Anda di halaman 1dari 5

1

Assalamualaikum Wr. Wb.

Jama’ah sholat isya dan tarawih rohimakumulloh

Segala Puji dan syukur kita hanya kepada Alloh SWT yang senantiasa selalu memberikan
rahmatnya, sehingga kita masih diberi kesempatan untuk melakukan ibadah sholat isya’ dan
tarawih, InsyaAlloh. Sholawat dan salam selalu kita haturkan kepada Rosululloh SAW,
keluarga, dan para sahabatnya.

        Era globalisasi telah membawa dampak yang cukup signifikan tehadap perubahan
akhlak generasi muda Islam saat ini. Media televisi seolah-olah tengah berlomba-lomba
dalam "fastabiqul madharat". Seorang da'i kondang pernah menggugat sinetron yang
diluncurkan oleh stasiun televisi swasta. Kemudian seorang pimpinan pusat Muhammadiyah
mengomentari bahwa sebetulnya masih banyak acara sinetron yang perlu digugat. Namun
karena sinetron yang seperti itulah yang paling menguntungkan pihak  televisi, ternyata
mereka justru lebih "istiqomah" dalam menayangkan acara favorit ABG.

            Beberapa ustadz di jogja lebih memilih untuk tidak memiliki televisi di rumahnya.
Hal ini merupakan sebuah langkah efektif untuk memfilter akhlak "fastabiqul madharat"
yang ditawarkan televisi terhadap anak-anaknya. Kondisi saat ini memperlihatkan begitu
besarnya pengaruh tayangan-tayangan di televisi terhadap akhlak generasi muda. Para remaja
begitu cepat mengubah mode pakaiannya layaknya seperti artis sinetron. Model rambut di
kalangan beberapa remaja laki-laki, saat ini hampir seragam dengan sang idola, tak kalah
remaja putri, mereka mengenakan busana seperti apa yang dilihatnya di layar kaca. Jilbab
seolah-olah hanya dijadikan sebagai sebuah perhiasan yang bisa dibentuk, dipasang dan
dicopot kapan dan dimana saja, naudzubillah !
2

            Islam melalui Rasulullah SAW telah  menghadirkan akhlak yang mulia. Islam juga
mengatur interaksi antara  laki-laki/ikhwan dengan perempuan/akhwat. Islam secara tegas
telah membedakan antara muhrim dan non-muhrim. Salah satu parameter kualitas akhlak
generasi  muda Islam bisa diketahui melalui proses interaksi antar lawan jenis. Melalui
interaksi lawan jenislah orang-orang kafir membuat tipu daya terhadap Islam dan untuk
menghancurkan generasi muda Islam. Pergaulan bebas seakan telah menjadi trend di
kalangan muda. Terkadang kita menganggap sama ketika berinteraksi antar lawan jenis.
Padahal tidak semua lawan jenis adalah muhrim kita. Terkadang  tidak ada perbedaannya saat
kita berinteraksi dengan  adik perempuan kita sendiri dan dengan tetangga yang tidak
memiliki hubungan darah dengan kita.

            Sebuah pelajaran bisa kita petik tatkala keluarga Rasulullah SAW pernah mengalami
fitnah yang dihembuskan oleh kaum munafiqun. Fitnah tersebut berlangsung selama 1 bulan.
Fitnah yang terjadi menyangkut interaksi antara istri Beliau 'Aisyah dengan seorang pasukan
perang Rasulullah SAW, Shafwan bin Mu'atthal. Peristiwa itu dikenal dengan istilah
Hadistul Ifki. Setelah 1 bulan akhirnya turunlah wahyu sebagai penjelas terhadap fitnah
tersebut, yaitu  Surat An-Nur :11-21.

                Islam sebagai sebuah sistem hidup yang sempurna telah mengatur tata cara
interaksi antara lawan jenis, terutama yang termasuk non-muhrim. Semenjak masa anak-
anak, Islam juga mengatur interaksi antara lawan jenis dalam keluarga. Rasulullah SAW
bersabda :

"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah
mereka bila enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun dan pisahkanlah antara mereka
pada tempat tidurnya" (HR.Ahmad, Abu Daud dan Hakim). Inilah sebuah persiapan bagi
anak-anak ketika beranjak remaja, mereka mulai diperkenalkan istilah lawan jenis saat
mereka tidur.
            Sholat juga memberikan sebuah pelajaran bagi kita untuk mengenal dan
membedakan lawan jenis.

