Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ADAB TERHADAP LAWAN JENIS

Disusun Oleh:

1. Neneng Nurajizah
2. Nurlaela

Dosen Pembimbing :

Ust. Abu Bakar Dja’far, S.Ag., MA.

PRODI D3 KEBIDANAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas


segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Pendidikan
Agama Islam dengan judul “Adab Terhadap Lawan Jenis”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Tangerang Selatan, 09 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Adab Bergaul Laki-Laki Dan Perempuan ................................................ 2


B. Adab Kepada Pasien Yang Berbeda Jenis ................................................ 5
C. Batasan Aurat Laki-Laki Dan Perempuan ................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

Daftar Pustaka .................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah
dari Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.
Terlebih anugerah itu bertambah menjadi Muslimah yang mukminah yaitu
wanita Muslimah yang beriman kepada Allah. Nabi saw bersabda yang artinya:
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang
shalihah.” (HR. Muslim).
Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak
mudah, karena banyak sekalingodaan-godaan dalam mencapainya. Dikarenakan
balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun
menginginkannya. Godaan-godaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali
1ajah1 dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja, di mana masa
puberitas seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi
remaja Muslim dalam melewati masa ini, namun sunnguh sangat indah bagi para
remaja yang 1aja dikatakan lulus dalam melewati maasa pubertas yang penuh
godaan ini.

B. Rumusan Masalah
1. apa saja adab terhadap lawan jenis?
2. Apa saja adab terhadap pasien lawan jenis?
3. Apa saja batasan aurat antara laki-laki dan perempuan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adab Terhadap Lawan Jenis


Menjadi muslim yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah,karena banyak
sekali godaan-godan dalam mencapainya. Dikarenakan balasan yang Allah
janjikan pun tidak terbandingkan dan semua muslim pun menginginkannya.
Godaan-godaan untuk menjadi muslim yang sholeh dan sholehah sering kali 2ajah2
dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja,di mana masa puberitas
seorang wanita ataupun laki-laki ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi
remaja muslim dalam melewati masa ini, namun sungguh sangat indah bagi para
remaja yang 2aja dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang penuh
godaan ini.
Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan
terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah
manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak 2aja memenej perasaan
tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri
ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

َ َّ‫ع زنَا ُه َما َواألُذُنَان الن‬


‫ظ ُر زنَا ُه َما فَ ْالعَ ْينَان‬ َ ِّ‫ش زنَاهَا َو ْاليَد ُ ْال َكالَ ُم زنَاهُ َوالل‬
ُ ‫سانُ االسْت َما‬ ْ َ‫الرجْ ُل ْالب‬
ُ ‫ط‬ َ ‫ْال ُخ‬
ِّ ‫طا زنَاهَا َو‬
ُ‫صد ُِّق َو َيت َ َمنَّى يَ ْه َوى َو ْالقَ ْلب‬
َ ُ‫َويُكَذِّبُهُ ْالفَ ْر ُج ذَلكَ َوي‬

”Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar.
Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim).

Di bawah ini akan kami ungkapkan adab-adab terhadap dengan lawan jenis. Di
antaranya:

2
1. Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)
TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng,
berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran
remaja umumnya saat ini,di mana batas-batas pergaulan di sekolah umum sudah
sangat tidak wajar dan melanggar prinsip Islam. Namun tidak mengapa kita
sekolah di sekolah umum jika tetap 3aja menjaga adab-adab bergaul dengan
lawan jenis. Jika ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan
maka yang ketiga sebagai pendampingnya adalah setan.
Dari ‘Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di
Jabiyah (suatu perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, َ‫طانَ فَإ َّن با ْم َرأَة أ َ َحد ُ ُك ْم َي ْخلُ َو َّن ال‬ َّ ‫“ ثَالث ُ ُه َما ال‬Janganlah salah
َ ‫ش ْي‬
seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan
mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang
bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah
seorang yang mukmin.” (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)
Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan?
Ngaji,membaca Al Quran dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama
InsyaAllah malaikatlah yang akan mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang
cerdas, kita akan lebih memilih untuk didampingi oleh malaikat.

