Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP PRINSIP KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM

Untuk memenuhi tugas Hukum Islam dan Analisis Gender


Dosen Pengampu : Wawan Gunawan Abdul Wahid

Disusun oleh :
Kelompok I

Dudung Abdullah 19103060035


Faruq Alawy Hudaya 19103060015
Abdu Salafush Sholih 19103060048
Puspita Lailatut Thohiroh 19103060055

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam masyarakat, peran laki-laki dan perempuan sering menjadi pembicaraan.
Hal tersebut begitu erat bahasannya dengan kajian gender. Pada dasarnya, gender
mencerminkan bagaimana antara laki laki dan perempuan harus berfikir, berperilaku,
yang semua itu ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang didasarkan pada
perbedaan biologis keduanya. Berdasarkan telaah buku dan artikel, bahwa terjadinya
ketidakadilan gender bukan disebabkan karena sosialisasi agama yang cenderung
patriarki yang memandang laki laki lebih tinggi dan lebih mulia dari perempuan, namun
hal tersebut disebabkan oleh adanya tradisi yang sudah ada dalam masyarakat sejak
dahulu.
Dalam hal ini Islam memberikan prinsip prinsip yang jelas terkait kesetaraan
gender. Islam tidak membedakan seseorang dari jenis kelamin dan peran sosialnyabaink
dalam rumah tangga maupun masyarakatnya, karena Islam merupakan agama yang
menjunjung tinggi nilai nilai keadilan dan kesetaraan. Laki laki dan perempuan
mempunyai kedudukan yang sama sebagai hamba Allah, Khalifah dibumi dan perjanjian
primodial. Laki laki dan perempuan juga memiliki potensi yang sama untuk meraih
sebuah prestasi. Peran yang berbeda bukanlah bentuk dari subordinasi perempuan atas
laki laki, namun hal tersebut untuk menciptakan sebuah kerjasama yang baik dalam
rumah tangga dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud gender dalam Islam ?
2. Apa saja prinsip prinsip kesetaraan gender dalam Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gender dalam Islam

Gender menurut bahasa adalah jenis kelamin.1 Sedangkan menurut istilah adalah
suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat. 2 Hilliary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Seks and
Gender: An Introduction, mengartikan bahwa gender sebagai harapan-harapan budaya
terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectation for woman and men).3 Jadi, gender
merupakan sebuah konsep yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam
perspektif sosial budaya.

Gender bukan merupakan konsep barat. Akan tetapi gender berasal dari ilmu
bahasa yang memberi perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Kemudian
bahasa ini di ambil oleh antropolog menjadi kata yang bisa dijelaskan, tetapi tidak ada
pandanannya dalam bahasa Indonesia. Seperti kata poliandri dan poligami yang tidak ada
pandanannya dalam bahasa Indonesia. Gender mengacu pada tanggung jawab laki-laki dan
perempuan yang dikontruksikan oleh sosial budaya, bukan mengacu pada perbedaan aspek
biologis.

Dalam konteks agama samawi, sejarah tentang kehidupan dan peran perempuan
telah tertuang dalam Kitab Perjanjian Lama menempatkan perempuan sebagai sumber
utama kesalahan. Hal ini terkisahkan dalam bentuk cerita atau kisah-kisah yang diyakini
kebenarannya. Dikisahkan bahwa Hawa adalah penyebab utama keluarnya Adam dari
Syurga dikarenakan Adam dirayu oleh Hawa untuk memakan buah khuldi setelah
sebelumnya dia terpesona oleh rayuan iblis.

1
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, “Kamus Inggris Indonesia”, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 265.

2
Helen Tierney (ed), “Women’s Studies Encyclopedia”, (New York:Green Wolrd Press, t. th), vol.i, hlm. 153.

3
Hillary M. Lipstik, “Sex &Gender an Introduction”, (London:Mayfied Plublishing Company,1993).
Ajaran Yahudi juga mewajibkan bagi orang yang telah meninggal untuk
melimpahkan hak waris kepada anak laki-laki tanpa sedikitpun melibatkan anak
perempuan. Dalam Kitab Perjanjian Lama Pasal 419 juga tertulis bahwa harta benda yang
dimiliki oleh istri adalah hak atau milik suami secara penuh, sementara sang istri hanya
berhak memiliki harta benda yang menjadi mahar dalam perkawinannya. Sementara jauh
setelah itu kaum nasrani dengan Perjanjian Baru sebagian Kitab Suci yang mereka yakini
kebenarannya memposisikan perempuan sebagimana Perjanjian Lama. Mereka meyakini
bahwa perempuan merupakan sumber kesalahan dan penyebab utama Adam dikeluarkan
dari Syurga. Mereka menetapkan bahwa satu-satunya jalan untuk menuju kedekatan
kepada Sang Pencipta adalah menjauhi Perempuan.

