Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Islam adalah agama yang sempurna. Ia juga menjadi jalan hidup bagi penganutnya. Setiap
muslim berkewajiban bertingkah laku dalam hidup dan kehidupannya sesuai dengan
ketentuan-ketentuannya terdapat dalam sumber ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Hadits.

Kesempurnaan agama ini dapat dilihat dari ajarannya yang tertera dalam kedua sumber
tersebut, yang terdiri dari dua unsur pokok, yakni aqidah dan syari’ah. Aqidah adalah ajaran
islam yang berkaitan dengan keyakinan, kepercayaan atau teologi. Aqidah biasa dirumuskan
dalam Arkanul Iman atau Enam Rukun Iman. Syari’ah adalah ajaran Islam yang berkaitan
dengan hukum Islam. Syaria’ah ini terdiri dari dua bagian pokok pula, yaitu Ibadah dan
Muamalah. Ibadah berkaitan dengan hukum-hukum atau aturan-aturan hubungan ritual
langsung manusia sebagai hamba dengan Allah SWT Sebagai yang disembah. Ibadah ini
tercermin dalam Rukun Islam selain Syahadat. Hubungan dengan Allah ini biasa juga disebut
dengan Ibadah Ritual, Ibadah Mahdah, atau Ibadah.Ibadah ini sering disebut pula dengan
istilah Hablun minnallah. Hubungan ini bersifat vertikal.

Sedangkan Muamallah berkaitan dengan hukum-hukum atau aturan-aturan hubungan


manusia dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya.

Jakarta, Maret 2013

Penyusun Makalah

1
Daftar Isi

Pergaulan Menurut Hukum islam ……………………………………………………..

Penentuan Jodoh ………………………………………………………………………

Meminang ………………………………………………………………………………

Pacaran ………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….

2
A. Pergaulan Menurut Hukum Islam
Pergaulan merupakan fitrah manusia sebagai fitrah manusia yang tak mungkin hidup
sendiri.Manusia juga memiliki sifat tolong menolong dan saling membutuhkan satu
sama lain. Berorganisasi, sekolah dan bekerja adalah contoh dari aktifitas bermanfaat
besar yang melibatkan pergaulan antar manusia. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat
ayat:13, Allah SWT berfirman tentang: Diciptakan manusia secara berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku dengan tujuan agar bisa saling mengenal. Manusia bisa saling
mengenal melalui tindakkan sosial yang di sebut Pergaulan. Pergaulan dalam Islam
telah diatur juga oleh Allah SWT, yang difirmankan-Nya dalam sejumlah ayat-ayat
al-Qur’an.

Batasan Pergaulan dalam Islam

Islam mengatur batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Batasan


itu dibuat bukan untuk mengekang kebebasan manusia, namun merupakan salah satu
wujud kasih sayang Allah SWT terhadap umat manusia sebagai makhluk paling
mulia.

Sebagai Muslim yang beriman, hendaknya kita memperhatikan beberapa adab


pergaulan yang diatur didalam Al-qur’an. Adab-adab pergaulan di buat untuk
membuat harkat dan martabat manusia tetap tinggi dimata Allah SWT. Diantara adab-
adab pergaulan dalam Islam itu, adalah:

a. Menjaga Aurat
Aurat adalah bagian tubuh yang tak boleh ditampakkan kecuali kepada
muhrimnya. Wanita dan pria memiliki batasan-batasan aurat. Khusus wanita,
aurat ibarat perhiasan yang sangat berharga. Ini sesuai dengan firman Allah
SWT, dalam Al-Qur’an surat An-Nuur ayat:31. Ayat tersebut memerintahkan
wanita muslimah agar tidak menampakkan perhiasan (aurat), kecuali kepada
suami, ayah, dan beberapa pihak lain yang termasuk dalam pengecualian.
Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang wanita bertabaruj. Bertabaruj
artinya berhias diri secara berlebihan, sehingga mengundang syahwat kaum
Adam. Yang termasuk prilaku tabaruj juga adalah memakai wewangian yang
baunya dapat dicium oleh orang lain ditempat umum, memakai perhiasan

3
berlebihan (gelang, kalung dan sebagainya) secara berlebihan juga termasuk
prilaku tabaruj.
b. Menjaga Aurat Suara
Baik wanita dan pria, hendaknya tidak mengeluarkan kata-kata secara mesra
atau berlebihan kepada lawan jenis selain kepada istri atau suaminya. Hal ini
tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzaab ayat:32. Dalam ayat ini secara
khusus mengingatkan istri-istri Nabi agar jangan melembutkan suara ketika
bicara sehingga membangkitkan nafsu lelaki yang mendengarnya. Ayat ini
juga berlaku kepada wanita biasa atau wanita yang bukan istri para Nabi.
c. Larangan Berdua-duaan
Allah SWT melarang wanita dan pria yang bukan muhrimnya saling berdua-
duaan, kecuali bersama dengan mahramnya atau orang ketiga. Menurut
Rasulullah SAW, jika lelaki dan perempuan berdua-duaan maka akan muncul
pihak ketiga yaitu setan, yang akan mengakibatkan hal yang dilarang oleh
agama.Yang dilarang adalah pergaulan yang secara bebas antara lelaki dan
perempuan yang bukan muhrim. Pergaulan yang tidak mematuhi norma
agama.

