Anda di halaman 1dari 7

ADAB PERGAULAN DENGAN TEMAN SEBAYA.

Sebagai seorang muslim kita dituntut untuk menjadi seorang agen


perubahan dan penebar kebermanfaatan di manapun berada, maka sudah
sepatutnya lah bagi kita untuk menjaga dan mempererat ukhuwah
diantara sesama. Hakekat seorang manusia adalah makhluk sosial yang
tidak akan sanggup menjalani kehidupannya seorang diri. Salah satu
elemen masyarakat yang akan banyak kita temui selama kehidupan adalah
teman atau sahabat kita sendiri. Kesempurnaan islam pun tidak
melepaskan mereka di luar batas dan norma-norma beragama, bahkan
secara gamblang, islam telah menggariskan cara-cara yang patut ditempuh
untuk menjalani hubungan dengan teman atau sahabat secara syari.
Berikut contoh-contoh hal yang perlu diperhatikan dalam bergaul kepada
teman:
1. Bergaul dengan orang yang sholeh
Hal ini sesuai dengan yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa
Rasulullah Saw bersabda, Seorang laki-laki itu tergantung dengan agama
teman bergaulnya, maka hendaklah salah seorang melihat dengan siapa ia
bergaul. (HR. Abu Dawud: 4833)
2. Berbuat baik dan menyambung tali silaturrahim
Rasulullah Saw adalah orang yang baik Akhlaknya dan beliau
merupakan teladan bagi umat seluruh manusia. Beliau memerintahkan
kepada umatnya untuk berbuat baik kepada temannya sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr, Sebaik-baik sahabat di
sisi Allah adalah seorang yang terbaik bagi temannya. Dan tetangga yang
paling baik adalah yang baik terhadap tetangganya. (HR. Tirmidzi: 1944)
Selain itu kita juga diperintahkan untuk menyambung silaturrahim.
Dan Engkau sambunglah Silaturrahim. (HR. Muslim: 348)
3. Tidak mencela, menyakiti, dan menakuti teman
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolokolok kaum yang lain. Karena boleh jadi mereka (Orang yang diolok-olok)
lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan
perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan-perempuan yang
lain. Karena boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela satu sama

lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelaran yang buruk. (QS. Al
Hujurat: 11)
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, Apabila ada dua
orang yang saling mencaci-maki, maka cacian yang diucapkan oleh
keduanya itu, dosanya akan di tanggung oleh orang yang memulai cacian.
(HR. Muslim: 2587)
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan
mukminat tanpa perbuatan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al Ahzab:
58)
4. Memberi julukan yang baik dan yang dia senangi
Rasulullah Saw mendapati Ali sedang tidur di masjid dan badannya
penuh debu, lantas beliau bersabda, Bangunlah Abu Turab, bangunlah
Abu Turab. Sahl bin Sahl mengatakan, Sebutan Abu Turab merupakan
nama yang paling disukai oleh Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya dia
gembira jika dipanggil dengan nama ini. (HR. Bukhari: 441)
5. Saling menyayangi dan mencintai kerena Allah
Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan
menyayangi bagai satu tubuh. Apabila ada salah sau anggota tubuh yang
sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) karena
merasakan panas (akibat turut merasakan sakit) (HR. Muslim: 2586)
Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya Allah Taala berfirman pada
hari kiamat kelak. Mana orang-orang yang mencintai karena
keagunganKu? Hari ini kunaungi mereka, dimana tidak ada naungan pada
hari ini selain naunganKu. (HR. Muslim: 2566)
6. Tidak menyebarkan Aib
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan amat
keji tersebar dikalangan orang-orang beriman, bagi mereka azab yang
pedih di dunia dan di akherat (QS. An Nur: 19)
Tidaklah seorang hamba menutupi aib hamba yang lainnya di dunia,
kecuali Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak. (HR. Muslim:
2590)
ADAB PERGAULAN DENGAN ORANG YANG LEBIH TUA

Orang yang lebih tua pun ternyata mendapatkan porsi penghormatan


yang tidak kalah besar dalam islam. Baik itu orang yang lebih tua secara
genetik dengan kita maupun mereka yang tidak memiliki hubungan
genetika dengan kita. Karena bagaimanapun juga, mereka lah yang lebih
banyak memakan asam garam kehidupan dunia dibanding kita. Maka,
belajar kepada pengalaman yang telah mereka miliki adalah suatu
keniscayaan dalam meraih kesuksesan kita kedepannya. Berikut beberapa
contoh perilaku yang patut kita junjung dalam berinteraksi dengan
mereka:
1. Berbuat baik kepada orang tua.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak. (QS. Al Isra:
23)
Dan kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada
kedua orang tuanya. (QS. Al Ankabut: 8)
Dan Jika keduanya memaksamu untuk menyukutukan Aku dengan
sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau mentaari keduanya, dan pergaulilah keduanya dengan baik.
(QS.Lukman: 15)
Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah Saw,
Amalan apa yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda, Shalat tepat
pada waktunya. Dia bertanya lagi, Kemudian Apa? beliau menjawab,
Berbakti kepada orang tua. Dia bertanya lagi, Kemudian apa lagi?
beliau menjawab menjawab, Berjuang di jalan Allah. (HR. Bukhari: 5970)
2. Tidak mencela orang tua orang lain
Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya termasuk dari dosa besar
adalah seseorang yang melaknat kedua oran tuanya sendiri. Kemudian
beliau ditanya, Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah? beliau
menjawab, Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian
orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.
(HR. Bukhari: 5973)
3. Bertutur kata lembut dan senantiasa mendoakan orang tua
Maka sesekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada orang
tuanya perkataan Ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (QS. Al Isra: 23)