Islam datang membawa misi untuk membebaskan manusia dari berbagai


ketidakadilan. Islam dikenal sebagai agama pembebasan karena misi utamanya yaitu
menyempurnakan akhlak yang mulia, termasuk didalamnya pembebasan perempuan dari
segala macam bentuk diskriminasi dan dominasi. Bisa dibayangkan bagaimana sebuah
tantanan masyarakat Arab pada masa sebelum Islam datang, pembunuhan terhadap bayi
perempuan, tiba-tiba diserukan untuk berpesta (tasyakuran) atas lahirnya bayi berjenis laki-
laki atau perempuan. Bagimana masyarakat yang tidak mengenal konsep waris, kesaksian,
tiba-tiba diberikan hak waris untuk siapapun jenis kelamin dari bayi sampai sudah berumur
tanpa adanya perbedaan, semua memperoleh hak waris. Ajaran Islam mengacu pada
egaliter (kesetaraan) dimana antara laki-laki dan perempuan sama rata dimata Tuhan yang
membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan kepada Tuhan YME. Bahkan penyebab Adam
dikeluarkan dari Syurga bukan semata-mata salah Hawa tapi karena godaan iblis yang
merayu Hawa supaya memakan buah khuldi.

Islam sangat memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.


Tidak satupun ciptaan-Nya yang jomplang (tidak seimbang/serasi). Konsep relasi gender
dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan gender dalam masyarakat, tetapi secara
teologis pola hubungan manusia (mikrokosmos) dan alam (makrokosmos) dan Tuhan.
Dengan demikian manusia dapat menjalankan tugas fungsinya sebagai khalifah fil ardl dan
khalifah yang sukseslah yang dapat mencapai derajat abid (hamba) sesungguhnya.
Islam telah memperkenalkan konsep relasi gender, mengacu pada ayat-ayat Al
Qur’an subtantif yang sekaligus menjadi tujuan syariah (maqashid asy syariah) antara lain
mewujudkan nilai keadilan dan kebajikan, kemananan dan ketentraman. Melalui Kitab al
Qur’an, Islam senantiasa menyeru untuk kebaikan dan mencegah kejahatan.

B. Prinsip Prinsip Kesetaraan Gender dalam Islam


Sebagai standar dalam menganalisa prinsip prinsip kesetaraan gender dlaam Al
Qur’an, dapat digunakan beberapa variabel, yakni :

1. Laki-laki dan Perempuan Sebagai Hamba Allah

Tujuan utama penciptaan manusia oleh Allah SWT sebagai hamba, adalah untuk
beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzariat:56:

ِ ‫َعۡ جُذ‬ٛ‫َس ِإ ََّّل ِن‬


ٌُٔ ِ ۡ َٔ ٍَّ ‫َٔ َيب َخهَ ۡقذُ ۡٱن ِج‬
َ ‫ٱۡل‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”

Menurut prof. Nasarudin Umar dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang
yang sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa diistilahkan
dengan orangorang bertaqwa (muttaqûn), dan untuk mencapai derajat muttaqûn ini tidak
dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.
4
Dalam firman-Nya Allah SWT telah menegaskan bahwa hamba yang ideal ialah para
muttaqun, sebagaimana diesbutkan dalam Q.S. Al-Hujurat:13:

َ ‫شعُ ْٕثًب َّٔ َق َج ۤب ِٕى َم ِنز َ َع‬


‫بسفُ ْٕا ۚ ا ٌَِّ اَ ْر َش َي ُك ْى ِع ُْذَ ه‬
‫ّٰللاِ اَرْقى ُك ْى ۗا ٌَِّ ه‬
‫ ٌى‬ْٛ ‫ّٰللاَ َع ِه‬ ُ ‫بس اََِّب َخهَ ْقُ ُك ْى ِ ّي ٍْ رَر ٍَش َّٔا ُ َْثٗ َٔ َج َع ْهُ ُك ْى‬
ُ َُّ‫ َٓب ان‬ُّٚ َ ‫ب‬ٰٚٓ
‫ ٌْش‬ٛ‫َخ ِج‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang


perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah

4
Umar, Nasarudin, “Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta:Paramadina, 1999), hlm. 248.
ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Di dalam Al-Qur’an terdapat kekhususan-kekhususan, semacam seorang suami


setingkat lebih tinggi di atas istri (Q.S. Al-Baqarah:228), laki-laki adalah pelindung bagi
perempuan (Q.S. An-Nisa:34), mendapatkan bagian warisan dua kali lipat (Q.S. An-
Nisa:11), saksi yang lebih terpercaya (Q.S. Al-Baqarah:282), dan diperblehkan poligami
dengan beberapa syarat (Q.S. An-Nisa:3), namun semua kekhususan itu tidak menjadi
penyebab laki-laki menjadi hamba-hamba yang utama. Kekhususan tersebut lebih
berkaitan kepada kapasitas laki-laki dalam kehidupan social pada saat itu yang memiliki
peran lebih dibanding perempuan.

Dalam hadist yang diriwayatkan oeh Ibnu Umar, disebutkan bahwa perempuan
memiliki kekurangan “akal” dan “agama”. Namun, kaliamt kekurangan “akal” dalam
hadist ini masih perlu dikaji lebih jauh, yang diamksud kata “al-aqlu” masih perlu
diselami maknanya lebih dalam. Kalau kekurangan akal, sesuai hadist ini, dihubungkan
dengan kualiatas persaksian, sementara kesaksian itu berhubungan dengan factor budaya,
maka bisa saja dipahami yang dimaksud “kekurangan akal dalam hadist ini adalah
keterbatasan penggunaan fungsi akal bagi perempuan karena adanya pembatasan-
pembatasan budaya di dalam masyarakat.5 Demikian pula “kekurangan agama” yang
dihubungkan halangan perempuan karena “haid” memerlukan keterangan lebih lanjut,
karena halangan itu bukan kehendak peremopuan tetapi sesuatu yang bersifat alamiah
yang mendapatkan dispensai dari Tuhan.6

2. Laki Laki dan Perempuan Sebagai Khalifah di Bumi


Salah satu maksud dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk dijadikan khalifah
di muka bumi. Sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-An’am:165:

5
Umar, Nasarudin, “Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta:Paramadina, 1999), hlm. 251.

6
Umar, Nasarudin, “Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta:Paramadina, 1999), hlm. 252.
ۤ
ِ ‫ ُ ْان ِعقَب‬ْٚ ‫ر ِش‬
‫ة‬ َ َ َّ‫ َيب ٰٓ ارى ُك ۗ ْى ا ٌَِّ َسث‬ْٙ ِ‫َ ْجهُ َٕ ُر ْى ف‬ّٛ‫ذ ِن‬ ٍ ‫ع ُك ْى فَ ْٕقَ ثَ ْع‬
ٍ ‫ط دَ َسج‬ ِ ‫ف ْاَّلَ ْس‬
َ ‫ض َٔ َس َف َ ثَ ْع‬ َ ‫٘ َجعَهَ ُك ْى خَه ِٕى‬ ْ ‫َْٔ َُٕ انَّ ِز‬
‫ ٌى‬ْٛ ‫ࣖ َٔاََِّّٗ نَغَفُ ْٕ ٌس َّس ِح‬
“Dan Dialah yang menjadikan kalian peguasa-penguasa di bumi dan Dia
meniggikan sebahagian kalian aas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Sesungguhnya Tuhan kalian
amat cepat siksaanya-Nya, dan seseungguhnay Dian Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Juga dalam Q.S. Al-Baqarah:30, kata khalfah dalam kedua ayat ini tidak secara
spesifik menunjuk kepada salah satu jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Laki –laki dan perempuan memiliki kapasitas, kemapuan, dan fungsi yang sama yaitu
sebagai khalifah. Keduanya akan mempertanggungjawabkan semua tugas-tugas
kekhalifahannya di muka bumi. Hal ini, sebagaimana pula mereka harus bertanggung
jawab atas perannya sebagai hamba Tuhan.

3. Kewajiban Amar Ma’ruf, Nahi Munkar


Bahwasannya di dalam al Qur’an, Allah SWT memberikan isyarat untuk
menjalankan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, Hal ini ditujukan bagi semua orang,
tidak terkecuali hanya laki laki saja ataupun perempuan saja, Namun berlaku bagi
semuanya. Maka daripada itu, segala persyaratan dan persiapan seseorang ketika ingin
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yaitu memiliki keimanan yang kokoh, teguh dan
kepribadian yang sehat, budi pekerti yang baik, ketaqwaan dan mengamalkan amalan
sholeh.
Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar bagi perempuan, yakni seorang perempuan
harus berpartisipasi dalam masyarakat, membetulkan yang salah, dan memperbaiki yang
kurang. Ia dapat memulainya dari diri sendiri, keluarga kemudian masyarakat secara
umum.
Karena itu, Agama islam memandang bahwa perempuan memiliki hak yang sama
dengan laki-laki dalam melakukan tugas amar ma’ruf nahi munkar. Seorang perempuan
juga diharuskan berpartisipasi dan andil di tengah-tengah masyarakat, sebagai pelopor
pembebasan, pembaharuan serta memiliki visi dan inovasi untuk hal yang berkemajuan.7

4. Laki-laki dan Perempuan Menerima Perjanjian Primordial


Fitrah seorang manusia baik laki-laki maupun perempuan sama sama mengembah
sebuah amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui,
Pada saat proses seorang anak keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu diharuskan
menerima perjanjian dengan tuhannya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Q.S. al-
A’raf : 172, yaitu :

ٌَ‫ش ِٓ ْذََب ٰٓ أ‬
َ َٗ‫َّز َ ُٓ ْى َٔأ َ ْش َٓذَ ُْ ْى َعهَ ٰٓٗ أََفُ ِس ِٓ ْى أَنَ ْسذُ ثِ َش ِثّ ُك ْى قَبنُٕا ثَه‬ٚ‫ٕس ِْ ْى ر ُ ِ ّس‬
ِ ُٓ ‫ظ‬ ُ ٍ‫َٔإِرْ أ َ َخزَ َسثُّ َ ِي ٍۢ ثَُِ ٰٓٗ َءادَ َو ِي‬
ٍَِٛ‫ ًَ ِخ ِإََّب ُرَُّب َع ٍْ َْزَا َغ ِفه‬َٛ ‫ ْٕ َو ٱ ْن ِق‬َٚ ‫رَقُٕنُٕا‬

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengata- kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).
Menurut Fakhr al-Razi tidak ada seorang pun anak manusia lahir di muka bumi
ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para
malaikat. Tidak ada seorang pun yang mengatakan “tidak”. Dalam Islam, tanggung jawab
individual dan kemandirian berlangsung sejak dini, yaitu semenjak dalam kandungan.
Sejak awal sejarah manusia. Dengan demikian dalam Islam tidak dikenal adanya
diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempua sama-sama menyatakan ikrar
ketuhanan yang sama.

7
Ermagusti, “Prinsip Kesetaraan Gender dalam Islam”. Dalam Jurnal Ilmiah Kajian Gender. Vol 1, (Padang:UIN
Imam Bonjol), hlm.193.
Al-Qur’an mempunyai pandangan yang lebih positif terhadap manusia. Al-Qur’an
menegaskan bahwa Allah memuliakan seluruh anak cucu Adam sebagaimana disebutkan
dalam Q.S. al-Isra : 70 sebagai berikut :

ً ‫ع‬
‫ل‬ٛ ٍ ِ‫ذ َٔفَع َّْهَُ ُٓ ْى َعهَٗ َرث‬
ِ ‫ش ِ ّي ًَّ ٍْ َخهَ ْقَُب ر َ ْف‬ٛ َّ ‫َٔنَقَذْ ر ََّش ْيَُب َثُِ ٰٓٗ َءادَ َو َٔ َح ًَ ْهَُ ُٓ ْى فِٗ ٱ ْنجَ ِ ّش َٔٱ ْنجَحْ ِش َٔ َسصَ ْقَُ ُٓى ِ ّيٍَ ٱن‬
ِ َ‫ِّج‬ٛ‫ط‬

Arinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.”
Kata ‫ بَنی آدَم‬dalam ayat ini menunjukkan kepada seluruh anak cucu Adam, tanpa
membedakan jenis kelamin, suku bangsa, dan warna kulit. Dalam al-Qur’an tidak pernah
ditemukan satu ayat pun yang menunjukkan keutamaan seseorang karena factor jenis
kelamin atau karena keturunan suku bangsa tertentu.Kemandirian dan otonomi
perempuan dalam tradisi Islam sejak awal terlihat begitu kuat.Perjanjian, bai’at, sumpah,
dan nazar yang dilakukan oleh perempuan mengikat dengan sendirinya sebagaimana
halnya laki-laki.
Di dalam tradisi Islam, perempuan mukallaf dapat melakukan berbagai perjanjian,
sumpah, dan nazar, baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan.Tidak ada suatu
kekuatan yang dapat menggugurkan janji, sumpah, atau nazar mereka sebagaimana
ditegaskan dalam QS. al-Mai’dah: 89 sebagai berikut:

َ ْٔ َ‫ٍَ ِي ٍْ أ‬ِٛ‫سك‬
‫ر ِػ َيب‬ َ ‫غعَب ُو َعَ ََشحِ َي‬ ْ ِ‫ ًٍََ َف َكفَّ َشر ُ ُّٰٓٓ إ‬ْٚ َ ‫اخز ُ ُرى ثِ ًَب َعقَّذر ُّ ُى ٱ ْْل‬
ِ ‫ َُؤ‬ٚ ٍ‫ ًَ ُِ ُك ْى َٔنَ ِك‬ْٚ َ ‫اخز ُ ُر ُى ٱ َّّللُ ثِٱنهَّ ْغ ِٕ فِ ٰٓٗ أ‬
ِ ‫ َُؤ‬ٚ ‫ََّل‬
ۚ ‫ ًَ َُ ُك ْى‬ْٚ َ‫ظ ٰٕٓا أ‬
ُ َ‫ ًَ ُِ ُك ْى إِرَا َحهَ ْفز ُ ْى ۚ َٔٱحْ ف‬ْٚ َ ‫ ٍَّبو ۚ رَ ِن َ َرفَّ َشح ُ أ‬َٚ‫َب ُو ثَهَث َ ِخ أ‬ٛ‫ص‬ِ َ‫َ ِجذْ ف‬ٚ ‫ش َسقَجَ ٍخ فَ ًٍَ نَّ ْى‬ٚ ُ ‫ ُك ْى أ َ ْٔ ِرس َْٕر ُ ُٓ ْى أ َ ْٔ رَحْ ِش‬ٛ‫ط ِع ًٌَُٕ أ َ ْْ ِه‬ ْ ُ‫ر‬
ٌَٔ‫َزِِۦّ نَعَهَّ ُك ْى ر َ َْ ُك ُش‬ٚ‫ٍُِّ ٱ َّّللُ نَ ُك ْى َءا‬َٛ‫ُج‬ٚ َ ‫َرزَ ِن‬

Artinya : “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang


tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi
makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.
Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama
tiga hari.Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah
(dan kamu langgar).Dan jagalah sumpahmu.Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).”8

5. Adam dan Hawa, Terlibat secara Aktif dalam Drama Kosmis


Seluruh ayat yang mengisahkan tentang drama kosmis, yaitu kisah tentang
keadaan adam dan pasangannya di surge sampai ke luar bumi, selalu menekankan kedua
belah pihak secara aktif dengan menggunakan kata ganti untuk dua orang (Huma), yaitu
kata ganti untuk Adam dan hawa, seperti dapat dilihat dalam beberapa kasus berikut ini :
a. Keduanya diciptakan di surge dan memanfaatkan fasilitas surga yang telah disebutkan
dalam Q.S. Al-Baqarah : 35, yaitu :

ُ ٛ‫َـَٔبدَ ُو ٱ ْر ُك ٍْ أََذَ َٔصَ ْٔ ُج َ ٱ ْن َجَُّخَ َٔ ُر َل ِي ُْ َٓب َس َغذًا َح‬ٰٚٓ ‫َٔقُ ْهَُب‬


َّ ‫ْث ِشئْز ُ ًَب َٔ ََّل رَ ْق َشثَب َْ ِز ِِ ٱن‬
ٍَ‫َ َج َشح َ فَزَ ُكََٕب ِي‬
ًٍَِٛ ‫ظ ِه‬ َّ ‫ٱن‬

