Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Gender

"Gender" berasal dari bahasa Inggris, di mana itu berarti "jenis kelamin".
Menurut Webster's New World Dictionary, "gender" didefinisikan sebagai
perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan berdasarkan nilai dan
tingkah laku.1 Webster's Studies Encylopedia menyatakan bahwa gender adalah
suatu konsep kultural yang bertujuan untuk membuat perbedaan (distinction)
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat dalam hal
peran, prilaku, mentalitas, dan karakterstik emosional.2
Mansour Fakih membedakan konsep gender dari seks (jenis kelamin).
Sebagian besar pemahaman tentang seks berfokus pada pensifatan atau pembagian
dua jenis kelamin manusia berdasarkan karakteristik biologis yang tetap, tidak
berubah, dan tidak dapat dipertukarkan. Dalam hal ini, sering disebut sebagai
aturan Tuhan atau "kodrat". Namun, istilah "gender" mengacu pada atribut yang
dikonstruksi secara sosial dan kultural dan dapat dipertukarkan. Sehingga semua
hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa
berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari
suatu kelas ke kelas yang lain, itulah yang disebut dengan gender. Jadi, sex adalah
jenis kelamin biologis, dan gender adalah jenis kelamin sosial. Maksudnya,
sebagai hasil dari konstruksi sosial, laki-laki dan perempuan memiliki peran,
fungsi, dan tanggung jawab yang berbeda dalam gender.3
Gender menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
hal nilai dan tingkah laku. Gender juga merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender
juga mencakup kelompok karakteristik dan perilaku kultural yang ada pada laki-
laki dan perempuan.4
Dengan demikian, konsep "gender" mengacu pada hubungan sosial yang
membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara laki-laki
1
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,” 2010, 29.
2
Umar, 30.
3
Iswah Adriana, “Kurikulum Berbasis Gender,” Tadris 4, no. 1 (2009),
https://doi.org/https://doi.org/10.19105/tjpi.v4i1.249.
4
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, “Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan,” Jakarta: Prenada
Media, 2004, 334.
dan perempuan. Perbedaan ini tidak ditentukan oleh perbedaan biologis atau
kodrat, tetapi lebih pada posisi, fungsi, dan peran masing-masing dalam berbagai
aspek kehidupan dan pembangunan.5
Eniwati menyatakan bahwa "gender" adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan laki-laki dan perempuan dari sudut pandang sosial
budaya. Dalam hal ini, "gender" mengidentifikasi laki-laki dan perempuan dari
sudut non biologis.6
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah
konstruksi sosial budaya yang membentuk peran antara laki-laki dan perempuan.
Suatu peran dilekatkan pada laki-laki karena berdasarkan kebiasaan atau
kebudayaan biasanya hanya laki-laki yang melakukan atau memilikinya, dan
begitu juga dengan perempuan. Suatu peran dilekatkan pada perempuan karena
berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan yang akhirnya membentuk suatu
kesimpulan bahwa peran atau sifat itu hanya dilakukan oleh perempuan.

2. Prinsip Kesetaraan Gender menurut Al-Qur’an


Memahami gender dalam Islam dan posisi perempuan dalam Islam harus
terus mengacu pada Al-Qur'an dan Sunnah, sumber ajaran Islam utama. Islam
melawan berbagai jenis ketidakadilan yang telah ada sebelum kedatangan Islam.
Para tokoh Gender hampir disetiap tulisannya diawali dengan pemahaman
mengenai teologi perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Mereka
menekankan tiga masalah. Pertama, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam;
kedua, diciptakannya perempuan sebagai pelengkap hasrat dan keinginan laki-
laki; dan ketiga, Hawa adalah alasan manusia jatuh ke bumi. Tidak diragukan lagi,
para tokoh agama muslim menekankan peran yang ditetapkan dalam kitab-kitab
fikih dan terjemahan Al-Qur'an.7

