Anda di halaman 1dari 4

PERGAULAN REMAJA DALAM ISLAM

Disusun oleh: Tim Pusdiklat al-Abror Surakarta

PERGAULAN REMAJA DALAM ISLAM

Pergaulan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap pembentukan pribadi seseorang, terutama remaja/pemuda,
sehingga bisa menentukan keberhasilan seorang pemuda dalam membawakan
peran sebagaimana mestinya.
Pergaulan yang benar bisa menjadikan seorang remaja tumbuh menjadi
manusia yang diridhai oleh Allah dan memiliki peran sebagaimana yang
diharapkan.
Maka sudah selayaknya orang tua, guru, dan siapa saja yang menginginkan
kebaikan untuk para remaja, memberikan perhatian yang besar dalam masalah
pergaulan ini.
Berbicara tentang manusia, kita harus ingat siapa yang menciptakannya. Ya,
Allah-lah Zat yang telah menciptakan manusia, sehingga Dia-lah yang paling tahu
segala hal tentang manusia. Allah telah menetapkan berbagai aturan bagi
manusia –salah satunya adalah aturan pergaulan– yang kalau dijalankan, niscaya
manusia mendapatkan kebaikan.

Aturan pergaulan dalam Islam antara lain:


1. Selektif dalam memilih teman
Teman memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap agama seseorang.
»‫ َفْلَيْنُظْر َأَح ُد ُك ْم َمْن َخُياِلُل‬،‫ «الَّر ُج ُل َعَلى ِد يِن َخ ِليِلِه‬: ‫ َقاَل‬،‫ َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم‬،‫َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة‬
Dari Abu Hurairah , bahwa Nabi  bersabda, Rasulullah  bersabda, "Seseorang
itu tergantung pada agama temannya. Maka, hendaknya salah seorang dari
kalian memperhatikan siapa yang menjadi temannya." (HR. Abu Dawud, at-
Tirmidzi. Dinilai shahih oleh al-Albani)
2. Menjaga pandangan
Allah berfirman (artinya): “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya…Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya.…" (an-Nûr: 30-31)
‫ َفِإَّن‬،‫ «َيا َعِلُّي اَل ُتْتِبِع الَّنْظَر َة الَّنْظَر َة‬: ‫ َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم ِلَعِلٍّي‬: ‫ َقاَل‬،‫ َعْن َأِبيِه‬،‫َعِن اْبِن ُبَر ْيَد َة‬
»‫َلَك اُأْلوىَل َو َلْيَس ْت َلَك اآْل ِخ َر ُة‬
Dari Buraidah, dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah  berpesan kepada Ali, “Hai
Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan
mahram) dengan pandangan (berikutnya), karena pandangan yang pertama

1 PUSDIKLAT AL-ABROR SURAKARTA


itu (halal) bagimu, tetapi tidak (halal) untuk yang kedua.” (Shahih Abu Dawud,
dinyatakan hasan oleh Syeikh al-Albani).
3. Menutup aurat
Allah berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Ahzâb: 59)
Busana wanita harus menutup seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan.
Tidak boleh sempit/ketat dan menerawang, hingga terlihat lekuk tubuhnya.
4. Tidak berbicara yang bisa membangkitkan syahwat
Allah berfirman, “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik.” (al-Ahzâb: 32)
Berkaitan dengan suara perempuan, Ibnu Katsir menyatakan: “Perempuan
dilarang berbicara dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lembut
sebagaimana dia berbicara dengan suaminya.”
5. Tidak menyentuh (berjabat tangan, dll) lawan jenis
‫ َقاَل‬: ‫ ِمَس ْعُت َم ْع ِق َل ْبَن َيَس اٍر َيُقوُل‬: ‫ ِمَس ْعُت َيِز يَد ْبَن َعْبِد اِهلل ْبِن الِّش ِّخ ِري َيُقوُل‬: ‫ َقاَل‬،‫ثنا َش َّداُد ْبُن َس ِعيٍد الَّر اِس ُّيِب‬
‫ «َأَلْن ُيْطَعَن يِف َر ْأِس َأَح ِد ُك ْم ِمِبْخ َيٍط ِم ْن َح ِد يٍد َخ ْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َمَيَّس اْم َر َأًة اَل‬:‫َرُس وُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم‬
»‫ِحَت ُّل َلُه‬
Ma’qil bin Yasâr  berkata: Rasulullah  bersabda, “Seseorang dari kamu lebih
baik ditikam kepalanya dengan paku besi, daripada menyentuh seorang wanita
yang tidak halal baginya.” (HR. ath-Thabarani, dishahihkan oleh al-Albani)
6. Tidak ikhtilath (campur baur dengan lawan jenis)
7. Tidak khalwat (bersendirian) dengan lawan jenis tanpa disertai mahramnya
، ‫َأاَل اَل ْخَيُلَو َّن َرُج ٌل ِباْم َر َأٍة ِإاَّل َك اَن َثاِلَثُه َم ا الَّش ْيَطاُن‬
Rasulullah  bersabda, “Ketahuilah, tidaklah sekali-kali seorang laki-laki
berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali yang ketiga adalah setan.” (HR.
Ahmad, at-Tirmidzi)

PACARAN
Pacaran di zaman sekarang sudah dianggap sesuatu yang biasa atau lumrah
di kalangan kawula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh
kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film, sinetron, atau syair lagu.
Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan
bunga-bunga percintaan, harus ada pasangan sebagai tempat untuk bertukar
cerita dan berbagi rasa.