Artinya : “Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim.”

b. Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari syaitan disebutkan dalam QS. al-
A’raf: 20, sebagai berikut:

ِِ ‫ر ْٕ َءرِ ِٓ ًَب َٔقَب َل َيب ََ َٓى ُك ًَب َسثُّ ُك ًَب َع ٍْ َْ ِز‬


َ ٍ‫ٖ َع ُْ ُٓ ًَب ِي‬ َ ‫ِٖ نَ ُٓ ًَب َيب ُٓٔ ِس‬
َ ‫ُ ْجذ‬ٛ‫طٍُ ِن‬ َ ْٛ َ
َّ ‫س َن ُٓ ًَب ٱن‬ َ َْٕ ‫َف َٕر‬
ٍَِٚ‫ ٍِْ أ َ ْٔ رَ ُكََٕب ِيٍَ ٱ ْن َخ ِهذ‬ٛ‫َّل أٌَ رَ ُكََٕب َي َه َك‬ٰٓ َّ ‫َ َج َش ِح ِإ‬
َّ ‫ٱن‬

Artinya : “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk


menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan

8
Sarifa Suhra, “Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Al-Quran Dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam”. Dalam
Jurnal Al-ulum. Vol 13. (Bone : STAIN Watampone 2013). Hal 384.
syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang
kekal (dalam surga).”

c. Sama-sama memakan buah khuldi dan keduanya menerima akibat jatuh ke bumi,
disebutkan dalam QS. al-A’raf: 22, sebagai berikut:

‫ق ٱ ْن َجَُّ ِخ‬
ِ ‫ ِٓ ًَب ِيٍ َٔ َس‬ْٛ َ‫بٌ َعه‬ ِ َ‫صف‬ ِ ‫َ ْخ‬ٚ ‫غ ِفقَب‬ َ َٔ ‫ر ْٕ َءر ُ ُٓ ًَب‬ َ ‫د نَ ُٓ ًَب‬ َّ ‫ٔس ۚ فَهَ ًَّب رَاقَب ٱن‬
ْ َ‫َ َج َشح َ ثَذ‬ ٍ ‫فَذَنَّى ُٓ ًَب ثِغُ ُش‬
ٌ ِ‫طٍَ نَ ُك ًَب َعذ ٌُّٔ ُّيج‬
ٍٛ َ ْٛ َ َّ ‫َََٔبدَى ُٓ ًَب َسثُّ ُٓ ًَب ٰٓ أَنَ ْى أ َ َْ َٓ ُك ًَب َعٍ رِ ْه ُك ًَب ٱن‬
َّ ‫َ َج َشحِ َٔأَقُم نَّ ُك ًَب ٰٓ إِ ٌَّ ٱن‬

Artinya : Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)


dengan tipu daya.Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang
kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?

d. Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan, disebutkan dalam QS.
al-A’raf: 23, sebagai berikut:

ٍَٚ‫سَُب َٔ ِإٌ نَّ ْى رَ ْغ ِف ْش نََُب َٔر َْش َح ًَُْب نَ َُ ُكَٕ ٍََّ ِيٍَ ٱ ْن َخس ِِش‬
َ ُ‫ظهَ ًَُْب ٰٓ أََف‬
َ ‫قَ َبَّل َسثََُّب‬

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri,
dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

e. Setelah di bumi, keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan


saling membutuhkan, disebutkan dalam QS. Al-Baqarah: 187, sebagai berikut :