5
Ibid, 335.
6
Eniwati Khaidir, “PENDIDIKAN ISLAM DAN PENINGKATAN SUMBER DAYA PEREMPUAN,”
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender 9, no. 1 (2010): 16,
https://doi.org/10.24014/marwah.v9i1.473.
7
H Nasaruddin Umar, Mendekati Tuhan Dengan Kualitas Feminin (Elex Media Komputindo,
2014), 112.
Sejarah Islam awal menunjukkan bahwa tindakan Rasul telah mengubah
peran dan status perempuan di masyarakat Arab pada masa itu. 8 Karena
kemerdekaan, perempuan menjadi lebih percaya diri, dan beberapa di antara
mereka mencapai prestasi yang luar biasa baik di sektor domestik maupun di
sektor publik. Istri nabi sendiri juga terlibat dalam berbagai profesi, seperti
Khadijah yang bekerja dalam bisnis ekspor-impor, Shafiyah binti Huyay sebagai
perias pengantin, dan Zainab binti Jahsy yang bekerja di industri rumahan
menyamak kulit binatang.
Wanita lain termasuk Qilat Ummi Bani Ammar, yang mendatangi nabi
untuk meminta bimbingan tentang jual-beli, dan istri sahabat nabi Abdullah ibn
Mas'ud, yang aktif dalam bisnis karena suaminya tidak dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya. Selain itu, Umar meminta perempuan bernama Al-Syifa
untuk mengurus pasar kota Madinah.9
Perempuan memiliki derajat yang mulia dan terhormat, sebagaimana
disebutkan dalam surat An-Nisa. Tidak seperti pada zaman jahiliyah, ketika
perempuan dipandang sebagai makhluk lemah yang hanya mengganggu laki-laki,
sehingga banyak perempuan yang dikubur hidup-hidup karena tidak memberi
manfaat bagi laki-laki.
Perempuan berada di titik terendah sebelum turunnya surat An-Nisa.
Namun, itu berbeda ketika banyak ayat turun membahas betapa mulianya dan
terhormatnya seorang perempuan, hingga surat An-Nisa' ini menjadi ayat yang
menyempurnakan ayat-ayat sebelumnya yang membahas kemuliaan seorang
perempuan.
‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس َّواِحَدٍة َّو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثْيًرا َّوِنَس ۤا ًء ۚ َو اَّتُق وا‬
١ ‫َهّٰللا اَّلِذ ْي َتَس ۤا َء ُلْو َن ِبٖه َو اَاْلْر َح اَم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقْيًبا‬

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu


dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari
(diri)nya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan

8
Siti Musdah Mulia, Muslimah Sejati: Menempuh Jalan Islami Meraih Ridha Ilahi (Marja30, 2011),
91.
9
H Nasaruddin Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan (Elex Media Komputindo, 2014), 177–78.
perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan namanya kamu
saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa' [4]: 1)

Bisa disimpulkan dari ayat tersebut bahwa Allah SWT menganggap laki-
laki dan perempuan sama sebagai hamba dan makhluk Allah. Kedua makhluk
tersebut harus bertakwa kepada Allah, dan masing-masing dari mereka harus
beribadah dan beramal saleh. Ini menunjukkan bahwa keduanya tidak berbeda.
Kesamaan di antara keduanya, sebagaimana disebutkan dalam al Qur'an, bukan
berarti bahwa mereka harus sama di semua aspek. Baik laki-laki maupun
perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda.
Konsep kesetaraan gender juga merujuk pada Al-Qur’an Surat Al-Hujurat
ayat 13 yang berbunyi:
‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬
١٣ ‫َخ ِبْيٌر‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui lagi maha teliti.” (Q.S.Al-Hujurat [49]: 13).

Ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan sama dalam hal ibadah
(spiritual) dan aktivitas sosial lainnya. Selain itu, ayat tersebut menghilangkan
gagasan bahwa antara keduanya terdapat perbedaan yang memarginalkan salah
satu di antara keduanya. Persamaan tersebut mencakup banyak hal, seperti ibadah.
Orang yang rajin beribadah akan menerima pahala yang lebih besar tanpa
memperhatikan jenis kelaminnya. Selanjutnya, perbedaan disebabkan oleh tingkat
nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Allah. Ayat ini juga menegaskan
bahwa tujuan utama al-Qur'an adalah untuk membebaskan manusia dari semua
jenis diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi berdasarkan ras, etnis,
seksual, atau ikatan primordial lainnya. Meskipun al-Qur'an secara teoritis
mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, namun tatanan
implementasi seringkali mengabaikan prinsip ini.
Al-Qur'an sering menggunakan frase "lelaki dan perempuan beriman" dalam
menyampaikan pesannya yang mana merupakan bukti pengakuan terhadap hak
dan kewajiban laki-laki dan perempuan.. Al-Qur'an juga menegaskan prinsip
kesetaraan, yang berarti bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan
moral, spiritual, dan intelektual yang sama. Tujuan dari prinsip kesetaraan ini
adalah untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara lelaki dan
perempuan.10
Dalam bukunya "Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur'an",
Nasaruddin Umar mengatakan bahwa Al-Qur'an mendukung prinsip kesetaraan
gender, seperti berikut:
a. Laki-laki dan Perempuan Sama-sama sebagai Hamba Allah swt
Seperti yang dinyatakan dalam Q.S.Az-Zariyat [51]: 56, menyembah
Tuhan adalah tujuan utama penciptaan manusia.
٥٦ ‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”
Hamba tidak membedakan laki-laki dan perempuan, mempunyai
kesempatan dan potensi yang sama untuk menjadi hamba yang ideal. Di dalam
Al-Qur'an, hamba yang ideal biasa disebut sebagai muttaqun. Dan untuk
mencapai derajat muttaqun, tidak mengenal jenis kelamin, suku bangsa, atau
kelompok etnis tertentu.
b. Laki-laki dan Perempuan sebagai Khalifah di Bumi
Selain menjadi hamba yang patuh dan beriman kepada Allah swt. Juga
untuk menjadi khalifah di bumi, seperti yang ditegaskan didalam Q.S.Al-
An’am [6]: 165
‫ٰۤل‬
‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َجَع َلُك ْم َخ ِٕىَف اَاْلْر ِض َو َر َفَع َبْع َض ُك ْم َفْو َق َبْع ٍض َد َر ٰج ٍت ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْۗم ِاَّن َر َّبَك َس ِرْيُع‬
١٦٥ ࣖ ‫اْلِع َقاِۖب َو ِاَّنٗه َلَغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬

10
Ali Munhanif, Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik (Gramedia Pustaka
Utama, 2002), 27.
“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kalian atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Sesungguhnya
Tuhan kalian amat cepat siksaaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kata khalifah tidak menunjuk kepada kelompok atau jenis kelamain
tertentu. Semua orang, terlepas dari jenis kelamin mereka, memikul tanggung
jawab yang sama sebagai khalifah, yaitu bertanggung jawab atas tuguas-tugas
kekhalifaannya di bumi.
c. Laki-laki dan Perempuan Meneriman Perjanjian Primordial
Sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S.Al-Isra [17]: 70 bahwa Al-
Qur’an memandang positif terhadap manusia.
‫۞ َو َلَقْد َكَّر ْم َنا َبِنْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْلٰن ُهْم ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقٰن ُهْم ِّم َن الَّطِّيٰب ِت َو َفَّض ْلٰن ُهْم َع ٰل ى َك ِثْيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا‬
٧٠ ࣖ ‫َتْفِض ْياًل‬
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna.”
Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah memuliakan semua anak Adam
tanpa membedakan jenis kelamin, suku bangsa, atau warna kulit. Tidak ada
ayat dalam Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa seseorang dihargai karena
jenis kelamin atau keturunan suku bangsa tertentu.
d. Adam dan Hawa, Terlibat secara Aktif dalam Drama Kosmis
Ayat-ayat yang menceritakan tentang kehidupan Adam dan Hawa dari
mereka berada di surga hingga mereka diturunkan ke Bumi, ayat-ayat itu sering
menekankan kedua belah pihak, menggunakan kata ganti "huma", seperti
dalam beberapa ayat berikut:
- Keduanya diciptakan di surga, disebutkan dalam Q.S.Al-Baqarah [2]: 35,
‫َو ُقْلَنا ٰٓيٰا َد ُم اْس ُك ْن َاْنَت َو َز ْو ُجَك اْلَج َّنَة َو ُك اَل ِم ْنَها َر َغًدا َح ْيُث ِش ْئُتَم ۖا َو اَل َتْقَرَبا ٰه ِذِه الَّش َجَر َة َفَتُك ْو َن ا‬
٣٥ ‫ِم َن الّٰظ ِلِم ْيَن‬
“Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam
surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana
sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk
orang-orang zalim!”
- Keduanya mendapatkan godaan yang sama dari syaitan, disebutkan dalam
Q.S.Al-A’raf [7]: 20,
‫َفَو ْس َو َس َلُهَم ا الَّشْيٰط ُن ِلُيْبِدَي َلُهَم ا َم ا ٗو ِر َي َع ْنُهَم ا ِم ْن َس ْو ٰء ِتِهَم ا َو َقاَل َم ا َنٰه ىُك َم ا َر ُّبُك َم ا َع ْن ٰه ِذِه الَّش َجَرِة‬
٢٠ ‫ِآاَّل َاْن َتُك ْو َنا َم َلَكْيِن َاْو َتُك ْو َنا ِم َن اْلٰخ ِلِد ْيَن‬
“Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat
tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan)
berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini,
kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu
berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).”
- Keduanya sama-sama memakan buah khuldi dan jatuh ke bumi sebagai
sanksinya, disebutkan dalam Q.S.Al-A’raf [7]: 22,
‫َفَد ّٰل ىُهَم ا ِبُغ ُرْو ٍۚر َفَلَّم ا َذ اَقا الَّش َج َر َة َبَد ْت َلُهَم ا َس ْو ٰء ُتُهَم ا َو َطِفَق ا َيْخ ِص ٰف ِن َع َلْيِهَم ا ِم ْن َّوَر ِق اْلَج َّن ِۗة‬
٢٢ ‫َو َناٰد ىُهَم ا َر ُّبُهَم ٓا َاَلْم َاْنَهُك َم ا َع ْن ِتْلُك َم ا الَّش َجَرِة َو َاُقْل َّلُك َم ٓا ِاَّن الَّشْيٰط َن َلُك َم ا َع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن‬
“Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika
keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya
auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga.
Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu
berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan
adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
- Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan, disebutkan
dalam Q.S.Al-A’raf [7]: 23,
٢٣ ‫َقااَل َر َّبَنا َظَلْم َنٓا َاْنُفَس َنا َو ِاْن َّلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َحْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن اْلٰخ ِس ِرْيَن‬
“Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami
sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami,
niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
- Di bumi keduanya saling melengkapi dan saling membutuhkan, disebutkan
dalam Q.S.Al-Baqarah [2]: 187
‫ُاِح َّل َلُك ْم َلْيَل َة الِّص َياِم الَّر َفُث ِاٰل ى ِنَس ۤا ِٕىُك ْم ۗ ُهَّن ِلَب اٌس َّلُك ْم َو َاْنُتْم ِلَب اٌس َّلُهَّن ۗ َع ِلَم ُهّٰللا َاَّنُك ْم ُكْنُتْم َتْخ َت اُنْو َن‬
ۚ ‫َاْنُفَس ُك ْم َفَتاَب َع َلْيُك ْم َو َع َفا َع ْنُك ْم‬
“Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka
adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia
menerima tobatmu dan memaafkanmu.”
e. Laki-laki dan Perempuan Berpotensi Meraih Prestasi
Ditegaskan dalam Al-Qur‟an tidak ada perbedaan untuk meraih prestasi
antara laki-laki dan perempuan. seperti diejelaskan dalam 4 ayat dibawah ini:

- Q.S.Ali-Imran [3]: 195,


‫َر ُّبُهْم َاِّنْي ٓاَل ُاِض ْيُع َع َم َل َعاِم ٍل ِّم ْنُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ىۚ َبْعُض ُك ْم ِّم ْۢن َبْع ٍضۚ َفاَّل ِذ ْيَن َه اَج ُرْو ا‬ ‫َفاْسَتَج اَب َلُهْم‬
‫ِدَياِرِهْم َو ُاْو ُذ ْو ا ِفْي َس ِبْيِلْي َو ٰق َتُل ْو ا َو ُقِتُل ْو ا ُاَلَك ِّف َر َّن َع ْنُهْم َس ِّيٰا ِتِه ْم َو ُاَلْد ِخ َلَّنُهْم َج ّٰن ٍت َتْج ِر ْي ِم ْن‬ ‫َو ُاْخ ِر ُجْو ا ِم ْن‬
١٩٥ ‫َتْح ِتَها اَاْلْنٰه ُۚر َثَو اًبا ِّم ْن ِع ْنِد ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا ِع ْنَدٗه ُح ْسُن الَّثَو اِب‬
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara
kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
(keturunan) dari sebagian yang lain. Maka orang yang berhijrah, yang diusir
dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku
masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, sebagai pahala dari Allah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik.””
- Q.S.An-Nisa [4]: 124,
‫ٰۤل‬
١٢٤ ‫َوَم ْن َّيْع َم ْل ِم َن الّٰص ِلٰح ِت ِم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفُاو ِٕىَك َيْدُخ ُلْو َن اْلَج َّنَة َو اَل ُيْظَلُم ْو َن َنِقْيًرا‬
“Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga
dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.”
- Q.S.An-Nahl [16]: 97,
‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّن ٗه َح ٰي وًة َطِّيَب ًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا‬
٩٧ ‫َيْع َم ُلْو َن‬
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.”

- Q.S.Gafir [40]: 40,


‫ٰۤل‬
‫َم ْن َع ِمَل َس ِّيَئًة َفاَل ُيْج ٰز ٓى ِااَّل ِم ْثَلَهۚا َو َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفُاو ِٕى َك َي ْدُخ ُلْو َن اْلَج َّن َة‬
٤٠ ‫ُيْر َز ُقْو َن ِفْيَها ِبَغْيِر ِحَس اٍب‬
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas
sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan,
baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman,
maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak
terhingga.”

Ayat-ayat di atas menegakkan gagasan kesetaraan gender ideal. Semua


orang memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi, tidak hanya jenis
kelamin tertentu.
Salah satu tujuan Al-Qur'an adalah mewujudkan keadilan, baik dalam hal
individu maupun masyarakat. Akibatnya, Al-Qur'an sangat menentang penindasan
dalam bentuk apapun. Nasaruddin Umar memandang terbuka untuk diperdebatkan
hasil dari penafsiran dan pemahaman tersebut.11

11
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,” 248–64.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Iswah. “Kurikulum Berbasis Gender.” Tadris 4, no. 1 (2009).
https://doi.org/https://doi.org/10.19105/tjpi.v4i1.249.
Khaidir, Eniwati. “PENDIDIKAN ISLAM DAN PENINGKATAN SUMBER
DAYA PEREMPUAN.” Marwah: Jurnal Perempuan, Agama Dan Jender 9,
no. 1 (2010). https://doi.org/10.24014/marwah.v9i1.473.
Mulia, Siti Musdah. Muslimah Sejati: Menempuh Jalan Islami Meraih Ridha
Ilahi. Marja30, 2011.
Munhanif, Ali. Mutiara Terpendam: Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik.
Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Suyanto, J. Dwi Narwoko & Bagong. “Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.”
Jakarta: Prenada Media, 2004.
Umar, H Nasaruddin. Ketika Fikih Membela Perempuan. Elex Media
Komputindo, 2014.
———. Mendekati Tuhan Dengan Kualitas Feminin. Elex Media Komputindo,
2014.
Umar, Nasaruddin. “Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an,” 2010.

Anda mungkin juga menyukai