Anda di halaman 1dari 4

ATURAN ISLAM TENTANG PERGAULAN LAWAN JENIS



DALAM 4 Bulan, 11 Bayi Dibuang dan ditemukan dalam keadaan tewas. Dalam satu tahun, 63
Pelajar di daerah….. hamil di Luar Nikah.
Tulisan diatas merupakan judul-judul berita yang dirasa sudah tidak asing lagi didengar oleh kita.
Terlalu sering koran lokal maupun nasional meliput masalah tersebut. Itu hanyalah salah satu
akibat dari pergaulan yang tanpa batas. Padahal dalam Islam telah ada aturan mengenai batas-
batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Batas-batas tersebut dibuat untuk kebaikan kita
sendiri.

Dinul Islam adalah agama yang sempurna. Pengabdian dan peribadatan kepada sanga
Pencipta, Allah Ta’ala, tak hanya dinilai dari ibadah fisik seperti shalat dan dzikir
semata. Namun, masalah dalam kehidupan sehari-sehari juga tak luput dari perhatian
Islam.
Salah satu contohnya adalah masalah pergaulan atau interaksi antara laki-laki dan
perempuan, terutama mereka yang tidak ada hubungan dengan kekerabatan (mahram).
Jika menyaksikan pergaulan lawan jenis di era modern sekarang sangat tampak bahwa
sebagian dari mereka tidak mencerminkan jati dirinya sebagai orang-orang yang
berpegang pada Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW.
Bahkan, parahnya di antara mereka ada yang melakukan pergaulan kelewan batas
hingga terjadi perzinahan. Naudzubillah! Padahal, zina termasuk salah satu dosa besar
yang diancam Allah SWT dengan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Aturan pergaulan laki-laki dan perempuan dalam Islam tak hanya peruntukkan bagi
mereka yang belum berkeluarga, namun juga mereka yang sudah menikah. Fenomena
selingkuh yang belakangan marak di masyarakat memberikan pertanda adanya
sebagian orang-orang yang secara fisik mengaku beragama Islam tapi mengindahkan
ajaran Islam itu sendiri.

Sungguh kita hidup di suatu zaman yang sulit untuk menghindari pergaulan dengan
lawan jenis. Di berbagai bidang kehidupan atau pekerjaan, interaksi antara laki-laki
dengan wanita pun tidak bisa dihindarkan.

Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa kita bersikap bebas tanpa aturan. Kita
hendaknya senantiasa berusaha untuk mengikuti beberapa adab pergaulan yang
dituntunkan oleh Islam. Dengan cara ini insyaAllah kita akan mendapatkan keselamatan
baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewanti-wanti bahwa wanita akan


menjadi fitnah yang besar bagi kaum laki-laki, sebagaimana dalam sabda beliau
shollallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء‬

Tidak tertinggal setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki kecuali wanita (HR.
Bukhari)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abi Sa’id, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت من النساء‬،‫ واتقوا النساء‬،‫فينظر ما تعملون فاتقوا الدنيا‬

Maka perhatikanlah apa yang kalian lakukan, dan hati-hatilah dengan dunia, hati-hati
dengan wanita. Sesungguhnya, fitnah pertama bagi bani Israil adalah wanita (HR
Muslim)

Karena wanita, bangsa Israel yang dikenal sebagai kaum yang cerdas dan orang-orang
pilihan pun mengalami kehancuran.

Padahal, Aisyah radiyallahu ‘anhu pernah menceritakan bahwa,

‫صلَّى‬
َ ‫ُشركن بِاهللِ شَيئاً) وما مست يد رسول هللا‬ ِ ‫ ( َعلى أن ال ي‬:‫سلَّ َم يبايع النساء بالكالم بهذه اآلية‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫كان رسول هللا‬
‫سلَّ َم يد امرأة قط إال امرأة يملكها‬
َ ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬

Dulu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dibai’ah oleh wanita dengan ucapan ayat,
(mereka tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu apapun), dan tidaklah mereka
menyentuh tangan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali mereka yang menjadi
budaknya.(HR Bukhari)

Bahkan dari Ma’qul bin Yasaar diceritakan bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
pernah bersabda,

‫ألن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير له من أن تمسه امرأة ال تحل له‬

Dan kepada seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya
daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR. Muslim)

Ada sejumlah aturan Islam yang ditetapkan dalam hal pergaulan laki-laki dan
perempuan. Syaikh Yûsuf Al-Qaradhâwî, seorang ulama yang perhatian pada masalah-
masalah kontemporer, memaparkan enam aturan Islam dalam pergaulan antara laki-laki
dan perempuan, yang terdapat dalam kitabnya “Fatwa-fatwa Kontemporer”, yaitu:
1. Menahan pandangan baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Terlebih
pandangan yang disertai dengan nafsu syahwat sangat terlarang. Memandang lawan
jenis hendaknya juga sekadar sekilas, dan tidak berlama-lama tanpa adanya keperluan,
sebagaimana firman Allâh, “Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki;
hendaklah mereka menahan pandangan mata mereka dan memelihara
kemaluannya…”. (QS. An-Nûr:30)
Firman-Nya pula, “Dan katakanlah kepada para mu’minât (perempuan), agar mereka
juga menahan pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…” (QS. An-
Nûr:31)
2. Kaum perempuan harus mengenakan pakaian atau busana yang sopan menurut
kententuan syariat Islam, yakni yang menutup seluruh tubuh, selain muka dan telapak
tangan. Pakaian jangan tipis dan jangan dengan model yang menampakkan bentuk
tubuh.
Allâh berfirman, “…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (jilbab)
ke dadanya…”. (QS. An-Nûr: 31)
Diriwayatkan dari beberapa shahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka
dan tangan. Hal demikian disinggung oleh Allah SWT dalam firman-Nya,
“…….Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu…”. (QS. Al-Ahzâb:59)
3. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam
pergaulannya dengan laki-laki :
a. Dalam hal perkataan, harus menghindari ucapan yang merayu dan membangkitkan
rangsangan. Allâh berfirman, “…Maka janganlah kalian melemahlembutkan suara dalam
berbicara, sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-Ahzâb 32)
b. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allâh, “…Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan…”.(QS. An-Nûr:31)
c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggang-lenggok, seperti yang disebutkan
dalam hadits, yang artinya, “(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan
menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan (kema’shiatan)”. (H.R. Ahmad
dan Muslim)
Jangan pula ber-tabarruj (menampakkan ‘aurat) sebagaimana yang dilakukan
perempuan-perempuan massa jahiliyyah tempo dulu maupun jahiliyyah modern.
4. Menjauhkan diri dari wangi-wangian yang semerbak harum dan warna-warna
perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di pertemuan-
pertemuan dengan kaum laki-laki.
5. Jangan berdua-duaan (lawan jenis) tanpa disertai mahram. Banyak hadits shahîh
yang melarang hal ini seraya mengatakan, “Karena yang ketiga adalah syaithân”.
Jangan berduaan sekali pun dengan kerabat suami atau isteri. Sehubungan dengan ini,
terdapat hadits yang berbunyi, “Janganlah kalian masuk ke tempat wanita”. Mereka
(shahabat) bertanya: ‘Bagaimana dengan ipar wanita?’. Beliau menjawab: “Ipar wanita
itu membahayakan”. (H.R. Al-Bukhârî). “Membahayakan” di sini maksudnya jika
berduaan dengan kerabat suami atau isteri dapat menyebabkan fitnah.
6. Jika diadakan pertemuan, maka pertemuan itu harus sebatas keperluan yang
dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan
perempuan dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau melalaikannya dari
kewajiban sucinya mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak. (w-islam)

Jarir radiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang melihat sesuatu yang haram,
maka beliau memintaku untuk menghentikannya.

Dari Ali bin Abi Tholib radiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda,

‫ فإنما لك األولى وليست لك اآلخرة‬،‫ال تتبع النظرة النظرة‬

Janganlah engkau mengikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya.


Bagimu pandangan yang pertama, dan bukan yang berikutnya. (HR. Abu Daud)
Hal inilah mengapa Rasullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bahwa jika
pun ada urusan dengan yang wanita atau laki-laki asing, maka sang wanita hendaknya
disertai dengan mahramnya. Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.‫ وإني اكتتبت في غزوة كذا وكذا‬،‫ إن امرأتي خرجت حاجة‬:‫ال يخلون رجل بامرأة إال ومعها ذو محرم) فقال رجل يا رسول هللا‬
‫ (فانقلب فحج مع امرأتك‬:‫)قال‬

Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali mahram
bersamanya. Maka berkata seseorang, wahai Rasulullah, sesungguhnya istriku akan
pergi haji, sementara aku akan pergi berperanga, begini dan begini. Maka Rasulullah
mengatakan, kembalilah dan berhajilah bersama istrimu (HR Bukhari Muslim).

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewanti-wanti bahwa wanita akan


menjadi fitnah yang besar bagi kaum laki-laki, sebagaimana dalam sabda beliau
shollallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء‬

Tidak tertinggal setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki kecuali wanita (HR.
Bukhari)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abi Sa’id, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت من النساء‬،‫ واتقوا النساء‬،‫فينظر ما تعملون فاتقوا الدنيا‬

Maka perhatikanlah apa yang kalian lakukan, dan hati-hatilah dengan dunia, hati-hati
dengan wanita. Sesungguhnya, fitnah pertama bagi bani Israil adalah wanita (HR
Muslim)

Rasulullah SAW. bersabda, “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu)
masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan
sanad hasan)

12 April 2019

8 Sa’ban 1440

Anda mungkin juga menyukai