2. Menundukkan pandangan
Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah
termasuk panah-panah setan. Kalau Cuma sekilas saja atau spontanitas atau
tidak sengaja maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan
pertama yang tidak sengaja diperbolehkan namun selanjutnya adalah
haram.Ketika melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu,
sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera
mohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ُ‫سأ َ ْلت‬ َ ‫سو َل‬ َّ –‫هللا صلى‬
ُ ‫َللا َر‬
َ َ‫ف أ َ ْن فَأ َ َم َرنى ْالفُ َجا َءة ن‬
‫وسلم عليه‬- ‫ظر َع ْن‬ ْ َ ‫صر ى أ‬
َ ‫صر‬ َ َ‫ب‬. “Aku bertanya kepada Rasulullah

3
shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka
beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim)

3. Jaga aurat terhadap lawan jenis


Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya.
Maksudnya mahram di sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita.
Yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman
pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib
menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita
menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada.
Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, 4ajah4 kainnya tidak
boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun
yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan
muka atau wajah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ ‫طا ُن ا ْست َ ْش َرفَ َها خ ََر َجت فَإذَا َع ْو َرة ْال َم ْرأَة‬
َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di
mata laki-laki.” (HR. Tirmidzi,shahih)

4. Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria)


Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di
satu tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas
masing-masing wanita atau lelaki tersebut 4aja melihat lawan jenis dengan
sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak
mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu
kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai
kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang
bukan mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Qur’an dan akan
menjadi berdosa bila kita tidak mentaatinya.

4
5. Menjaga kemaluan
Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali
remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita
wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan
tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu
syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan,
tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik
bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan
media komunikasi lainnya.

B. Adab Terhadap Pasien Lawan Jenis


Agama Islam tidak memandang wanita sebagai benda najis, titisan roh halus,
iblis dan berbagai hinaan dan cacian lainnya, sebagaimana yang menjadi
kepercayaan agama kuno di Eropa. Sebaliknya justru Islam memuliakan para
wanita, agama Islam juga tidak mengurung wanita di dalam rumah, atau
mengharamkan para wanita keluar rumah, bekerja atau bersosialisasi. Asalkan
semua itu tetap menjaga batas-batas yang telah ditentukan di dalam syariat Islam.
Khusus di dalam masalah kesehatan dan kedokteran, Islam justru memberikan
peran besar bagi para wanita untuk terjun ke dalamnya. Sebagaimana kita ketahui
bahwa rumah sakit pertama yang dibangun dalam sejarah Islam adalah tenda milik
seorang wanita, di mana di dalamnya para korban luka perang dirawat oleh para
wanita juga.
Dalam pembahasa kali ini akan di jelaskan secara singkat berkaitan 5ajah dokter
dan pasien yang berbeda jenis, apa saja landasan 5ajah yang dipakai, bagaimana
pendapat para ulama tentang 5ajah dokter dan pasien yang bukan muhrimnya, dan
bagaimana menganalisa tentang 5ajah tersebut.

Landasan Hukum
1. Al-Qur’an
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

5
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(Q.S. Al-Maidah : 2)
Dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu lakukan. (Q.S. Al-An’am : 119)

2. Hadits
‫ع َمن‬ َ َ‫\فَ ْل َي ْنفَ ْعهُ أَخَاهُ يَ ْنفَ َع أ َ ْن م ْن ُك ْم ا ْست‬
َ ‫طا‬
Siapa yang mampu untuk dapat bermanfaat buat saudaranya, maka
berilah manfaat. (H.R. Muslim)
‫ شفَاء لَهُ اَ ْنزَ َل االَّ دَاء يُ ْنز ْل لَ ْم هللاَ ا َّن‬، ُ‫َجهلَهُ َم ْن َو َجهلَهُ َعل َمهُ َم ْن َعل َمه‬
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan di turunkan-
Nya pula obatnya, yang diketahui oleh orang yang mengerti dan tidak diketahui
oleh orang yang tidak mengetahuinya. (H.R. Ahmad)
‫الرحْ َمن َعبْد َع ْن‬ َّ ‫سعيد أَبي بْن‬ َ ‫ي‬ ِّ ‫سو َل أ َ َّن أَبيه َع ْن ْال ُخدْر‬ َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫َللا َر‬ َّ ‫سلَّ َم َعلَيْه‬
َ ُ‫َللا‬ ُ ‫يَ ْن‬
َ ‫ظ ُر َال قَا َل َو‬
َّ ‫ْال َم ْرأَة َع ْو َرة إ َلى ْال َم ْرأَة ُ َو َال‬
َّ ‫الر ُجل َع ْو َرة إ َلى‬
‫الر ُج ُل‬
Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya
Nabi SAW. Bersabda: “Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki
(yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang
lain)”. (H.R. Muslim)