ٌََُٕ‫بس َّن ُٓ ٍَّ ۗ َع ِه َى ٱ َّّللُ أَََّ ُك ْى ُرُز ُ ْى ر َْخز َب‬


ٌ ‫بس نَّ ُك ْى َٔأََز ُ ْى ِن َج‬ َ َِ َٗ‫ث ِإن‬
ٌ ‫سب ٰٓ ِئ ُك ْى ۚ ْ ٍَُّ ِن َج‬ ُ َ‫نشف‬ ّ ِ ‫هَخَ ٱن‬ْٛ َ‫أ ُ ِح َّم نَ ُك ْى ن‬
َّ ‫ ِبو ٱ‬َٛ ‫ص‬
ٍََّٛ‫زَ َج‬َٚ َّٗ‫َت ٱ َّّللُ َن ُك ْى ۚ َٔ ُرهُٕا َٔٱ ْش َشثُٕا َحز‬ َ ‫ ُك ْى َٔ َعفَب َعُ ُك ْى فَٱ ْنـٍََٔ َثَ ُِشْٔ ٍَُّ َٔٱ ْثزَغُٕا َيب َرز‬ْٛ ‫َبة َع َه‬ َ ‫س ُك ْى فَز‬ َ ُ‫أََف‬
‫ ِم ۚ َٔ ََّل ر ُ َجَ ُِشْٔ ٍَُّ َٔأََز ُ ْى‬ْٛ َّ‫بو ِإنَٗ ٱن‬ ّ ِ ‫ ِْػ ٱ ْْلَر َْٕ ِد ِيٍَ ٱ ْنفَجْ ِش ث ُ َّى أَرِ ًُّٕا ٱن‬ٛ‫ط ِيٍَ ٱ ْن َخ‬
َ َٛ ‫ص‬ ُ ْٛ ‫نَ ُك ُى ٱ ْن َخ‬
ُ َٛ ‫ػ ٱ ْْل َ ْث‬
ِ َُّ ‫زِ ِّۦ ِنه‬َٚ ‫ٍُّ ٱ َّّللُ َءا‬ِٛ ‫ُ َج‬ٚ َ ‫س ِج ِذ ۗ رِ ْه َ ُحذ ُٔد ُ ٱ َّّللِ فَ َل رَ ْق َشثَُْٕب ۗ َرزَ ِن‬
ٌَُٕ‫زَّق‬َٚ ‫بس َن َع َّه ُٓ ْى‬ َ ًَ ‫َع ِكفٌَُٕ فِٗ ٱ ْن‬
Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka.Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu.9

6. Laki-laki dan Perempuan Berpotensi Meraih Prestasi


Sebuah peluang guna meraih prestasi dan pengembangan diri, baik laki-laki
maupun perempuan tidak ada perbedaan sama sekali. Islam telah mengajarkan kepada kita,
terkait kesetaraan gender dan memberikan ketegasan dalam hal prestasi individual,
terhadap bidang spiritual ataupun karir secara professional. Tidak mesti didominasi dan
dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Namun pada kenyataannya di dalam
masyakat terdapat suatu konsep ideal yang membutuhkan beberapa tahapan dan sosialisasi,
karena ada beberapa kendala budaya yang sulit dihilangkan.

Islam memiliki prinsip tidak ada perbedaan antara hak untuk meraih prestasi baik
itu jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, hanya saja harus bias diadaptasikan dengan
kemampuan dari segi intelektual dan keterampilannya. Karena itu perempuan menjadi
manusia yang produktif hingga setara dengan laki-laki.

Tidak menjadi suatu halangan apapun bagi seorang perempuan jika memiliki
keinginan untuk melakukan pekerjaan di bidang public, hukum, guru, dll. Asalkan ia
menjaga kesopanan dan kesuciannya. Dalam tafsiran tradisional, laki-laki itu mempunya
superioritas atas perempuan. Para teolog hampir sepakat dalam persoalan ini. Mereka
mengutip ayat Al-Quran yang mendukung posisi mereka, Surat An-Nisa ayat 34 :

9
Sarifa Suhra, “Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Al-Quran Dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam”. Dalam
Jurnal Al-ulum. Vol 13. (Bone : STAIN Watampone 2013). Hal 384.

