Anda di halaman 1dari 21

WANITA DALAM ISLAM

Oleh

Rahma Tulsadiah
Rahmatulsadiah1710@gmail.com

Kasful Anwar .US


kasfulanwarus@gmail.com

Abstrak:

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kedudukan wanita


dalam islam. Metode yang digunakan adalah Kualitatif. Temuan yang dihasilkan
menunjukkan bahwa kedudukan wanita dalam islam saat ini banyak yang belum
mengetahui dengan begitu detail. Oleh karenanya keududukan wanita dalam
islam haruslah menjadi pengetahuan guna menaikkan kembali keudukan wanita
muslimah, untuk itu di perlukan kedudukan wanita yang sesuai dengan ajaran
agama islam agar tidak melenceng dan tidak menimbulkan kesalahan. Kedudukan
wanita dalam islam membangun hak dan kesamaan ialah melalui mendapatkan
keadilan yang setara dengan laki-laki, menempatkan perempuan pada posisi yang
sangat terhormat dan mulia sesuai dengan kodrat dan tabiatnya, dan setara
dengan kaum laki-laki dalam masalah kemanusiaan dan hak-haknya.
Kata Kunci: Kedudukan wanita, kesamaan dan hak.

1
A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat

seorang wanita. Berbicara tentang perempuan memang tiada habisnya bahkan

semua kalangan membicarakannya dan tidak berbatas tempat dan waktu. Dari

zaman sebelum masehi hingga sekarang, perempuan akan selalu menjadi topik

pembicaraan. Perempuan merupakan separuh penduduk bumi namun pengaruhnya

melebihi kuantitasnya. Hal tersebut dikarenakan pola pikir yang baik maupun

buruk dapat mempengaruhi suami dan anak-anaknya sehingga untuk menuju

masyarakat mulia perempuan harus memiliki pola pikir yang komperenshif1.

Sejarah perempuan dimanapun negaranya, tidak terlepas dari penindasan

dan kecurangan terhadap perempuan sehingga para perempuan dan pemerhati

perempuan menuntut kebebasan. Makna kebebasan itu pun bervariasi, mulai dari

pendidikan, ekonomi, pernikahan, kebasan hubungan seks, pengguguran

kandungan dan lain-lain. Kesadaran dan pemahaman agama yang tepat harus

dimiliki oleh setiap muslim agar tidak keluar dari nilai-nilai yang syumul.

Perempuan juga memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki dalam

tanggung jawab pelaksanaan kewajiban agama dan takdir mereka. Tanggung

jawab yang setara dalam kemasyarakatan yakni untuk menyuruh mengerjakan

yang makruf dan menjauhi kemungkaran. Laki-laki dan perempuan berbeda

bukan karena pilih kasih dari Allah, salah satunya lebih mulia dan atau satu-

satunya lebih dekat kepada Allah. Satu-satunya yang menjadi pembeda di hadapan

Allah nanti adalah derajat takwa manusia.

1
Yusuf Qardhawi, “Kedudukan Wanita Islam”, (Jakarta: Global Cipta Damayanti, 2003), hal.3

2
Pandangan mengenai wanita yang bekerja seringkali menimbulkan pro dan

kontra di masyarakat. Hal ini timbul karena stereotip yang beredar di masyarakat

bahwa wanita haruslah dengan baik mengurus rumah tangga, jika seorang wanita

bekerja maka dikhawatirkan ia akan lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya

dalam rumah tangga. Padahal di zaman modern seperti sekarang, pandangan

tersebut sudah bergeser seiring berkembangnya pola pikir masyarakat tentanfg

peranan kaum wanita di masyarakat. 2

Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin antara dua belah pihak yang

mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga bahagia. Adapun pernikahan yang

berlaku di Indonesia adala pernikahan yang tercatat dan sah secara hukum islam

maupun hukum positif. Namun, permasalahan yang ada pernikahan yang tidak

tercatat sebagaimana mestinya peraturan berlaku, yakni nikah siri yang masih

kerab terjadi, baik nikah siri yang biasa atau nikah siri dalam konteks poligami.3
4
Kaum wanita saat ini lebih kritis dalam menuntut dan menyuarakan apa-

apa yang sudah menjadi haknya. Di antaranya adalah hak memperoleh persamaan

dengan kaum pria dalam segala hal, termasuk juga hak untuk turut aktif dalam

kegiatan-kegiatan public. Dengan demikian, wanita karir memiliki beban yang

lebih berat, di satu sisi ia harus bertanggung jawab atas urusan-urusan rumah

tangga, di sisi lain ia juga harus bertanggung jawab atas pekerjaan kantornya.

