Anda di halaman 1dari 26

A. Pendahuluan a.

Latar Belakang Di negara kita yang katanya adalah negara yang berlandaskan ketuhanan Yang Maha Esa, tak jarang kita melihat prilaku yang sekuler dari masyarakatnya. Tidak hanya prilaku, sekarang juga sudah merambah ke pemikiran dan paham. Tak terkecuali kita rasakan juga pada pandangan orang terhadap pernikahan yang semakin dipandang dengan sangat bebas dan dangkal. Ada yang menyebutkan bahwa pernikahan dapat mengekang kebebasan, pernikahan hanya sekedar ritual agama, bahkan ada yang memikirkan untuk tidak menikah atau menikah dengan sesama gender. Tidak menikah bukan lagi menjadi aib dan menjalin hubungan kasih sebelum menikah sudah menjadi sesuatu yang lumrah bagi sebagian orang. Permasalahan setelah menikahpun juga sering kita dengar. Perceraian, ADRT,dan konflik lainnya merupakan lah yang biasa bagi sekelompok orang tersebut. Bergerak dari sanalah sudah sepantasnya dibutuhkan suatu informasi yang dapat memberikan pemahaman kepada pembaca bagaimana seharusnya kita sebagai umat muslim memandang pernikahan ini sebagai suatu syariat yang sudah diatur dalam agama dan tidak bisa sekehendak hati dalam bertindak agar tindakan tersebut direstui oleh Allah SWT. Bagaimana cara taaruf sebelum pernikahan dan bagaimana cara menjaga kesucian sebelum menikah dan bagaimana seorang muslim bersikap setelah menikah akan dibahas pada makalah ini. b. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam latar belakang di atas, kami disini kemudian merumuskan solusi permasalahan yang tentunya akan dibahas dalam makalah ini. Rumusan masalah tersebut dimuat dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti dibawah ini : 1) Bagaimana etika pergaulan dengan lawan jenis?, 2) Bagaimana pergaulan dengan lawan jenis yang diperbolehkan oleh Islam?, 3) Apa yang dimaksud dengan hubungan pra-nikah menurut Islam?, 4) Bagaimana pandangan Islam terkait pacaran?,

5) Apakah perbedaan taaruf dengan pacaran?, 6) Bagaimana memilih pasangan yang sesuai harapan?, 7) Apa saja kriteria dalam memilih pasangan menurut Islam?, 8) Apa yang dimaksud dengan pasangan ideal? 9) Apa saja langkah-langkah tepat yang harus dipersiapkan menuju pernikahan?, 10) Apakah hak dan kewajiban suami-isteri menurut Islam?, 11) Apa saja tips berumah tangga yang sakinah mawadah dan warahmah? B. Kerangka Teoritis Nikah dari segi bahasa berarti ikatan atau simpulan. Sedangkan dari segi istilah syarak berarti suatu ikatan atau akad yang menghalalkan pergaulan dan membatas hak dan kewajiban serta saling tolong menolong di antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang di antara keduanya bukan mahram sehingga setelah di adakan pernikahan keduanya menjadi mahram. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah saw. dan digalakkan di dalam Islam serta dituntut oleh hukum syarak, sebagaimana sabda Rasulullah saw. untuk menguatkan sumber alquran perihal perkawinan ini yang artinya : " Nikah itu adalah sunnahku, maka sesiapa yang benci sunnahku maka sesungguhnya ia bukan dari golonganku ". ( HR. Ibnu Majah ) Selain dari hadits Rasulullah saw. ada kalamullah yang menerangkan bahwa pernikahan itu dituntut oleh syarak. Sebagaimana dalam Alquran surat An-Nissa ayat 3: Artinya: Dan apabila kalian takut tidak bisa berbuat adil kepada anak-anak perempuan yang yatim (untuk kalian jadikan istri), maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian senangi, dua atau tiga atau empat. Bila kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah satu perempuan saja atau budak-budak kalian. Yang demikian itu lebih membuat kalian tidak berbuat zhalim. ( Surah An - Nisaa' Ayat 3 ) Hadits lain yang menganjurkan pernikahan sebagai berikut , yang artinya: "Wahai pemuda-pemuda, barang siapa yang mampu di antara kamu (mampu dan ingin) hendaklah ia menikah, kareana sesungguhnya pernikahan itu akan membatasi pandangan

(terhadap orang yang tidak halal dilihatnya) dan terjaga kehormatannya dan barang siapa yang tidak mampu menikah hendaklah ia berpuasa, bahwa puasa itu akan menjadi benteng". ( HR. Muslim ) Dari ijmak ulama semua sepakat mengatakan bahawa hukum pernikahan itu adalah dituntut oleh hukum syarak. Dari ketiga sumber hukum Islam yang tertinggi telah menyebutkan penganjuran terhadap perkawinan. Walaupun tidak diwajibkan dalam alquran dan hadits, tapi sangat ditekankan untuk melakukannya karena Rasulullah menekankan bahwa jika seseorang yang sudah mampu, materi dan rohani, tidak menunaikan perkawinan, maka orang tersebut bukan termasuk golongan Beliau. Lain soal jika orang tersebut tidak memiliki kemampuan didalamnya. Agama sangat menganjurkan perkawinan karena dari perkawinan seseorang yang shaleh insyaAllah akan melahirkan anak yang shaleh juga, karena yang mewarnai pertama kali si bayi adalah keluarganya. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari manusia dari kepunahan. Dengan perkawinan diharapkan akan muncul individu baru yang akan mewariskan perjuangan kekhalifahan manusia di bumi. C. Pembahasan 1) Etika Pergaulan dengan Lawan Jenis Sebagai seorang Muslim yang memgang teguh Ajaran Islam dengan selalu melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT serta Rasulullah SAW dan menjauhi segala laranganya, selayaknya kita selalu melandasi segala kegiatan di dunia ini sesuai dengan ajaran Rasululllah SAW. agar kita selalu terhindar dari murka Allah SWT termasuk dalam pergaulan apalagi terhadap lawan jenis. Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari Allah Taala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah yang beriman kepada Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah. (HR. Muslim)

Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah,karena banyak sekali godaan-godan dalam mencapainya. Dikarenakan balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun menginginkannya. Godaangodaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali datang dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja,di mana masa puberitas seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi remaja muslim dalam melewati masa ini, namun sungguh sangat indah bagi para remaja yang bisa dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang penuh godaan ini. Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan beranganangan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim) Seorang wanita muslimah harusnya yakin bahwa kehormatannya harus dijaga dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis agar tidak ada mudhorot (bahaya) atau bahkan fitnah. Di bawah ini akan kami ungkapkan adab-adab bergaul dengan lawan jenis. Di antaranya: Pertama: Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan) TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng, berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran remaja umumnya saat ini,di mana batas-batas pergaulan di sekolah umum sudah sangat tidak wajar dan melanggar prinsip Islam. Namun tidak mengapa kita sekolah di sekolah umum jika tetap

bisa menjaga adb-adab bergaul dengan lawan jenis. Jika ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan maka yang ketiga sebagai pendampingnya adalah setan. Dari Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di Jabiyah (suatu perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin." (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih) Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan? Ngaji,membaca Al Quran dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama InsyaAllah malaikatlah yang akan mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang cerdas, kita akan lebih memilih untuk didampingi oleh malaikat. Kedua: Menundukkan pandangan Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah termasuk panahpanah setan. Kalau cuma sekilas saja atau spontanitas atau tidak sengaja maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan pertama yang tidak sengaja diperbolehkan namun selanjutnya adalah haram.Ketika melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu, sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera mohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu. Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu anhu, dia berkata, - - . "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku." (HR. Muslim) Ketiga: Jaga aurat terhadap lawan jenis Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya mahram di sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun

kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki." (HR. Tirmidzi, shahih) Keempat: Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria) Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-masing wanita atau lelaki tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Quran dan akan menjadi berdosa bila kita tidak mentaatinya. Kelima: Menjaga kemaluan Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan, tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan media komunikasi lainnya. Sudah selayaknya sebagai seorang muslim-muslimah baik remaja atau dewasa, kita mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk mematuhi adab-adab bergaul dengan lawan jenis tersebut. Semoga Allah memudahkan usaha kita. Amin.

Berkata Syaikh Al-Albnrahimahullh, "Dalam hadits ini terdapat ancaman keras terhadap orang-orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (AshShohhah: 1/448). Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak pernah menyentuh wanita meskipun dalam saat-saat penting seperti membaiat dan lain-lain. Dari 'Aisyah berkata, "Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat." (HR. Bukhr 4891). Inilah sebagian etika pergaulan laki-laki dengan wanita selain mahram, yang mana, apabila seseorang melanggar semuanya atau sebagiannya saja akan menjadi dosa zina baginya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. zina mata dengan memandang, zina lisan dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan serta berangan-angan, lalu farji yang akan membenarkan atau mendustakan semuanya." (HR. Bukhr dan Muslim). Padahal Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah melarang perbuatan zina dan segala sesuatu yang bisa mendekati perzinaan. (Lihat Hirsatul Fadhlah oleh Syaikh Bakr Abu Zaid, hal. 94-98). Sebagaimana firman-Nya, artinya, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isr': 32). 2) Hubungan pra-nikah Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan terjadi pada hampir di segala segi kehidupan. Adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat secara perlahan, telah menyebabkan pergeseran nilai-nilai yang dianut, termasuk dalam masalah seks pada remaja. Perlu sikap jujur untuk mengakui dan memahami bahwa nilai dan norma bahkan standar moral di masyarakat sudah mengalami pergeseran. Langkah-langkah penanggulangan dan lain sebagainya tentu saja menjadi agenda yang bisa diusulkan kepada pihak-pihak yang berkompeten. Perilaku seksual pranikah adalah semua bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh individu dengan individu lain sebelum menikah. Bermacam-macam bentuk-bentuk perilaku seks pranikah

yang dilakukan remaja yaitu: Kissing (berciuman), Petting, Intercourse (bersenggama). Masalah ini merupakan masalah yang sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam masyarakat dan aturan-aturan dalam agama. Fenomena yang ada dalam masyarakat saat ini, bila dilihat dari media-media informasi seperti surat kabar, televisi, radio dan laporan-laporan dari berbagai sumber menunjukkan hubungan seks pra nikah sudah menjadi hal yang sangat biasa dilakukan di kalangan masyarakat, dengan bukti nyata semakin banyaknya para remaja melakukan seks sebelum menikah tersebut. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan hampir 50 persen remaja di Indonesia rentan hamil di usia dini. Hal ini disebabkan tingginya angka hubungan seks pranikah remaja di Indonesia. BKKBN menyebut, 43,8 persen remaja berusia 10-14 tahun pernah melakukan hubungan seks pra nikah. Sementara 41,8 persen sisanya berada pada usia 15-19 tahun. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), Julianto Wijaksono mengatakan, tingginya angka itu membuat remaja rentan hamil pada usia dini. Banyak Faktor yang Mempengaruhi Seks Pra Nikah Kaum Remaja Saat keputusan menunda seks sebelum menikah diambil, maka kebahagiaan akan menjadi milik berdua. Dengan adanya sebuah studi banding didalam survei online bertajuk Relate. Salah satu pertanyaan yang paling berarti adalah Kapan Anda terlibat secara seksual dalam hubungan bersama kekasih?. Pasangan yang melakukan seks terlalu dini cenderung menemukan hubungan mereka tentang kualitas dan kestabilannya dalam pasangan mampu dipercaya atau diandalkan. Untuk itu, pasangan yang sudah terlanjur melakukan hubungan seks pra-nikah seringkali digambarkan sebagai suatu tindakan egois tanpa adanya unsur-unsur kesetiaan, eksklusif ataupun permanen. Tetapi sesungguhnya hubungan seks pra-nikah hanyalah menginginkan tubuhnya semata, dan sekedar kenikmatan, bukan adanya suatu komitmen akan persatuan hidup dan cinta kasih. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan hubungan seks pra-nikah, salah satunya adalah : 1. Menjadi Sesosok Pribadi Yang Tidak Utuh

Hubungan yang sudah mengalami seks pra-nikah akan membuat dirinya menjadi sesosok pribadi yang tidak utuh, sehingga tidak jarang menjadi manusia yang tidak ada gunanya. Walaupun tidak adanya seorang yang mengetahui hubungan yang sudah dilakukan, sudah pasti akan menimbulkan rasa yang bersalah. Karena mengakibatkan kamu akan membenci dirimu sendiri dan tidak sanggup menolak tekanan untuk melakukan hubungan seks itu kembali. 2. Adanya Rasa Ketagihan Apa pun yang sudah dilakukan dalam hubungan seks pra-nikah sudah pasti tidak akan mengembalikan kamu seperti semula. Sehingga membuat kamu menjadi Seksual Person adanya rasa ketagihan untuk melakukannya. Dan mengakibatkan, insting yang dimiliki pun akan dipenuhi pemikiran akan nafsu akan kepuasan diri sendiri. 3. Mempercepat Kedewasaan Diri Dengan sudah melakukan hubungan seks pra-nikah, akan mempercepat kepribadian kita menjadi dewasa. Sehingga mengubah cara pandang tentang seks menjadi pasangan suami istri. Yang membuat jadi seks berubah menjadi sebagai suatu yang kotor dan terlarang. Bahkan setelah menikah nantinya yang di pikirkan hanya kepuasan semata. Sayang kan ? 4. Merasakan Ikatan Yang Sulit Untuk Dilepas Ini biasanya dialami bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seks pra-nikah akan merasakan ikatan yang sulit untuk dilupakan dan dilepaskan dengan pasangan yang sudah mengambil virginitasnya. Membuat sicowoknya tersebut menjadi the first one padahal, si cowok itu belum tentu merasakan apa yang dia inginkan. Pertanyaannya Masih adakah pasangan yang akan menerima dirimu sesudah tidak virgin lagi. 5. Mencari-cari Permasalahan Pasangan pra-nikah yang telah melakukan hubungan seks biasanya akan selalu mempunyai agenda tersendiri . Karena hubungan pacaran berubah menjadi all about seks. Kapan dan dimana akan melakukannya! Tidak jarang harus berbohong kepada siapa saja. Agar hubungan itu bisa dilakukan dan perhatian akan menjadi liar dan tidak terarah. Apakah benar-benar tulus atau karena cuma seks. Bahkan

terkadang sedang berantem hebat pun akan langsung baikan cuma gara-gara seks, dan melupakan masalah sesungguhnya. 6. Tidak Menikmati Pernikahan Seks Pra Nikah, maka kamu tidak akan pernah menikmati pernikahan. Karena sudah biasa melakukan hubungan seks pra nikah, maka bulan madu yang mestinya asyik dan romantis, bakal jadi seperti liburan biasa. Tidak akan pernah ada sesuatu yang berkesan untuk seumur hidup. Seks pranikah dapat mempengaruhi bagaimana pasangan berhubungan satu sama lain, mengubah dinamika hubungan dan bahkan memiliki efek fisik. Dan, tentu saja, anak bisa masuk ke dalam topik. Adapun dampak hubungan pra nikah sebagai berikut: Efek Relasional Seks pranikah dapat menyebabkan stres emosi, ketidakpercayaan, penyesalan, dan kekosongan. Seks menciptakan ikatan antara dua orang yang dapat dengan mudah dilanggar jika komitmen tidak cukup kuat untuk mempertahankannya. Pernikahan membuat komitmen seumur hidup dan dapat mendukung ikatan yang diciptakan hubungan seksual. Sebuah studi pada tahun 2006 yang mempelajari kesehatan seksual dan reproduksi, menunjukkan sekitar 95 persen orang didunia telah melakukan hubungan seks pranikah. Dengan angka yang begitu tinggi, lebih sulit bagi pasangan untuk memastikan bahwa hubungan seksual mereka akan menciptakan ikatan abadi. Efek Fisik Penyakit menular seksual sering ditularkan ketika pasangan telah memiliki banyak pasangan seksual. Meskipun seks pranikah tidak selalu berarti pasangan memiliki beberapa mitra seksual, kemungkinannya lebih besar daripada jika pasangan bersumpah untuk tidak melakukannya sampai menikah. Kehamilan Kehamilan selalu menjadi kemungkinan, bahkan ketika menggunakan

kontrasepsi. Menurut studi yang dilakukan pada tahun 2008, pasangan yang tinggal bersama sebagai suami istri sebelum menikah berada pada risiko perceraian yang lebih besar dan tingkat dedikasi hubungan yang lebih rendah dari, yang meningkatkan risiko orang tua tunggal jika memiliki anak. Efek Perkawinan