3. Pandangan Ulama
a. Fatwa Syaikh Muhammad Saleh Al-Utsmani RA. Dalam kitab Wa Rasaail
Syaikh Ibnu Utsmaimin Juz 1 halaman 30, Syamilah.
‫ العلم أهل ذلك ذكر كما به بأس ال الطبيبة وجود عدم عند الطبيب إلى المرأة ذهاب إن‬، ‫أن ويجوز‬
‫من خلوة ودون محرم معها يكون وأن البد أنه إال إليه النظر إلى يحتاج ما كل للطبيب تكشف‬
‫ بها الطبيب‬، ‫أبيح إنما أنه هللا رحمهم العلم أهل ذكر وقد الحاجة باب من وهذا محرمة الخلوة ألن‬
‫ الوسائل تحريم محرم ألنه هذا‬، ‫إليه الحاجة عند يجوز فإنه الوسائل تحريم تحريمه كان وما‬
“Sesungguhnya seorang wanita yang mendatangi dokter lelaki di saat
tidak ditemukan dokter wanita tidaklah mengapa, sebagaimana yang
disebutkan oleh para ulama, dan dibolehkan bagi wanita tersebut membuka
di hadapan dokter lelaki semua yang dibutuhkan untuk dilihat, hanya saja

6
disyaratkan harus ditemani mahram tanpa khalwat dengan dokter lelaki
tersebut, sebab khalwat diharamkan, dan ini termasuk kebutuhan. Telah
disebutkan pula oleh para ulama –semoga Allah merahmati mereka- bahwa
perkara ini dibolehkan karena dia diharamkan dengan sebab sebagai wasilah
(pengantar kepada zina) dan sesuatu yang diharamkan karena dia sebagai
wasilah dibolehkan dalam kondisi dibutuhkan.”
b. Fatwa Lajnah Daimah dalam fatwa bi ruqmi, wa tarikhul. Jannatiddaimati lil
buhusil alamiyati wal ifta’i No. 3201 tanggal 1/9/1400 H
‫ولو طبيب ويعالجها عليها يكشف أن يجز لم مسلمة طبيبة عند وعالجها المرأة على الكشف تيسر إذا‬
‫ مسلما كان‬, ‫زوجها بحضور مسلم طبيب عليها يكشف أن جاز للعالج واضطرت ذلك يتيسر لم وإذا‬
‫ لها محرم أو‬, ‫ عقباه تحمد ال ما وقوع أو الفتنة خشية‬, ‫بالشرط كافر فطبيب المسلم يتيسر لم فإن‬
‫ المتقدم‬. ‫وسلم وصحبه وآله محمد نبينا على هللا وصلى‬
Jika memungkinkan membuka aurat wanita tersebut dan mengobatinya
pada dokter wanita yang muslimah, maka tidak boleh baginya membuka
auratnya dan melakukan pengobatan kepada dokter lelaki meskipun dia
seorang muslim. Namun jika tidak memungkinkan, dan ia terpaksa
melakukannya karena pengobatan, maka boleh dibuka auratnya oleh dokter
lelaki muslim dengan kehadiran suaminya atau mahramnya, karena
dikhawatirkan fitnah atau terjatuh kedalam perkara yang tidak disukai
akibatnya. Jika tidak ditemukan dokter lelaki muslim, maka dibolehkan
dokter lelaki kafir dengan syarat yang telah disebutkan.[1]

4. Analisis
Islam sangat menghargai tugas kesehatan, karena tugas ini adalah tugas
kemanusiaan yang sangat mulia, sebab menolong 7ajah7 manusia yang sedang
menderita. Dan menurut Islam, hubungan antara petugas kesehatan dengan
pasien adalah sebagai hubungan penjual jasa dengan pemakai jasa, sebab si
pasien dapat memanfaatkan ilmu, keterampilan, keahlian petugas kesehatan,
sedangkan petugas kesehatan memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji
atau honor. Karena itulah terjadilah akad ijarah antara kedua belah pihak, ialah

7
suatu akad, di mana satu pihak memanfaatkan barang, tenaga, pikiran,
keterampilan, dan keahlian pihak lain, dengan 8ajah8 imbalannya.[2]
Namun semua itu ada ukuran dan batasannya. Dalam masalah merawat
dan mengobati pasien di dalam dunia kedokteran, secara umum Islam
mengizinkan hal itu terjadi walau antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini
8aja saja dokter laki-laki dan pasiennya perempuan, atau sebaliknya. Kecuali
untuk jenis penyakit tertentu dan penanganan tertentu yang mengharuskan
dengan 8ajah8 jenis.