Apabila hal demikian terjadi, tidak jarang menimbulkan beban mental tersendiri,
2
Aulia y, “PandanganWanita Dalam Membangun Ekonomi Rumah Tangga Menurut Perspektif
Islam”, (Jakarta: Global Cipta Damayanti, 2021), hal.1
3
Imam Hafas, “Pernikahan Sirri Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif”, (Jakarta:
Salakan baru No.1, 2021) hal.2
4
Di Israel, lebih dari sepertiga dari keseluruhan lawyer yang praktek (pengacara, penasehat
hukum, dan sebagainya) dengan jumlah 14.389 adalah perempuan lihat Bryna Bogoch,
Coartroom Discourse and The Gendered Construction of Professional Identily; Law and Social
Inquiry, (Israel:tp,1999), hal.334

3
karena seorang ibu (istri) senantiasa dipermasalahkan. Misalnya, ketika prestasi

anak menurun atau terlibat tawuran.


5
Dalam kehidupan sehari-hari sering dipermasalahkan tentang pekerjaan

pria maupun wanita yang diharapkan sesuai dengan kodratnya. Pandangan masih

berkisar pada faktor biologis di mana wanita yang berbadan lemah mendapat

pekerjaan yang ringan sedangkan pria yang fisiknya kuat semestinya mendapat

pekerjaan yang lebih menampilkan kekuasaan. Pandangan semacam ini tidak

dapat dipertahankan karena dalam berbagai penelitian ditimbulkan bahwa wanita

mampu memiliki keterampilan, kecerdasan dan melakukan berbagai tugas

sebaliknya banyak pria yang memilih pula pekerjaan-pekerjaan “feminim”. Maka

perlu ada suatu perubahan pandangan tentang eksistensi pria dan wanita sesuai

dengan budaya yang mengembangkan potensinya sebagai manusia utuh bukan

dari pandangan biologis saja.

Dalam aksinya diskusi tentang perempuan, agak terkesan selalu dimulai dari

praanggapan bahwa perempuan berada pada lapis bawah, tertindas, dan tidak

berdaya bukti factual sederet kasus seperti TKW, buruh perempuan, termasuka

yang mengemukakan di waktu-waktu terakhir ini adalah tuntutan kuota

perempuan dalam parlemen. Oleh karenanya kemudian, menurut merka ,

diperlukan perjuangan menuju derajat emansipasif.

KESAMAAN DALAM ASAL PENCIPTAAN

5
Dr. Parwati Soepangat, “Kesadaran Gender”, (artikel non publikasi:2008 hal.180

4
Kesamaan dalam asal penciptaan artinya adalah bahwa kaum wanita itu

diciptakan dari diri kaum lelaki. Sebagaimana ditunjukkan oleh firman-nya,

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah
menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan
laiki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sseungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisaa’:1)
۞ ‫َّت‬ ْ ‫ت َح ْماًل َخفِ ْيفًا فَ َم? ر‬ ْ َ‫َّاح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا لِيَ ْس ُكنَ اِلَ ْيهَ ۚا فَلَ َّما تَ َغ ٰ ّشىهَا َح َمل‬
ِ ‫سو‬ ٍ ‫هُ َو الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
َ‫صالِحًا لَّنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ال ٰ ّش ِك ِر ْين‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ت َّد َع َوا َ َربَّهُ َما لَ ِٕى ْن ٰاتَ ْيتَنَا‬ ْ َ‫بِ ٖه ۚفَلَ َّمٓا اَ ْثقَل‬

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya
Dia menciptakan istrinya”. (Al-A’raf: 189)
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan
irinya istrinya”. (Az-Zumar:6)

6
Semua ayat di atas memberikan pengertian bahwa wanita tidaklah

diciptakan dari bahan yang berbeda dari bahan penciptaan lelaki. Dia diciptakan

darinya. Dan masing-masing dari keduanya terlahir dari apa yang Allah ciptakan,

yaitu Adan dan Hawa.

Sesungguhnya mereka yang memandang bahwa lelaki dan perempuan

diciptakan dari bahan yang bebrbeda adalah agama-agama selain Islam seperti;

Yahudi, Kristen, dan golongan lain yang mengaku dan menganggap drinya sangat

berperadaban tinggi. Bahkan kita jumpai juga di antara konsili-konsili mereka

masih ada yang mempertanyakan apakah wanita itu memiliki ruh atau tidak?

Apakah wanita itu dari jenis manusia atau bukan? Dan jenis pertanyaan-

pertanyaan lain yang ada di dalam kitab suci mereka, yang telah diselewengkan.

6
Syaikh imad, “tafsir wanita”, (Jatim:Pustaka al-kautsar, 2004), hal.4-5

5
Antara bukti yang menunjukkan terhadap apa yang saya sebutkan itu

adalah, apa yang ditanyakan oleh konsili Roma yang menyebutkan

bahwa;”Sesungguhnya wanita itu adalah makhluk yang najis! Tak punya Roh dan

tidak ada keabadian baginya. Sehingga dengan demikian, wajib baginya untuk

mengabdi dan melakukan kebaktian. Dan hendaknya mulutnya dikekang laksana

unta dan anjing suka mengigit, agar dia tidak bisa tertawa dan berbicara.sebab dia

adalah jerat setan”.

KESAMAAN DALAM TAKLIF (KEWAJIBAN AGAMA) DAN

GANJARAN

Secara prinsip, Islam menyamakan antara lelaki dan perempuan

dihadapan taklif syariat dan pahala di akhirat, tanpa ada diskriminasi apa pun. Hal

ini bisa kita dapatkab dalam beberapa firman Allah Ta’ala berikut:7

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan


berfirman), ‘Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang
yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena)
sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-
orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang
disakiti di jalan-ku, yang berperang dan yang di bunuh, dan pastilah aku
masukkan mereka ke dalam surge yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala
yang baik”. (Ali Imran:195)
ٰۤ ُ
ْ ‫ول ِٕىكَ يَ ْد ُخلُوْ نَ ْال َجنَّةَ َواَل ي‬
‫ُظلَ ُموْ نَ نَقِ ْي‬ ‫َر اَوْ اُ ْن ٰثى َوه َُو ُمْؤ ِم ٌن فَا‬
ٍ ‫ت ِم ْن َذك‬ ّ ٰ ‫َو َم ْن يَّ ْع َملْ ِمنَ ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

“Dan barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki


maupun wanita sedang dia orang beriman, maka mereka itu masuk ke
dalam surge dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pum”. (An-
Nisaa’:124)
7
Syaikh imad, “tafsir wanita”, (Jatim:Pustaka al-kautsar, 2004), hal.5-10

6
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan
perempuan, (akan mendapat) surge yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di surga Adn. Dan keridhaan Allah itu adalah lebih besar; itu
adalah keberuntungan yang besar”. (At-Taubah:72)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”. (An-Nahl:97)

“Kataknlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian
itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat’. Kataknlah kepada wanita-wanita
beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara laiki-laki mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allahh, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (An-Nur:31)

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan


perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah akan menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar”. (Al-Ahzab:35)

7
ِ ?‫ضى ٱهَّلل ُ َو َرسُولُ ٓۥهُ َأ ْمرًا َأن يَ ُك??ونَ لَهُ ُم ْٱل ِخيَ? َرةُ ِم ْن َأ ْم‬
‫?ر ِه ْم ۗ َو َمن‬ َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن َواَل ُمْؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق‬
ٰ
‫ضلَاًل ُّمبِينًا‬ َ ‫ْص ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬ ِ ‫يَع‬

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, aka nada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, dengansesat yang nyata”. (Al-
ahzab:36)

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah


dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat tinggalmu”. (Muhammad:19)

“Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan


ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya dan supaya dia menutupi kesalahan kesalahan mereka. Dan
yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah. Dia
supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan,
dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu
berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapatkan giliran
(kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk
mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahanam. Dan (neraka
jahanam) itulah sejahat-jahat tempat kembali”. (Al-Fath:5-6)

Demikianlah, dan masih banyak ayat-ayat lain yang serupa dengan ayat-

ayat yang telah disebutkan di atas. Di antara bukti lain yang mengindikasikan

pada kesamaan ini adalah, ternyata ada kalangan wanita yang lebih dahulu

beriman terhadap apa yang diwahyukan kepada Rasulullah. Seperti Khadijah dan

Sumayyah (ibunda Ammar, istri Yasir). Bahkan kita dapatkan juga bahwa wanita

syahid pertama dalam Islam adalah perempuan, yaitu Sumayyah tatkala dia dan

suaminya dibunuh.

8
PERSAMAAN DALAM HUDUD (KETENTUAN HUKUMAN) DAN

SANKSI SYARIAH

Allah berfirman,

‫هّٰللا هّٰللا‬ ۤ
ِ ‫َّارقَةُ فَا ْقطَع ُْٓوا اَ ْي ِديَهُ َما َج َزا ۢ ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكااًل ِّمنَ ِ َۗو ُ ع‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬
“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana”. (Al-Maidah:32)

“perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus dera, dan janganlah belas kasihan
kamu kepada mereka, mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah
jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-
orang yang beriman”. (An-Nur:2)

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik


(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nur:4)

Ulama telah sepakat bahwa tidak ada khilaf dalam masalah hukum bagi

mereka yang menuduh dan yang di tuduh. Sebagaimana telah didera secara sama

dalam peristiwa tuduhan keji pada Aisyah (yang dikenal dengan hadist ifki) dua

orang lelaki dan seorang perempuan:Hassan, Misthah dan Hamnah binti Jahsy.

Demikian pula dalam masalah-masalah tindak criminal yang lain (hudud). Oleh

sebab itulah Rasulullah menyamakan hukum rajam bagi Ma’iz dan Al-

Ghamidiyah tatkala keduanya melakukan zina dan kedua-duanya adalah orang

yang sudah menikah.

9
Sementara bagaimana ternyata mereka yang mengaku sebagai orang-

orang yang memiliki peradaban yang tinggi dan modern, tidak menyamakan

antara wanita dan lelaki dalam masalah ini. Beberapa klausul undang-undang

pidana Mesir sebagai sebuah undang-undang yang banyak dipengaruhi oleh

undang-undang Perancis:

Pasal 273;”Tidak dibolehkan menjatuhkan hukuman terhadap


seorang wanita yang berzina kecuali atas dasar pengaduan suaminya.
Berbeda halnya dengan seorang lelaki yang berzina di mana dia tinggal
di tempat istrinya (sebagaimana dijelaskan dalam pasal 277), maka
tidaklah didengar pengaduannya terhadap istrinya”.

Pasal 274;”seorang wanita yang bersuami yang telah jelas-jelas


berzina, maka hendaknya dihukum kurungan tidak lebih dari dua tahun!
Namun hukuman ini bisa dihentikan jika sang suami rela untuk
menerima dia kembali sebagaimana sebelumnya”.

Pasal 275;”seorang wanita yang berzina dengan lelaki,


hendaknya ia dijatuhi hukuman yang serupa. demikian ini adalah
hukuman zina yang berhubungan dengan seorang wanita, sedangkan
yang bersangkut paut dengan hukuman zina seorang lelaki, makab
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 277;setiap lelaki yang berzina
di rumah tempat istrinya dan ditetapkan bahwa dia betul berzina sesuai
dengan pengaduan istrinya, maka dia diganjar dengan hukuman kurungan
tidak lebih dari enam bulan.”

Di dalam Undang-Undang tidak ada pertimbangan ilahiyah, yang ada di

dalamnya hanyalah pertimbangan kehormatan seorang lelaki semata, yang itu pun

juga tidak dianggap berarti, jika ternayata laki-laki itu adalah lelaki yang dayyuts

(yang tidak memiliki rasa dan gairah cemburu), di mana dia menghentikan

eksekusi hukuman itu dan ridha untuk menerima kembali istrinya sebagaimana

sebelumnya.

10
Artinya adalah; Hukum positif-sampai kondisi yang sangat sensitive-

tidak menyatakan adanya keadilan anatara laki-laki dan perempuan dalam hal

hukuman hanya enam bulan, sementara seorang perempuan harus mendapat

hukuman kurangnya selama dua tahun.

Tidak adil (dibedakan) pula dalam hal tempat berzina; di mana seorang

laki-laki disyaratkan (untuk mendapat hukuman) jika perzinaan itu terjadi di

rumah istrinya. Sedangkan bago wanita di mana pun perzinaan itu terjadi, ia

berhak mendapat hukuman.

Mungkin hikmah yang diharapkan oleh para pembuat hukum positif ini

adalah; untuk menjaga perkawinan yang remi, dari adanya pelecehan suami yang

berupa pengkhianatan terhadap istrinya di rumah kediaman miliknya. Jadi sangat

jelas disini, bahwa logika pembuatan Undang-Undang positif itu sangat berbeda

secara mendasar dengan logika Islam yang disebutkan sebelumnya, yang

menyamakan secara adil antara lelaki dan perempuan dalam sanksi, selama

kejahatan yang dilakukan adalah sama derajatnya. 8

8
Syaikh imad, “tafsir wanita”, (Jatim:Pustaka al-kautsar, 2004), hal.10-13

11
PERSAMAAN DALAM MEMILIKI HAK MENGGUNAKAN HARTA

MILIKNYA

Islam mempersamakan antara laki-laki dan perempuan dalam

memanfaatkan dan menggunakan hak miliknya dalam masalah-masalah harta

benda. Setiap laki-laki yang teklah baligh dan berakal memiliki hak secara hukum

untuk menggunakan apa yang dia miliki secara bebas. Seperti dalam hal menjual,

hibah, wasiat, sewamenyewa, mewakilkan pada orang lain, menggadaikan,

membeli, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan harta miliknya. Hal ini

berlaku tak beda dengan wanita yang telah akil baligh, baik dia telah kawin atau

belum. Maka dalam keadaan yang seperti ini, baik ayahnya, saudara laki-lakinya,

suaminya atau anaknya tidak berhak melarang untukb melakukan apa yang dia

inginkan dari hal-hal di atas.

Seorang suami, dalam syariat Islam tidak dibenarkan untuk melakukan

intervensi dalam masalah keuangan yang menjadi hak milik istrinya. Karena pada

dasarnya, hak kepemimpinan yang dimiliki laki-laki itu adalah hak-hak yang

bersifat individu (haqqun sahsiyyun) dan bukan yang menyangkut masalah hak-

hak harta kekayaan. Dengan demikian, maka tidak boleh baginya untuk

melakukan intervensi dalam masalah keuangannya hak miliknya, kecuali jika apa

yang dia lakukan telah menyentuh wilayah moralitas da nada hubungannya

dengan kepemimpinan lelaki dalam masalah itu. Yang jelas, dia tidak boleh

mengintervensi dalam masalah keuangan semata, yang menjadi hak istrinya.

12
Seorang suami tidak boleh mengubah identitas diri istrinya. Sebuah

missal adalah; Nama Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, setelah nikah dengan

Rasulullah, ia tetap memakai nama; Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Namanya tidak dinisbatkan kepada suaminya, meskipun ia sang penghulu semua

makhluk dan penutup para Nabi dan Rasul. Dia tidak dinisbatkan kepada keluarga

dan kerabatnya (yakni tidak menjadi Aisyah Muhammad). Ini tentu berbeda

dengan apa yang terjadi di masyarakat Eropa dan Amerika dan ‘makmum-

makmum’ mereka yang lain, yang menyandangkan nama keluarga suami kepada

istrinya dan sang istri melupakan nama ayah dan keluarganya, seakan-akan

mereka tidak pernah ada!9

9
Syaikh imad, “tafsir wanita”, (Jatim:Pustaka al-kautsar, 2004), hal.13-24

13
WANITA ITU ADALAH PERHIASAN

Allah berfirman,

‫ض ? ِة َو ْال َخ ْي? ِل ْال ُم َس ? َّو َم ِة‬ َّ ِ‫ب َو ْالف‬ َّ ?‫?ر ِة ِمنَ ال‬
ِ َ‫?ذه‬ ِ ?َ‫ت ِمنَ النِّ َس ? ۤا ِء َو ْالبَنِ ْينَ َو ْالقَن‬
َ ?َ‫?اطي ِْر ْال ُمقَ ْنط‬ َّ ُّ‫اس حُب‬
ِ ‫الش ?هَ ٰو‬ ِ َّ‫ُزيِّنَ لِلن‬
ٰ ْ ْ ‫هّٰللا‬ ْ ْ ٰ ْ ْ ‫اْل‬
ِ ‫ع ال َح ٰيو ِة ال ُّدنيَا ۗ َو ُ ِعند َٗه ُحسْنُ ال َما‬
‫ب‬ ُ ‫ث ۗ ذلِكَ َمتَا‬ ِ ْ‫َوا َن َع ِام َوال َحر‬
“Dijadiakan indah (pada pandangan) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, bintang-bintang ternak, dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surge).” (Ali-Imran:14)

Ayat ini menyebutkan tentang sebuah keindahan yang Allah anugerahkan

kepada kita, dan menjadikan yang paling puncak dari keindahan-keindahan itu

adalah wanita. Allah nenulai dengannya karena banyaknya kecenderungan jiwa

laki-laki padanya, dank arena wanita adalah jerat-jerat setan dan ‘fitnah’ (ujian)

bagi kalangan laki-laki.

Fitnah perempuan itu jauh lebih berbahaya dari semua fitnah yang ada.

Dikatakan dalam diri wanita itu ada dua fitnah, sedangkan dalam diri anak-anak

itu ada satu fitnah. Adapun fitnah yang ada pada wanita itu, salah satunya adalah;

sesuatu yang mengakibatkan pada putusnya tali silaturahim. Sebab wanita

menyuruh suaminya untuk memutuskan tali hubungan dengan ibu-ibu mereka

atau dengan saudari-saudari mereka. Sedangkan yang kedua adalah; lelaki akan

dicoba dnegan pengumpulan harta, baik yang halal maupun yang haram (demi

menuruti keinginan dan permintaan istri). Adapun anak-anak, maka fitnah yang

akan muncul dari mereka adalah hanya satu, yakni; dicoba dengan pengumpulan

harta karena mereka.

14
BERHIAS YANG HARAM

 MENCUKUR ALIS

Yakni mencukur alis dengan tujuan untuk membuatnya kecil dan lancip.

Ada pula yang berpendapat bahwa yang dumaksud adalah; sebuah bentuk

pencukuran bulu yang ada di wajah secara umum. Dalilnya adalah; apa yang

diriwayatkan oleh Alqamah dari Abdullah dia berkata,

“Allah melaknat wanita yang mentato dan yang minta ditato tubuhnya,
dan yang mencukur alis dan yang minta dicukur alisnya dan wanita-
wanita yang menjarangkan gigi untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan
Allah.”

 MENYAMBUNG RAMBUT

Hadist riwayat Muslim dan Asma’ binti Abu Bakar, dimana dia berkata,

“Ada seorang wanita yang datang menemui Rasulullah dan dia berkata, ‘wahai

Rasulullah! Ssesungguhnya seorang anak perempuan saya aka dinikahkan, tetapi

dia jatuh sakit hingga rambutnya rontok. Apakah boleh saya menyambungnya?”

Maka Rasulullah bersabda,

“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang meminta


disambungkan rambutnya.”

Akhirnya, hendaklah setiap wanita mengetahui dengan sepenuhnya; bahwa

laknat itu bukan hanya berlaku bagi yang menyambungnya sendiri, namun juga

bagi yang menyambungkan untuk orang lain. Sebab, tidak pantas baginya

melakukan perbuatan itu dan tidak pantas pula bagi siapa pun untuk

menolongnya, sebagaimana telah kita sebutkan.

15
 TATO

Dalilnya adalah; apa yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan

Muslim dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda,

“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang meminta


disambungkan rambutnya, dan wanita yang mentato dan yang meminta
untuk ditato”.

Tato (wasym) adalah; dilakukan dengan cara memasukkan jarum di

punggung telapak tangan, atau pergelangan tangan, atau di bibir dan selainnya

dari badan wanita, sehingga darah mengalir dan setelah itu diberi celak atau cap

sehingga menjadi biru. Setelah itu, kemudian diukir, baik sedikit atau dalam

jumlah yangbanyak. Baik yang bersangkutan melakukan sendiri, atau meminta

tolong orang lain untuk mentatonya, maka itu adalah perbuatan haram.

Sedangkan, tempat yang di tato itu adalah menjadi najis.

 MERENGGANGKAN GIGI

Dalilnya adalah; apa yang diriwayatkan oleh Alqamah dari Abdullah bin

Mas’ud dia berkata,

“Allah melaknat wanita yang mentato dan yang minta di tato tubuhnya,
dan yang mencukur alis dan yang minta dicukur alisnya, dan wanita-
wanita yang menjarangkan gigi untuk kecantikan, yang mengubah ciptaan
Allah. ‘Maka sampailah berita itu pada seorang wanita dari Bani Asad
bernama Ummu Ya’qub. Dia adalah wanita yang suka membaca AL-
Qur’an. Maka dia pun datang pada Abdullah dan berkata. ‘hadist apakah
yang sampai padaku diamana kamu melaknat wanita-wanita yang mentato
dan yang minta ditato. Dan wanita yang mencukur alis serta wanita yang
menjarangkan giginya untuk kecantikan, yang mebgubah ciptaan Allah!’
maka Abdullah berkata ‘bagaimana saya tidak akan melaknat sesuatu yang
dilaknat oleh Rasulullah, dan itu semua telah ada di dalam kitab Allah?’
maka wanita itu berkata ‘ saya telah membaca lembaran-lembaran Al-
Qur’an, namun aku tidak dapatkan itu!’ maka Abdulah berkata ‘ jika kau
membacanya dengan benar-benar, pasti kaau akan dapatkan. Tidakkah kau

16
bca;’ “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah!” (Al-Hasyr:7) Wanita itu
berkata, ‘Benar’. Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah
telah melarang itu!”

BERHIAS YANG MUBAH

 CELAK DAN SEMIR

Dapun dalilnya adalah; bahwa pada dasarnya semua perbuatan itu adalah

mubah, kecuali jika ada keterangan dari nash yang mengharamkan.

Sebagaimana yang Allah firmankan.

“kataknlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang


telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siaoakah pula
yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (Al-A’raf:32)

Selain itu juga ada hadist-hadist yang menyebutkan hal ini secara rinci.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam

shahih-nya dari Zainab binti Aslam dari ibunya, Ssesungguhnya ada seorang

wanita yang ditiinggal mati oleh suaminya, meminta ijin kepada Rasulullah agar

dia diizinkan memakai celak. Maka Rasulullah pun tidak mengingkari apa yang

mereka lakukan.

Sebagaiman hadits muslim dalam shahih-nya yang mengisahkan dari


hadits yang panjang tentang haji Rasulullah dimana Ali datang dari
Yaman dengan membawa unta Rasulullah. Kemudian dia singgah di
tempat Fathimah dan dia dapatkan ia memakai pakaian yang disulam dan
memakai celak. Ali snagat mencela apa yang dilakukan oleh Fathimah
itu. Lalu Fathimah berkata, “Ssesungguhnya ayahandaku menyuruhku
melakukan ini”.

Saat berada di Irak Ali berkata, “Lalu saya pergi menemui Rasulullah

mengadukan apa yang dilakukan oleh Fathimah dan meminta penjelasan dari

Rasulullah tentang apa yang dia lakukan, dan aku beritahukan pada Rasulullah

17
bahwa aku mengingkari apa yang telah dia lakukan itu”. Maka Rasulullah

bersabda, “Fathimah benar…Fathimahbenar..,”.

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang lain yang menunjukkan akan

bolehnya mempergunakan dua hiasan ini; yakni celak dan semir. Dalil-dalil ini

bukan hanya menunjukkan pada kebolehan melakukan hal ini, namun

menujukkan pada sunnahnya memakainya, khususnya jika dia memiliki sumai

dimana dia berhias untuknya.

 MINYAK WANGI

Bisa kita dapatkan pada riwayat Imam At-Tarmidzi dalam Shahihnya dari

Imran bin Husnain dia menuturkan; Rasulullah berkata kepada saya,

“Sesungguhnya sebaik-baik parfum laki-laki adalah yang tercium aromanya dan

tidak kelihatan warnanya, dan sebaik-baiknya parfum wanita adalah yang tampak

warnanya dan tidak tercium aromanya.”

 BERSISIR DAN MENCUKUR BULU KEMALUAN

Tidak ada perbedaan pendapat di antara fuqaha, bahwa itu disyariatkan. Ini

berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim

dari Jabir bin Abdullah dia berkata, “saya berada bersama Rasulullah dalam

sebuah peperangan. Tatkala selesai, maka saya segera pergi dengan cepat-cepat

menunggang kendaraan. Dari belakang saya ada seorang penunggang lain yang

menyusul saya, maka saya menolehg dan ternyata Rasulullah”.

Dia bersabda, “Apa yang membuat kamu terburu-buru?? Saya katakana;


“Saya baru saja nikah!”

Dia bersabda, “Apakah kamu nikah dengan seorang gadis atau seorang
janda?” Saya Katakan, “Dengan seorang janda?”

18
Dia bersabda,”Tidakkah kamu memilih wanita yang dengannya kamu
bercanda, dan dia bisa bercanda denganmu?” Jabir berkata, “Tatkala
kami sampai di tempat, maka kami segera mau berangkat untuk menemui
isteri kami”.

Maka Rasulullah bersabda,

“Pelan-pelan sehingga kalian bisa masuk pada malam hari-yakni waktu


isya’-sehingga wanita yang rambutnya berantakan bisa bersisir, dan
wanita yang ditinggalkan bisa mencukur bulu kemaluannya”.

 PERHIASAN

Perhiasan, hal ini sudah sama-sama diakui oleh setiap fitrah manusia dan

ditetapkan oleh syariat. Ini dilakukan oleh wanita-wanita yang mulia sejak zaman

Rasulullah hingga zaman kita sekarang. Kita tidak dapatkan perselisihan pendapat

di antara para ulama mengenai masalah ini, kecuali apa yang disebutkan oleh

seorang alim kontemporer yang mulia yang mengingkari bolehnya memakai

kalung emas bagi wanita. Namun hujjah yang kuat berada bersama dengan jumhur

fugaha.

Adapun yang menunjukkan bahwa itu boleh adalah apa yang diriwayatkan

oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahinya bersama dengan Rasulullah,

Abu Bakar, Umar, dan Utsman mereka semua melakukan shalat idul fitri sebelum

khutbah, kemudian setelah itu baru berkhutbah.

Kemudian sesudah itu Rasulullah turun, maka saya seakan-akan

melihatnya tatkala dia memerintahkan kaum laki-laki agara duduk dengan isyarat

tangannya. Lalu dia menuju mereka hingga wanita-wanita datang bersama dengan

Bilal, dan dia berkata sambil mengutip firman Allah.

19
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan
mempersekutukan sesuatu pun dnegan Allah; tidak akan mencuri, tidak
akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berdusta
dengan yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka,” (Al-
Mumtahanah:12) hingga dia selesai membaca ayat itu.

Kemudian dia bersabda, “Demikianlah yang harus kalian lakukan (wahai


para wanita).” Maka, berkatalah salah seorang wanita diantara mereka, dan
tidak ada yang menjawab selain hanya wanita itu; “Ya wahai Rasulullah.”
10

10
Syaikh imad, “tafsir wanita”, (Jatim:Pustaka al-kautsar, 2004), hal.253-267

20
DAFTAR PUSTAKA

Imad, Syaikh. 2004. Tafsir Wanita. Jakarta Timur. Pustaka Al-Kautsar

Rifa’I, Syamsuri. 1991. Tafsir Al-Mizan. Jakarta Pusat. Cv. Firdaus

Saifudin, Dkk. 2017. Tafsir Nusantara. Yogyakarta. Printing Cemelang.

21

Anda mungkin juga menyukai