakan setelah orang tua
meninggal?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Study Kasus
Ny. S adalah lansia yang kini tinggal bersama dengan cucunya
dirumah, diusia senjanya Ny. S harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya sehari-hari dengan bertani disawah, anak-anak Ny. Sudah
memiliki keluarga masing diluar kota dan jarang pulang kerumah, Ny. S
mengatakan kadang merasa kesepian dan lelah hidup seperti ini.
B. Pembahasan
1. Hukum Berbakti Terhadap Orang Tua
Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih
tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya. Berkata Ibnu Hazm,
mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain adalah fardhu
(wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al
Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib
pada selain perkara yang haram." (Ghdzaul Al Baab 1/382) Dalil-dalil
Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali ,
diantaranya:
a. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Sembahlah Allah
dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa’ :
36). Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan
perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya,
karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-
kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya
perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al
Adaabusy Syar’iyyah 1/434).
b. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan Rabbmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya". (QS. Al Isra’: 23).
c. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu
Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.
Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu
Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS. Luqman : 14).
2. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua
a. Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah
meridhoinya dia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah amalan yang paling dicintai
oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
"Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian apa
lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
"Berbuat baik kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu
apa lagi?, Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda
: "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dalam Shahih keduanya).
b. Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): "Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka
itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik
yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-
kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai
janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al
Ahqaf 15-16). Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan
Allah meridhoi keduanya bahwasannya seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata :
Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa
yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?, Maka
bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Apakah
Ibumu masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia
berkata : "Ya" . Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
: "Berbuat baiklah padanya". (Diriwayatkan oleh Tirmidzi
didalam Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth :
c. Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya,
dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda: "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?,
Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Orang yang
menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut
kemudian dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dalam Shahihnya No. 1758, ringkasan).
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah
meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian berkata :
"Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan
saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah
kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya
karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits
Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i dalam Sunannya dan Ahmad
dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat Shahihul Jaami No.
1248)
d. Merupakan Sebab keridhoan Allah
Sebagaimana hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada
pada keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada
kemurkaan kedua orang tua".
e. Merupakan Sebab Bertambahnya Umur dan Barokahnya Rizki
Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik
mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Barangsiapa yang suka
Allah besarkan rizkinya dan Allah panjangkan umurnya, maka
hendaklah dia menyambung silaturrahim".
A. Kesimpulan
Menaati perintah orang tua adalah wajib, selama bukan untuk
maksiat. Bahkan perintah melakukan yang mubah, bila itu keluar dari
mulut orang tua, berubah menjadi wajib hukumnya. Kita juga tahu, bahwa
harta orang tua harus dijaga, tidak boleh dihamburkan secara percuma,
atau bahkan untuk berbuat maksiat. Kita juga meyakini, bahwa bila orang
tua kita kekurangan atau membutuhkan pertolongan, kitalah orang pertama
yang wajib menolong mereka. Namun itu hanya sebatas keyakinan. Bila
tidak ada ‘ikatan janji’ dengan sikap kita, semua itu hanya terwujud dalam
bentuk wacana saja, tidak bisa terbentuk menjadi ‘bakti’ terhadap orang
tua. Oleh sebab itu, Allah menyebut kewajiban bakti itu sebagai
‘ketetapan’, bukan sekadar ‘perintah’. Berbuat baik kepada kedua orang
tua adalah suatu bentuk ibadah yang di utamakan dan merupakan salah
satu untuk meraih surganya Allah.
B. Saran
Berbakti kepada orang tua adalah sebuah keharusan, ketika orang
tua masih ada didunia maka jangan pernah menyia-nyiakan meraka,
rawatlah mereka dengan penuh cinta layaknya mereka merawat kita
sewaktu kecil. Jadikan mereka sebagai jalan kita menuju kesuksesan
didunia dan diakhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Atsari, Et. Al. 2013. (Birrul Walidain) Berbakti Kepada Orang Tua. Jakarta:
Indohouse.
Rusmanto, Et. Al. 2014. Adab Berbakti Kepada Orang Tua (Birrul Walidain).
Surakarta: STIE Akademisi Surakarta.