4. Tetap berbuat baik kepada orang tua yang belum diberi hidayah
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang (kafir) yang tiada memerangimu karena agama.
(QS. Al Mumtahanah: 8)
5. Menyambung tali silaturahmi kepada kerabat orang tua
Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya kebaikan yang paling utama
adalah manakala seseorang menyambung hubungan silaturrahim kepada
kerabat dan teman dekat bapaknya. (HR. Tirmidzi: 1903)
ADAB PERGAULAN DENGAN LAWAN JENIS
Jam menunjukkan pukul 17:00, menandakan waktu perkuliahan sudah
selesai. Para mahasiswa berebut pulang. Begitu pula bunga, siswi ini
berpakaian rapi hendak bersiap pulang. Andi, salah seorang kawan
kelasnya menghampiri, Yuk pulang bareng. Tanpa ba bi bu, Bunga
langsung mengiyakan tawaran teman prianya itu. Mereka lalu
berboncengan sambil sesekali bercanda.
Bisa jadi Bunga adalah kita. Bisa jadi Andi adalah kita. Bisa jadi sebagian
dari kita ada yang berpendapat itu merupakan resiko dari lingkungan
sekitar kita ynag heterogen sehingga bukan tidak mungkin hal itu menjadi
sebuah kewajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Memang semua itu wajar, tapi yang perlu kita pahami bersama adalah
belum tentu kewajaran tersebut dinilai sebagai suatu kebenaran oleh
Allah SWT. Allah SWT pun tidak melarang adanya interaksi antara laki-laki
dan perempuan. Bahkan terkadang hal tersebut dituntut apabila memang
berbuah pada suatu kebaikan.
Akan tetapi, kita pun sepatutnya paham dan mentoleransi batas-batas
kewajaran yang diberikan oleh islam dalam mengatur tata cara
berinteraksi dengan lawan jenis. Karena bagaimanapun, islam adalah
suatu sistem regulasi kehidupan komprehensif yang membawahi segala
perbuatan kita, baik itu yang perbuatan keduniawian maupun yang
berkaitan dengan unsur-unsur ukhrawi. Nah, berikut adalah salah satu
contoh dari batasan-batasan yang harus kita perhatikan dalam bergaul
dengan lawan jenis:

1. Berpakaian syarii
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di
ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.
Al Ahzab: 59)
Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya (QS. An
Nur: 31)
2. Menjaga diri dalam berkata
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. (QS. Al Ahzab 32-33)
3. Menjaga diri dalam memandang
Tiga pasang mata tidak akan menyentuh api neraka, yaitu mata yang
menutup dari apa yang diharamkan oleh Allah, mata yang terjaga di jalan
Allah, dan mata yang menangis karena takut kepada Allah. (HR. Imam
Hakim dan Imam Baihaqi)
Begitu indahnya hadits di atas. Masihkah terbersit pertanyaan
mengapa kita harus menjaga pandangan? Seperti kata pepatah, dari mata
turun ke hati. Saling pandang secara berlebihan- dapat ketertarikan yang
jika tidak disikapi dengan benar maka akan mengarah pada perilaku zina.
Padahal jelas sekali larangan yang Allah berikan pada manusia untuk tidak
mendekati zina. Mendekati saja tidak boleh, apalagi melakukannya secara
langsung.
4. Menjaga diri dalam situasi

Menjaga diri dalam situasi yang dimaksud di sini adalah


menghindarkan untuk bertemu berdua-duaan dengan lawan jenis yang
bukan mahram kita. Kenapa? Karena dalam kondisi seperti ini, setan akan
sangat rawan menggoda kita untuk bermaksiat di hadapan Rabb nya.
Rasulullah pernah bersabda, Janganlah salah seorang dari kalian berduaduaan dengan seorang wanita, karena setan akan menjadi yang
ketiganya. (HR. Ahmad dan At Tirmidzi)
Jika kita memang memiliki urusan dengan lawan jenis, alangkah
baiknya jika kita ajak juga teman yang lain. Selain untuk menghindarkan
fitnah, gedaan dari setan pun dapat diminimalisir.
5. Menjaga diri dalam berjabat tangan
Ketika seorang muslim berjabat tangan dengan sesama muslim dan
saling mengucapakan salam, Allah mengugurkan dosa-dosa dari keduanya.
Namun perlu diingat, berjabat tangan ini hanya berlaku untuk sesama
jenis dan mahram kita saja. Salah satu istri Rasulullah, Aisyah ra, pernah
berkata:
Tidak pernah sekali-kali Rasulullah SAW menyentuh tangan seorang
muslimah yang tidak halal baginya (HR. Bukhari dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai