Anda di halaman 1dari 36

Hipertensi dalam kehamilan

Ikada septi arimurti

1
Klasifikasi berdasarkan NHBPEP
(Juli 2009)

• Hipertensi kronik
• Preeklamsia – eklamsia
• Hipertensi kronik (superimposed preeklamsia)
• Hipertensi gestasional

2
Klasifikasi berdasarkan American College
of Obstetrician and Gynecologist

• Hipertensi gestasional
• Pre eklampsia
• Super imposed pre eklampsia
• Hellp syndrome

3
Definisi (1)
• Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak
4-6 jam pada wanita yg sebelumnya normal.
• Hipertensi kronik adalah hipertensi sebelum
kehamilan, dibawah 20 minggu usia
kehamilan, dan hipertensi tidak menghilang
12 minggu pasca persalinan.

4
Definisi (2)
• Hipertensi gestasional adalah hipertensi pada
kehamilan yang tidak disertai proteinuria
hingga 12 minggu pasca persalinan.
• Pre eklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria yang didapatkan setelah usia
kehamilan 20 minggu.
• Eklampsia adalah Pre eklampsia yang disertai
kejang.

5
Definisi (3)
• Hellp syndrome adalah kelanjutan dari pre
eklampsia dan eklampsia, dimana terdapat
tanda tanda seperti:
• Hemolisis, lactat dehydrogenase > 600 U/L
• Total bilirubin > 1,2 mg/dl
• SGOT > 70 U/L
• Trombosit < 100.000 /mm3

6
Faktor risiko
• Keturunan : 70-80% riwayat hipertensi dalam
keluarga.
• Lingkungan : stress, obesitas dan kurang olah raga
• Usia ibu > 35 tahun
• Primipara
• Adanya kelainan jantung, ginjal dan diabetes
mellitus
• Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan
multipel, diabetes mellitus
7
Patofisiologi
• Penyebab hivertensi blm diketahui dg jelas, banyak
teori yg dikemukakan.
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia pllasenta, radikal bebas, dan
disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan bayi
4. Teori adaptasi kardiovaskular genetik
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori inflamasi
8
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
• Pada hamil normal invasi trofoblas ke lapisan otot
arteria spiralis  dilatasi arteri spiralis jaringan
gembur sehingga lumen arteri spiralis mengalami
distensi dan dilatasi/ pelebaran dampaknya
penurunan tekanan darah dan peningkatan aliran
darah utero plasenta (remodelling arteri spiralis)
• Pada hipertensi tidak terjadi invasi sel sel
trofoblas ke arteri spiralis  lapisan otot arteri
spiralis kaku vasokonstriksi  kegagalan
remodelling arteri spiralis
9
Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan
disfungsi endotel
• Iskemia plasenta dan radikal bebas
Plasenta yg iskemia dan hipoksia
menghasilkan oksidan/radikal bebas  radikal
hidroksil yg toksis/ peroksida lemak merusak
membran sel endotel pembuluh darah.
• Disfungsi endotel
sel endotel terpapar peroksida lemak
kerusakan sel endotel

10
Teori intoleransi imunologik antara ibu dan
bayi
• Perempuan hamil normal  respon imun tdk
menolak hasil konsepsi/benda asing karena
ada human leukocyte antigen protein G (HLA-
G)  HLA-G di plasenta melindungi trofoblas
janin dari lisis oleh natural killer (NK) ibu.
• Pada hipertensi dalam kehamilan 
penurunan HLA-G menghambat invasi
trofoblas ke desidua.

11
Teori defisiensi gizi
• Hasil penelitian : konsumsi minyak ikan
mengurangi risiko pre eklampsia.
• Minyak ikan mengandung asam lemak tidak
jenuh  mencegah vasokonstriksi pembuluh
darah.

12
NORMAL

PE
Gejala (1)
• Hipertensi kronik
 Tekanan darah > 140/90 mmHg.
 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil,
atau diketahui adanya hipertensi pada usia
kehamilan < 20 minggu.
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dg tes celup
urin).
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti
mata, jantung dan ginjal.
14
Gejala (2)
• Preeklampsia ringan
 Tekanan darah > 140/90 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria +1
atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil > 300 mg/24 jam.

15
Gejala (3)
• Preeklampsia berat
 Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+2 atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil > 5 g/24 jam
 Atau disertai keterlibatan organ lain
 Trombositopenia (< 100.000 sel/ul),
 Peningkatan SGOT/SGT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
 Sakit kepala, skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/ gagal jantung
 Oliguria (< 500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
16
Gejala (4)
• Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
 Pasien dengan riwayat hipertensi kronik
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria > +1 atau
trombosit < 100.000 sel/ul pada usia kehamilan > 20
minggu

• Eklampsia
 Kejang umum dan atau koma
 Tanda dan gejala pre eklampsia
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain ( misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)
17
Penatalaksanaan (1)
• Hipertensi kronis
 Elektrokardiogram/EKG harus dilakukan pada
wanita dengan hipertensi kronik
 Tes laboratorium awal
 Urinalisis, kultur urin dan kreatinin serum,
glukosa dan elektrolit
 Tes akan mengabaikan penyakit ginjal dan
diabetes mellitus
18
Penatalaksanaan (2)
• Pre eklampsia
 Segera rawat
 Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum,
sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan
terdahulu dari pasien atau keluarganya.
 Jika pasien tidak bernafas:
 Bebaskan jalan nafas
 Berikan O2 dengan sungkup
 Lakukan intubasi jika diperlukan
19
Penatalaksanaan (3)
• Pre eklampsia
 Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
 Bebaskan jalan nafas
 Baringkan pada satu sisi
 Ukur suhu
 Periksa apakah ada kaku kuduk