Jurnal Al-ulum. Vol 13. (Bone : STAIN Watampone 2013). hlml 386.
ٌ‫ظذ‬ َ ‫ص ِه َحذُ َقُِزَذٌ َح ِف‬ َّ ‫ط َٔ ِث ًَب ٰٓ أََفَقُٕا ِي ٍْ أ َ ْي َٕ ِن ِٓ ْى ۚ فَٱن‬
ٍ ‫ع ُٓ ْى َعهَٗ ثَ ْع‬ َ ُِّ‫عهَٗ ٱن‬
َّ َ‫سب ٰٓ ِء ِث ًَب ف‬
َ ‫ع َم ٱ َّّللُ ثَ ْع‬ َ ٌَٕ‫نش َجب ُل قَ َّٕ ُي‬ِّ ‫ٱ‬
َ َ ‫بج ِ َٔٱظ ِْشثُْٕ ٍَُّ فَئ ِ ٌْ أ‬
‫غ ْعَُ ُك ْى َف َل رَ ْجغُٕا‬ ِ ‫ع‬ َ ًَ ‫ظْٕ ٍَُّ َٔٱ ْْ ُج ُشْٔ ٍَُّ فِٗ ٱ ْن‬ ُ ‫َٕصَ ْ ٍَُّ فَ ِع‬ ُ َُ ٌَُٕ‫ع ٱ َّّللُ ۚ َٔٱنَّزِٗ رَخَبف‬
َ ‫ت ثِ ًَب َح ِف‬ِ ْٛ َ‫ِنّ ْهغ‬
ً ِ‫رج‬
ً ِ‫ًّب َرج‬ٛ‫ل ۗ إِ ٌَّ ٱ َّّللَ َربٌَ َع ِه‬ٛ
‫شا‬ٛ َ ٍَّ ِٓ ْٛ َ‫َعه‬
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang
kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar.”
Kata qawwam dalam ayat ini bisa diinterpretasikan bermacammacam seperti
“wewenang, “pelindung”, “berkuasa” dan “pendukung”. Menurut Ali Engeneer tokoh
yang concern dengan isu feminisme tafsiran yang paling tepat itu adalah “pendukung”
seperti yang ditunjukkan oleh bagian akhir ayat itu karena mereka telah menafkahkan
sebahagian dari harta mereka. Jadi, laki-laki adalah pendukung perempuan karena mereka
memberi nafkah untuk biaya hidup.
Dengan demikian ayat yang ditafsirkan tersebut tidak memperkuat superioritas
laki-laki atas perempuan. Kata qawwam digunakan dengan pengertian “kekuasaan”
dikaitkan dengan pemberian nafkah keluarga. Andai kata perempuan yang memberi
nafkah karena. suami tidak mampu, tentu laki-laki tersebut tidak menjadi berkuasa
terhadap perempuan. Jadi superioritas laki-laki atas perempuan bukan karena nafkah.
Yang jelas, dalam persoalan sosial, ekonomi, agama tidak memerikan kebijaksanaan
yang final untuk itu.10

10
Ermagusti, “Prinsip Kesetaraan Gender Dalam Islam”. Dalam Jurnal Ilmiah Kajian Gender. Vol 1. (Padang :
UIN Imam Bonjol 2011). Hal 194-195.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gender merupakan sebuah konsep yang membedakan antara laki-laki dan


perempuan dalam perspektif sosial budaya. Gender mengacu pada tanggung jawab laki-
laki dan perempuan yang dikontruksikan oleh sosial budaya, bukan mengacu pada
perbedaan aspek biologis. Islam datang membawa misi untuk membebaskan manusia dari
gai ketidakadilan. Islam dikenal sebagai agama pembebasan karena misi utamanya yaitu
menyempurnakan akhlak yang mulia, termasuk didalamnya pembebasan perempuan dari
segala macam bentuk diskriminasi dan dominasi, karena melihat tradisi zaman dahulu
yang memandang perempuan lebih rendah dari laki laki. Dengan itu, Islam telah
memperkenalkan konsep relasi gender.

Untuk menganalisa prinsip prinsip kesetaraan gender dalam Al Qur’an terdapat


beberapa variabel yang dapat digunakan, dianataranya yakni : laki laki dan perempuan
sama sama sebagai hamba Allah, laki laki dan perempuan sama sama sebagai Khalifah,
laki laki dan perempuan menerima perjanjian primordial, adam dan hawa terlibat secara
aktif dalam drama kosmis, laki laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi.
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Nasarrudin, Argumen Kesetaraan Jender-Perspektif Al Qur’an, Jakarta:


Paramadina, 1999

Jhon M. Echolas dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1993

Tierney, Helen, Women’s Studies Encyclopedia, New York: Green Wolrd Press, vol I

Hillary M. Lipstik, Sex & Gender on Introdustion, London : Mayfied Publishing


Company, 1993

Ermagusti, Prinsip Kesetaraan Gender dalam Islam, Jurnal ilmiah kajian gender, Vol I,
Padang : UIN Imam Bonjol

Suhra,Safira, Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Al Qur’an Dan Implikasinya


Terhadap Hukum Islam, jurnal Al Ulum. Vol 13, Bone: STAIN Watampone, 2013

Anda mungkin juga menyukai