Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Isu kesetaraan gender sebenarnya sudah ada sejak lama diskusi dari

kalangan intelektual, akademisi dan masyarakat orang-orang beragama di dunia

Islam. Namun masalah ini masih ada ini hanya menjadi topik hangat untuk

didiskusikan. ideologi tentang kesetaraan gender sendiri diwujudkan oleh

sekelompok perempuan mereka disebut feminis. Intinya, kelompok ini

menginginkannya laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam

segala aspek baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya

memperjuangkan hak-hak perempuan yang mereka yakini benar itu adalah

motivasi yang saya pertahankan. Mereka benar gemanya menjadi semakin

ekstrem setiap hari. Mereka ingin mengubah hukum Syariah ini adalah hal yang

paling utama dalam agama. Misalnya saja 16 tahun lalu pada hari Jumat, 18 Maret

2005, komunitas Muslim di Amerika liga dikejutkan oleh pemandangan yang

mengganggu itu. Momen amina Wadud muncul sebagai salah satu tokoh feminis

muslim liberal imam saat salat Jumat di Katedral Sundaram Tagore galeri, 137

Green Street, New York. Amina Wadud adalah seseorang profesor Studi Islam di

Virginia Commonwealth University. Kapan saat itu, ia menjadi Hotib dan Imam

dengan pengikut sekitar 100 orang jamaah laki-laki dan perempuan, salat syaif

antara laki-laki dan perempuan wanita campuran. Yang juga menarik adalah

menjadi mu'adzin berarti menjadi wanita yang tidak bercadar.Sepanjang sejarah,


feminisme pertama kali lahir pada awal abad ini istilah tersebut diciptakan oleh

seseorang pada tanggal 19, tepatnya pada tahun 1977 Masehi sosialis Perancis,

Charles Forier. Yang dihadirkan adalah transformasi masyarakat menuju

perempuan1

1
Dwi Ratnasari, “Gender dalam Perspektif Al-Quran”, Jurnal Humanika, Th.
Delapan belas, tidak. 1. Maret 2018, Halaman 142.
Adian Husaini, “Kesetaraan Gender (Konsep dan Dampaknya)
Komunitas)”, (Jakarta Selatan: Yayasan AILA Indonesia, 2020), hal.14.44.
Dinar Dewi Kania, “Isu Gender (Sejarah dan Perkembangan)”, Jakarta
Selatan: Yayasan AILA Indonesia, 2020), hal.14. 5.
Berdasarkan pada saling ketergantungan dan kerja sama, bukan pada persaingan

dan pencarian keuntungan. Idenya datang dari Charles kemudian mempengaruhi

banyak wanita dan menggabungkannya antara emansipasi pribadi dan sosial.Pada

tahun 1970, para feminis mengajukan konsep tersebut gender sebagai alat untuk

menyadari bahwa perempuan sudah tidak ada lagi relevan untuk pria dari semua

budaya dan posisi perempuan dalam masyarakat pada akhirnya berbeda.

Berikutnya diskusi mengenai kesetaraan gender atau pengarusutamaan gender

gerakan mereka. Kaum feminis percaya bahwa gender itu penting konstruksi

sosial yang berbeda dari seks anatomis biologi. Gender dipengaruhi oleh struktur

sosial budaya, agama dan budaya hukum yang berlaku di masyarakat.Sepanjang

jalan, perjuangannya menggemakan hak-haknya perempuan Di seluruh dunia,

feminisme akhirnya hadir indonesia. Hal ini ditandai dengan ratifikasi Konvensi

tersebut oleh Indonesia konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

perempuan (CEDAW) Mengesahkan UU No.7 Tahun 1984

Terkait dengan ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

terhadap Perempuan, PBB telah meratifikasinya pada tahun 1979.

Namun, jauh sebelum itu, perempuan Indonesia sudah mengetahuinya panduan

Perempuan untuk Kesetaraan Hak. Saat itu kata kesetaraan jenis kelaminnya tidak

diketahui. Saat ini istilah kesetaraan gender sudah ada mengubah istilah populer

“pembebasan perempuan”dekade. Bahkan, masyarakat semakin banyak yang

meminta pertumbuhan bukan hanya tentang pemberdayaan perempuan; kesetaraan


peran dengan dalih peran laki-laki dan perempuan dibentuk oleh budaya, bukan

oleh alam. catatan sejarah menunjukkan bahwa gerakan ini memang terjadi

penindasan terhadap perempuan di Barat saat itu. Dapat dikatakan,abad

Pertengahan adalah Saat-saat terburuk bagi wanita budak. Saat itu, perempuan

hanya dijadikan alat pemuas nafsu bagi2

Khusus pria. Mereka diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak

berwenang gereja dan masyarakat bahkan dibakar hidup-hidup karena mengira

sebagai tempat menampung setan dan roh jahat. Tertullian (150 M), salah satu

tokoh besar Gereja, mengatakan: Wanita yang membuka pintu godaan setan dan

masuk merupakan suatu pelanggaran untuk menarik orang ke pohon terlarang

tuhan menjadikan manusia jahat dan penuh bayangan tuan rumah.Salah satu

faktor penting yang melatarbelakangi bangkitnya gerakan tersebut feminisme

adalah sebuah agama. Kelompok feminis menyalahkan agama ini adalah doktrin

yang anti perempuan dan menindas perempuan.Seperti disebutkan di atas, berakar

pada kitab suci. Jadi dari maka tidak mengherankan jika sekelompok gerakan

bermula dari kalangan perempuan barat sangat anti-agama.Penindasan terhadap

perempuan jelas terjadi tidak hanya di hanya di negara bagian barat, tapi ada juga

perempuan di negara bagian tersebut hal menyedihkan yang sama juga dirasakan

Timur. Arab misalnya, jauh sebelum Al-Quran diturunkan kepada anak perempuan

2
Dinar Dewi Kania, “Isu Gender (Sejarah dan Perkembangan)”, Jakarta
Selatan: Yayasan AILA Indonesia, 2020),. P. 6.
6
Ibid., hal. 7.
7
Sarah L. Mantovani, “Kesetaraan Gender di Indonesia,” Jakarta Selatan:
Yayasan AILA Indonesia, 2020), hal. 16.
itu tidak ada nilainya sama sekali. mereka dianggap aib keluarga, karena anak

perempuan dianggap sebagai beban keluarga karena mereka lemah, tidak

produktif dan tidak mampu melawan. Mereka bahkan dikubur hidup-hidup saat

dilahirkan ke dunia ini. Peristiwa hal ini kemudian dimasukkan dalam Al-Quran.

Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat an-Nahl[16]:58-59 sebagai

berikut:

‫َيَتَٰو َر ٰى ِم َن ٱْلَقْو ِم ِم ن ُس ٓو ِء َم ا ُبِّش َر ِبِهٓۦۚ َأُيْمِس ُك ۥُه َع َلٰى‬٥٨ ‫َو ِإَذ ا ُبِّش َر َأَح ُدُهم ِبٱُأْلنَثٰى َظَّل َو ْج ُه ۥُه ُم ْس َوًّۭد ا َو ُهَو َك ِظ يٌۭم‬

٥٩ ‫ُهوٍن َأْم َيُدُّس ۥُه ِفى ٱلُّتَر اِبۗ َأاَل َس ٓاَء َم ا َيْح ُك ُم وَن‬

Disampaikan kepadanya, apakah dia akan memiliharanya dengan menanggung

kehinaan atau menguburkannya kedalam tanah(hidup-hidup)?

Ketahuilah,alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu (QS. an-Nahl [16]:

58-59) 3

Al-Qur‟an yang berperan selaku petunjuk untuk ummat individu terkhususnya

ummat Islam sukses menghapuskan seluruh tatanansegregasi cewek kala itu.

Tidak terdapat lagi variasi antara orang laki-laki serta cewek. walau terdapat,

sehingga itu akibat variasi tugas serta tugas-tugas penting yang di bebankan

agama pada masing-masing tipe kemaluan lewat paham yang tampak dalam al-

Qur‟an serta sabda, alhasil variasi yang terdapat tidak memicu yang satu meetnisa

lebih diatas yang lain. Melainkan mereka dapat sama-sama menolong satu cocok

lain serta kelaknya dapat menciptakan jalinan sepasang yang dilandasi rasa kasih

3
Dinar Dewi Kania, “Isu Gender (Sejarah dan Perkembangannya)”, Jakarta
Selatan: Yayasan AILA Indonesia, 2020), hlm. 3-4.
Ibid. hlm.5.
Nasarruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi,2001), hlm 9-10
cinta di daerah keluarga, selaku cikal hendak terbentuknya komunitas idaman

didalam sesuatu negeri yang penuh ampunan.

Allah SWT tidak sempat memisahkan hamba-hamba-Nya, positif itu variasi

orang, ras, terlebih seks sekalipun. tentang hal, yang memisahkan antara laki-laki

serta cewek dihadapan Allah SWT yakni jenjang ketakwaan kepada-Nya. Allah

SWT bertitah dalam QS. al-Hujurāt [49]: 13 selaku seterusnya :

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬

‫َخ ِبْيٌر‬

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬

13 ‫َخ ِبْيٌر‬. Artinya:Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya

yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Dalam kenyataannya, setelah al-Qur'an diturunkan, terutama bagi kaum

perempuan, bangsa Arab jauh lebih beruntung daripada perempuan di Barat.

Karena al-Qur'an telah menghapus segala bentuk diskriminasi antara laki-laki dan

perempuan, kedudukan di antara keduanya dianggap setara. Namun belakangan,

dalam era modern, muncul banyak penafsiran dari kalangan feminis muslim yang

menafsir ulang ayat-ayat yang berkaitan dengan perempuan, seperti ayat QS. an-

Nisa' [4]:34. ۗ ‫َالِّر َج اُل َقَّواُم ْو َن َع َلى الِّنَس ۤا ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض َّو ِبَم ٓا َاْنَفُق ْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم‬
‫ّٰل‬ ‫ٰظ‬ ‫ٰق‬ ‫ّٰص‬
‫َفال ِلٰح ُت ِنٰت ٌت ٰح ِف ٌت ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِف َظ ُهّٰللاۗ َو ا ِتْي َتَخ اُفْو َن ُنُش ْو َزُهَّن َفِع ُظ ْو ُهَّن َو اْهُج ُرْو ُهَّن ِفى اْلَم َض اِج ِع‬

‫َو اْض ِرُبْو ُهَّن ۚ َفِاْن َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا َع َلْيِهَّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلًّيا َك ِبْيًرا‬

Artinya: ‫َالِّر َج اُل َقَّواُم ْو َن َع َلى الِّنَس ۤا ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض َّو ِبَم ٓا َاْنَفُقْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم ۗ َفالّٰص ِلٰح ُت‬

ۚ ‫ٰق ِنٰت ٌت ٰح ِفٰظ ٌت ِّلْلَغْيِب ِبَم ا َح ِفَظ ُهّٰللاۗ َو اّٰل ِتْي َتَخ اُفْو َن ُنُش ْو َزُهَّن َفِع ُظ ْو ُهَّن َو اْهُج ُرْو ُهَّن ِفى اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِرُبْو ُهَّن‬

34 ‫َفِاْن َاَطْعَنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا َع َلْيِهَّن َس ِبْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلًّي ا َك ِبْي ًرا‬. Laki-laki (suami) itu pelindung

bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)

atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah

memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah

mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada,

karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu

khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka,

tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah

mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan

untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.

Alasan mereka melakukan peninjauan ulang terhadap ayat-ayat tersebut adalah

karena tafsir ulama terhadap teks-teks agama sering terkait dengan sistem

patriarki. Sebagai contoh, dalam QS. An-Nisa' [4]: 34 disebutkan bahwa kaum

pria dianggap lebih superior daripada kaum wanita. Kaum feminis dengan tegas

berpendapat bahwa4

4
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
(Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 13.
Dinar Dewi Kania dkk, “Delusi Gender)”, Jakarta Selatan: Yayasan AILA
Indonesia, 2020), hlm. 1
Tafsir dari ayat tersebut cenderung bias gender dan pada akhirnya merugikan

kaum perempuan. Hal ini dapat membatasi kebebasan perempuan baik di ruang

publik maupun dalam konteks rumah tangga. Penafsiran yang diklaim bias gender

ini akhirnya mendorong upaya untuk menafsir ulang teks-teks keagamaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tafsir QS. An-

Nisa' [4]: 34 dalam kitab "Jāmi’ Al-Bayān ‘an Ta’wīl Al-Qur’ān" karya M. Jarir

ath-Thabari. Peneliti memilih kitab tafsir tersebut karena Muhammad bin Jarir

ath-Thabari merupakan salah satu Mufassir pertama yang secara menyeluruh

mengkaji tafsir tentang perempuan, yang dijabarkan dalam karyanya. Dalam

kitabnya, ath-Thabari berusaha menjelaskan dengan rinci ayat-ayat yang terkait

dengan perempuan. Pendekatan ini kemudian diikuti oleh para Mufassir lain

seperti Zamkhasyari (wafat 1144), Al-Razi (wafat 1149), dan lainnya yang

menggunakan metode dan pendekatan serupa dalam memahami ayat-ayat yang

berkaitan dengan perempuan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti dapat merumuskan beberapa masalah,

yaitu:

1.Bagaimana konsep kesetaraan gender dipahami dalam al-Qur’an?

2.Bagaimana Muhammad bin Jabir ath-Thabari menginterpretasikan konsep

kesetaraan gender dalam kitab Tafsir Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qur’an?

C.Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti akan menetapkan tujuan dan

manfaat penelitian, antara lain sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Memahami konsep kesetaraan gender yang terdapat dalam Al-Qur'an.5

b.Cari tahu tentang kesetaraan gender menurut Muhammad Ben

Jabir ath-Thabari dalam tafsir Jāmi' al-Bayān 'an Ta'wīl

Alquran.

2. Manfaat Penelitian

b. Secara teori diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang:

Muhammad bin Jabir menjelaskan kesetaraan gender

"tafsir ath-Thabari" atau ath-Thabari dari kitab Jāmi' AlBayān 'an Ta'wīl Al-Qur'ān

b. Faktanya, penelitian ini tentang kesetaraan gender

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian ilmiah dan tafsir Al-

Quran khususnya di Universitas Islam Nasional

Di luar itu, Matalan bisa menawarkan khazanah keilmuan

Tentang kesetaraan gender.

5
Dinar Dewi Kania dkk, “Delusi Gender)”, Jakarta Selatan: Yayasan AILA
Indonesia, 2020), hlm. 115.
16 Munirul Abidin, “Paradigma Tafsir Perempuan” (Malang : UIN Maliki
Press,2011), hlm. 41.
D. Telaah Pustaka

Sesuai dengan judul penelitian yang akan dibahas, peneliti akan menampilkan

beberapa sumber terkait kesetaraan gender. Di antara penelitian yang mengulas

kesetaraan gender terdapat:

1. Skripsi yang disusun oleh Sumarlin (2021) dengan judul "Studi

Komperatif Pemikiran Sayyid Quthb dan Amina Wadud tentang

Kesetaraan Gender dalam Al-Qur'an". Penelitian ini mengeksplorasi

konsep kesetaraan gender menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya "Fi

Zhilal al-Qur'an" dan Amina Wadud dalam bukunya "Qur'an and Women"

menggunakan metode tafsir Muqarran atau perbandingan. Sumarlin

menggunakan ayat-ayat yang dipertanyakan oleh Amina Wadud, seorang

tokoh feminis liberal, seperti ayat-ayat yang berbicara tentang hak waris,

kesaksian, dan poligami dalam bukunya "Qur'an and Women". Ini

dibandingkan dengan pemikiran Sayyid Quthb yang juga tercantum dalam

tafsirnya "Fi Zhilal al-Qur'an".

Dalam penelitian skripsi ini, Sumarlin menyimpulkan bahwa pemikiran

dari kedua tokoh tersebut jelas berbeda karena memiliki latar belakang

pemikiran yang berbeda pula. Al-Qur'an membuktikan bahwa tidak ada

perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara adil sesuai meninjau

kembali pandangan Amina Wadud yang mencoba untuk menyamakan

peran laki-laki dan perempuan. Meskipun kedua penelitian, termasuk

penelitian yang saya teliti, memusatkan pada tema kesetaraan gender,


perbedaannya terletak pada metode penelitian yang digunakan. Saudari

Sumarlin menggunakan pendekatan perbandingan (metode komparatif)

untuk membandingkan pandangan Amina Wadud dan Sayyid Quthb

terhadap konsep kesetaraan gender. Sementara penelitian ini menggunakan

metode deskriptif untuk menggambarkan pandangan M. Jarir ath-Thabari

tentang konsep kesetaraan gender.

2. Skripsi berjudul "Gender dalam Al-Qur'an (Kajian Tafsir Ayat-ayat

Gender dalam Kisah Nabi Adam)" yang disusun oleh Saudara Dendik

Wargianto (2020). Penelitian ini menerapkan metode analisis deskriptif

dengan menggunakan metode tafsir tematik atau maudhu’i.

Dendik Wargianto menyatakan bahwa hasil dari skripsi ini menunjukkan

adanya 5 prinsip kesetaraan gender yang tergambar dalam al-Qur'an

melalui kisah Nabi Adam AS. Pertama, terkait kesetaraan status antara

laki-laki dan perempuan yang direpresentasikan oleh Adam AS dan Hawa

AS, dimana mayoritas ulama tafsir kontemporer menganggap keduanya

diciptakan oleh Allah SWT dari jenis (spesies) yang sama. Ini menegaskan

bahwa perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, sehingga

tidak semestinya bagi perempuan untuk menerima perlakuan diskriminatif

atau eksploitasi dari laki-laki. Kedua, kesetaraan dalam pengabdian, di

mana baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang setara

untuk akses, partisipasi, dan kontrol, seperti yang tergambar dalam kisah
Nabi Adam AS dan Hawa AS, yang sama-sama masuk surga dan

menikmati apa yang ada di dalamnya. Ketiga, kesetaraan dalam

menghadapi ujian, di mana Nabi Adam AS dan Hawa AS diberikan

larangan yang sama oleh Allah SWT untuk tidak6

6
Sumarlin, Studi Komperatif Pemikiran Sayyid Quthb Dan Amina Wadud
Tentang Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an (Skripsi, UIN Mataram 2021), hlm.1
Mendekati pohon Khuldi. Keempat, kesetaraan dari sisi hukuman, Adam

AS dan Hawa AS mendapatkan hukuman yang sama saat mereka

melanggar larangan dari Allah SWT. yaitu diturunkan ke Bumi. Kelima,

kesetaraan dari sisi tanggung jawab, Nabi Adam AS dan Hawa AS sama-

sama mempertanggung jawabkan kesalahan mereka kemudian bertaubat

kepada Allah SWT atas kesalahan yang mereka lakukan. Adapun relevansi

antara penelitian ini dengan peneliti adalah pada tema yang diangkat yakni

kesetaraan gender. Perbedaannya ialah, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur‟an melalui kisah Nabi

Adam AS, sedangkan peneliti sendiri membahas prinsip kesetaraan gender

dalam kitab Jāmi‟ al-Bāyan „an Ta‟wīl Al-Qur'an."