Sepasang suami-istri juga bisa lebih mungkin mengalami masalah jika satu atau keduanya aktif secara seksual sebelum menikah. Pasangan dengan beberapa mitra seksual masa lalu mungkin menemukan diri mereka membandingkan kehidupan seks perkawinan mereka dengan kehidupan seks pranikah mereka, yang sering menimbulkan ketidakpuasan. Sebuah studi tahun 2002 juga menunjukkan pasangan yang melakukan seks pranikah jauh lebih mungkin untuk bercerai dalam waktu 10 tahun daripada mereka yang berpantang sampai pernikahan. Alasan Mengapa Seks Sebelum Nikah Dilarang : Kenapa wanita harus tetap perawan sampai menikah? Untuk pertanyaan ini sepertinya banyak sekali jawaban yang dapat diberikan, semua tergantung atau kembali kepada individu masing-masing. Berikut 7 Alasan Mengapa Seks Pra Nikah Di Larang, yaitu : 1. Seks Pra Nikah Menyebabkan Kamu Akan Dihantui Perasaan Bersalah Sekali kamu melakukannya dan meskipun mungkin tidak ada seorangpun yang tahu, rasa bersalah akan selalu menghantui. Bahkan bisa jadi kamu akan menjadi benci pada dirimu sendiri karena tidak bisa menolak tekanan untuk melakukan hubungan seks. Perasaan seperti ini memang tidak mendominasi, tapi biasanya akan selalu muncul setiap waktu dan akan selalu menjadi bagian darimu. 2. Karena Kamu Bisa Menjadi "Seksual Person" Dan Segala Sesuatunya Tidak Akan Pernah Lagi Sama Seperti Semula Seperti kalau pernah mencoba sesuatu benda additif lainnya, maka ada saatnya rasa kepingin atau ketagihan akan datang. Akibatnya, pikiran akan dipenuhi dengan seks dan menggangu konsentrasi untuk hal lainnya. dengan kata lain :dewasa sebelum waktunya. a. Seks Pra Nikah Akan Mengubah Cara Pandangmu Tentang Seks Selamanya Seks seharusnya sesuatu yang sakral dan menjadi sangat indah jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi jika dilakukan sebelum menikah, maka bisa jadi seks berubah menjadi sebagai suatu yang "kotor" dan terlarang. Cara pandang ini bisa

terus tertanam di benak kamu, bahkan setelah kamu menikah nantinya. Sayang kan ? b. Kamu Akan Sulit Lepas Dari The First One Biasanya Cewek merasakan ikatan yang sulit dilepas dengan cowok yang telah dia berikan virginitasnya. Ini tidak ada hubungan dengan ketakutan kalau-kalau tidak ada cowok lain yang akan menerima dia sesudah tidak virgin. Ini masalah psikologis. Padahal, cowok belum tentu merasakan hal yang sama. c. Karena Hubungan Pacaran Kamu Bisa Berubah Menjadi All About Seks Pasangan pranikah yang telah melakukan hubungan seks biasanya akan selalu mempunyai hidden agenda. Kapan dan dimana akan melakukannya.... Tidak jarang karena jadwal rahasia ini mereka harus berbohong, kepada siapa saja. Bentuk-bentuk perhatian akan menjadi bias. Apakah benar-benar tulus atau karena cuma seks. Bahkan terkadang sedang berantem hebat pun akan langsung baikan cuma gara-gara seks, dan melupakan masalah sesungguhnya. 6. Seks Pra Nikah, Maka Kamu Tidak Akan Pernah Menikmati Surganya Bulan Madu Karena sudah biasa melakukan hubungan seks pra nikah, maka bulan madu yang mestinya asyik dan romantis, bakal jadi seperti liburan biasa. Tidak akan pernah ada sesuatu yang berkesan untuk seumur hidupmu. 7. Karena Kamu Bisa Menjaga Reputasi Dan Tidak Mau Menyesal Di Kemudian Hari Hampir bisa dipastikan, teman-temannya akan tahu jika seorang cowok telah melakukan hubungan seks dengan pacarnya. Jadi ini merupakan rahasia umum. Tidak ada dispensasi atau keringanan, malahan, ada sebuah penekanan pada pertimbangan dan tuntunan tambahan bagi keduanya agar lebih berhati-hati, yaitu: Katakanlah kepada orang laki-laki yuang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (An Nur :30-31)

Allah menjadikan mata sebagai cermin hati. Jika seseorang menahan pandangan matanya, berarti dia menahan syahwat dan keinginan hati. Jika dia mengumbar pandangan matanya, berarti dia mengumbar syahwat hatinya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa yang dilarang dengan tiada keraguan lagi dalam perkara menjaga pandangan adalah melihat dengan menikmati dan bersyahwat, karena ini merupakan pintu bahaya dan penyulut api. Sebab itu, ada ungkapan, memandang merupakan pengantar perzinahan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syauki ihwal memandang yang dilarang ini, yakni ..memandang (berpandangan) lalu tersenyum, lantas mengucapkan salam, lalu bercakap-cakap, kemudian berjanji, akhirnya bertemu. (kutipan dari Ibnu Qayyim, Taman Orang-orang Yang Jatuh Hati.). Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata itu bisa berzina dan zinanya adalah pandangan. Lidah itu bisa berzina dan zinanya adalah perkataan. Kaki itu bisa berzina dan zinanya adalah anyaman langkah. Tangan itu bisa berzina dan zinanya adalah tangkapan yang keras. Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.(Diriwayatkan Bukhari-Muslim, An Nasaiy dan Abu Daud). Mengapa hal tersebut di atas diberi penekanan pada mereka yang berencana untuk melanjutkan hubungannya ke arah pernikahan (atau dalam istilah pranikah)? Karena, pada keduanya mulai tumbuh sebuah perasaan kecenderungan (baca=tertarik) antara satu sama lain dan mulai ancang-ancang dengan impian untuk membangun hari esok bersamasama. Padahal, meski bagaimanapun juga, apa yang terjadi di hari esok itu tetap merupakan rahasia yang tabirnya tidak akan diketahui oleh manusia. Allah-lah yang Maha Mengetahui apa yang akan terjadi di hari esok. Manusia boleh saja berencana tapi Allah jua yang menentukan. Artinya, selama hubungan itu belum diikat dalam sebuah hubungan yang halal (pernikahan) maka terlarang bagi pasangan pria dan wanita tersebut melakukan hal-hal yang terlarang (baca = zina), dan atau yang mendekati yang terlarang, karena mendekati itu lebih banyak celah untuk menjerumuskan. Mendekati itu adalah langkah awal dari lahirnya sebuah kata maaf atas sebuah kesalahan kecil yang ringan dimana dari kecil tanpa terasa akan membesar dan menggiring pada sikap permisif seseorang untuk pada akhirnya melakukan hal yang terlarang, dan biasanya selanjutnya