4
B. Penentuan Jodoh
1. Pengertian Jodoh
Semua orang pasti tidak asing dengan kata “jodoh”. Akan tetapi, ketika diminta
menjelaskan pengertian jodoh, boleh jadi jawaban yang disampaikan berbeda-
beda. Sebagian orang mengatakan bahwa jodoh adalah pasangan hidup atau
orang-orang terdekat yang di tentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Sebagian
lainnya berpendapat bahwa jodoh ialah orang yang bertemu dan berpisah (dalam
konteks persahabatan). Dan sebagian yang lain beranggapan bahwa jodoh adalah
orang yang memberi suatu pembelajaran dalam hidup kepada kita.
Meskipun pengertian jodoh ternyata beragam, pada umumnya, sebagian besar
orang berkesimpulan bahwa jodoh identik dengan istilah “suami” “istri” atau
“pasangan hidup”. Dalam bahasa Indonesia, kata “jodoh” adalah kata yang
menunjuk pada makna tertentu. Kata “jodoh” tidak hanya identik dengan “suami”
“istri” ataupun “pasangan hidup”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“jodoh” diartikan sebagai pasangan yang cocok sebagai suami istri, pasangan
hidup, atau imbangan. Oleh karena itu, kata “jodoh” memiliki makna yang lebih
spesifik daripada “suami” “istri” maupun “pasangan hidup”.
Pada dasarnya, manusia diciptakan berpasangan, untuk meneruskan keturunanan
sebagai khalifah di muka bumi. Setiap makhluk hidup sudah dibekali naluri untuk
berkembang biak. Sementara itu, manusia telah diberi kelengkapan berupa nafsu
dan alat reproduksi. Kelengkapan tersebut berbeda antara laki-laki dan wanita.
Laki-laki tertarik kepada wanita yang diciptakan dengan segala keindahannya,
sedangkan wanita merindukan perlindungan dan kepemimpinan seorang laki-laki.
Demikianlah semestinya hukum kausalitas yang berlaku di dunia.
Didalam al-Qur’an Allah SWT. Berfirman :

5
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa manusia memang diciptakan dengan
pasangannya. Allah SWT telah menciptakan manusia berpasangan agar muncul
ketenangan, kesenangan, ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan dalam
kehidupan. Itulah sebabnya, setiap laki-laki dan wanita selalu mendambakan
pasangan hidup yang memang menjadi fitrah bagi mereka masing-masing.
Mengenai hal tersebut, di dalam al-Qur’an, Allah SWT. Berfirman sebagai berikut:

Pernikahan merupakan ketetapan Ilahi yang termasuk Sunnah Rasulullah SAW.


Oleh karena itu, agama Islam mensyariatkan dijalinkan pertemuan antara laki-laki
dan wanita yang mengarah ke pernikahan.

6
2. Pemilihan Jodoh
Pemilihan jodoh adalah upaya seseorang mencari dan memilih siapa calon
pasangannya yang pantas. Kecantikkan dan ketampanan, keturunan, ketaatan
beragama dan berakhlak mulia, golongan terpandang dan pangkat yang tinggi dan
kekayaan adalah kriteria yang biasa digunakan dalam memilih jodoh.Jika semua
kriteria itu ditemukan pada seseorang tentu orang tersebut adalah calon pasangan
sempurna dan ideal. Tetapi dalam kenyataannya semua kriteria itu jarang sekali
dimiliki oleh seseorang secara bersama. Islam memberikan praktis kepada
umatnya yang ingin menikah agar memilih ketaatan beragama dan berakhlak
mulia sebagai kriteria utama, sedangkan faktor atau rupa, keturunan dan kekayaan
merupakan kriteria pelengkap. Berkenaan dengan hal tersebut Rasulullah bersabda
“Perempuan itu dikawini karena empat perkara: karena kecantikannya, karena
keturunan, hartanya, atau agamanya. Tetapi pilihlah yang agamanya, agar selamat
dirimu”. (Riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim) pada hadits yang lain disebutkan
bahwa kecantikkan dapat membinasakan, keturunan akan menghinakan dan
kekayaan akan menyebabkan kedurhakaan. Ketaatan beragama yang hakiki atau
yang sebenarnya biasanya dibarengi dengan memiliki moral atau akhlak yang
tinggi dan akan mendapat berkah dari Allah. Memilih jodoh adalah hak bagi
setiap orang, baik laki-laki ataupun perempuan selama tidak melanggar hak dan
ketentuan yang telah digariskan oleh syariat islam. Oleh karena itu, hadits di atas
dapat di berlakukan juga bagi perempuan tatkala memilih jodoh.
3. Kriteria Jodoh yang Baik
Cara memperoleh jodoh yang baik menurut Islam, sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya, Allah SWT menciptakan manusia dengan berpasangan.
Allah SWT juga sudah menentukan jodoh yang terbaik bagi setiap manusia. Di
dalam Al-qur’an surat: An-Nuur (Ayat:26) Allah SWT, berfirman:

ِ ‫ون لِلطَّي ِّٰب‬MMMُ


ۚ‫ت‬ َ ‫ين َوالطَّيِّب‬َ ِ‫ت لِلطَّيِّب‬ ِ ‫ون لِ ْل َخبِ ٰيث‬MMM
ُ ‫ت ۖ َوالطَّي ِّٰب‬ َ ُ‫ين َو ْال َخبِيث‬ ُ ‫ا ْل َخبِ ٰيث‬
َ ِ‫ت لِ ْل َخبِيث‬
٢٦:‫ق َك ِري ٌم ﴿النور‬ ٌ ‫ون ۖ لَهُم َّم ْغفِ َرةٌ َو ِر ْز‬ Mَ ُ‫ون ِم َّما يَقُول‬ َ ‫ُأ ۟و ٰلِٓئ‬
َ ‫ك ُمبَ َّر ُء‬

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang

7
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia
(surga)”.

Dari ayat tersebut, kita bisa mengetahui bahwa Allah SWT, memberikan jodoh
dengan seimbang. Artinya, Laki-laki yang baik akan mendapatkan jodoh wanita
yang baik, dan wanita yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik. Demikian
juga dengan sebaliknya, laki-laki yang buruk akan mendapatkan wanita yang
buruk, dan wanita yang buruk akan mendapatkan laki-laki yang buruk juga.

Seperti apakah orang yang baik dan buruk menurut pandangan Islam.

Dari sebuah hadits dari Abu Hurairah Ra., diceritakan bahwa Rasululloh SAW.
Bersabda:

“Sesungguhnya, Allah SWT. Tidak melihat bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta


kekayaanmu. Akan tetapi, Dia melihat hati dan amalmu sekalian.”(HR.Muslim)

Dari Hadits tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa laki-laki atau wanita yang
baik menurut pandangan Allah SWT, adalah yang baik iman dan amalnya, bukan
rupawan, kaya atau hal lainnya. Oleh karena itu, jika ingin memperoleh jodoh
yang baik, kita harus memperbaiki diri (iman dan amal ibadah). Sejauh mana kita
baik, sejauh itu pula jodoh yang akan kita dapatkan. Dengan kata lain, bila kita
ingin mendapatkan jodoh yang baik, berarti kita harus menjadi orang yang baik
terlebih dahulu, demikian juga sebaliknya.

4. Saling Mengenal
Kedua calon pasangan hendaklah saling mengetahui dan mengenal keadaan
masing-masing seperti identitas kepribadiannya. Mereka dapat berdialog,
berdiskusi, bergaul dengan sapaan yang sopan dan tidak melanggar aturan Islam
agar terhindar dari pergaulan bebas. Al-Qur’an mengingatkan jangan mendekati
zinah. Rasul juga mengingatkan bahwa jika bersunyi-sunyi atau berdua-duaan
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, maka yang ketiga adalah setan.
Setan akan selalu menggoda agar manusia terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Kesempatan saling kenal dapat di gunakan untuk meneliti keadaan calon
pasangan. Dengan saling mengenal, masing-masing dapat mengetahui sifat,
akhlak, status sosial, kelebihan dan kelemahan atau kekurangan masing-masing.

8
Masing-masing diharapkan akan mudah untuk saling memahami, menyesuaikan
diri, saling menghormati, saling peduli, saling cinta, dan saling sayang. Hal ini
dapat dijadikan modal membina keluarga bahagia dan harmonis. Islam
menganjurkan agar laki-laki melihat perempuan yang akan dinikahi agar mereka
dapat hidup bersama lebih langgeng dan nanti tidak terjadi penyesalan. Nabi
bersabda, lihatlah calon istri mu karena itu (dengan melihatnya) akan mengundang
kelanggengan hubungan kalian berdua (diriwayatkan dalam Tarmizi dan Al-
nassal).
Rasul pernah menyuruh Zabir bin abdillah dan Mughiro bin subha untuk melihat
calon istri mereka terlebih dahulu sebelum meminangnya.
Hadits yang berkenaan dengan hal tersebut adalah jika seseorang kamu mau
meminang sesorang perempuan, kalau bisa melihat lebih dahulu apa yang menjadi
daya tarik untuk mengawininya, maka hendaklah di lakukannya (diriwatkan oleh
Abu Daud).

9
C. Meminang
Meminang atau melamar adalah pernyataan kehendak atau keinginan seseorang laki-
laki kepada seorang perempuan untuk menikah atau memperistrinya, atau sebaliknya,
pernyataan kehendak atau keinginan seseorang perempuan kepada seorang laki-laki
untuk menikahi atau menjadikannya sebagai suami, baik secara langsung, melalui
utusan, maupun perantara.
Dalam ketentuan umum, disebutkan bahwa peminangan adalah setiap kegiatan upaya
ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita
(Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,1992;170).
Meminang adalah langkah pendahuluan dan merupakan proses yuridis yang
dibenarkan oleh hukum Islam, bahkan dianggap sebagai salah satu syarat sahnya
suatu perkawinan. Masyarakat Indonesia melaksanakannya secara legal dan formal
serta penuh kekeluargaan. Melalui peminangan, diharapkan masing-masing pihak
dapat memperoleh gambaran yang lebih konkret tentang calon pasangannya karena
jika pinangannya diterima maka mereka resmi bertunangan dan masa tersebut masing-
masing memperoleh kesempatan saling mengenal lebih dekat.
Islam melarang meminang orang-orang yang terhalang untuk dinikahi, meminang atas
pinangan orang lain, meminang secara terang-terangan wanita yang sedang menjalani
masa iddah talak atau kematian. Jika pinangan seperti itu dilakukan, hukumnya adalah
haram. Begitu pula haram hukumnya meminang secara sindiran terhadap wanita yang
sedang iddah talak raj’i. Tetapi, boleh dilakukan secara sindiran terhadap wanita yang
sedang iddah talak bain atau iddah karena kematian suaminya.
Pembatalan peminangan atau pemutusan hubungan pertunangan dibolehkan sekiranya
terdapat alasan yang diduga kuat akan mengganggu tercapainya tujuan pernikahan.
Pihak peminang yang telah memberikan sesuatu kepada tunangannya berhak
menerima kembali pemberian itu, terutama jika pembatalan itu bukan berasal dari
peminang. Jika si peminang yang memutuskan pertunangan tersebut, maka tidak ada
kewajiban pihak yang diputuskan untuk mengembalikan pemberian atau hadiah
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Mazhab Maliki.

10
D. Pacaran
Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara
seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada
yang sekedar berkirim surat, telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke
suatu tempat,
apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.
Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan.
Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar.
Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu,
mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja
sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".

Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam???. Istilah pacaran sebenarnya tidak
dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan percintaan antara laki-laki dan
perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang
laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan
maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus
menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium, memandang
dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran tidak
berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan
untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan hubungan percintaan
antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi
persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan khitbah.
Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang mempraktikkannya. Jika selama
masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan melanggar batas-batas yang
telah ditentukan Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam
berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal itu haram.
Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk
menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu tidak,

11
karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya
berikut: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-
Rum: 21) Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki
maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-
pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada
cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya
hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga
setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit
melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang
tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Di antara batasan-batasan tersebut ialah:

a. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina Allah SWT
berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud
ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa
menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti
berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk
bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.
b. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya Rasulullah SAW bersabda,
"Lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba
perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). "
c. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Dilarang laki dan
perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan. Nabi SAW bersabda,
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia
bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak mahramnya, karena ketiganya
adalah setan." (HR. Ahmad).

12
d. Harus menjaga mata atau pandangan, sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan
itu pengutus fitnah yang sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu
Allah berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka
memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka. Dan
katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari
yang haram dan menjaga kehormatan mereka..." (QS. An-Nur: 30-31). Yang
dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak
melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis penuh dengan
gelora nafsu.
e. . Menutup aurat. Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan
dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali
untuk suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan
berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang
baunya semerbak, memakai "make up" dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk
oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina
dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium
baunya surga (apa lagi masuk surga).

Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh. Tetapi
persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandanga n, berpegangan,
bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau mungkin silakan berpacaran,
tetapi kalau tidak mungkin maka jangan sekali-kali berpacaran karena azab yang
pedih siap menanti.

13
Daftar Pustaka
A.Zein, Syauqi. 2012.Agar Anda Dimudahkan Jodoh Oleh Allah. Yogyakarta.DIVA Press.

Dedeh, Mamah. 2009. Dari Hati ke Hati. Depok. PT Luxima Metro Media.

Rasyid, Afni. 2007. Muamalah Duniawi. Jakarta. UHAMKA Press.

Blog.Anne Ahira.com untuk Indonesia.

http://putrifadhil.multiply.com

14

Anda mungkin juga menyukai