C. Batasan Aurat Laki-laki dan Perempuan


1. HANAFIYYAH
a. Laki-laki: Dari pusar sampai lutut. Dalil: ‫عورة الرجل ما بين سرته إلى ركبته‬,
‫الركبة من العورة‬
b. Budak perempuan: Seperti aurat laki-laki dan ditambah punggung, perut,
lambung sebelah kanan dan kiri
c. Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali muka, tangan, punggung
kaki dan telapak kaki. Suara bukan aurat, tapi suara merdu dalam bacaan
termasuk aurat. Kaki tidak termasuk aurat ketika sholat, tapi merupakan
aurat jika dilihat dan dipegang. Dalil:

‫وال يبدين زينتهم إال ما ظهر منها‬


‫ وأشار إلى وجهه وكفه‬،‫ إن المرأة إذا بلغت الحيض لم يصلح أن يرى منها إال هذا هذا‬،‫يا أسماء‬

2. MALIKIYYAH
Penjelasan Aurat Mugholladhoh wa mukhoffafah menurut malikiyyah
a. Laki-laki
 Mugholladhoh: Dua lubang
 Mukhoffafah: Antara pusar sampai lutut selain dua lubang
b. Budak perempuan
 Mugholladhoh: Pantat dan antara keduanya, kemaluan dan rambut
kemaluan

8
 Mukhoffafah: Paha, antara rambut kemaluan dan pusar
c. Perempuan merdeka
 Mugholladhoh: Seluruh badan kecuali athraf (leher, kepala,
punggung kaki), dada, punggung
 Mukhoffafah: Seluruh badan kecuali wajah dan tangan
Jika tersingkap aurat mugholladhoh maka batal sholatnya. Dan jika
tersingkap aurat mukhoffafah sholatnya tidak batal, tapi dianjurkan untuk
mengulanginya di waktu sholat dloruri. Dilarang melihat aurat walaupun
tidak tertutup. Tapi jika aurat tertutup boleh melihatnya. Hukum meraba
aurat yang tertutup (dengan kain/baju) tidak boleh

Batas aurat laki-laki ketika sholat


1. Laki-laki: Mugholadhoh (dua lubang) dan antara dua pantat. Maka wajib
mengulangi sholat jika kain yang menutupi pantat terbuka atau
tersingkap rambut di bawah perut. Paha bukan aurat dalam sholat.
2. Budak perempuan: Dua lubang dan pantat. Jika terlihat ketika sholat
maka batal
3. Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali dada, ujung rambut, tangan
dan kaki

Batas aurat yang dilihat


1. Laki-laki: Antara pusar dan lutut. Dengan laki-laki lain: Antara pusar
dan lutut
2. Perempuan
a. Di depan laki-laki bukan mahram: Seluruh badan kecuali wajah dan
kedua telapak tangan
b. Di depan laki-laki mahram: Seluruh badan kecuali wajah dan athraf
(kepala, leher, kedua tangan dan kedua kaki
c. Dengan perempuan lain muslimah/kafirah: Antara pusar sampai lutut
d. Keluarga karena perkawinan atau menyusui: Seluruh badan kecuali
muka dan kedua telapak tangan

9
3. SYAFI’IYYAH
Batas aurat ketika sholat
1. Laki-laki: Antara pusar dan lutut
2. Budak perempuan: Seperti aurat laki-laki
3. Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan
(baik punggungnya maupun telapknya)

Batas aurat yang dilihat


1. Laki-laki
a. Laki-laki lain: Antara pusar dan lutut
b. Perempuan bukan mahram: Antara pusar dan lutut
c. Perempuan mahram: Antara pusar dan lutut.

2. Perempuan Merdeka
a. Laki-laki bukan mahrom: Seluruh badan
b. Laki-laki mahram: Antara pusar dan lutut
c. Perempuan muslim: Antara pusar dan lutut
d. Perempuan kafir: Seluruh badan kecuali yang terlihat ketika bekerja
e. Keluarga karena perkawinan atau menyusui: Pusar sampai lutut. Hal
ini termasuk dalam bab kelonggaran (‫)فسحة‬.