diiringi dengan logika yang berusaha mencari pembenaran atas sikap tersebut. (Hmm.. iya kalau jadi, kalau nggak? Iya kalau sempat bertobat, kalau nggak sempat? Iya kalau logikanya bener, kalau ternyata ngawur dan sebenarnya itu hanya tipu muslihat syaithan belaka yang memang selalu berusaha memperlihatkan kebaikan (untuk menutupi) dari sebuah kekejian gimana?) Yah.. mungkin bisa dikatakan, saat-saat ini kita sedang dilatih untuk tetap bersabar. Sabar dalam menahan hawa nafsu agar tidak keluar dari jalan yang diridhai Allah, sabar dalam membina hubungan agar senantiasa masih dalam jalur yang sesuai dengan syariat Islam, dan sabar dalam mengendalikan diri agar tetap dapat masuk golongan orang yang selamat. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu. (qs Al Baqarah: 253) Lalu bagaimana dengan proses pranikah dalam memperoleh pasangan yang sesuai dengan syariat Islam? Pernikahan itu adalah sebuah ibadah yang nilainya sama dengan setengah dien. Sebagai sebuah ibadah, tentu tidak bisa dilepaskan dari hakekat tawakkal pada Allah. Karena, ibadah itu sendiri adalah penghambaan, yang merupakan tujuan utama Allah menciptakan hamba-hamba-Nya, sebagai perintah, cinta dan ridhaNya. Sebagaimana firman-Nya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.(Qs Adz-Dzariyat: 56) Artinya, berlaku di dalamnya penyatuan kesempurnaan cinta kepada Allah dan kepatuhan kepada-Nya. Maka, ibadah hanya sah jika ditujukan kepada Allah, meskipun manfaatnya bagi hamba (karena Allah Maha Kaya atas sekalian alam). Dalam hal ini, memperoleh calon pasangan hidup (calon istri atau calon suami) melalui perantara Murrobi, atau melalui perantara orang tua, atau melalui perantara comblang lain seperti teman, sahabat, club-club media pencari jodoh islami, internet atau media cetak, atau mencari sendiri, boleh-boleh saja selama ditujukan untuk mencari keridhaan Allah dan dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah (yaitu selalu mengkedepankan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah, seperti selalu taat untuk meninggalkan laranganNya dan menjalankan perintahNya, mengerjakan yang dicintaiNya dan menjauhkan diri dari apa yang dibenciNya). Allah menyukai dan meridhai sesuatu yang ditujukan untuk mencapai

ridhaNya serta perantara yang baik dan halal yang digunakan oleh segala sesuatu tersebut untuk tujuan memperoleh keridhaanNya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Qs Al Maidah: 87) Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah, sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji. (Qs Al Araf: 28) Yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, dan antara keduanya ada hal-hal yang syubhat (diragukan) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa menghindari yang syubhat, maka dia telah membebaskan diri bagi kehormatan dan agamanya. Dan barangsiapa terjerumus dalam syubhat, maka dia telah terjerumus ke dalam yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembala di sekitar batas terlarang, dikhawatirkan akan terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah! Sesungguhnya setiap tuan memiliki batas larangan dan batas larangan Allah adalah segala sesuatu yang diharamkanNya. Dan ketahuilah! Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik, maka baik pula seluruh anggota tubhunya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya. Dan ketahuilah! Segumpal daging itu ialah hati. (Diriwayatkan oleh Numan bin Basyir, dari HR Bukhari). Diriwayatkan pula oleh Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, Hati itu adalah raja, sedangkan anggota tubuh adalah para tentaranya. Jika raja itu baik, maka baik pula para tentaranya, dan jika raja itu buruk, maka buruk pula para tentaranya. (HR Al Baihaqi) . Muda-mudi dapat memperlihatkan kasih sayang yang wajar. Dan tentunya bila masing-masing saling mencintai, tidak mungkin lahir dari mereka sikap atau perlakuan yang dapat mengakibatkan murka orangtua dan murka Allah. Kalau tidak, maka pada hakikatnya cinta adalah gombal alias bohong. Demikian , wallahu alam. 3) Kriteria memilih pasangan Syarat syarat calon mempelai yang diperbolehkan untuk dinikahi:

1. Mempelai Laki-Laki / Pria a. Beragama Islam b. Tidak dalam paksaan c. Pria / laki-laki normal d. Tidak punya empat atau lebih istri e. Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh f. Bukan mahram calon istri g. Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi h. Cakap hukum dan layak berumah tangga i. Tidak ada halangan perkawinan 2. Mempelai Perempuan / Wanita a. Beragama Islam b. Wanita / perempuan normal (bukan waria/lesbian) c. Bukan mahram calon suami d. Mengizinkan wali untuk menikahkannya e. Tidak dalam masa iddah f. Tidak sedang bersuami g. Belum pernah lian h. Tidak dalam ibadah ihram haji atau umrah 3. Syarat Bebas Halangan Perkawinan Bagi Kedua Mempelai a. Tidak ada hubungan darah terdekat (nasab) b. Tidak ada hubungan persusuan (radlaah) c. Tidak ada hubungan persemendaan (mushaharah) d. Tidak Lian e. Si pria punya istri kurang dari 4 orang dan dapat izin istrinya f. Tidak dalam ihram haji atau umrah g. Tidak berbeda agama h. Tidak talak bain kubra i. Tidak permaduan

j. Si wanita tidak dalam masa iddah k. Si wanita tidak punya suami Syarat syarat perempuan yang haram / tidak boleh dinikahi oleh seorang laki laki: 1. Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena keturunannya (haram selamanya) serta dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23 yang berbunyi, Diharamkan kepada kamu menikahi ibumu, anakmu, saudaramu, anak saudara perempuan bagi saudara laki-laki, dan anak saudara perempuan bagi saudara perempuan.: a. Ibu b. Nenek dari ibu maupun bapak c. Anak perempuan & keturunannya d. Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu e. Anak perempuan kepada saudara lelaki maupun perempuan, yaitu semua anak saudara perempuan 2. Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan ialah: a. Ibu susuan b. Nenek dari saudara ibu susuan c. Saudara perempuan susuan d. Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan e. Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan 3. Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah: a. Ibu mertua b. Ibu tiri c. Nenek tiri d. Menantu perempuan e. Anak tiri perempuan dan keturunannya f. Adik ipar perempuan dan keturunannya g. Sepupu dari saudara istri h. Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya Selain itu ada beberapa kriteria lainnya yang juga dapat menjadi pertimbangan untuk memilih calon istri atau suami:

1. Sebaiknya ia berasal dari keluarga yang baik nasabnya (bukan keluarga pezina atau ahli maksiat) 2. Sebaiknya ia sekufu. Sekufu maksudnya tidak jauh berbeda kondisi agama, nasab dan kemerdekaan dan kekayaannya 3. Gadis lebih diutamakan dari pada janda 4. Subur (mampu menghasilkan keturunan) 5. Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda: Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan jika engkau pandang [HR. Thabrani] 6. Hendaknya calon istri memahami wajibnya taat kepada suami dalam perkara yang maruf 7. Hendaknya calon istri adalah wanita yang mengaja auratnya dan menjaga dirinya dari lelaki non-mahram. Dalam memilih pasangan ada beberapa prinsip yang harus dilakukan dan diperhatikan oleh seseorang yang akan melaksanakan perkawinan, dan prinsip tersebutlah yang akan menentukan bahagia atau tidaknya suatu keluarga. Dengan adanya prinsip tersebut maka sebuah keluarga akan menjadi rukun, bahagia, dan tidak pernah terjadi percekcokan dalam kelurga, meskipun ada namun tidak begitu banyak. Adapun prinsipprinsip dalam memilih pasangan yang harus diperhatikan oleh seseorang untuk melangsungkan perkawinan adalah sebagai berikut : Prinsip pertama : Beragama Islam menganjurkan kita untuk memilih calon pasangan yang kuat agamanya. Apabila seseorang yang menikah dan telah memiliki nilai keagamaannya tinggi, maka pasangan kita akan terjaga dengan baik dan tidak akan melakukan ketentuanketentuan yang sudah dilarang dalam agamanya, namun sebaliknya apabila pasangan yang kita dapat ilmu agamanya masih sangat kurang, dan ketentuan-ketentuan yang sudah digarisbawahi dalam agama tidak dilaksanakan, maka keluarga tersebut tidak akan tercapai kepada tingkat sakinah mawaddah warahmah. Prinsip kedua : Berakhlak

Prinsip yang kedua ini berkaitan sekali dengan prinsip yang pertama yaitu dengan prinsip beragama. Apabila seseorang sudah beragama dan sudah memiliki akhlak yang baik, pasti tidak lagi mengeluarkan kata-kata kotor atau keji kepada suaminya dan tidak akan memperolok-olok pasangannya. Lukman hakim sangat bijak ketika dia memberi nasehat kepada anaknya, beliau berkata wahai anakku, jauhilah wanita yang berakhlak buruk, karena dia menjadikan dirimu berubah sebelum waktunya. Wahai anakku, mintalah perlindungan kepada Allah dari wanita yang berakhlak buruk dan mintalah wanita yang baik kepada-Nya. Oleh karena itu pilihlah wanita yang berakhlak baik agar kebahagiaan akan terwujud sepanjang zaman dan akan terwujudnya suatu keluarga yang harmonis dan bahagia. Prinsip ketiga : Wanita yang masih gadis Islam menganjurkan kita untuk memilih wanita-wanita yang masih gadis, hal ini untuk menghindari rasa cepat bosan dan rasa tidak nyaman ketika berkumpul dengan pasangan hidup. Rasulullah SAW pernah bersabda kepada jabir bin Abdullah ketika mengetahui bahwa sahabatnya itu menikahi seorang janda mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis yang bisa saling bermesraan denganmu ? . Oleh karena itu, memilih jodoh yang gadis dan yang muda-muda merupakan suatu faktor untuk mewujudkan keluarga yang kekal dan bahagia di dunia dan akhirat. Prinsip keempat : Kedekatan usia dan tingkat pendidikan Dalam islam diharuskan untuk memilih pasangan yang sekufu, baik dari segi tingkat pendidikannya atau dari segi tingkat umurnya. Barang siapa yang ingin menikah maka pilihlah calon istri dan suami seperti kriteria yang sudah ditentukan dalam hadist Nabi, yang berbunyi : Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi, Beliau bersabda, Perempuan dinikahi karena empat faktor: yaitu (1) karena harta bendanya, (2) karena kemulian leluhurnya, (3) karena kecantikannya, (4) karena kepatuhannya terhadap agama, maka utamakanlah perempuan yang taat pada agamanya, jik tidak (pasti) celaka kamu. (Muttafaqun

