Anda di halaman 1dari 14

Memisahkan Anak Laki-laki dan Perempuan dalam Belajar

Sejak Usia Baligh/ Menghindari IKHTILAT


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mkhluk tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai akal untuk berfikir dan untuk
mengendalikan nafsunya agar diri manusia tidak dikuasai sepenuhnya oleh
nafsu.

Pada

umumnya

manusia

hanya

mengejar

dunia

tanpa

mempertimbangkan cara mendapatkan bekal hidup yang kekal kelak di


akhirat. Harta, tahta dan wanita itu merupakan tiga hal yang sangat banyak
dikejar manusia, dengan demikian, kebanyakan pendidikan disekolah semua
hanya berorentasi untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan dan bahkan
wanita. Hal ini merupakan kesalahan yang sudah menjamur dalam dunia
pendidikan. Tidak seharusnya niat mencari ilmu hanya untuk kepentingan
dunia yang sementara.
Salah satu pemicu manusia akan terjerumus dalam dalam tiga hal
penarik dunia tersebut dikarenakan adanya kesempatan. Seseorang akan
korupsi karena adanya kesempatan, seseorang akan berpotensi melakukan
perbuatan zina karena adanya kesempatan. Pada makalah ini penulis akan
membahas tentang Pentingnya Memisahkan Anak Laki-laki dan perempuan
dalam proses belajar mengajar. Alasan yang mendasar agar para peserta didik
akan lebih konsentrasi dalam belajar, tidak terganggu hubungan lawan jenis
yang tidak seharusnya dilakukan. Hal ini akan bersangkutan dengan hasil
pendidikan sebuah lembaga pendidikan, dan juga akan memaparkan pengaruh
percampuran laki-laki perempuan terhadap kecerdasan seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Ikhtilat ?
2. Bagaimana hukum melakukan ikhtilat ?
3. Apakah dampak dari ikhtilat dalam belajar ?

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian ikhlilat ( bercampurnya antara laki-laki dengan perempuan )


83

2
8
4
5
6
7

)83 : (1
2

25
Beberapa pengertian telah penulis paparkan yang diambil dari kitab al
ikhtilat bainal waqi wa tasyri dari pengertian tersebut sebenarnya ikhtilat (
campurnya antara laki-laki dengan perempuan ) adalah suatu kebiasaan yang
sudah sering dilakukan oleh kalangan remaja, dewasa maupun tua baik dalam
komniatas sekolah, kuliyah maupun pasar. Pengertian ikhtilat secara bahasa
berasal dari bahasa arab tepatnya fiil madhi mujarot
yang berati
campur kemudian dirubah menjadi fiil tsulasi mazid dengan tambahan ta dan
alif sehingga menjadi yang berarti percampuran atau menjadi campur.
Dalam istilah tasrif di kenal dengan faidah shoiruroh.
Sedangkah ikhtilat menurut istilah syara sebagaimana dalam definisi
dalam kitab akhtoul namah adalah percampuran antara laki-laki dan perempuan
dalam satu tempat, sehingga memungkinkan mereka untuk saling memandang,
bersentuhan dan saling bercakap-cakap sehingga menimbulkan pergaulan yang
bebas. Sungguh sangat banyak kegiatan kegiatan di lingkungan kita yang terjadi
prakter ikhtilat termasuk sekolah dan perkuliahan. Hal ini sangat disayangkan
karena kesempatan bertemunya laki- laki dengan perempuan dalam lingkungan
sekolah terlalu bebas dan sulit untuk di kontrol, akan dimanfaatkan peserta didik
untuk melakukan perbuatan yang dilarang dan seharusnya tidak dilakukan. Maka
tidak jarang kita temukan para mahasiswi atau bahkah siswi yang telah kehilangan
mahkota kehormatannya.
2.

Hukum ikhtilat dan beberapa dampak jelek dari ikhtilat


Salah satu kemungkaran yang banyak terjadi di kalangan kaum
muslimin adalah bercampur-baurnya antara lelaki dan wanita yang bukan
mahram di dalam satu ruangan atau tanpa dibatasi oleh adanya hijab atau
pembatas. Mereka saling memandang, berbicara, dan tertawa satu sama lain
seolah-olah itu merupakan hal yang biasa saja, padahal ia merupakan suatu
perkara yang dapat membuka jalan kepada kemaksiatan lainnya yang lebih
besar. Oleh karena itulah syariat Islam sudah dengan tegas dan jelas
mengharamkan ikhtilath ini baik di dalam Al Qur`an maupun As Sunnah.
Berikut ini kami akan menyampaikan beberapa mafsadah (kerusakan)
yang ditimbulkan dari ikhtilath antara laki-laki dan wanita yang bukan
mahram yang disebutkan oleh Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri
hafizhahullah di dalam risalah beliau yang berjudul Fatwa fi Hukmi Ad
)9 : (2

Dirasah Al Ikhtilathiyyah. Ada beberapa perubahan dan penambahan yang


kami lakukan tanpa merubah makna dan tujuan dari apa yang ingin
disampaikan oleh Syaikh hafizhahullah.
a. Ikhtilath antara lelaki dan wanita yang bukan mahram adalah haram
hukumnya. Dalilnya adalah firman Allah taala:

Apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri


Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih
suci bagi hati kalian dan hati mereka. [QS Al Ahzab: 53]3
Ayat di atas meskipun teksnya berkaitan dengan para sahabat dan istri Nabi
Muhammad
, akan tetapi konteksnya berlaku untuk seluruh
kaum muslimin.
Di dalam hadits dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu, Rasulullah
bersabda:

Janganlah kalian masuk kepada wanita (yang bukan mahram)! Lalu


seorang lelaki bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana menurut anda
dengan al hamwu? Rasul menjawab: Al Hamwu adalah maut! [HR Al
Bukhari (5232) dan Muslim (2172)] 4
Al Hamwu adalah kerabat suami yang tidak memiliki hubungan mahram
dengan sang istri, seperti paman suami, saudara kandung suami, keponakan
suami, dan sepupu suami. Mereka itu tidak boleh berikhtilath dengan sang
istri tersebut.
b. Ikhtilath menyebabkan terjadinya pandangan satu sama lain antara
pria dan wanita yang bukan mahram.
Hal ini telah dilarang oleh Allah di dalam Al Qur`an:
03

3
4

QS Al Ahzab: 53
HR Al Bukhari (5232) dan Muslim (2172)
4

Katakanlah kepada para lelaki yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat. Katakanlah kepada para wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya.
Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada
mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budakbudak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. [QS An Nur: 30-31] 5
Dari Jarir bin Abdillah radhiallahu anhu, dia berkata:

Saya bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan


mata yang tidak disengaja. Beliau memerintahkanku untuk memalingkan
pandanganku. [HR Muslim (2159)]6 Dalil lainnya adalah hadits Abdullah
bin Abbas radhiallahu 'anhuma. Dia berkata:

Fadhl bin Abbas pernah berboncengan bersama Rasulullah


. Lalu datanglah seorang wanita dari Khasyam (ingin bertemu dan
bertanya kepada Rasulullah). Lantas Fadhl memandang wanita tersebut
dan wanita itupun memandang kepadanya. Lalu Nabi
memalingkan wajah Fadhl ke arah yang lain. [HR Al Bukhari (1513) dan
Muslim (1334).] 7

c. Ikhtilath merupakan fitnah yang paling pertama menimpa bangsa


Yahudi.

QS An Nur: 30-31
HR Muslim (2159)
7
HR Al Bukhari (1513) dan Muslim (1334)
6

Sehingga kaum muslimin yang melakukan ikhtilath, pada hakikatnya


mereka telah meniru kerusakan yang ada pada bangsa Yahudi
Di dalam hadits Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu, Nabi
bersabda:

Takutlah kalian kepada (fitnah) dunia dan takutlah kepada (fitnah) wanita.
Sesungguhnya fitnah yang paling pertama menimpa Bani Israil adalah
(fitnah) wanita. [HR Muslim (2742)]8
d. Ketika ikhtilath, tidak jarang terjadi persentuhan antara pria dan
wanita yang bukan mahram, baik dalam bentuk salaman atau yang
lainnya.
Ini adalah perkara yang diharamkan berdasarkan hadits Maqil bin Yasar
radhiallahu anhu, bahwa Nabi
bersabda:

Kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, adalah
lebih baik baginya daripada dia menyentuh wanita yang tidak halal
baginya. [HR Ath Thabrani (486). Hadits shahih.] 9

Dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata:

Tidak, demi Allah! Tangan Rasulullah


tidak pernah sama
sekali menyentuh tangan seorang wanitapun, akan tetapi beliau membaiat
mereka dengan ucapan saja. [HR Al Bukhari (5288) dan Muslim (1866)]10
e. Ikhtilath merupakan salah satu penyebab rusaknya hati.
Oleh karena itulah Allah memerintahkan agar para wanita berhijab dari lakilaki demi tercapainya hati yang bersih dan mulia. Allah berfirman:

HR Muslim (2742
HR Ath Thabrani (486). Hadits shahih
10
HR Al Bukhari (5288) dan Muslim (1866
8
9

Apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri


Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci
bagi hati kalian dan hati mereka. [QS Al Ahzab: 53] 11
f. Ikhtilath dapat membuat hilangnya rasa malu seorang wanita
terhadap lelaki.
Hal ini berbeda jauh dengan keadaan wanita pada masa kenabian dan pada
masa awal-awal Islam di mana mereka itu memiliki sifat malu dan menjaga
kehormatan diri yang sangat besar. Keadaan ini digambarkan di dalam hadits
Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu:

Nabi lebih pemalu daripada gadis perawan di balik


tirainya. [HR Al Bukhari (3562) dan Muslim (2320)]12
Hadits di atas menggambarkan tentang keadaan para wanita perawan pada
masa itu yang amat pemalu. Lantas bagaimanakah dengan para gadis perawan
pada masa kini yang telah terbiasa dengan ikhtilath?
g.

Ikhtilath dapat membuat hilangnya rasa cemburu seorang lelaki


terhadap istrinya dengan lelaki lain, ataupun sebaliknya dapat
menghilangkan rasa cemburu seorang wanita terhadap suaminya
dengan wanita lain.
Rasa cemburu terhadap mahram merupakan sifat mulia yang dimiliki oleh
Nabi dan para sahabat beliau. Di dalam hadits Al Mughirah
bin Syubah radhiallahu anhu disebutkan:

Sad bin Ubadah berkata: Kalau seandainya aku melihat seorang lelaki
(yang bukan mahram) ada bersama istriku, niscaya dia akan aku pukul
dengan pedang tanpa ampun! Lalu sampailah perkataan itu kepada Nabi
dan beliau berkata: Apakah kalian heran dengan
cemburunya Sad? Sungguh aku lebih pencemburu darinya, dan Allah lebih
pencemburu dariku. [HR Al Bukhari (6846) dan Muslim (1499)]13
h. Ikhtilath merupakan jalan menuju zina.

11

QS Al Ahzab: 53
HR Al Bukhari (3562) dan Muslim (2320)
13
HR Al Bukhari (6846) dan Muslim (1499
12

Hal ini sudah sangat jelas karena perzinaan terjadi dimulai dari pandangan
mata, lalu hati menginginkannya, lalu kemaluanlah yang melaksanakannya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi bersabda:

Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas keturunan Adam bagiannya


dari zina. Dia pasti mendapatkannya, tidak bisa dihindari. Zina mata
adalah memandang, zina lisan adalah ucapan, nafsu membayangkan dan
menginginkan, dan kemaluan membenarkan itu semua ataupun
mendustakannya. [HR Al Bukhari (6243) dan Muslim (2657)] 14
Demikianlah beberapa kerusakan yang ditimbulkan dari peristiwa ikhtilath
antara pria dan wanita yang bukan mahram di dalam satu tempat. Semoga
Allah azza wa jalla memperbaiki keadaan kaum muslimin dan memberikan
pemahaman kepada mereka tentang syariat Islam. Amin ya Allah.
3. Dalil Al- Quran Tentang Ikhtilat Beserta Tafsirnya
(467

( 58
{
.15

14

HR Al Bukhari (6243) dan Muslim (2657


(467 : (15

: 16
).
).

.
16

Ibid hlm. 468

2299

491
58
8

4
81

(2299 :
10

17

58

869 6

58

4. Pengaruh ikhtilat (tercampur baur antara laki-laki dan perempuan)


dalam kecerdasan berfikir, kesucian hati dan perekonomian.
Penulis dalam hal ini mengarahkan bercampurnya antara laki-laki
dan perempuan adalah termasuk bentuk kemaksiatan yang dapat
menyebabkan beberapa kerugian termasuk menurunya kecerdasan ,
mengurangi rizqi, dan gelapnya hati sebagaimana yang terdapat dalam
kitab adau wa dawa dan dalam kitab lainnya.
(55

11

73

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ikhtilat adalah percampuran antara laki-laki dan perempuan dalam satu
tempat, sehingga memungkinkan mereka untuk saling memandang,
bersentuhan dan saling bercakap-cakap sehingga menimbulkan pergaulan
yang bebas.

2. Hukum melakukan Ikhtilat ini adalah Haram


3. Ikhtilat adalah termasuk jenis maksiat maka akibat perbuatan ini hampir
sama dengan maksiat lainnya yaitu menambahnya syahwat, kebodohan,
dan gelapnya hati

13

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohman bin Muhammad, Bugyatul Mustarsyidin, (Bairut :
Darul fikri, TT)
Annawawi, Riyadussholihin, ( mauqiu shidil fawaid TT)
Abu Muhammad Husain bin masud al baghowi, malimuttangzil,
(Bairut : daruttibah linasyri wa tauzi 1997)
Nada abu ahmad, ahthouammah taqou fihan Nisa

14

Anda mungkin juga menyukai