2 PUSDIKLAT AL-ABROR SURAKARTA


Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur
Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan
hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah, seperti puppy love
(cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement
(tunangan).
Sebagian orang menganggap pacaran mempunyai dampak positif dan
dampak negatif. Namun kenyataan yang ada, mudarat yang timbul jauh lebih
banyak daripada manfaatnya. Maka, bisa dikatakan pacaran hanya memunyai
dampak negatif.

Sebagian dari dampak negatif pacaran antara lain:


1. Menjerumuskan kepada perzinaan
Dalam pacaran terjadi pelanggaran syariat, berupa: memandang yang haram,
berduaan (khalwat), berpegangan, berciuman, bercumbu, dan lain-lain.
Akhirnya, terjadilah kekejian yang hebat, yakni perzinaan. Pelanggaran
terhadap satu syariat akan memicu pelanggaran terhadap syariat lainnya.
Sudah tak terhitung lagi jumlah remaja Muslim yang terjerumus dalam
perzinaan atau seks bebas, yang diawali dari aktivitas pacaran. Kalau sudah
berzina, berarti ia telah melakukan dosa besar yang akan menyebabkan
dampak-dampak buruk lainnya yang ia rasakan di dunia maupun di akhirat.
2. Melemahkan Iman
Orang yang berpacaran berarti telah melakukan maksiat yang akan
menyebabkan turunnya iman. Dia akan makin malas dalam menjaga shalat
berjamaah, membaca Al-Qur`an, belajar agama, dan amal saleh lainnya.
3. Melatih kemunafikan / kedustaan
Orang yang berpacaran seringkali menipu, berusaha agar pasangannya yakin
bahwa dirinya adalah orang yang baik dan tidak memiliki kekurangan. Memang
tidak semua, tapi umumnya begitu. Ia akan menampakkan hal-hal yang baik di
depan kekasihnya. Adapun hal-hal yang buruk, sebagian besar ia sembunyikan.
Sebagian orang ada yang sengaja menunjukkan beberapa keburukannya
kepada kekasihnya, sekadar untuk meraih simpati, mencari kesamaan,
mendapatkan pemakluman, atau sebagai bumbu-bumbu romantisme belaka.
4. Mengurangi produktivitas
Jika tidak pacaran, seorang siswa tentunya bisa melakukan aktivitas lain yang
bermanfaat, misalnya mempersiapkan dan mengulangi pelajaran,
mengerjakan PR, membuat karya tulis, berolahraga, melatih kreativitas, dan
lain-lain.
5. Menjadikan hidup boros
Orang yang berpacaran akan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk
menjadikan dirinya tampil menawan di hadapan pacarnya, memberikan
berbagai hadiah untuk pacarnya, dan bersenang-senang dengannya.
6. Melemahkan daya kreativitas dan menyulitkan konsentrasi
Hal ini karena pikirannya selalu tertuju kepada pacarnya dan berbagai rencana
yang akan ia lakukan bersamanya.
7. Menyebabkan terlambatnya studi

3 PUSDIKLAT AL-ABROR SURAKARTA


Banyak fakta membuktikan bahwa menurunnya persentase kelulusan para
pelajar adalah akibat pacaran. Mereka jarang belajar karena sering jalan-jalan
dengan pacarnya, tidak pernah beli buku karena uangnya habis untuk
berenang-senang.
8. Tidak setia dengan pasangannya jika sudah menikah
Ketika telah menikah, akan melihat berbagai kekurangan pada diri
pasangannya yang selalu ditutup-tutupi ketika masih berpacaran. Selain itu,
akan ingat dengan orang lain yang pernah menjadi pacarnya dan selalu
membanding-bandingkannya.

Menimbang berbagai dampak negatif pacaran di atas, sebagai seorang Muslim


atau Muslimah, kita harus bersikap logis dengan menjauhi pacaran. Yang lebih
penting lagi, hampir semua aktivitas dalam pacaran, merupakan perkara-perkara
yang dilarang Allah  dan Rasul-Nya. Karena itu, kita harus ikhlas dan ridha
menerima aturan yang telah ditetapkan Allah, karena Dialah yang paling tahu apa
yang terbaik untuk kita.

4 PUSDIKLAT AL-ABROR SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai