Disusun Oleh:
1. Neneng Nurajizah
2. Nurlaela
Dosen Pembimbing :
PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah
dari Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.
Terlebih anugerah itu bertambah menjadi Muslimah yang mukminah yaitu
wanita Muslimah yang beriman kepada Allah. Nabi saw bersabda yang artinya:
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang
shalihah.” (HR. Muslim).
Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak
mudah, karena banyak sekalingodaan-godaan dalam mencapainya. Dikarenakan
balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun
menginginkannya. Godaan-godaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali
1ajah1 dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja, di mana masa
puberitas seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi
remaja Muslim dalam melewati masa ini, namun sunnguh sangat indah bagi para
remaja yang 1aja dikatakan lulus dalam melewati maasa pubertas yang penuh
godaan ini.
B. Rumusan Masalah
1. apa saja adab terhadap lawan jenis?
2. Apa saja adab terhadap pasien lawan jenis?
3. Apa saja batasan aurat antara laki-laki dan perempuan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
”Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar.
Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim).
Di bawah ini akan kami ungkapkan adab-adab terhadap dengan lawan jenis. Di
antaranya:
2
1. Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)
TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng,
berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran
remaja umumnya saat ini,di mana batas-batas pergaulan di sekolah umum sudah
sangat tidak wajar dan melanggar prinsip Islam. Namun tidak mengapa kita
sekolah di sekolah umum jika tetap 3aja menjaga adab-adab bergaul dengan
lawan jenis. Jika ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan
maka yang ketiga sebagai pendampingnya adalah setan.
Dari ‘Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di
Jabiyah (suatu perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, َطانَ فَإ َّن با ْم َرأَة أ َ َحد ُ ُك ْم َي ْخلُ َو َّن ال َّ “ ثَالث ُ ُه َما الJanganlah salah
َ ش ْي
seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan
mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang
bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah
seorang yang mukmin.” (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)
Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan?
Ngaji,membaca Al Quran dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama
InsyaAllah malaikatlah yang akan mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang
cerdas, kita akan lebih memilih untuk didampingi oleh malaikat.
2. Menundukkan pandangan
Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah
termasuk panah-panah setan. Kalau Cuma sekilas saja atau spontanitas atau
tidak sengaja maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan
pertama yang tidak sengaja diperbolehkan namun selanjutnya adalah
haram.Ketika melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu,
sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera
mohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ُسأ َ ْلت َ سو َل َّ –هللا صلى
ُ َللا َر
َ َف أ َ ْن فَأ َ َم َرنى ْالفُ َجا َءة ن
وسلم عليه- ظر َع ْن ْ َ صر ى أ
َ صر َ َب. “Aku bertanya kepada Rasulullah
3
shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka
beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim)
4
5. Menjaga kemaluan
Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali
remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita
wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan
tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu
syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan,
tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik
bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan
media komunikasi lainnya.
Landasan Hukum
1. Al-Qur’an
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
5
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(Q.S. Al-Maidah : 2)
Dan Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu lakukan. (Q.S. Al-An’am : 119)
2. Hadits
ع َمن َ َ\فَ ْل َي ْنفَ ْعهُ أَخَاهُ يَ ْنفَ َع أ َ ْن م ْن ُك ْم ا ْست
َ طا
Siapa yang mampu untuk dapat bermanfaat buat saudaranya, maka
berilah manfaat. (H.R. Muslim)
شفَاء لَهُ اَ ْنزَ َل االَّ دَاء يُ ْنز ْل لَ ْم هللاَ ا َّن، َُجهلَهُ َم ْن َو َجهلَهُ َعل َمهُ َم ْن َعل َمه
Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan di turunkan-
Nya pula obatnya, yang diketahui oleh orang yang mengerti dan tidak diketahui
oleh orang yang tidak mengetahuinya. (H.R. Ahmad)
الرحْ َمن َعبْد َع ْن َّ سعيد أَبي بْن َ ي ِّ سو َل أ َ َّن أَبيه َع ْن ْال ُخدْر َّ صلَّى
ُ َللا َر َّ سلَّ َم َعلَيْه
َ َُللا ُ يَ ْن
َ ظ ُر َال قَا َل َو
َّ ْال َم ْرأَة َع ْو َرة إ َلى ْال َم ْرأَة ُ َو َال
َّ الر ُجل َع ْو َرة إ َلى
الر ُج ُل
Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya
Nabi SAW. Bersabda: “Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki
(yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang
lain)”. (H.R. Muslim)
3. Pandangan Ulama
a. Fatwa Syaikh Muhammad Saleh Al-Utsmani RA. Dalam kitab Wa Rasaail
Syaikh Ibnu Utsmaimin Juz 1 halaman 30, Syamilah.
العلم أهل ذلك ذكر كما به بأس ال الطبيبة وجود عدم عند الطبيب إلى المرأة ذهاب إن، أن ويجوز
من خلوة ودون محرم معها يكون وأن البد أنه إال إليه النظر إلى يحتاج ما كل للطبيب تكشف
بها الطبيب، أبيح إنما أنه هللا رحمهم العلم أهل ذكر وقد الحاجة باب من وهذا محرمة الخلوة ألن
الوسائل تحريم محرم ألنه هذا، إليه الحاجة عند يجوز فإنه الوسائل تحريم تحريمه كان وما
“Sesungguhnya seorang wanita yang mendatangi dokter lelaki di saat
tidak ditemukan dokter wanita tidaklah mengapa, sebagaimana yang
disebutkan oleh para ulama, dan dibolehkan bagi wanita tersebut membuka
di hadapan dokter lelaki semua yang dibutuhkan untuk dilihat, hanya saja
6
disyaratkan harus ditemani mahram tanpa khalwat dengan dokter lelaki
tersebut, sebab khalwat diharamkan, dan ini termasuk kebutuhan. Telah
disebutkan pula oleh para ulama –semoga Allah merahmati mereka- bahwa
perkara ini dibolehkan karena dia diharamkan dengan sebab sebagai wasilah
(pengantar kepada zina) dan sesuatu yang diharamkan karena dia sebagai
wasilah dibolehkan dalam kondisi dibutuhkan.”
b. Fatwa Lajnah Daimah dalam fatwa bi ruqmi, wa tarikhul. Jannatiddaimati lil
buhusil alamiyati wal ifta’i No. 3201 tanggal 1/9/1400 H
ولو طبيب ويعالجها عليها يكشف أن يجز لم مسلمة طبيبة عند وعالجها المرأة على الكشف تيسر إذا
مسلما كان, زوجها بحضور مسلم طبيب عليها يكشف أن جاز للعالج واضطرت ذلك يتيسر لم وإذا
لها محرم أو, عقباه تحمد ال ما وقوع أو الفتنة خشية, بالشرط كافر فطبيب المسلم يتيسر لم فإن
المتقدم. وسلم وصحبه وآله محمد نبينا على هللا وصلى
Jika memungkinkan membuka aurat wanita tersebut dan mengobatinya
pada dokter wanita yang muslimah, maka tidak boleh baginya membuka
auratnya dan melakukan pengobatan kepada dokter lelaki meskipun dia
seorang muslim. Namun jika tidak memungkinkan, dan ia terpaksa
melakukannya karena pengobatan, maka boleh dibuka auratnya oleh dokter
lelaki muslim dengan kehadiran suaminya atau mahramnya, karena
dikhawatirkan fitnah atau terjatuh kedalam perkara yang tidak disukai
akibatnya. Jika tidak ditemukan dokter lelaki muslim, maka dibolehkan
dokter lelaki kafir dengan syarat yang telah disebutkan.[1]
4. Analisis
Islam sangat menghargai tugas kesehatan, karena tugas ini adalah tugas
kemanusiaan yang sangat mulia, sebab menolong 7ajah7 manusia yang sedang
menderita. Dan menurut Islam, hubungan antara petugas kesehatan dengan
pasien adalah sebagai hubungan penjual jasa dengan pemakai jasa, sebab si
pasien dapat memanfaatkan ilmu, keterampilan, keahlian petugas kesehatan,
sedangkan petugas kesehatan memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji
atau honor. Karena itulah terjadilah akad ijarah antara kedua belah pihak, ialah
7
suatu akad, di mana satu pihak memanfaatkan barang, tenaga, pikiran,
keterampilan, dan keahlian pihak lain, dengan 8ajah8 imbalannya.[2]
Namun semua itu ada ukuran dan batasannya. Dalam masalah merawat
dan mengobati pasien di dalam dunia kedokteran, secara umum Islam
mengizinkan hal itu terjadi walau antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini
8aja saja dokter laki-laki dan pasiennya perempuan, atau sebaliknya. Kecuali
untuk jenis penyakit tertentu dan penanganan tertentu yang mengharuskan
dengan 8ajah8 jenis.
2. MALIKIYYAH
Penjelasan Aurat Mugholladhoh wa mukhoffafah menurut malikiyyah
a. Laki-laki
Mugholladhoh: Dua lubang
Mukhoffafah: Antara pusar sampai lutut selain dua lubang
b. Budak perempuan
Mugholladhoh: Pantat dan antara keduanya, kemaluan dan rambut
kemaluan
8
Mukhoffafah: Paha, antara rambut kemaluan dan pusar
c. Perempuan merdeka
Mugholladhoh: Seluruh badan kecuali athraf (leher, kepala,
punggung kaki), dada, punggung
Mukhoffafah: Seluruh badan kecuali wajah dan tangan
Jika tersingkap aurat mugholladhoh maka batal sholatnya. Dan jika
tersingkap aurat mukhoffafah sholatnya tidak batal, tapi dianjurkan untuk
mengulanginya di waktu sholat dloruri. Dilarang melihat aurat walaupun
tidak tertutup. Tapi jika aurat tertutup boleh melihatnya. Hukum meraba
aurat yang tertutup (dengan kain/baju) tidak boleh
9
3. SYAFI’IYYAH
Batas aurat ketika sholat
1. Laki-laki: Antara pusar dan lutut
2. Budak perempuan: Seperti aurat laki-laki
3. Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan
(baik punggungnya maupun telapknya)
2. Perempuan Merdeka
a. Laki-laki bukan mahrom: Seluruh badan
b. Laki-laki mahram: Antara pusar dan lutut
c. Perempuan muslim: Antara pusar dan lutut
d. Perempuan kafir: Seluruh badan kecuali yang terlihat ketika bekerja
e. Keluarga karena perkawinan atau menyusui: Pusar sampai lutut. Hal
ini termasuk dalam bab kelonggaran ()فسحة.
Catatan:
Pusar dan lutut bukan aurat على األصحdalam madzhab syafi’iyyah. Tapi
untuk menutupi paha harus menutupi lutut. Hal ini sesuai dengan kaidah
ushululiyyah ما ال يتم الواجب إال به فهو واجب. Jika aurat terbuka maka batal
sholatnya, kecuali jika terkena 10ajah10 tau lupa.
Syafi’iyyah berseberangan dengan pendapat malikiyyah yang
mengatakan paha bukan aurat. Itu hikayah fi’il, sedangkan hadits qaul
(perkataan) lebih 10ajah dari hadits fi’il (perbuatan). Kaidahnya القول أرجح من
الفعل
10
4. HANABILAH
1. Laki-laki: Antara pusar dan lutut. Pusar dan lutut bukan aurat.
Hendaknya ketika sholat menutup pundak. Dalil: ال يصلي الرجل في الثوب
ليس على عاتقه منه شيء،الواحد
2. Budak perempuan: Antara pusar dan lutut (seperti aurat laki-laki)
3. Perempuan merdeka: Seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.
a. Dengan laki-laki mahramnya: Seluruh badan kecuali wajah, lutut,
kedua tangan, kaki dan betis
b. Di depan perempuan kafir: Antara pusar sampai lutut. Hal ini
dikarenakan perbedaan pemahaman antara jumhur dan ulama’
hanabilah dalam memahami ayat أو نسائهن... وال يبدين زينتهن إال لبعولتهن
Menurut Jumhur: Maksud nisa’ itu khusus perempuan muslimah.
Menurut Hanabilah: Maksud nisa’ seluruh nisa’.
c. Boleh membuka aurat untuk berobat
11
· Lutut bukan aurat
Hanafiyyah: lutut aurat
Jumhur: Lutut bukan aurat, tapi wajib menutup lutut untuk
menutupi paha, dengan kaidah ushuliyah ما ال يتم الواجب إال به فهو
واجب.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara khusus Rasulullah saw memperingatkan juga seorang perempuan
dengan ipar sebab sering terjadi karena dianggap sudah terbiasa dan
memperingan hal tersebut di kalangan keluarga, maka kadang-kadang membawa
akibat yang tidak baik. Karena berduaan dengan keluarga itu bahayanay lebih
berat daripada dengan orang lain dan fitnah yang lebih kuat, sebab
memungkinkan dia dapat masuk tempat perempuan tersebut tanpa ada yang
menegur. Hal ini berbeda sekali dengan orang lain.
Yang sama dengan ini ialah keluarga perempuan yang bukan mahramnya
seperti kemenakannya baik dari pihak Ayah atau Ibu. Dia tidak boleh berkhalwat
dengan mereka.
Rasulullah saw pernah bersabda sebagai berikut:
فال افريت؟ هللا ل سو ر يا نصر اال من رجل ل فقا ء النسا على ل خو الد و كم يا ا: ت المو حمو.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://dinamaulinaaa.blogspot.com/2016/02/makalah-adab-terhadap-lawan-
jenis.html?m=1
http://makalah-terbaru.blogspot.com/2012/01/adab-bergaul-dengan-lawan-
jenis.html?m=1
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/hukum-dokter-dan-pasien-yang-
beda.html?m=1
http://al-azharpress.com/batasan-aurat-pria-dan-wanita
http://syariahislamonline.blogspot.com/2012/11/batas-aurat-laki-laki-dan-
perempuan.html?m=1
http://wahdahjakarta.com/batasan-aurat-wanita-dan-laki-laki/amp/
14