3.Saudari Nurotul Aeni (2021) melakukan penelitian tentang kesetaraan

gender dengan judul skripsi "Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an (Studi

Komperatif Antara Pemikiran M. Quraish Shihab dan Amina Wadud)".

Penelitian ini menggunakan metode perbandingan atau Muqarran dengan

membandingkan pemikiran M. Quraish Shihab dan Amina Wadud tentang

kesetaraan gender dalam al-Qur‟an. Dalam skripsinya, Nurotul Aeni

menyatakan bahwa hasil dari penelitian ini adalah perbandingan pemikiran

antara Quraish Shihab dan Amina Wadud. Quraish Shihab memahami

ayat-ayat tentang perempuan dalam al-Qur‟an sesuai dengan persepsinya


tentang perempuan, secara umum responsif terhadap gender yang rasional.

Ia memahami hadis yang tidak sesuai dengan ayat al-Qur‟an secara

metaforis, yakni memahami al-Qur‟an sesuai dengan konteksnya.

Sementara Amina Wadud, seorang tokoh feminis Muslim liberal, memiliki

semangat untuk kesetaraan hak bagi perempuan. Ia menganggap penilaian

dari Mufassir pada ayat-ayat tentang perempuan..."

Sebagian besar tafsir klasik mengandung unsur patriarki karena kebanyakan

Ulama yang membuat tafsir tersebut adalah laki-laki. Keterkaitan penelitian

ini dengan peneliti terletak pada tema kesetaraan gender yang diangkat.

Meskipun demikian, penelitian ini menggunakan metode studi perbandingan

dengan membandingkan pemikiran Quraish Shihab dan Amina Wadud

mengenai konsep kesetaraan gender, sedangkan peneliti sendiri menggunakan

metode deskriptif dalam menganalisis pemikiran M. Jarir ath-Thabari."


4.Saudari Agustina Erika (2021) juga melakukan penelitian dengan judul

Penafsiran Ayat-ayat Gender Perspektif Husein Muhammad. Penelitian ini fokus

mengkaji tentang penafsiran ayat-ayat gender perspektif Husein Muhammad.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memaparkan hasil

penafsiran Husein terhadap ayat-ayat gender dalam al-Qur'an. Adapun hasil dari

penelitianini menurut Agustina Erika adalah konsep kesetaraan gender menurut

Husein Muhammad yaitu setiap perempuan wajib untuk mendapakan hak-haknya

(dari aspek rumah tangga). Adapun dari aspek proses penciptaan manusia, antara

laki-laki dan perempuan tidak ada yang menjelaskan apakah kata "nafsun

wahidah" tersebut ditujukan untuk laki-laki maupun perempuan. Namun,

penciptaan antara laki-laki dan perempuan berasal dari asal yang sama. Relevansi

antara penelitian ini dengan peneliti terletak pada tema yaitu tentang kesetaraan

gender. Adapun perbedaannya ialah, penelitian ini mengkaji pemikiran dari

Husein Muhammad tentang konsep kesetaraan gender, sedangkan peneliti sendiri

mengkaji pendapat dari Muhammad bin Jarir ath-Thabari dengan menggunakan

tema yang sama. Skripsi yang disusun oleh saudari Khana Suranta (2017) dengan

judul penelitian Gender dalam Pandangan M .Quraish Shihab"7

Dalam tinjauan di bidang pendidikan, penelitian ini menggunakan model kualitatif

dengan menganalisis buku-buku karya M. Quraish Shihab. Hasil dari penelitian

ini, Khana menggambarkan tentang perspektif kesetaraan gender yang terfokus

pada pendidikan menurut M. Quraish Shihab.22 Adapun relevansi antara skripsi

7
Agustia Erika, Penafsiran Ayat-ayat Gender Perspektif Husein Muhammad
(Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta 2021), hlm. 1.
ini dengan penelitian peneliti sendiri adalah keduanya membahas tentang

kesetaraan gender. Namun, peneliti sendiri hanya menitikberatkan pada prinsip-

prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur'an secara umum dengan merujuk pada

pendapat ath-Thabari."8

5. Saudari Afrilia Nurul Khasanah pada tahun 2018 melakukan penelitian

mengenai "Konsep Kesetaraan Gender Menurut Pemikiran Amina Wadud Muhsin

dan Relevansinya dalam Dunia Pendidikan." Penelitian ini bertujuan untuk

memahami pandangan Amina Wadud tentang kesetaraan gender dalam konteks

pendidikan. Menurut Afrilia, hasil penelitiannya menyatakan bahwa Amina

Wadud membagi konsep gender menjadi dua bagian: pertama, memandang

perempuan sebagai individu, dan kedua, perbedaan antara individu ditentukan

oleh tingkat ketakwaannya terhadap Allah SWT.

Kesesuaian penelitian ini dengan peneliti terletak pada fokus tema kesetaraan

gender. Perbedaan antara penelitian Afrilia dengan penelitian lain adalah pada

objek yang dikaji dalam penelitian.

6. Jurnal yang disusun oleh Sarifa Suhra pada tahun 2013 membahas topik

Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an dan Dampaknya terhadap Hukum Islam.

Penelitian ini menegaskan keberadaan keadilan dan kesetaraan menurut perspektif

al-Qur‟an. Sarifa juga menjelaskan mengenai penerapan kesetaraan gender dalam

al-Qur‟an yang diharapkan dapat memunculkan perubahan yang signifikan.9


8
Khana Suranta, Gender dalam Pandangan M.Quraish Shihab (Tinjauan dalam
Bidang Pendidikan). (Skripsi IAIN Palangka Raya 2017), hlm. 1.

9
Khana Suranta, Gender dalam Pandangan M.Quraish Shihab (Tinjauan dalam
Bidang Pendidikan). (Skripsi IAIN Palangka Raya 2017), hlm. 1.
Afrilia Nurul Khasanah, Konsep Kesetaraan Gender Menurut Pemikiran
Perbedaan utama antara penelitian Sarifa dan peneliti lainnya terletak pada objek

penelitian, khususnya dalam konteks hukum Islam."

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Gender

Istilah "gender" berasal dari bahasa Inggris yang berarti "jenis kelamin". Menurut

Websters New World Dictionary, gender diartikan sebagai "perbedaan yang

tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku."

Gender merupakan suatu konsep kultural yang berusaha untuk membedakan

peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan

perempuan dalam masyarakat. Gender digunakan untuk mengidentifikasi

perbedaan sosial-budaya antara laki-laki dan perempuan, menggambarkan mereka

dari sudut non-biologis.

2. Kesetaran Gender

Kesetaraan Gender merujuk pada pemberian hak yang sama kepada laki-laki dan

perempuan sebagai individu untuk aktif dalam berbagai bidang seperti politik,

hukum, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan, dan keamanan nasional.

Hal ini juga mencakup pemerataan manfaat dari proses pembangunan. Kesetaraan

gender bertujuan untuk menghilangkan diskriminasi serta ketidakadilan struktural,

baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Amina Wadud Muhsin dan Relavansinya dalam Dunia Pendidikan, (Skripsi UIN Raden
Intan Lampung 2018). hlm. 1.
F.Metode Penelitian

1.Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau Library Research. Semua data

yang digunakan berasal dari sumber-sumber kepustakaan (literature) seperti:10

10
Sarifa Suhara, “Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya
terhadap Hukum Islam”, Jurnal al-Ulum, Vol. 13, Nomor 02, 2013. hlm. 1.
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 33-34.
Ibid, hlm. 35. Iswah Adriana, Kurikulum Berbasis Gender, Tadris, Volume 4. Nomor 1. 2009, hlm,
138
Buku Tafsir, Buku Ajar, Naskah, Jurnal, Makalah, Artikel dan Lain-Lain

Berkaitan dengan Al-Qur'an dan tafsirnya. Penelitian seperti itu

Lebih relevan dengan isu teoritis,

Konsep, ide, ide, dll.

2. Sumber data

Pada jenis penelitian ini, sumber datanya dibagi menjadi dua bagian

a. Data utama

Data mentah adalah sumber data yang relevan

Langsung dengan bahan objek penelitian.

Relevan dengan sumber data yang akan digunakan

Berdasarkan penelitian ini, dilakukan studi literatur

Mengacu pada Al-Qur'an dan terjemahannya. Selain itu, para peneliti

Merujuk juga pada kitab tafsir Jāmi' al-Bayān 'an Ta'wīl alQur'ān karya

Muhammad bin Jarir ath-Thabari dan terjemahan.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak relevan namun berkaitan

langsung dengan materi objek penelitian masih memiliki relevansinya. dalam hal

ini peneliti mengacu pada artikel, tesis, jurnal dan buku-buku terkait kesetaraan

gender.
3. Teknologi pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

Pendekatan dokumentasi, yaitu mencari data tentang suatu benda atau benda

Catatan, transkrip, buku, dan bentuk variabel lainnya

4. Teknologi analisis data

Dalam penelitian ini teknik analisis data digunakan Metode yang digunakan

adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis isi.(analisis isi). Analisis

deskriptif merupakan suatu metode analisis.11

11
Nasahruddin Baidan, Erwati Aziz, Metodologi Penelitian Tafsir, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2019), cet. Ke-2, hlm. 28.
Wahyu wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah, (Jakarta: Buku Kompas,
2011), hlm. 46.
30Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitan, (Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015), hlm. 75.
dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau mengilustrasikan apa adanya.Analisis

isi adalah metode yang digunakan membuat kesimpulan atau keputusan dengan

mengidentifikasi berbagai dokumen tertulis mengkomunikasikan informasi atau

data secara sistematis dan obyektif. konteks. Dalam penelitian ini, peneliti akan

mendalami buku tersebut penjelasan ath-Thabari tentang prinsip tersebut

Kesetaraan gender.

G Diskusi Sistem

Untuk menggambarkan dan memudahkan peneliti dalam mempersiapkan

penelitian diperlukan pembahasan yang sistematis kurangi diskusi di luar topik

dengan tertib Inspeksi akan dilakukan. Kajian ini membahas: sebagai berikut :

Bab 1, pendahuluan, memuat latar belakang dan rumusan masalah tinjauan

pustaka pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat, kerangka kerja teori, metode

penelitian, dan pembahasan sistem.

Bab 2, “Pembahasan”, memberikan penjelasan tentang: Pemahaman menyeluruh

tentang kesetaraan gender.

Bab 3 Pembahasan Konsep Kesetaraan Gender dalam Al-Quran

Bab 4, Pembahasan Tokoh, meliputi biografi Imam Tabari, karya-karyanya, dan

latar belakang penulisan kitab “Tafsif Tabari”atau Jāmi’ Al-Bayān “An Ta’wīl Al-

Qur’ān, Sistematika Kitab tafsir ath-Thabari, Metode dan Tata Cara Kitab Suci
serta Tafsir Kitab tafsir ath-Thabari Analisis, menguraikan tafsir ath-Thabari

terhadap QS. Anissa'[4]:34

Dalam kitab tafsir Jāmi’ Al-Bayān ‘An Ta’wīl Al-Qur’ān


Bab 5, Catatan Penutup, memuat kesimpulan peneliti dan disertai dengan saran.12

12
Ali Baroroh, Trik-Trik Analisis Statistik dengna SPSS15, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2008), hlm.1.
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 391.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gender

1. Istilah gender

Perlu diketahui bahwa jenis kelamin dan gender itu berbeda makna. Gender

diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan perempuan

berdasarkan gender atau anatomi biologis, dan gender sendiri berarti perbedaan

antara laki-laki dan perempuan

Melihat perempuan dari sudut pandang peran sosialnya. Meskipun kata gender

belum masuk dalam kosakata kamus besar bahasa indonesia (KBBI), tapi istilah

ini sudah tidak asing lagi untuk digunakan, apalagi di kantor menteri negara yang

bertanggung jawab atas peran perempuan, dieja "gender". Gender didefinisikan

sebagai “interpretasi psikologis dan budaya tentang perbedaan gender antara pria

dan wanita. "Gender sering kali digunakan untuk mengartikan sesuatu pembagian

kerja dianggap pantas bagi laki-laki dan perempuan merindukan. kata gender

sebelum mengalami perkembangan makna pada awal abad ke-20 sering

digunakan oleh para ahli bahasa mengacu pada bentuk klasifikasi tata bahasa

(grammar). Scott melihat kata gender dalam pengertian kontemporernya didirikan

untuk gerakan ini oleh ilmuwan sosial Charles Furier Feminis.Dalam pengertian

kontemporernya, istilah gender akhirnya ciri-ciri yang digunakan untuk

membedakan jantan dan betina perempuan dan atribut laki-laki dan perempuan

yang ditetapkan
beri mereka. Seksolog John Money menawarkan perspektif berbeda antara seks

dan gender. Diantaranya, gender merujuk pada bagiannya klasifikasi anatomi atau

biologis antara pria dan wanita.13

Gender mengacu pada perbedaan perilaku gender, atas saran Jhon, akhirnya

menggunakan kata “gender” sebelumnya, gender berarti peran sosial kemudian

menjadi identitas gender. terakhir, gender digunakan sebagai analisis digunakan

untuk memberikan kedudukan yang setara antara laki-laki dan perempuan

menciptakan tatanan sosial lebih egaliter (setara). Oleh karena itu, gender dapat

dibagi menjadi terutama alat untuk mengukur permasalahan laki-laki dan

perempuan terrkait dengan pembagian peran sosial masyarakat itu sendiri.

2. Perspektif teoritis gender

Ada beberapa teori yang berpengaruh menjelaskan perbedaan latar belakang atau

persamaan karakter jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:

A. Teori Psikoanalisis/Identitas

Sigmund Freud (1856-1939) adalah orang pertama Ini menjelaskan teorinya.

Menurut teori ini, Freud

Menjelaskan tingkah laku atau karakter seorang pria dengan kata lain, perempuan

ditentukan oleh perkembangannya.orientasi seksualnya. Freud percaya bahwa

kepribadian seseorang terdiri dari tiga struktur yaitu id, ego dan superego.14
13
Sumarlin, Studi Komperatif Pemikiran Sayyid Quthb Dan Amina Wadud
Tentang Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an (Skripsi, UIN Mataram 2021), hlm. 36.
34Dinar Dewi Kania,dkk, Delusi Kesetaraan Gender, (Jakarta Selatan: Yayasan
AILA Indonesia, 2020), hlm. 34-35.
14
Dinar Dewi Kania, dkk, Delusi Kesetaraan Gender, (Jakarta Selatan: Yayasan
AILA Indonesia, 2020), hlm. 87.
b.Teori fungsionalisme struktural

Faktanya, Hilary M. Lips dan S.A.Shield membedakan antara fungsionalisme dan

teori fungsionalis strukturalisme. Pada saat yang sama, teori fungsionalis lebih

condong ke arah tersebut masalah psikologis dan teori strukturalis lebih condong

ke arah itu namun menurut Linda I. Lindsey, tentang masalah sosial kesimpulan

dari teori ini juga sama mendalamnya menilai keberadaan pola relasional gender.

C. teori konflik

Menurut Marx dan Friedrich Engels,idenya adalah bahwa ketidaksetaraan gender

terjadi ketika laki-laki dan perempuan bukan karena faktor atau perbedaan

biologis. Namun, itu adalah bagian penindasan oleh kelas penguasa dalam

hubungan produksi hal ini berlaku untuk konsep keluarga. hubungan timbal balik

suami dan istri hanyalah hubungan tuan-pelayan.Dengan kata lain,

ketidaksetaraan peran gender di kalangan laki-laki pada wanita bukan karena

Sumarlin, Studi Komperatif Pemikiran Sayyid Quthb Dan Amina Wadud


Tentang Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an (Skripsi, UIN Mataram 2021), hlm.37.
38Pertama,id, merupakan pembawaan sifat-sifat fisik-biologis seseorang yang
telah ada sejak lahir seperti nafsu seksual dan insting yang agresif. Id cenderung
memberikan dorongan untuk mencari kepuasan dan kesenangan. Id seolah menjadi
sumber kekuatan bagi dua struktur lainnya dan bekerja di luar system rasional. Kedua,
ego, merupakan struktur yang bekerja pada lingkup rasional dan berusaha untuk
mengendalikan keinginan agresif dari id. Ego berupaya untuk mengatur hubungan antara
keinginan subjektif-individual dengan tuntutan objektif realitas sosial.Ego berusaha
keras dalam membantu seseorang unuk bertahan hidup dalam dunia realita. Ketiga,
superego, merupakan aspek moral kepribadian seseorang. Ia berusaha untuk mewujudkan
kesempurnaan hidup. Bukan semata-mata hanya untuk mencari kesenangan atau
kepuasan.Superego juga berfungsi untuk selalu mengngatkan ego agar tetap menjalankan
fungsinya mengontrol id. Uraian lebih lengkap tentang teori ini bisa di lihat dalam
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”, Jakarta Selatan: PT.
Sapdodadi, 2001), hlm. 46
faktor biologis atau hadiah dari Tuhan tetapi karena struktur sosial yang di buat

oleh masyarakat itu sendiri.

d.Teori feminis

Perbedaan pandangan feminis tentang peran gender dapat dibagi menjadi tiga

kelompok berikut:

1). feminisme liberal

2). Feminisme Marxis-Sosialis

3). Feminisme Radikal15

15
Dalam hal relasi gender, banyak dari penganut teori ini mengambil contoh
dari masyarakat pra-industri, dimana masyarakat tersebut terintegrasi dalam suatu sistem
sosial. Laki-laki berperan sebagai pemburu yang lebih banyak berada di luar rumah dan
bertanggung jawab untuk memberikan makanan kepada keluarganya. Adapun perempuan
berperan sebagai peramu yang perannya di dalam rumah.Pembagian kerja seperti ini telah
berfungsi dengan sangat baik dan berhasil menciptakan kelangsungan masyarakat yang
stabil.Llihat Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 51.
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 61.
Tokoh dari aliran ini antara lain Margareth Fuller (1810-1850), Harriet
Martineau (1802-1876), Angeline Grimke (1792-1873), dan Susan Anthony (1820-1906).
Adapun dasar pemikiran dari kelompok aliran ini adalah baik laki-laki maupun prempuan
diciptakan secara seimbang oleh Tuhan dan seharusnya tidak terjadi penindasan antara
satu dengan lainnya.Pemikiran dari feminisme libral terinspirasi dari prinsip-prinsip
3. Gender menurut para ahli

Menurut Hilary M. Lips dalam bukunya Sex & gender:an Pendahuluan

mendefinisikan arti gender sebagai harapan budaya bagi laki-lak feminitas

(ekspektasi budaya terhadap perempuan dan laki-laki). Melihat apa Kata Bibir

tentang Gender Sesuai dengan Perspektif Feminis secara umum, seperti Linda I.

Lindsey, dia percaya segala keputusan dalam masyarakat dibuat untuk

menentukan seseorang baik pria maupun wanita dilibatkan dalam penelitian ini

jenis kelamin. Lips mengatakan gender terdiri dari lebih dari dua hal hanya

diketahui jenisnya, yaitu perempuan dan laki-laki seluruh masyarakat. Meski

demikian, Lipps mengakui adanya hal tersebut jenis kelamin ketiga bersifat cair

dan dapat berubah ia juga dikenal dalam budaya yang berbeda berbeda. Gender

ketiga ini belum bisa diklasifikasikan16


16
pencerahan bahwa antara laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kekhususan.
Walaupun aliran ini disebut sebagai feminisme liberalakan tetapi kelompok aliran ini
tetap menolak persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Seperti
dalam hal yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, kelompok aliran ini tetap
memandang akan perlunya pembedaan antara laki-laki dan perempuan, karena
bagaimanapun juga fungsi dari organ reprodusi bagi perempuan membawa konsewensi
logis di dalam bermasyarakat. Ibid, hlm. 65.
Tokoh dari aliran ini adalah Clara Zetkin (1857-1933) dan Rosa Luxemburg
(1871-1919). Aliran ini, mulai dkembangkan oleh dua tokoh diatas di Jerman dan di
Rusia.Aliran ini berusaha untuk menghilangan struktur kelas yang masih kental dalam
masyarakat berdasaran jenis kelamin dengan melempar isu bahwa ketimpangan sosial
yang terjadi antara lakki-laki dan perempuan disebabkan oleh factor budaya
alam.Kelompok aliran ini menolak anggapan dari para teolog dan tradisional bahwa
status perempuan lebih rendah daripada laki-lai karena faktor biologis dan latar belakang
sejarah.Ibid, hlm. 65.
Menurut aliran kelompok ini, perempuan tidak harus bergantung pada laki-laki
dalam semua aspek termasuk “seks” itu sendiri.Dasar dari pemikiran kelompok ini adalah
karena adanya penindasan yang di alami oleh perempuan dalam jangka waktu yang
lama.Saat menilik sejarah perempuan barat, mereka hanya dijadikan sebagai alat pemuas
bagi laki-laki. Maka dari itu, perempuan harus bangkit dari segala bentuk penindasan dan
diperlukan gerakan yang lebih mendasarIbid, hlm. 66.
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
menurut amina wadud situasi itu dan kondisinya tidak sama seperti pada zaman

para nabi, Anda harus tetap menciptakannya penerapan praktis pernyataan-

pernyataan Al-Qur'an dengan tetap mempertimbangkan makna utama yang

dikandungnya.dengan argumen tersebut, Amina percaya untuk membela relevansi

Al-Quran dengan kehidupan manusia harus terus berlanjut Penafsiran ulang.

Pembahasan Amina tentang status perempuan buku ini ringkas dan tampak

sederhana. Namun, dalam ia menekankan semangat egaliter dalam bukunya. Ia

tidak yakin matriarki bisa menggantikan patriarki yang sudah ada tuduhan adalah

alasan perempuan berpaling. dia menginginkan sesuatu keadilan dan kerja sama

antar jenis kelamin tidak hanya mencakup tingkat makro (negara, masyarakat),

namun juga disempurnakan hingga tingkat mikro (keluarga). 17

17
Arbain, Janu, Nur Azizah, and Ika Novita Sari. “Pemikiran Gender Menurut Para Ahli: Telaah atas
Pemikiran Amina Wadud Muhsin, Asghar Ali Engineer, dan Mansour Fakih.” Sawwa: Jurnal Studi
Gender 11.1 (2015): 75-94.
apakah perempuan atau laki-laki, tidak peduli apa

Homoseksual dan waria (orang bahagia pakaian lawan jenis).H T. Wilson

menjelaskan dalam bukunya Sex and Gender

Gender sebagai dasar penentuan perbedaan kontribusi laki-laki dan perempuan

terhadap kebudayaan hidup berkelompok, yang nantinya akan menuntun mereka

menjadi anak laki-laki dan anak perempuan.Meskipun kata gender belum masuk

dalam kosakata kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tapi istilah ini sudah tidak

asing lagi untuk digunakan, apalagi di kantor menteri Negara yang bertanggung

jawab atas peran perempuan, dieja "gender". Gender didefinisikan sebagai

“interpretasi psikologis dan budaya tentang perbedaan gender antara pria dan

wanita. "Gender sering kali digunakan untuk mengartikan sesuatu pembagian

kerja dianggap pantas bagi laki-laki dan perempuan merindukan.

Dalam konsep gender ada sebuah kata yang disebut Identitas gender dan ekspresi

gender. Identitas gender adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri

adalah bagaimana dia ingin orang lain melihatnya menjadi perempuan atau laki-

laki sambil berekspresi gender adalah cara seseorang mengekspresikan gender

(ekspresi) pakaianmu, rambutmu, suaramu, bahkan tingkah lakumu.Umumnya

gender digambarkan sebagai feminin dan memasuki. Dari seluruh definisi gender

yang dijelaskan kesimpulannya, kita dapat menyimpulkan bahwa gender adalah

suatu hal konsep yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan

hubungan antara laki-laki dan perempuan sari segi sosial budaya. Dalam
pengertian ini, gender menggambarkan laki-laki dan melihat perempuan dari

sudut pandang non-biologis.18

18
Dinar Dewi Kania, dkk, Delusi Kesetaraan Gender, (Jakarta Selatan: Yayasan
AILA Indonesia, 2020), hlm. 8.
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 33-34.
Nur Afif dkk, KonsepKesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an Perspektif Fatima
Mernissi dan Implikasinya terhadap Pendidikan, Jurnal Pendidkan Islam, Vol. 03,
Nomor 02, 2020. hlm. 233.
3. Gender menurut para ulama

a. Wahba Aziz Zuhairi

Wahbah Zuhaili merupakan tafsir Al-Munir dalam kitab tafsirnya gunakan metode

teks ayat. dia telah mencoba kolaborasi antara interpretasi klasik dan modern. Ada

sambil menjelaskan ayat tentang kesetaraan gender, beliau dengan gamblang

status perempuan sebagaimana dinyatakan dalam persetujuan dalam Alquran.

Hal ini dapat dilihat pada contoh penjelasannya Wahbah Az-Zuhaili berkaitan

dengan ayat-ayat yang bersifat gender seperti asal usulnya penciptaan wanita,

rumus pewarisan 1 sampai 2 dan posisi kepemimpinan perempuan dalam

keluarga. Tentang tempat asal jelasnya, Wahbah Az-Zuhaili adalah awal mula

terciptanya perempuan Nabi Adam AS menyepakati kesetaraan gender dan Hawa

AS tercipta dari unsur yang sama. ini berbeda dalam penjelasan ayat tentang

rumus pewarisan 1 sampai dengan 2,kedudukan kepemimpinan perempuan dalam

keluarga dan penjelasannya seolah-olah menyiratkan subordinasi (posisi

perempuan dalam masyarakat) di bawah laki-laki). Namun interpretasi ini

konsisten dengan teks ayat tentang laki-laki yang bertindak sebagai pencari

nafkah untuk keluarga dan wanitanya, untuk memenuhi tugas mereka di kerajaan

lokal.

b.M.Quraish Shihab

Dalam bukunya “Dasar-Dasar Al-Qur’an” M. Quraish Shihab menggunakan

metode tematik. dimana dia diskusi panel mengeksplorasi berbagai aspek


perempuan misalnya status, hak dan tanggung jawab dalam penelitian sempurna.

Sebelum membahas penjelasannya, M.Quraish Shihab mengutip banyak orang

penerjemah modern, katanya di dalam buku islam memandang perempuan secara

berbeda19

Tidak dipercaya atau dilakukan oleh masyarakat. Ada pada hakikatnya ajaran

Islam memberikan kedudukan sebagai berikut:

Sangat mulia terhadap wanita. Tentang penjelasannya tentang kepemimpinan

keluarga termasuk dalam QS. an-Nisā’ [4]:34, M. Quraish Shihab saya yakin ayat

ini tidak demikian perbedaan mutlak antara pria dan wanita adalah namun praktis,

artinya jika istri sedang berada di luar kota perekonomian bisa mandiri dan bisa

berkontribusi demi kepentingan keluarga atau keluarganya, kalau begitu rasa

superioritas suami sebagai manusia akan berkurang dibandingkan dengan

istrinya.Meski M. Quraish Shihab tidak menyatakannya menekankan kesetaraan

status antara laki-laki dan perempuan memang benar, namun penjelasan ini

dimaksudkan untuk memperjelas fakta salah tafsir terhadap penafsiran perempuan

selama ini hal inilah yang dipahami oleh masyarakat.

c.Naseeruddin Baidan

Dalam bukunya yang berjudul “Tafsir bi Ar-Ra’yi: Ikhtiar”“Mengeksplorasi

konsep kewanitaan dalam Al-Qur’an,” cobanya mengikuti perkembangan zaman

perempuan menuntut kebebasan di luar alam.


19
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 35.
Eko Zulfikar, Ahmad Zaenal Abidin, “Penafsiran Tekstual Terhadap Ayat
Gender”, Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Hadis vol. 3, no 2, 2019, hlm. 153.
Dalam menafsirkan ayat-ayat gender yang terdapat dalam QS.

anNisā’[4]:1 Mengenai proses kreatif, katanya kata “nafsun wahidah” pada ayat

tersebut tidak ada maknanya

Nabi Adam AS, namun unsur kreatif Nabi Adam amerika adalah daratan. Jadi

tidak ada kelebihan dibandingkan laki-laki. Dilihat dari asal muasal kejadian

tersebut, ada dua alasan:Dibuat dari elemen yang sama.20

20
Munirul Abidin, “Paradigma Tafsir Perempuan” (Malang : UIN Maliki
Press,2011), hlm. 98.
51Ibid, hlm. 99.
52Ibid, hlm. 100.
53Ibid, hlm.102.
d. Naseeruddin Umar

Dalam bukunya “Tentang Kesetaraan” gender dalam Alquran,” katanya, Alquran

sebuah panduan bagi kemanusiaan apalagi dunia Islam telah berhasil

memberantas segalanya bentuk diskriminasi terhadap perempuan pada saat itu.

tidak lagi perbedaan antara pria dan wanita. Meskipun ada lalu karena perbedaan

fungsi dan tugas pokoknya agama dikenakan pada setiap gender melalui ajaran

yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadits,agar perbedaan yang ada tidak

menimbulkan perbedaan baru merasa lebih unggul dari orang lain, tapi bisa saling

menguntungkan saling membantu dan mampu berkreasi di masa depan hubungan

yang harmonis dilandasi kasih sayang keluarga lingkungan keluarga merupakan

cikal bakal terbentuknya hal tersebut komunitas ideal di tanah pengampunan.

e. Amina Wadud Mohsin

Amina Wadud dalam bukunya “Al-Qur’an dan

"Wanita" membahas tentang status wanita, buku ini terkesan sederhana, namun

sebenarnya mengedepankan semangat egalitarianisme.Dia tidak

mempertimbangkan matriarki sebuah alternatif terhadap patriarki yang

ada.Anggap saja sebagai tikungan perempuan. dia hanya ingin keadilan dan

kerjasama antara laki-laki dan perempuan, tidak hanya dalam skala makro,

termasuk negara dan wilayah masyarakat, namun juga pada tingkat mikro atau

mikro keluarga.21
21
Munirul Abidin, “Paradigma Tafsir Perempuan” (Malang : UIN Maliki
Press,2011), hlm., hlm. 104.
f. Mahmoud Shartou

Pada pertengahan abad ke-20, banyak bermunculan kaum modernis Islam

mencoba menggunakan pendekatan kritis untuk muncul dalam menafsirkan Al-

Qur'an, hal ini ada kaitannya dengan komentator sebelumnya. termasuk Mahmud

syaltut Rektor Universitas Al-Azhar Kairo dari tahun 1958 hingga 1963.

Tentang Masalah Perempuan, Mahmud Syaltuut sntara pemahaman klasik dan

pemahaman modern. Momen membahas permasalahan perempuan dalam

keluarga, mis. Termasuk dalam QS. an-Nisā’ [4] : 34, katanya pernikahan bukan

untuk kepentingan salah satu pihak hanya satu sisi, tapi kedua sisi. Karena

itu,membutuhkan kerjasama untuk membangun hubungan yang baik

keharmonisan Keluarga. otoritas laki-laki atas istrinya tidak lain adalah kepala

keluarga. Keutamaan laki-laki adalah sebagai berikut:

Firman Allah SWT berbunyi: “Sebab Allah SWT telah melebih-lebihkan beberapa

di antaranya (Laki-laki) kepada beberapa dari mereka yang lainnya dalam QS”.

an-Nisā’[4]: 34 tidak masuk akal keunggulan laki-laki atas perempuan adalah

mutlak namun lebih organik, seperti tangan kanan manusia lebih kuat dari tangan

kiri.

g. Fazlur Rahman
55Aliran pemikiran dalam filsafat politik yang memprioritaskan kesetaraan social,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Egalitarianisme, diakses pada tanggal 19 September
2022, pukul 14.08.
Paham dalam filsafat yang mengatakan bahwa yang ada hanyalah materi,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Matriarkisme, diakses pada tanggal 19 September 2022,
pukul 14.12.
Sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasan,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Patriarkisme, diakses pada tanggal 19 September 2022,
pukul 14.17.
Menurut Fazlur Rahman, Al-Quran adalah jawaban Ilahi (Wahyu), melalui

pemikiran Nabi Muhammad SAW ondisi sosial dan moral masyarakat.

Menerapkan kebenaran terungkap sepanjang zaman, termasuk zaman sekarang,

perlu dijelaskan dalam bentuk gerakan ganda” turunnya Al-Qur'an22

22
Janu Arbain dkk, “Pemikiran Gender Menurut Para Ahli”, Jurnal SAWWA
Vol 11, Nomor 1, Oktober 2015
Munirul Abidin, “Paradigma Tafsir Perempuan” (Malang : UIN Maliki
Press,2011), hlm. 45.
Sejauh menyangkut situasi saat ini. Baginya, “legalitas yang wajar” adalah

tujuannya

Ketentuan-ketentuan dalam Al-Quran lebih penting daripada ketentuan-ketentuan

hukum spesifiknya.

Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa “jika terjadi pertentangan hukum wajar,

maka hukum itu harus diubah." Sebagai contoh, ketika seseorang memahami ayat

pada Surah an-Nisā‟ [4]: 34, yang menyatakan bahwa laki-laki diberikan

kelebihan atau lebih unggul dibanding perempuan. Pandangan ini menekankan

pada aspek fungsional, di mana jika perempuan dapat mencukupi kebutuhan

ekonomi dan rumah tangganya, superioritas laki-laki atas perempuan dianggap

akan berkurang.

B. Peran Gender dalam Sejarah Agama

Dalam konteks agama samawi, kehidupan perempuan dan peran mereka

dijelaskan dalam kitab Perjanjian Lama, yang dianggap sebagai kitab suci oleh

kaum Yahudi. Kitab tersebut menempatkan perempuan sebagai sumber utama

masalah, dengan menyebut Hawa sebagai penyebab pengusiran Nabi Adam dari

surga karena merayu Nabi Adam untuk memakan buah khuldi.

Ajaran Yahudi juga tidak mewajibkan orang tua meninggalkan warisan kepada

anak perempuan. Kitab Perjanjian Lama Pasal 429 menyatakan bahwa harta benda
istri adalah hak penuh suami, sedangkan istri hanya berhak atas mahar dalam

pernikahan.

Selain itu, Kitab Perjanjian Lama Pasal 433 melarang istri untuk menuntut cerai

dari suami, bahkan jika suami melakukan tindakan amoral seperti zina. Pasal 430

menyebutkan bahwa suami yang tidak mampu memberikan nafkah kepada

istrinya selama 10 tahun diwajibkan menceraikan istrinya dan menikah dengan

perempuan lain. Agama Yahudi dianggap menganggap perempuan sebagai mahluk

yang najiz.23

23
Munirul Abidin, “Paradigma Tafsir Perempuan” (Malang : UIN Maliki
Press,2011), hlm. 46-47.
Sumarlin, Studi Komperatif Pemikiran Sayyid Quthb Dan Amina Wadud
Tentang Kesetaraan mmGender dalam Al-Qur‟an (Skripsi, UIN Mataram 2021), hlm.41.
Oleh karena itu, segala sesuatu yang disentuh oleh wanita dianggap suci. Selain

itu, setiap tindakan asusila yang dilakukan oleh laki-laki dianggap dilakukan oleh

perempuan. Di sisi lain, umat Kristiani, mengikuti Perjanjian Baru, memposisikan

perempuan serupa dengan Perjanjian Lama, di mana Hawa dianggap bertanggung

jawab atas pengusiran Nabi Adam dari surga, sehingga membuat mereka

menjauhkan diri dari Tuhan. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan, seseorang harus menghindari wanita.

C. Isu Gender dalam Al-Qur'an

Ada pepatah klasik yang mengatakan, “teks selalu terbatas, sedangkan kenyataan

tidak pernah terbatas”. Pernyataan ini dirasa tepat jika diterapkan pada teks

agama. Teks-teks keagamaan mungkin terbatas karena muncul dalam waktu dan

ruang tertentu, sedangkan realitas alam, budaya, dan masyarakat bersifat dinamis.

Oleh karena itu, menggali aspek historis teks agama menjadi penting bagi umat

Islam agar tidak terkungkung pada Islam yang kontekstual. Hal ini terutama

berlaku ketika membahas teks-teks keagamaan yang berkaitan dengan gender,

sehingga memerlukan pemahaman yang luas untuk menempatkan teks-teks masa

lalu ke dalam konteks peradaban masa kini. Sejarah mencatat bahwa Al-Qur’an

tidak diturunkan secara instan melainkan melalui proses yang panjang seiring

berjalannya waktu. Ayat-ayat Alquran ada yang diturunkan sebagai respons

terhadap peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat Arab saat itu, ada pula yang

diturunkan tanpa latar belakang sosial tertentu. Artinya Al-Qur'an diturunkan


untuk menyikapi kondisi sosial di Jazirah Arab saat itu, termasuk ayat-ayat yang

menyikapi perempuan. Di antara banyak isu gender dalam Al-Qur'an adalah isu-

isu seperti poligami, warisan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Pemimpinan di dalam keluarga, penggunaan jilbab, dan sejenisnya masih

merupakan isu yang memerlukan ruang untuk dibahas.24

24
Sumarlin, Studi Komperatif Pemikiran Sayyid Quthb Dan Amina Wadud
Tentang Kesetaraan Gender dalam Al-Qur‟an (Skripsi, UIN Mataram 2021), hlm. 43
BAB III

KESETARAAN GENDER DALAM AL-QUR’AN

Dalam Argumen Kesetaraan Gender, Nasaruddin Umar menguraikan

bahwa al-Qur'an mengenali 5 variabel kesetaraan gender, termasuk poin bahwa:

A.laki-laki dan perempuan memiliki status yang sama di hadapan Allah

SWT.

Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama, yaitu untuk mengabdikan

diri hanya kepada-Nya. Hal ini tercermin dalam ayat al-Qur'an, QS. al-Zāriyāt

[51]: 56.

‫َو َم ا َخ َلْقُت ٱْلِج َّن َو ٱِإْل نَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬

Allah SWT menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar mereka beribadah

kepada-Nya, tanpa membedakan antara mereka berdasarkan jenis kelamin, status

sosial, atau warna kulit. Keistimewaan seseorang di hadapan Allah ditentukan

oleh tingkat ketakwaannya, sebagaimana dinyatakan dalam QS. al-Hujurāt [49]:

13.

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو اۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم‬

‫َخ ِبْيٌر‬

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di


antara kamu di sisi Allah SWT. adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya

Allah SWT. Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13) 25

25
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm . 247
Sebagai individu yang penuh taqwa, seseorang akan memperoleh penghargaan

dari Allah SWT karena dedikasinya sebagai hamba yang taat kepada-Nya,

sebagaimana disampaikan dalam ayat Al-Qur'an di Surah an-Nahl [16]: 97

‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬

Siapa pun yang berbuat kebajikan, baik lelaki maupun perempuan, selama mereka

beriman, pasti akan diberikan kehidupan yang baik oleh Allah, dan mereka akan

mendapatkan pahala yang lebih besar dari apa yang mereka lakukan.

b. Laki-laki dan perempuan dianggap sebagai khalifah di Bumi

Dengan tujuan utama manusia selain beribadah kepada Allah SWT,

sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-An‟am [6]: 165 dan QS. al-Baqarah [2]: 30

‫ٰۤل‬
‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َجَع َلُك ْم َخ ِٕىَف اَاْلْر ِض َو َر َفَع َبْع َض ُك ْم َفْو َق َبْع ٍض َد َر ٰج ٍت ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْۗم ِاَّن َر َّبَك َس ِرْيُع اْلِع َق اِۖب‬

165 ࣖ ‫َو ِاَّنٗه َلَغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬

“Dia lah yang menjadikanmu sebagai pengganti-pengganti di bumi, dan Dia

meninggikan beberapa dari kamu di atas yang lain untuk menguji kebaikan yang

telah diberikanNya. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat dalam memberikan

hukuman, namun Dia juga Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. (QS. al-

An‟am [6]: 165).

‫ٰۤل‬
‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِةِ اِّنْي َج اِع ٌل ِفى اَاْلْر ِض َخ ِلْيَفًةۗ َقاُلْٓو ا َاَتْج َع ُل ِفْيَها َم ْن ُّيْفِس ُد ِفْيَها َو َيْس ِفُك الِّد َم ۤا َۚء َو َنْح ُن ُنَس ِّبُح‬

30 ‫ِبَحْمِد َك َو ُنَقِّدُس َلَك ۗ َقاَل ِاِّنْٓي َاْعَلُم َم ا اَل َتْع َلُم ْو َن‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa

engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al Baqarah:

30).26

26
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 249.
68Ibid, hlm. 252
c. Pria dan wanita menerima perjanjian dasar ketika mereka akan

dilahirkan ke dunia. Sebelum lahir, keduanya mengemban tanggung jawab

dan berkomitmen dalam perjanjian awal dengan Tuhan, sebagaimana

dinyatakan dalam ayat Al-A'raf [7]: 172.

‫َو ِاْذ َاَخ َذ َر ُّبَك ِم ْۢن َبِنْٓي ٰا َد َم ِم ْن ُظُهْو ِرِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َاْش َهَد ُهْم َع ٰٓلى َاْنُفِس ِهْۚم َاَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْۗم َق اُلْو ا َبٰل ۛى َش ِهْد َناۛ َاْن َتُقْو ُل ْو ا‬

‫َيْو َم اْلِقٰي َم ِة ِاَّنا ُكَّنا َع ْن ٰهَذ ا ٰغ ِفِلْيَۙن‬

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak

cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh

mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,

“Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu)

agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami

lengah terhadap ini.” (QS. al-Isrā [17]: 70).27

27
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 253.
70Ibid hlm. 257.
Wanita yang telah mencapai usia baligh dalam norma Islam memiliki kemampuan

untuk membuat perjanjian, bersumpah, dan mengucapkan nazar, baik dengan

sesama manusia maupun dengan Tuhan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat

alMā‟idah [5]: 89.

‫اَل ُيَؤ اِخ ُذ ُك ُم ُهّٰللا ِبالَّلْغ ِو ِفْٓي َاْيَم اِنُك ْم َو ٰل ِكْن ُّيَؤ اِخ ُذ ُك ْم ِبَم ا َع َّقْد ُّتُم اَاْلْيَم اَۚن َفَك َّفاَر ُتٓٗه ِاْطَع اُم َع َش َرِة َم ٰس ِكْيَن ِم ْن َاْو َسِط َم ا‬

‫ُتْطِع ُم ْو َن َاْهِلْيُك ْم َاْو ِك ْس َو ُتُهْم َاْو َتْح ِرْيُر َر َقَبٍةۗ َفَم ْن َّلْم َيِج ْد َفِصَياُم َثٰل َثِة َاَّياٍم ۗ ٰذ ِلَك َك َّفاَر ُة َاْيَم اِنُك ْم ِاَذ ا َح َلْفُتْم ۗ َو اْح َفُظ ْٓو ا‬

‫َاْيَم اَنُك ْم ۗ َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلُك ْم ٰا ٰي ِتٖه َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak

disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-

sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah

memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu

berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan

seorang hamba sahaya. Barangsiapa tidak mampu melakukannya, maka

(kafaratnya) berpuasalah tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu

bersumpah. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-

hukum-Nya kepadamu agar kamu bersyukur (kepada-Nya) (QS. alMā‟idah [5]:

89).

Dalam konteks dunia, perempuan memiliki hak yang seharusnya sama

dengan laki-laki, sesuai dengan ayat al-Qur'an QS. al-Mumtahanah [60]: 12:

‫ٰٓيَاُّيَها الَّنِبُّي ِاَذ ا َج ۤا َء َك اْلُم ْؤ ِم ٰن ُت ُيَباِيْعَنَك َع ٰٓلى َاْن اَّل ُيْش ِر ْك َن ِباِهّٰلل َش ْئًـ ا َّو اَل َيْس ِرْقَن َو اَل َي ْز ِنْيَن َو اَل َيْقُتْلَن َاْو اَل َد ُهَّن‬

‫َو اَل َي ْأِتْيَن ِبُبْهَت اٍن َّيْفَتِر ْيَن ٗه َبْيَن َاْي ِد ْيِهَّن َو َاْر ُج ِلِهَّن َو اَل َيْع ِص ْيَنَك ِفْي َم ْع ُرْو ٍف َفَب اِيْعُهَّن َو اْس َتْغ ِفْر َلُهَّن َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا‬
12 ‫َغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬. Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang mukmin datang

kepadamu untuk mengadakan bai‘at (janji setia), bahwa mereka tidak akan

mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan

berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang

mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu

dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah

ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha

Penyayang. QS. (alMumtahanah [60]:12) 28

28
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), d, hlm. 258.
72 Ibid, hlm.259.
D.Adam dan Hawa secara aktif terlibat dalam peristiwa kosmis

yang digambarkan dalam al-Qur'an. Kisah Nabi Adam AS dan Hawa AS, mulai

dari kehidupan mereka di surga hingga pengusiran ke Bumi, diceritakan dengan

menekankan peran aktif keduanya. Al-Qur'an menggunakan kata ganti "humā"

untuk merujuk pada keduanya,sebagaimana yang ditemukan dalam beberapa ayat,

termasuk QS. al-Baqarah [2]: 35, QS. al-A‟rāf [7]: 20, QS. al-A‟rāf [7]: 22, al-

A‟rāf [7]: 23, dan QS. al-Baqarah [2]: 187.

29 ‫ُقْلَنا ٰٓيٰا َد اْس ُك ْن َاْنَت َز ْو ُجَك اْل َّنَة ُك اَل ْن ا َغًدا ْيُث ْئُت ۖا اَل َتْق ا ٰه الَّش َة َفَتُك ْو َنا َن الّٰظ‬
‫ِم‬ ‫َج َو ِم َه َر َح ِش َم َو َرَب ِذِه َجَر‬ ‫َو‬ ‫ُم‬ ‫َو‬

Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu (Adam), kemudian Kami

membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah

kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia (Iblis) tidak

termasuk kelompok yang bersujud.(QS.Al-Baqarah [2]:35)

‫َفَو ۡس َو َس َلُهَم ا الَّشۡي ٰط ُن ِلُيۡب ِدَى َلُهَم ا َم ا ٗو ِر َى َع ۡن ُهَم ا ِم ۡن َس ۡو ٰا ِتِهَم ا َو َقاَل َم ا َنٰه ٮُك َم ا َر ُّبُك َم ا َع ۡن ٰه ِذِه الَّش َج َرِة ِاۤاَّل َاۡن‬

‫َتُك ۡو َنا َم َلـَك ۡي ِن َاۡو َتُك ۡو َنا ِم َن اۡل ٰخ ِلِد ۡي َن‬

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan

aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, "Tuhanmu hanya

melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi

malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (QS.Al-A’raf [7]:

20)

29
‫َفَد ّٰل ٮُهَم ا ُغ ُر ۡو ‌ۚ َفَلَّم ا َذ اَقا الَّش َجَر َة َبَد ۡت َلُهَم ا َس ۡو ٰء ُتُهَم ا َو َطِفَقا َيۡخ ِص ٰف َع َلۡي ِهَم ا ِم ۡن َّوَر اۡل َج ـَّنِة‌ؕ َو َناٰد ٮُهَم ا َر ُّبُهَم ۤا‬
‫ِق‬ ‫ِن‬ ‫ِب ٍر‬

‫َاَلۡم َاۡن َهُك َم ا َع ۡن ِتۡل ُك َم ا الَّش َجَرِة َو َاُقْل َّلـُك َم ۤا ِاَّن الَّشۡي ٰط َن َلـُك َم ا َع ُد ٌّو ُّم ِبۡي‬

dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah)

pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya

dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang

kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah

musuh yang nyata bagi kamu berdua?" QS.Al-A’raf [7]:(22)

‫ُهّٰللا َاَّنُک ۡم ُك ۡن ُتۡم َتۡخ َت اُنۡو َن َاۡن ُفَس ُک ۡم َفَت اَب َع َلۡي ُك ۡم َو َع َف ا َع ۡن ُك ۚۡم َفاۡل ــٰٔـ َن َباِش ُر ۡو ُهَّن َو اۡب َتُغ ۡو ا َم ا َکَتَب ُهّٰللا َلـُك ۡم َو ُك ُل ۡو ا‬

‫َو اۡش َر ُبۡو ا َح ّٰت ى َيَتَبَّيَن َلـُك ُم اۡل َخ ـۡي ُط اَاۡلۡب َيُض ِم َن اۡل َخ ـۡي ِط اَاۡلۡس َوِد ِم َن اۡل َفۡج ِرؕ‌ ُثَّم َاِتُّم وا الِّص َياَم ِاَلى اَّلۡي ۚ‌ِل َو اَل‬

‫ُتَباِش ُر ۡو ُهَّن َو َاۡن ـُتۡم ٰع ِكُفۡو َن ِفى اۡل َم ٰس ِج ِؕد ِتۡل َك ُح ُدۡو ُد ِهّٰللا َفاَل َتۡق َر ُبۡو َهاؕ  َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا ٰا ٰي ِتٖه ِللَّناِس َلَع َّلُهۡم َيَّتُقۡو َن‬

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka

adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui

bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu

dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang

telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu

(perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian

sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Te-tapi jangan kamu campuri

mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka

janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya

kepada manusia, agar mereka bertakwa.(QS.Al-Baqarah [2]: 187)30

30
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001),hlm. 260
Allah SWT mengetahui bahwa kamu tidak mampu menahan dirimu, tetapi Dia

menerima tobatmu dan mengampunimu. Sekarang, bergabunglah dengan mereka

dan carilah takdir yang telah Allah tetapkan bagimu. Makan dan minumlah sampai

terang antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar, kemudian lanjutkan

puasa hingga malam. Namun, hindarilah bergaul dengan mereka saat beriktikaf di

masjid, sesuai dengan batasan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Allah

menjelaskan ayat-ayat-Nya agar manusia dapat bertakwa (Al-Baqarah [7]: 187).

Dalam al-Qur'an, terlihat bahwa kedua belah pihak bertanggung jawab atas

peristiwa kosmis, sementara al-Kitab menekankan tanggung jawab Hawa AS

semata atas semua yang terjadi.

E.Tidak ada perbedaan peluang meraih prestasi antara laki-laki dan

perempuan

sebagaimana yang jelas disebutkan dalam Al-Qur'an, termasuk dalam QS. Āli-

Imran [3]: 195, QS. An-Nisā‟ [4]: 124, QS. An-Nahl [16]: 97, dan QS. Gāfir [40]:

40.

‫َفاْس َتَج اَب َلُهْم َر ُّبُهْم َاِّنْي ٓاَل ُاِض ْيُع َع َم َل َعاِم ٍل ِّم ْنُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ۚى َبْعُض ُك ْم ِّم ْۢن َبْع ٍۚض َفاَّل ِذ ْيَن َه اَج ُرْو ا‬

‫َو ُاْخ ِر ُجْو ا ِم ْن ِدَياِرِهْم َو ُاْو ُذ ْو ا ِفْي َس ِبْيِلْي َو ٰق َتُلْو ا َو ُقِتُلْو ا ُاَلَك ِّفَر َّن َع ْنُهْم َس ِّيٰا ِتِه ْم َو ُاَلْد ِخ َلَّنُهْم َج ّٰن ٍت َتْج ِر ْي ِم ْن َتْح ِتَه ا‬

‫اَاْلْنٰه ُۚر َثَو اًبا ِّم ْن ِع ْنِد ِۗهّٰللا َو ُهّٰللا ِع ْنَدٗه ُح ْسُن الَّثَو اِب‬

Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),

“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di

antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
(keturunan) dari sebagian yang lain. Maka, orang-orang yang berhijrah, diusir dari

kampung halamannya, disakiti pada jalan-Ku, berperang, dan terbunuh, pasti akan

aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-

surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai pahala dari Allah. Di sisi

Allahlah ada pahala yang baik.”(QS.Al-imran [3]:195).

‫َو َم ۡن َّيۡع َم ۡل ِم َن الّٰص ِلٰح ِت ِم ۡن َذ َك ٍر َاۡو ُاۡن ٰث ى َو ُهَو ُم ۡؤ ِم ٌن َفُاوٰٓلِٕٮَك َيۡد ُخ ُلۡو َن اۡل َج ـَّنَة َو اَل ُيۡظ َلُم ۡو َن َنِقۡي ًرا‬

Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan

sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka

tidak dizhalimi sedikit pun.(QS.An-nisa[4]:124).

‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬

Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik

dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

mereka kerjakan.(QS.An-Nahl[16]:97).

‫ٰۤل‬
‫َم ْن َع ِمَل َس ِّيَئًة َفاَل ُيْج ٰز ٓى ِااَّل ِم ْثَلَه ۚا َو َم ْن َع ِم َل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َفُاو ِٕى َك َي ْدُخ ُلْو َن اْلَج َّن َة‬

40 ‫ُيْر َز ُقْو َن ِفْيَها ِبَغْيِر ِحَس اٍب‬

‫ٰۤل‬
‫َم ْن َع ِمَل َس ِّيَئًة َفاَل ُيْج ٰز ٓى ِااَّل ِم ْثَلَه ۚا َو َم ْن َع ِم َل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن َفُاو ِٕى َك َي ْدُخ ُلْو َن اْلَج َّن َة‬

40 ‫ُيْر َز ُقْو َن ِفْيَها ِبَغْيِر ِحَس اٍب‬. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan

dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan,

baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka
mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga.

(QS.Al-Gafir[40]:40)31

31
Nasaruddin Umar, “Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur‟an”,
Jakarta Selatan: PT. Sapdodadi, 2001), hlm. 263.
75Ibid, hlm.263-264

Anda mungkin juga menyukai