"Sebaik-baik shaf pria adalah shaf-shaf yang pertama, dan yang paling jelek adalah shaf-
shaf yang akhir, sebaik-sebaik shaf wanita adalah shaf yang akhir dan sejelek-jelek shaf
wanita adalah yang pertama" (HR.Muslim) .  Rasulullah SAW bersabda demikian karena
khawatir kaum pria yang berada di shaf-shaf akhir (belakang) terfitnah dengan para wanita
yang berada di shaf-shaf depan. Kaum pria di zaman Nabi SAW diperintahkan untuk tinggal
sejenak di masjid, tidak segera beranjak meninggalkan masjid setelah selesai shalat jama'ah
hingga wanita yang ikut shalat berlalu dan keluar dari masjid, tujuannya agar pria tidak
bercampur baur dengan wanita di pintu-pintu masjid. Para shahabat saja diperintahkan
demikian padahal mereka semuanya baik pria maupun wanita memiliki keimanan dan
ketakwaan yang tinggi. Lalu bagaimana dengan keadaan orang-orang setelah mereka ?
            Fitnah yang menimpa keluarga Rasulullah SAW merupakan ujian yang paling berat
jika dibandingkan dengan ujian-ujian berupa ancaman harta dan jiwa Beliau. Hal ini
menunjukkan betapa jelinya kaum munafiqun mencari celah untuk menghambat da'wah
3

Rasulullah SAW, meskipun ternyata mereka gagal, karena Allah SWT memberikan
keterangan secara langsung melalui turunnya QS An-Nur:11-21. Kemudian Beliau bersabda :

"Tidakkah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada
fitnahnya wanita" (Muttafaqun alaihi)

Sesungguhnya dunia itu manis dan Allah menjadikan kalian sebagai khalifah diatasnya. Dia
akan melihat bagaimana kalian berbuat. Maka hati-hatilah kalian dari dunia dan hati-hati
dari wanita, karena awal fitnah yang menimpa Bani Israil adalah pada wanita"(HR.Ahmad,
Muslim dan Tirmidzi)
Mengenal dan membedakan muhrim dan non-muhrim merupakan langkah preventif agar kita
tidak tergelincir oleh syaitan. Ingatlah tipu daya syaitan sangat halus dan lembut. Islam
memberikan solusi agar kita tidak menjadi golongan mereka. Bagaimana kita bisa
menyelesaikan atau mengurangi masalah-masalah tersebut?

 
Solusi 1 : tidak berkhalwat/berduaan dengan lawan jenis (non-muhrim)
Rasulullah SAW bersabda :

"Janganlah sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan wanita karena yang ketiga adalah
syaitan" (HR.Ahmad & Tirmidzi). Disinilah letak perbedaan antara muhrim dan non-
muhrim. Ketika seorang laki-laki  memboncengkan seorang wanita yang telah melahirkannya
yang dia peroleh ialah pahala sebagai anak sholeh, lain halnya jika yang ia boncengkan
seorang wanita yang bukan muhrimnya dapat dipastikan syaitan ikut membonceng.N Kondisi
berduaan diatas tidak hanya sebatas saat berboncengan dengan non-muhrimnya namun juga
berlaku umum diberbagai tempat, waktu dan kondisi.

Solusi 2: ghadul bashar/menahan sebagian pandangan terhadap lawan jenis (non-


muhrim)
Ada sebuah kisah yang terdapat dalam kitab Ash Shahih : Al-Fadhl bin Abbas Radiyallahu
Anhu pernah membonceng Rasulullah SAW pada saat pelaksanaan kurban, dari Muzdalifah
hingga ke Mina. Tiba-tiba ada beberapa onta yang dinaiki wanita sedang lewat. Seketika itu
Al-Fadhl memandang mereka. Lalu Rasulullah SAW membalikkan kepalanya ke arah lain.
Ini namanya larangan dan pengingkaran dengan perbuatan langsung. Andaikata pandangan
itu diperbolehkan, tentunya beliau membiarkan perbuatan Al-Fadhl. Kemudian Rasulullah
SAW pernah menegur  sahabat Ali r.a :

"Wahai Ali, janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi, karena yang
pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (dosa atasmu)"
4