Catatan:
Pusar dan lutut bukan aurat ‫ على األصح‬dalam madzhab syafi’iyyah. Tapi
untuk menutupi paha harus menutupi lutut. Hal ini sesuai dengan kaidah
ushululiyyah ‫ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب‬. Jika aurat terbuka maka batal
sholatnya, kecuali jika terkena 10ajah10 tau lupa.
Syafi’iyyah berseberangan dengan pendapat malikiyyah yang
mengatakan paha bukan aurat. Itu hikayah fi’il, sedangkan hadits qaul
(perkataan) lebih 10ajah dari hadits fi’il (perbuatan). Kaidahnya ‫القول أرجح من‬
‫الفعل‬

10
4. HANABILAH
1. Laki-laki: Antara pusar dan lutut. Pusar dan lutut bukan aurat.
Hendaknya ketika sholat menutup pundak. Dalil: ‫ال يصلي الرجل في الثوب‬
‫ ليس على عاتقه منه شيء‬،‫الواحد‬
2. Budak perempuan: Antara pusar dan lutut (seperti aurat laki-laki)
3. Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.
a. Dengan laki-laki mahramnya: Seluruh badan kecuali wajah, lutut,
kedua tangan, kaki dan betis
b. Di depan perempuan kafir: Antara pusar sampai lutut. Hal ini
dikarenakan perbedaan pemahaman antara jumhur dan ulama’
hanabilah dalam memahami ayat ‫ أو نسائهن‬... ‫وال يبدين زينتهن إال لبعولتهن‬
Menurut Jumhur: Maksud nisa’ itu khusus perempuan muslimah.
Menurut Hanabilah: Maksud nisa’ seluruh nisa’.
c. Boleh membuka aurat untuk berobat

Kesimpulan Dari Pembahasan Ini


Kesepakatan para ulama’
1. Dua kemaluan aurat
2. Pusar bukan aurat
3. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut
4. Aurat perempuan
a. Dalam sholat: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan. Kedua
kaki menurut hanafiyyah tidak aurat
b. Di luar sholat: Seluruh badan
c. Di depan mahram atau perempuan muslimah:
 Hanafiyyah dan Syafi’iyyah: Antara pusar dan lutut.
 Malikiyyah: Seluruh badan kecuali wajah dan athraf (kepala, leher,
kedua tangan dan kedua kaki)
 Hanabilah: Seluruh badan kecuali wajah, leher, kepala, kedua
tangan, kaki dan betis

11
· Lutut bukan aurat
 Hanafiyyah: lutut aurat
 Jumhur: Lutut bukan aurat, tapi wajib menutup lutut untuk
menutupi paha, dengan kaidah ushuliyah ‫ما ال يتم الواجب إال به فهو‬
‫واجب‬.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara khusus Rasulullah saw memperingatkan juga seorang perempuan
dengan ipar sebab sering terjadi karena dianggap sudah terbiasa dan
memperingan hal tersebut di kalangan keluarga, maka kadang-kadang membawa
akibat yang tidak baik. Karena berduaan dengan keluarga itu bahayanay lebih
berat daripada dengan orang lain dan fitnah yang lebih kuat, sebab
memungkinkan dia dapat masuk tempat perempuan tersebut tanpa ada yang
menegur. Hal ini berbeda sekali dengan orang lain.
Yang sama dengan ini ialah keluarga perempuan yang bukan mahramnya
seperti kemenakannya baik dari pihak Ayah atau Ibu. Dia tidak boleh berkhalwat
dengan mereka.
Rasulullah saw pernah bersabda sebagai berikut:

‫فال افريت؟ هللا ل سو ر يا نصر اال من رجل ل فقا ء النسا على ل خو الد و كم يا ا‬: ‫ ت المو حمو‬.

“Hindarilah keluar rumah seorang perempuan kemudian, ada seorang laki-laki


dari sahabat Anshar bertanya: Ya Rasulullah. Bagaiman pendapat tantang ipar?
Maka jawab Nabi: berduaan dengan ipar itu sama dengan menjumpai mati
(mengkhawatirkan). (HR. Bukhari).

13
DAFTAR PUSTAKA

http://dinamaulinaaa.blogspot.com/2016/02/makalah-adab-terhadap-lawan-
jenis.html?m=1

http://makalah-terbaru.blogspot.com/2012/01/adab-bergaul-dengan-lawan-
jenis.html?m=1

http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/hukum-dokter-dan-pasien-yang-
beda.html?m=1

http://al-azharpress.com/batasan-aurat-pria-dan-wanita

http://syariahislamonline.blogspot.com/2012/11/batas-aurat-laki-laki-dan-
perempuan.html?m=1

http://wahdahjakarta.com/batasan-aurat-wanita-dan-laki-laki/amp/

14

Anda mungkin juga menyukai