alaih: Fathul Basri IX: 132 no: 5090, Muslim II: 1086 no: 1466, Aunul Mabud VI: 42 no: 2032, Ibnu Majah I: 597 no: 1858 dan NasaI VI: 68) 4) Langkah-langkah menuju pernikahan 1. Taaruf (berkenalan dengan pasangan) Mengambil teladan dari Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan para shahabat, akan kita ketahui bahwa dalam proses pernikahan beliau dan para shahabatnya jauh dari perkara-perkara yang mengandung dosa. Hal tersebut dikarenakan proses menuju pernikahan melalui para wali pihak wanita atau perantara pihak ketiga yang terpercaya. Begitu pula, yang dilakukan seorang yang ingin mengenal calon pasangannya. Hendaknya mereka melibatkan wali atau kerabat dari wanita untuk ikut berperan. Bisa juga dengan meminta tolong orang lain yang amanah sebagai pihak ketiga untuk memperantarai proses taarufnya. Melalui perantara mereka kita bisa mengenali calon pasangan yaitu dengan mengetahui asal, keturunan, keluarga, akhlak, dan informasiinformasi lain yang dibutuhkan. Demikianlah tuntunan indah ajaran Islam. Melalui proses taaruf yang syari terjagalah kehormatan wanita dan laki-laki, dan terjauhkannya mereka dari perbuatanperbuatan zina sebagaimana yang terjadi dalam jalinan haram bernama pacaran. 2. Nazhar (melihat calon pasangan) Mengenal jati diri calon pasangan terkadang belum cukup memantapkan hati untuk selanjutnya menjatuhkan lamaran. Terlebih, informasi dari pihak ketiga atau orang lain tentang sifat dari rupa seseorang merupakan penilaian yang masih relatif. Sehingga ada perasaan mengganjal di hati manakala sosok yang akan terpilih menjadi pasangan hidup tidak diketahui jelas akan parasnya. Segala puji bagi Allah, keganjalan hati tersebut sirna dengan syariat nazhar yang diperintahkan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam kepada seorang sebelum memutuskan untuk meminang wanita. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda yang artinya,

Lihatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu akan lebih pantas untuk melanggengkan hubungan di antara kalian berdua. (HR. An-Nasai dan At-Tirmidzi dishahihkan Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah) Melalui nazhar, seseorang dapat menemukan sesuatu yang bisa menarik hatinya untuk kemudian menikahinya. Dan melalui nazhar keputusan akhir akan mengkhitbah (melamar) atau tidak lebih mudah untuk ditetapkan. Namun, perintah nazhar tentu bukanlah sekedar perintah tanpa ada batasan. Terlebih mengingat bahwa wanita yang sedang di-nazhar adalah wanita ajnabi (asing) yang statusnya masih haram untuknya. Oleh karena itu, ketika nazhar hendaknya disertai oleh mahram dari wanita dan melihat pada bagian yang biasa nampak darinya berupa anggota wudhu tanpa diikuti oleh syahwat. 3. Khitbah (proses melamar) Setelah melewati nazhar dan hati menjadi yakin untuk merajut tali pernikahan, maka sebelum meminang sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan shalat istikharah. Bahkan shalat istikharah disunnahkan sebelu melakukan segala sesuatu. Tidak lain agar dimudahkan sebab-sebab yang mengantarkan pada perkara yang sedang dihadapi. Setelah itu barulah ia utarakan maksud hatinya untuk memperistri wanita tersebut kepada walinya. Khitbah atau pinangan merupakan ajakan kawin yang dilakukan oleh seorang lakilaki kepada seorang perempuan dengan wasilah yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, jika ada kecocokan, maka terjadilah kesepakatan untuk melangsungkan pernikahan. Disamping sudah adanya kecocokan untuk melangsungkan pernikahan antara calon suami dan calon istri, namun kedua belah pihak perlu menyempurnakan pinangan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pernikahan, seperti pemberian mahar, perabot rumah tangga dan lain sebagainya. Untuk meminang seorang wanita ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh lakilaki, yaitu : a. Tidak ada penghalang yang dapat menghalangi pernikahan dengan yang dipinang. Yaitu seperti adanya pengahalang yang bersifat abadi (seperti: bibi, saudara sekandung atau saudara sesusuan). Dan ada yang bersifat sementara (seperti: istri

orang lain, wanita yang dalam masa iddah karena cerai atau perpisahan (meninggal). Wanita-wanita tersebut diharamkan untuk dikhitbah sampai hilang sebab-sebab keharamannya. Adapun seorang wanita yang ditinggal mati suaminya hendak dilamar, maka para ahli fikih memperbolehkan seorang laki-laki meminang dengan sindiran dan tidak boleh dengan terang-terangan, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah yang artinya : Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Al-Baqarah : 235) Adapun wanita yang dalam masa iddah karena Thalak Bain seperti wanita yang di talak tiga oleh suaminya, maka diperbolehkan meminang wanita tersebut hanya dengan sindiran dan tidak diperbolehkan secara terang-terangan. Hal ini karena wanita yang dithalak bain adalah seperti wanita yang ditinggal mati oleh suaminya karena status perkawinan mereka terputus tanpa adanya ruju kembali. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda kepada Fatimah Binti Qais ketika dithalak suamninya Abu Umar bin Hafsh dengan thalak tiga. Rasulullah memerintahkan Fathimah untuk beriddah dirumha Ibnu Ummi Maktum dan bersabda kepadanya, ketika halal bagimu, maka mintalah izin padaku. (Hadist Shahih HR. Muslim dalam kitab AthThalaq : 14800). Dan ketika masa iddah Fathimah telah selesai, Usamah bin Zaid meminang dan menikahi Fathimah. b. Tidak sedang dalam pinangan orang lain .. Nabi SAW melarang sebagian diantara kamu menjual diatas jualan sebagian yang lain, dan tidak boleh pula seorang laki-laki melamar perempuan yang sudah

