Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perempuan mempunyai peranan penting sebagai manusia yang

menghasilkan kehidupan bagi manusia lain. Dijelaskan didalam Al-Qur‟an

bahwa manusia merupakan makhluk yang mulia. Allah menciptakan

manusia dengan kemampuan akal yang membuatnya sebagai makhluk

yang menempati kedudukan tertinggi diantara makhluk lain di muka bumi.

Sehingga tidak ada yang lebih mulia antar satu dengan yang lainnya

karena dihadapan Allah manusia sama derajatnya.

Islam datang membawa prinsip keadilan, begitu pun pada hak-hak

dan kewajiban .pada manusia. Ditegaskan didalam Al-Qur‟an bahwa

antara laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab kemanusiaan

yang sama, juga hak dan kewajiban yang sama persis. Namun, kondisi

kaum perempuan di era yang sudah modern ini masih saja memprihatinkan

terutama banyaknya kekerasan yang terjadi pada perempuan, tidak hanya

pada istri yang berada dirumah namun terjadi dimana saja. Tidak hanya

perempuan dewasa saja bahkan anak-anak dibawah umur pun ikut menjadi

korban kekerasan. Sehingga semakin meyakinkan bahwa hal tersebut

1
2

terjadi oleh karena laki-laki mengganggap dirinya berkuasa atas

perempuan.1

Al-Qur‟an sebagai ajaran pokok umat Islam yang disebut sebagai

Rahmatan lil „alamin diturunkan sebagai petunjuk serta pencerahan bagi

umat manusia. Membawa perdamaian, pembebasan, termasuk persamaan

derajat antara laki-laki dan perempuan yang tercermin dari ayat-ayat

didalam Al-Qur‟an.2 Ayat-ayat Al-Qur‟an hadir membawa keadilan dan

persamaan dalam masyarakat.

Dalam sejarah Islam, beberapa ditemui diskriminasi gender dalam

kitab-kitab tafsir karya para ulama yang ditujukan untuk memberi

penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an. Al-Qur‟an tidak pernah

mendiskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dikatakan bahwa semua

manusia mempunyai derajat yang sama antara laki-laki dan perempuan

dihadapan Allah swt. Masalahnya terletak pada penerapan ajarannya. Juga

faktor-faktor seperti lingkungan budaya dan tradisi serta sikap maupun

perilaku seseorang yang memunculkan adanya ketimpangan gender

tersebut. Sudah semestinya penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an tetap

menjaga prinsip yang dibawa oleh Al-Qur‟an yakni keadilan dan juga

persamaan.

1
Musda Mulia, Indahnya Islam Menyuarakan Kesetaraan dan Keadilan Gender (
Yogyakarta: SM & Naufan Pustaka, 2014), p.78-79.
2
Lily Zakiyah Munir, Memposisikan Kodrat ( Bandung : Mizan, 1999), p.11.
3

Nasaruddin Umar dikenal sebagai seorang pakar gender dan tafsir

Al-Qur‟an, ia membahas persoalan gender ini melalui kacamata tafsir.

Melalui pendekatan hermeneutika berupaya menafsirkan ulang nash al-

Qur‟an untuk menemukan konsepsi ideal relasi kesetaraan gender.

Berusaha menyingkap persoalan-persoalan diskriminasi gender.

Membahas mengenai awal mula penciptaan laki-laki dan perempuan, dan

berupaya meninjau kembali hasil pemahaman keagamaan yang

melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan dalam masyarakat yang

selanjutnya akan dibahas secara bertahap di bab-bab selanjutnya.

Sumber konsep kesetaraan gender dalam Islam adalah hasil tafsir

peninggalan rasul Muhammad, yaitu al-Qur‟an dan Hadis. Penafsiran

klasik mengindikasikan adanya penafsiran yang bias gender. Ini terbukti

dari kazanah tafsir klasik yang ada, lebih memihak pada kaum laki-laki,

karena proses penafsiran itu sendiri dipengaruhi oleh konstruk budaya

yang patriarkhi3.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Peran Perempuan dalam Islam?

2. Bagaimana Pandangan Nasaruddin Umar tentang Asal-Usul

Penciptaan Manusia dan Kepemimpinan dalam Al-Qur‟an?

3
Siti Ruhaini Dzuhayatin, Pergulatan Pemikiran Feminis Dalam Wacana Islam dalam
Rekontruksi Metodologis Wacana Kesetaraan Gneder dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002) , p.36.
4

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Perkembangan Peran Perempuan dan

Kedudukannya Pada Masa Awal Kedatangan Islam Hingga Saat Ini.

2. Untuk Mengetahui Konsep Asal-Usul Penciptaan Manusia dan

Kepemimpinan Perempuan Menurut Nasaruddin Umar melalui

kacamata tafsir.

D. Kerangka Pemikiran

Perspektif gender dalam Al-Qur‟an mengatur hubungan laki-laki

dan perempuan namun tidak hanya sebatas itu melainkan banyak hal

seperti hubungan didalam kemasyarakatan, pola hubungan antara manusia,

alam dan sang pencipta.

Gender dan Sex sering disalahpahami dengan arti yang sama.

Padahal keduanya memiliki perbedaan, meskipun kata Gender sendiri

belum ada didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun dikalangan

pelajar dan akademisi kata-kata ini tidak asing dan lazim digunakan.

Gender sendiri merupakan kata yang digunakan untuk menentukan

perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial,budaya, psikologi dan

lainnya. Sedangkan untuk kata Sex memilliki arti jenis kelamin, jadi dapat

dikatakan sex adalah pembeda dari segi aspek biologi antara laki-laki dan

perempuan.4

4
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender (Jakarta: Paramadina, 2001), p.34.
5

Istilah Gender dalam Al-Qur‟an memang tidak yang persis sama

namun menurut nasaruddin jika yang dimaksudkan dari gender adalah

perbedaan non biologis antara laki-laki dan perempuan dapat ditemukan

istilah tersebut dalam Al-Qur‟an seperti, al-rajul/ar-rijal dan al-mar’ah/al-

nisa, al-dzakar dan al-untsa, dan masih banyak lainnya.

Dari segi biologis memang tidak dapat disangkal adanya perbedaan

antara laki-laki dan perempuan, karena Allah menciptakan segala sesuatu

dengan kodrat5,

‫اِوَّا ُك َّم َش ْي ٍء َخهَ ْق ٰىهُ بِقَ َد ٍر‬

“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan qadar.”

(Q.S.Al-Qamar: 49).

Namun Al-Qur‟an juga mengingatkan :

ِ َ‫ال و‬
‫صيْبٌ ِّم َّما‬ ِ ‫هرِّج‬
َ ِ‫ْض ۗ ن‬ ٰ
ٍ ‫ض ُك ْم َعهى بَع‬ ّ ٰ ‫ض َم‬
َ ‫ّللاُ ِب ٖه بَ ْع‬ َّ َ‫َو ََل تَتَ َمىَّ ْوا َما ف‬

ّ ٰ ‫ّللاَ ِم ْه فَضْ ِه ٖه ۗ ِا َّن‬


َ ‫ّللاَ َك‬
‫ان‬ ّ ٰ ‫َصيْبٌ ِّم َّما ا ْكتَ َسب َْه َۗوسْـَهُوا‬
ِ ‫ا ْكتَ َسب ُْوا ۗ َونِهىِّ َس ۤا ِء و‬

‫ِب ُكمِّ َش ْي ٍء َعهِ ْي ًما‬

“Janganlah kamu iri hati terhadap keistimewaan yang


dianugerahkan Allah terhadap sebahagian kamu atas sebahagian yang
lain. Laki-laki mempunyai hak atas apa yang diusahakannya dan
perempuan juga mempunyai hak atas apa yang diusahakannya.” (Q.S.
An-Nisa: 32).

5
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan..., p.29.
6

Tampak dari ayat diatas bahwa Al-Qur‟an menjelaskan setiap

orang memiliki keistimewaan masing-masing.

Sumber konsep kesetaraan gender dalam Islam adalah al-Qur‟an

dan Hadis. Kedatangan Islam memberikan pengaruh yang besar terhadap

perempuan, dimana perempuan diangkat derajatnya dan memerdekakan

kaum perempuan dari kondisi pada zaman Arab jahiliyah yang

menyedihkan.

Didalam penafsiran klasik terdapat banyak penafsiran yang bias

gender. Ini terbukti dari kazanah tafsir klasik yang ada, lebih memihak

pada kaum laki-laki, dikarenakan proses penafsiran itu sendiri dipengaruhi

oleh konstruk budaya yang patriarkhi6. Jika dipandang dari sudut pandang

modern banyak diantara literatur-literatur klasik islam tersebut yang bias

gender. Menurut Nasaruddin kita tidak dapat menyalahkan para penafsir-

penafsir klasik karena tolak ukur keadilan gender menurut mereka

mengacu kepada kultur masyarakat pada saat itu. Untuk itu perlu dibangun

sintesa antara kitab suci, literatur klasik dan sains modern.

E. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

6
Siti Ruhaini Dzuhayatin, Pergulatan Pemikiran Feminis Dalam Wacana Islam dalam
Rekontruksi Metodologis Wacana Kesetaraan Gneder dalam Islam ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002) , p.36.
7

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian Library

Research (studi kepustakaan), dan merupakan jenis penelitian kualitatif

yang menggunakan pendekatan Analisis Deskriptif yaitu untuk memberi

gambaran pemikiran Nasaruddin Umar terhadap Kesetaraan Gender, dan

metode Induktif yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari penelitian

ini. Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan maka yang

dijadikan objek kajian ialah hasil karya tulis yang merupakan hasil

pemikiran-pemikiran tokoh yang berupa buku-buku dan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer dan

sekunder. Sumber data primer ialah karya-karya dari Nasaruddin Umar

yang menguraikan tentang pandangan Nasaruddin Umar terhadap Gender

seperti : Argumen Kesetaraan Gender. Untuk data sekunder penulis

mengutip dari buku-buku, internet, dan karya ilmiah tokoh lain yang

berkaitan dengan pembahasan tentang Gender ataupun pemikiran dari

Nasaruddin Umar.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diambil dari berbagai sumber. Sumber

tertulis yang diterbitkan di antaranya berupa buku-buku rujukan, bahan-

bahan dokumentasi, jurnal, majalah ilmiah dan sebagainya. Adapun


8

sumber tertulis yang tidak diterbitkan diantaranya skripsi, tesis, makalah,

dan sebagainya.7

d. Analisa Data

Analis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan

instrumen analisis Deskriptif. Deskripsi merupakan analisis dengan cara

memaparkan konsep kesetaraan gender Nasaruddin Umar secara

mendetail. Hal ini meliputi poin-poin yang menjadi ide pokok pemikiran

Nasaruddin Umar.

e. Sistematika Penulisan

Diperlukan sistematika penulisan untuk memudahkan pemahaman

dalam penelitian ini. Penulis menyusun sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I : bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : bab ini berisi tentang definisi gender, gender dalam

perspektif para tokoh muslim, dan prinsip-prinsip islam tentang gender

dalam Al-Qur‟an.

7
M.Alfatih Suryadilaga, et al., “Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi”, Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam (UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013), pp.22-24.
9

BAB III : bab ini berisi tentang Biografi Nasaruddin Umar yang

meliputi Riwayat hidup, Riwayat pendidikan, Riwayat Pekerjaan dan

Karya-karya Nasaruddin Umar. Serta Kepemimpinan dalam perspektif Al-

Qur‟an

BAB IV : bab ini berisi tentang ciri khas pemikiran mengenai

kesetaraan gender dalam pemahaman tokoh yang membahas perlu adanya

rekonstruksi tafsir dari banyaknya pemahaman atau penafsiran yang bias

gender, yang mana penafsiran-penafsiran tersebut terkesan berupaya

mendiskreditkan perempuan secara jelas atas nama agama.

BAB V : bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran dari

penulis.

Anda mungkin juga menyukai