20
Penatalaksanaan (4)
• eklampsia
 Jika pasien kejang, baringkan pada satu sisi, tempat
tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah.
 Bebaskan jalan nafas
 Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya
lidah
 Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat
tidur

21
Penanganan kejang
• Pasien pre eklampsia dan ekampsia
• Beri obat anti kejang/ anti konvulsan
• Perlengkaan untuk penanganan kejang (jalan nafas,
penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
• Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
• Aspirasi mulut dan tenggorokan
• Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi
trendelenburg untuk mengurangi risiko O2 4-6
l/mnt
22
Penanganan umum (1)
• Pasien pre eklampsia dan ekampsia
• Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan anti
hipertensi samai tekanan diastolik antara 90-100
mmHg
• Pasang infus ringer laktat
• Ukur keseimbangan cairan, jgn sampai terjadi overload
• Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan
pemeriksaan proteinuria
• Infus cairan dipertahankan 1,5-2 ltr/24 jam

23
Penanganan umum (2)
• Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang
disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
• Observai tanda vital, refleks dan denyut
jantung janin setiap 1 jam
• Auskultasi paru untuk mencari tanda edema
paru

24
Anti hipertensi
• Obat pilihan adalah nifedipine, yg diberikan 5-
10 mg oral yg daat diulang sampai 8 x/24 jam
• Jika respons tidak membaik setelah 10 menit,
berikan tambahan 5 mg sublingual nifediine
10 mg sublingual

25
Anti konvulsan
• Magnesium sulfat merupakan obat ppilihan
untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain
adalah diasepam, dengan risiko terjadinya
depresi neonatal.

26
Persalinan
• Pasien pre eklampsia dan ekampsia
• Pada pre eklampsia berat, persalinan harus terjadi
dlam 24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam
sejak gejala eklampsia timbul
• Jika terjadi gawat janin/ persalinan tidak dapat terjadi
dalam 12 jam(pada eklampsia), lakukan bedah caesar
• Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan
induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
dekstrose 10 tts/mnt atau dg cara pemberian
prostaglandin/misoprostol
27
Perawatan post partum
• Pasien pre eklampsia dan ekampsia
• Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam post
partum/ kejang yg terakhir
• Teruskan terapi hipertensi jika tekanan
diastolik masih > 90 mmHg
• Lakukan pemantauan jumlah urin

28
Pemberian mgs04
• Ada 2 sediaan
• 1. mgso4 40% flash (1 flash = 25 ml)
• 2. Mgso4 20% flash (1 flash = 25 ml)

29
• Mgso4 40% flash (1 flash 25 ml)
• Dalam 1 flash terdapat: 40% x 25 ml= 10 gr
mgso4
• Jika membutuhkan 2 gr mgso4 40% = 2gr/10gr
x 25ml = 5 ml mgso4 40%
• Jika membutuhkan 4 gr mgso4 40% = 4gr/0gr
x 25 ml = 10 ml mgso4 40%

30
• Mgso4 20% flash (1 flash = 25 ml)
• Dalam 1 flash terdapat : 20% x 25 ml = 5gr
mgso4
• Jika membutuhkan 2 gr mgso4 20% = 2gr/5gr
x 25 ml = 10 ml mgso4 20%
• Jika membutuhkan 4 gr mgso4 20% = 4gr/5gr
x 25 ml = 20 ml mgso4 20%

31
Cara pemberian mgso4
• A. Dosis awal
4 gr (10 cc mgso4 40%) dilarutkan kedalam 10 ml
aquadest, diberikan selama 15-20 menit secara
bolus.
• B. dosis pemeliharaan
6 gr mgso4 (15 cc mgso4 40%) dalam 500 cc RL,
diberikan dg kecepatan 1-2 gr/jam (20-30 tetes
permenit) selama 6 jam, dan diulang hingga 24
jam setelah persalinan/kejang berakhir.
32
• Jika kejang berulang setelah 15 menit , berikan
mgso4 40% sebanyak 2gr iv selama 5 menit.
• Jika akses intravena sulit, berikan masing
masing 5 gr mgso4 (12, 5 ml larutan mgso4
40%) im di bokong kiri dan kanan.

33
Syarat pemberian mgso4
• 1. Harus tersedia antidotum mgso4, yaitu
kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc)
diberikan iv dalam waktu 3-5 menit.
• 2. refleks patella (+) kuat
• 3. frekuensi pernafasan > 16 x / menit
• 4. produksi urin > 30 cc dalam 1 jam
sebelumnya

34
Terima kasih

35
Daftar pustaka
• Buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas
kesehatan dasar dan rujukan. 2013.
• Prawirohardjo, sarwono. 2010. ilmu
kebidanan. Jakarta: ybpsp.
• Santoso, budi iman. Pre ekalmpsia –
eklampsia. Dep.obstetri dan ginekologi FK UI.
• www. litbang.depkes.go.id

36

Anda mungkin juga menyukai