dipinang saudaranya, sampai sang peminang memutuskannya terlebih dahulu, atau sang peminang mengizinkannya (melamar bekas tunangannya). (Shahih: Sahih AnNasai no:3037, Fathul Bari IX: 198 no: 5142, dan Nasai VI:73). Namun sebelum disampaikan lamaran seseorang harus mengetahui adab dalam mengkhitbah agar kelanjutan proses pernikahannya tidak terkotori dengan rasa permusuhan antara sesama muslim. Adab meng-khitbah yaitu seseorang tidak boleh meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya hingga saudaranya itu menikahi wanita tersebut atau meninggalkannya.Demikianlah syariat Islam menjaga kesucian proses pernikahan dari noda noda yang bisa merusak persaudaraan. Ada pula hal-hal yang diperbolehkan bagi laki-laki (peminang) dalam meminang seorang wanita, yaitu : a. Melihat wanita yang dipinang b. Boleh berbicara dengan wanita yang dipinang disertai dengan mahram atau salah satu dari keluarga wanita, seperti saudara laki-laki, saudara wanita atau ibu c. Tidak diperbolehkan bagi laki-laki yang meminang untuk berduaan dengan wanita yang dipinang tanpa adanya orang ketiga. Karena wanita yang dipinang tetap dihukumi sebagai orang lain (orang asing). 4. Akad Nikah Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan sudah seharusnya menjadi hal yang selalu dikedepankan dalam setiap urusan yang sedang kita hadapi. Terlebih bagi seorang yang akan melangsungkan peristiwa penting berupa akad nikah. Sebuah perjanjian untuk menjadi pasangan suami istri. Allah menamakannya dengan mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat) untuk sebuah ikatan suci dan agung berupa pernikahan. Oleh karenanya, sebelum melangsungkan akad nikah seseorang perlu mengetahui rukun dan syarat dari akad nikah. Karena keberadaan keduanya menentukan sah tidaknya pernikahan dari segi hukum syariat. Ketidaktahuan terhadap perkara tersebut akan memunculkan permasalahan yang besar, sebagaimana ketika seorang wanita menikah tanpa wali maka tentu pernikahannya tidak sah. Rukun akad yaitu adanya calon mempelai laki-laki dan wanita, saksi, mahar, serta ijab dan qabul. Syarat akad yaitu

kejelasan individu kedua mempelai, keridhaan masing-masing pihak untuk menikah, mahar dan wali bagi wanita. Demikian tahapan-tahapan yang dituntunkan dalam menapaki tangga menuju pernikahan yang teruntai pada kesempurnaan syariat Islam nan suci. Semoga Allah senantiasa membimbing setiap langkah kita dalam perjalanan menuju kepada-Nya. Amiin. Allahu alam. 5) Hak dan kewajiban suami isteri Agar tujuan pernikahan tercapai, suami istri harus melakukan kewajiban-kewajiban hidup berumah tangga dengan sebaik-baiknya dengan landasan niat ikhlas karena Allah SWT semata. Allah SWT berfirman : Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (An-Nisa : 34). Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya: Istri adalah penaggung jawab rumah tangga suami istri yang bersangkutan. (HR. Bukhori Muslim). Secara umum kewajiban suami istri adalah sebagi berikut : Kewajiban Suami Kewajiban suami yang terpenting adalah : a. b. c. d. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara maksimal.(lihat At-Thalaq:7) Bergaul dengan istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut, misalnya dengan kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya. Memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota keluarga dengan penuh tanggung jawab. (Lihat An-Nisa : 34) Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh. (At-Tahrim:6) Kewajiban Istri a. Patuh dan taat pada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam. Perintah suami yang bertentangan dengan ajaran Islam tidak wajib di taati.

b. c. d.

Memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda suami. Mengatur rumah tangga denga baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala rumah tangga Memelihara dan mendidik anak terutama pendidikan agama. Allah swt, berfirman: Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka". (At-Tahrim : 6)

e. D. Simpulan

Bersikap hemat, cermat, ridha dan syukur serta bijaksana pada suami.

Dari pemaparan yang sudah disampaikan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pernikahan itu adalah suau kebaikan dan sepatutnyalah kita berlomba-lomba dalam kebaikan itu. Jika dirasa semua syarat untuk menikah sudah terpenuhi, maka segerakanlah menikah agar terhindar dari segala fitnah dan mengurangi peluang berbuat dosa. Jika sudah melaksanakan pernikahan tersebut, maka hendaklah menjalankan peran kita masing-masing dalam keluarga, jalankan segala kewajiban dengan baik sehingga berhak untuk mendapatkan hak kita. Jika sudah seperti itu maka benar kata pepatah bahwa rumahku istanaku. Kita akan senantiasa berada di rumah dan merasakan manisnya berumah tangga. Jangan menuntut banyak hak tapi kewajiban kita tidak terjalani dengan baik dan jangan meninggalkan kewajiban walaupun hak yang didapat terasa kurang karena dua hal inilah yang akan merusak tali pernikahan tersebut. Jika memang tidak dimungkinkan untuk dilanjutkan suatu pernikahan itu, maka lakukanlah dengan baik sesuai aturan yang sudah ditetapkan dalam syariat. E. Daftar Referensi http://pecintaquransunnah.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-suami-isteri-dalam-islam/ http://najwafahrini.blogdetik.com/2012/01/31/hak-dan-kewajiban-suami-istri-dalam-rumahtangga/ http://www.makalahkuliah.com/2012/06/hak-dan-kewajiban-suami-isteri.html http://ayonikah.net/rukun-syarat-nikah/ http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam/

http://tafany.wordpress.com/2007/12/17/rukun-syarat-nikah/ http://anurachman.wordpress.com/2009/04/30/rukun-syarat-dan-larangan-pekawinan-dalamislam/ http://mansaripayalinteung.blogspot.com/2012/03/langkah-langkah-menuju-pernikahan.html http://litha.wordpress.com/2007/06/28/persiapan-muslimah-menjelang-pernikahanpermasalahan-dan-kiat-kiat/ http://fadhlihsan.wordpress.com/2011/07/03/4-langkah-syar%E2%80%99i-menuju-jenjangpernikahan/ http://remajaislam.com/gaya-muda/pra-nikah/59-kiat-kiat-menuju-pelaminan.html Zainab, Ummu. Adab Bergaul dengan Lawan Jenis . http://remajaislam.com/gayamuda/cinta/38-adab-bergaul-dengan-lawan-jenis.html (diakses 24 Maret 2013) Jerry. Etika Pergaulan Lawan Jenis dalam Islam. http://idiotgo.blogspot.com/2011/08/etikapergaulan-lawan-jenis-dalam-islam.html (diakses 24 Maret 2013). Shihab, M. Quraish. 2012. 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lantera Hati

Anda mungkin juga menyukai