(HR.Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Daud). Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda
:
"Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa
meninggalkannya karena takut kepada Allah azza wa jalla, maka Allah akan memberi
balasan iman kepadanya, yang akan didapati kelezatannya di dalam hati" (HR.Ahmad).
Dalam hadist yang lain rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina.
Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata itu bisa berzina, dan zinanya adalah
pandangan. Lidah itu bisa berzina dan zinanya adalah perkataan. Kaki itu bisa berzina dan
zinanya adalah ayunan langkah. Tangan itu bisa berzina dan zinanya adalah tangkapan
yang keras. Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan
membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya." (HR.Bhukari, Muslim, An-Nasa'y
dan Abu Daud)

Kemudian, apa yang kita perbuat saat keluar dari rumah, dapat dipastikan kita akan sering
memandang aurat lawan jenis. Disinilah pentingnya kita menahan sebagian pandangan. Kalau
kita berpikiran agar indera penglihatan kita tetap terjaga, kemudian kita tidak akan keluar dari
rumah, justru keburukannya akan lebih besar karena kita tidak bisa menuntut ilmu dan
melakukan amar ma'ruf nahi munkar.
Jarir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma berakata,  "Saya pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang pandangan yang tidak sengaja. Lalu beliau memerintahkan agar
saya mengalihkan pandanganku" (HR. Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzy). Allah SWT
menegaskan dalam Al Qur'an:

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan


pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat" (QS.An-Nur:30)

"Katakanlah kepada wanita yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya…."(QS.An Nur:31)

Solusi 3 : Hindari ikhtilat


5

Ikhtilat memiliki arti campur baurnya laki-laki dengan wanita non-muhrim. Kebiasaan
ikhtilat ini merupakan salah satu budaya orang-orang barat/kafir. Mereka tidak mengenal
istilah muhrim dan non-muhrim sehingga tidak ada perbedaan ketika berinteraksi dengan
lawan jenis (non-muhrim). Disinilah peluang syaitan untuk menggoda manusia semakin
terbuka. Kita bisa melihat bahwa pelecehan seksual terhadap kaum wanita sering terjadi di
tempat-tempat umum, misalnya dalam kendaraan umum, khususnya saat kendaraan tersebut
padat. Yang kita sayangkan saat ini bahwa belum adanya pengusaha angkutan yang
memikirkan masalah ini. Mungkin baru kita jumpai pada kereta api, PT.KAI menyediakan
gerbong khusus untuk ibu-ibu, anak-anak dan manula saat mudik lebaran. Islam telah
memberi solusi agar umatnya menghindari kebiasaan orang-orang barat ini. Ketika kita
berjuang dalam organisasi Islam kita tidak diperbolehkan meniru kebiasaan orang-orang barat
untuk mencapai tujuan organisasi. Rasulullah SAW telah bersabda :

"Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut" (HR.Abu Daud)
Begitulah Islam senantiasa mengajak kita untuk masuk ke dalam agama ini secara
kaffaah/menyeluruh. Rasulullah melalui istri-istri beliau telah memberikan teladan yang baik
terhadap kaum muslimah agar  senantiasa menjaga kesucian hatinya. Allah SWT berfirman :

"Apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi) maka mintalah
dari balik tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hati-hati kalian dan hati-hati
mereka" (QS.Al Ahzab:53). Ayat ini menerangkan mengenai hijab atau tabir. Azbaabun
Nuzuul ayat ini yaitu : ketika 'Aisyah sedang makan beserta Rasulullah SAW, masuklah
'Umar. Rasulullah mengajaknya makan bersama. Ketika itu tersentuhlah jari 'Aisyah oleh
'Umar, sehingga 'Umar berakata :"Aduhai sekiranya usul saya diterima (untuk memasang
hijab), tentu tak seorang pun dapat melihat istri tuan". Kemudian turunlah ayat mengenai
hijab yaitu QS Al Ahzab:53. Rasulullah SAW juga mengingatkan kepada kita :
"Jauhilah olehmu berkumpul dengan wanita", ada seorang anshar yang bertanya:
bagaimana dengan iparnya (kerabat suami)? Beliau menjawab: "Ipar adalah kematian".
(HR.Bhukari dan Muslim). Itulah rambu-rambu pergaulan antara lawan jenis, khususnya
antara muhrim dan non-muhrim,  sebagai solusi agar kita tidak terpengaruh budaya orang
kafir dan pergaulan bebas. Semoga Alloh memberikan petunjuk kepada kita, dan juga semoga
Alloh senantiasa memudahkan kita dalam menegakkan kebenaran, melakukan kebaikan, dan
mengakui kebenaran.

Demikian kultum subuh pada pagi hari ini, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang
berkenan, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, billahittaufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai