Anda di halaman 1dari 13

ISU GENDER TERKAIT PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

DALAM AL-QUR’AN
Gender Issues Related to The Process of Human Creation in The
Qur’an
‫قضااي النوع االجتماعي المتعلقة بعملية خلق االإنسان في القرآن‬

Ahmad Nurkholis, Achmad Rizqi Reza Mus


Institut PTIQ Jakarta
ahmadnurkholis172@gmail.com
Institut PTIQ Jakarta
riyadhusshalihin97@gmail.com

Abstrak
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang memuat banyak kandungan
didalamnya. Baik itu kisah, hukum, janji, ancaman, sains dan yang lainnya. Dengan
banyaknya aspek yang terkandung didalamnya, membuat al-Qur’an menjadi
sorotan bagi umat manusia, baik yang beragama Islam maupun lainnya. Untuk
memahami hal-hal yang termuat dalam kitab suci al-Qur’an, maka diperlukan bagi
seseorang untuk menguasai Ilmu Tafsir dan cabang-cabang keilmuan lainnya yang
dibutuhkan dalam menafsirkan ayat-ayat suci al-Qur’an. Para Ulama dari zaman ke
zaman selalu meneliti dan mengamati apa saja yang terkandung didalam al-Qur’an.
Sehingga para Ulama memiliki banyak sisi pandang dalam menafsirkan ayat-ayat
suci al-Qur’an yang kemudian melahirkan banyaknya metode tafsir al-Qur’an.
Diantara metode tafsir yang dihasilkan oleh para Ulama adalah metode tafsir sains
dan bahasa. Kedua metode penafsiran ini sangat dibutuhkan dalam memahami isu
mengenai gender terkait dengan proses penciptaan manusia dalam al-Qur’an.
Karena banyak isu mengenai gender dalam hal ini, maka para Ulama dan
cendikiawan Muslim banyak membahas hal ini, baik berbentuk makalah, jurnal,
buku, dan lainnya. Tentunya hal itu bertujuan untuk sama-sama memahami pesan
Allah yang tersimpan didalam ayat-ayat suci al-Qur’an. Sehingga Umat Muslim yang
lainnya dapat dengan mudah mengetahui hal tersebut. Juga untuk menyebarkan
suatu pesan penting bahwa antara laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki
hak yang wajib terpenuhi, sesuai dengan jatahnya masing-masing.

Kata Kunci: Gender, penciptaan, manusia

Abstract
Al-Qur'an is the holy book of Muslims which contains many contents in it. Be it stories,
laws, promises, threats, science and others. With the many aspects contained in it,
making the Qur'an a spotlight for mankind, both Muslims and others. To understand
the things contained in the holy book al-Qur'an, it is necessary for someone to master

1
the Science of Tafsir and other scientific branches needed in interpreting the holy
verses of the Qur'an. The scholars from time to time always research and observe what
is contained in the Qur'an. So that the scholars have many points of view in
interpreting the holy verses of the Qur'an which then gave birth to many methods of
interpreting the Qur'an. Among the methods of interpretation produced by the Ulama
are the methods of interpreting science and language. These two methods of
interpretation are very much needed in understanding the issue of gender related to
the process of human creation in the Qur'an. Because there are many issues regarding
gender in this regard, Muslim scholars and scholars discuss this a lot, in the form of
papers, journals, books, and others. Of course it aims to both understand God's
message which is stored in the holy verses of the Qur'an. So that other Muslims can
easily find out about it. Also to spread an important message that both men and
women have rights that must be fulfilled, according to their respective quotas.

Keywords: Gender, creation, human

‫الملخص‬
.‫ سواء كانت قصص وقوانين ووعود وتهديدات وعلوم وغيرها‬.‫القرآن هو كتاب المسلمين المقدس وفيه محتوايت كثيرة‬
‫ لفهم ا ألش واياء الواردة في كتاب القرآن‬.‫ جعل القرآن بؤرة الضوووء للبش ورية مسوولمين وغيرهم‬،‫بما يحتويه من نواح كثيرة‬
‫ يقوم‬.‫ من الضورور أآن يتقن الشخص علم التفسير والفروع العلمية ا ألخرى الالزمة لتفسير آايت القرآن الكريم‬،‫الكريم‬
‫ حتى يكون للعلماء وجهات نظر كثيرة في تفسووووير‬.‫العلماء من وقت لخر دائ ًما ابلبحث ومراقبة ما يحتويه القرآن‬
‫ من بين طرق التفسير التي أآنتجها العلماء طرق‬.‫الايت القرآنية التي ولدت بعد ذلك أآسوالي عديدة في تفسوير القرآن‬
‫ هناك حاجة ماسوووة اإلى هاتين الطريقتين في التفسوووير لفهم قضوووية الجندر المرتبطة بعملية خلق‬.‫تفسوووير العلم واللغة‬
‫ يناقش العلماء والعلماء المسوولمون‬،‫نظرا لوجود العديد من القضووااي المتعلقة ابلنوع في هذا الصوودد‬
ً .‫االإنسووان في القرآن‬
‫ ابلطبع يهدف اإلى فهم رسوووالة الله المخزنة في الايت‬.‫ في شوووكل أآوراق ومجالت وكت وغيرها‬،‫كثيرا‬ ً ‫هذا ا ألمر‬
‫ أآ ًيضوا لنشوور رسوالة مهمة مفادها أآن لكل من الرجال‬.‫ حتى يتمكن المسولمون الخرون من معرفة ذلك بسووهولة‬.‫القرآنية‬
.‫ وفقًا لحصص كل منهم‬،‫والنساء حقوقًا يج الوفاء بها‬
‫ الجنس والخلق واالإنسان‬:‫الكلمت الدالة‬
Pendahuluan
Isu gender sampai saat ini selalu menjadi topik yang menarik untuk
dibahas, hal ini disebabkan masyarakat kita terutama kaum feminis semakin
paham bahwa isu gender menjadi polemik yang dirasa masih sangat hangat
untuk terus diperbincangkan. Perempuan dianggap hanya sebagai makhluk
kedua setelah laki-laki, perempuan dibatasi ruang geraknya dalam tatanan
sosial, budaya, atau adat. Makna istilah kesetaraan dalam kajian isu gender
lebih sering digunakan dan disukai, karena makna kesetaraan laki-laki dan
perempuan lebih menunjukkan pada pembagian tugas yang seimbang dan
antara laki-laki dan perempuan. Untuk lebih memberikan pemahaman akan

2
makna kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, yang dalam hal ini sering
juga disebut dengan istilah kesetaraan gender, maka menurut Rianingsih
Djohani (1996:7) bahwa yang dimaksud gender adalah : “pembagian peran,
kedudukan dalam tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas
menurut norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau masyarakat”.1
Dari sisi lain Allah SWT tidak pernah membedakan laki-laki dan
perempuan dalam bentuk peribadahan semua sama bagi Allah, yang
membedakan hanyalah unsur ketakwaan. Baik laki-laki maupun perempuan
keduanya mempunyai potensi yang sama untuk mengerjakan amal kebaikan,
berperan dalam kegiatan sosial kemasyakatan, dan akan dimintai
pertanggungjawaban kelak diakhirat. Kaum feminis yang terus mengkaji isu
gender ini dan giat melakukan penelitian terkait isu gender ini dari awal abad
ke-20 terutama pada awal 1990-an sehingga penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an
terkait genderpun terasa lebih kental. Terdapat beberapa tokoh yang
menjadikan kajian gender sebagai bagian dari pembahasan utama yang
menarik dalam diskursus tafsir al-Qur’an. Diantara para tokoh akademik
feminis kontemporer yang membicarakan perihal gender ialah, Nasr Hamis
Abu Zayd, Nasaruddin Umar, Asma Barlas, Husein Muhammad, Fatimah
Mernisi, Amina Wadud, Asghar Ali Engineer dan tokoh feminis lainnya.2
Metode Penelitian
Jenis Penelitian dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) yakni pengumpulan data dengan cara
membaca dan menelaah buku serta literatur lainnya yang berkaitan dengan
tema. Penelitian kepustakaan ialah penelitian yang semua datanya berasal
dari bahan-bahan tertulis berupa buku, naskah, dokumen, foto, dan lain-lain.
Penelitian jenis ini lebih banyak menyangkut hal-hal yang bersifat teoritis,
konseptual, ataupun gagasan-gagasan, ide-ide, yang termuat dalam bahan-
bahan tertulis seperti buku, naskah, dokumen, foto, dan sebagainya.3
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua: yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah bersumber dari Tafsir Ilmi yang disusun atas kerja sama
Lajnah Petashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang & Diklat Kementrian
Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Buku
Argumen Kesetraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Prof. Dr. Nasaruddin Umar.

1
Nan Rahminawati, “Isu Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan (Bias Gender)”, dalam
Jurnal Mimbar, Vol. 2 No. 3 Thn. 2001, hal. 274.
2
Nuril Fajri, “Asma Barlas dan Gender Perspektif Dalam Pembacaan Ulang QS. An-
Nisa/4:34”, dalam Jurnal Aqlam, Vol. 3, No. 02, Tahun 2012, hal. 266.
3
Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2019, hal. 28.

3
Pembahasan
Asal Muasal Penciptaan Manusia
Pada abad ke-19, dunia ilmu pengetahuan digoncang oleh temuan baru
yang kontroversial, yaitu teori evolusi. Teori ini mengemukakan bahwa jenis
manusia ada di muka bumi melalui suatu proses panjang evolusi. Seperti
teorinya, pencetus teori menjadi bahan perdebatan para ilmuwan. Hingga
tahun 2008, hanya satu nama yang diakui sebagai pencetus teori evolusi,
yaitu Charles Robert Darwin (1809-1882). Menurut teori evolusi, keberadaan
manusia di bumi tidak begitu saja muncul. Dinyatakan dalam teori ini, waktu
yang diperlukan untuk proses evolusi, yang salah satunya berujung pada
terbentuknya manusia, memerlukan waktu jutaan tahun.4
Teori ini tentu bertolak belakang dengan penjelasan Allah dalam al-
Qur’an, sebab ayat-ayat dalam al-Qur’an mengindikasikan adanya peranan
air dalam penciptaan makhluk, diantaranya adalah:

‫الس َم َاو ِات َو ْ َال ْر َض َكان َ َتا َرتْقًا فَ َف َت ْقنَاه َما ۖ َو َج َعلْ َنا ِم َن الْ َما ِء ك َّل شَ ْيء َحي ۖ َآفَ َال ي ْؤ ِمن ْو َن‬
َّ ‫َآ َول َ ْم يَ َر ال َّ ِذ ْي َن َك َفر ْوا َآ َّن‬
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. al-Anbiya’/21: 30)

‫َواللَّه َخلَ َق ك َّل دَابَّة ِم ْن َماء ۖ فَ ِم ْنه ْم َم ْن ي َ ْم ِش ْي عَل َ ٰى ب َ ْط ِن ِه َو ِم ْنه ْم َم ْن ي َ ْم ِش ْي عَل َ ٰى ِر ْجلَي ِْن َو ِم ْنه ْم َم ْن ي َ ْم ِش ْي عَل َ ٰى َآ ْربَع يَخْلق‬
‫اللَّه َما يَشَ اء ا َّن الل َّ َه عَل َ ٰى ك ِل شَ ْيء قَ ِد ْير‬
ِ
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan
dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (QS. al-Nur/24: 45)

‫َوه َو ال َّ ِذ ْ َخل َ َق ِم َن الْ َما ِء بَشَ ًرا فَ َج َعلَه ن َ َسا ًبا َو ِصه ًْرا ۗ َو َك َان َرب ُّ َك قَ ِد ْي ًرا‬
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia
itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
(QS. al-Furqan/25: 54)
Bila diamati, ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan manusia dan
makhluk hidup lainnya memperlihatkan adanya mukjizat yang salah satunya
adalah penciptaan makhluk hidup dari air. Manusia baru memahami
informasi yang diberikan Al-Qur’an ini beratus tahun kemudian, saat
mikroskop dan serangkaian alat canggih lain yang membantu proses
penelitian ditemukan. Air adalah segalanya. Sebagai contoh, protoplasma
yang itu merupakan materi fluida yang mengisi bagian dalam sel, adalah

Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2016,
4

hal. 10.

4
substansi dasar dari semua makhluk untuk dapat hidup. Sebanyak 80% dari
protoplasma adalah air, dan berfungsinya protoplasma itu sebagai penunjang
kehidupan sangat tergantung pada adanya air.
Air adalah komponen utama supaya makhluk dapat melanjutkan
kehidupannya. Sebanyak 50-90% berat makhluk hidup disumbangkan oleh
air. Semua makhluk hidup memerlukan air untuk dapat bertahan hidup.
Seorang peneliti bernama Jan Baptista van Helmont pada tahun 1640-an
menemukan bahwa kandungan air di dalam tanah adalah elemen terpenting
bagi kehidupan tumbuhan. Berikutnya ditemukan juga bahwa kehidupan
binatang juga sangat bergantung pada ketersediaan air. Pada kasus binatang
yang hidup di daerah kering, mereka mengembangkan sebuah mekanisme
yang dapat melindungi proses metabolismenya dari kehilangan air atau
dehidrasi. Proses metabolismenya bekerja sedemikian rupa sehingga mereka
memperoleh keuntungan maksimum dari penggunaan air. Apabila air hilang
dari tubuh binatang, apapun alasannya, kematian akan datang dalam jangka
beberapa hari saja.5
Tahapan Penciptaan Manusia
Bila kita perhatikan awal mula penciptaan manusia adalah proses yang
sangat luar biasa, tubuh manusia bagaikan mesin yang sangat kompleks
bekerja tanpa henti dan sesuai dengan kadarnya. Tubuh manusia adalah
suatu sistem yang rumit dan dipenuhi dengan hal-hal yang menakjubkan
mulai dari anatomi, aktivitas tolong otot, pembuluh darah, dan kinerja
organ-organ tubuh lain bekerja dengan struktur yang saling
berkesinambungan. Semua organ tersebut terbentuk dari bagian terkecil
yang sama yaitu sebuah “sel” . Ternyata sel-sel tubuh kita yang jumlahnya
mencapai 1/1000 mm2 (seperseribu milimeter kubik), dari kumpulan sel
tersebut membentuk tulang, syaraf, hati, lambung, kulit, lapisan mata, dll.
Masing-masing sel memiliki sifat dan karakter khusus yang penting,
baik dalam ukuran, bentuk, maupun jumlahnya. Ratusan sel yang
berkembang berasal hanya dari satu sel saja, sel ini lalu memiliki sifat dan
karakter sama dengan sel-sel tubuh kita yang lainnya, ini merupakan hasil
peleburan antara sel telur ibu dan sel sperma ayah.6 Allah SWT berfirman :
“Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari
berbangkit)? Maka terangkanlah kepada (Kami) tentang (air mani) yang kamu
pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah sebagai
penciptanya? (QS. al- Waqi’ah/56: 57-59).
Keajaiban pada proses bertemunya sel sperma dan sel telur serta proses
berkembangnya embrio di dalam rahim menunjukan bahwa besarnya kuasa

5
Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi, hal. 12.
6
Harun Yahya, Keajaiban Penciptaan Manusia, Jakarta: Global Media Cipta Publishing,
2003, hal. 8.

5
Allah terhadap setiap makhluk yang Ia ciptakan, teknologi yang modern baru
mengungkap kebenaran Al-Qur’an sebagai Allah berfiman :“Dia menjadikan
kamu dalam perut Ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang
berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu yang mempunyai kerajaan.
Tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan”. (QS. al-Zumar/39: 6)
Pada waktu lampau orang-orang meyakini bahwa yang menentukan
jenis kelamin adalah sel dari Ibu, namun Al-Qur’an telah memberikan
informasi bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan ditentukan oleh
mani yang dipancarkan ke rahim. Allah SWT berfirman : “Dan bahwasanya
Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani
apabila dipancarkan”(QS. al-Najm/53: 45). Jenis kelamin anak tergantung
pada jenis sperma yang membuahi sel telur informasi ini tidak diketahui
kecuali setelah ilmu embriologi7 mengalami kemajuan pada abad modern
(abad 20).8
Allah SWT dengan kemahakuasaan-Nya telah membekali setiap
makhluk yang telah Ia ciptakan dengan kemampuan atau potensi untuk
berkembang setelah masa kelahirannya, contohnya adalah naluri pada
hewan, dengan naluri yang ia miliki maka proses perkembangannya bisa
berjalan dengan cepat sehingga menemukan bagaimana caranya menyusu,
cara berlindung pada induknya, cara makan, dll. Manusia diciptakan Allah
dari sari pati tanah yang menghasilkan, apa maksud dari sari pati tanah ?
maksudnya adalah kejadian manusia itu berasal dari sari pati tanah yang
menghasilkan berbagai jenis makanan lalu kemudian dikonsumsi oleh
manusia. Hal ini tergambar jelas dalam QS. al-Mu’minun/23: 12-14 Allah SWT
berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripatu itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik”.
Allah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan mengenai permulaan
penciptaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah, yaitu Adam. Allah
Ta'ala telah menciptakannya dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.9 Perihal mengenai penciptaan Nabi Adam AS dan
istrinya Hawa telah Allah gambarkan dengan jelas pada QS. al-Nisa/4: 1, yang
7
Embriologi adalah ilmu dari cabang biologi yang mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan tingkat awal individu dalam lingkaran perkembangannya yang dimulai dari
sel telur tunggal yang telah dibuahi ke arah susunan yang jauh lebih kompleks dan kearah
kehidupan bebas seperti induknya.
8
Harun Yahya, Keajaiban Penciptaan Manusia, hal. 68.
9
Abdul Ghoffar, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2005, hal. 574.

6
artinya: “Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari satu esensi, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”.
Jika ditelaah lagi terdepat banyak versi dari tanah yang Allah gunakan
untuk menciptakan Adam as. Ada yang mengatakan menggunakan tanah
tembikar, ada yang mengatakan tanah liat, ada yang mengatakan tanah
gembur. Manakah tanah Allah gunakan untuk menciptakan Adam as? Semua
yang dijelaskan oleh ayat-ayat itu merupakan tahapan-tahapan yang dilalui
selama proses penciptaan Adam. Menurut Shehab badan dasar proses awal
penciptaan Adam adalah dari tanah, berlandaskan pada hadits Rasulullah
Saw: “Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah dari semua jenis tanah.
Anak cucu Adam sendiri diciptakan sesuai dengan kadar tanah yang menjadi
bahan penciptaannya”. (HR. Abu Daud, al-Tirmidzi dan Ahmad).
Maksud dari hadits ini bahwa karakter manusia yang bermacam-
macam sesuai dengan asal sifat bumi yang menjadi bahan dasarnya. Anak
cucu Adam sendiri diciptakan sesuai dari kadar tanah yang menjadi bahan
penciptaannya.10 Karakter anak cucu Adam mencerminkan sifat tanah sesuai
dengan genggaman Allah, begitu pula apabila kita lihat dari segi warna kulit
manusia ada yang bekulit putih, ada yang berkulit hitam, merah, sawo
matang, dan lain-lain sesuai derajat warna bumi. Maka dari itu kenapa kita
dinamakan anak keturunan Adam (bani Adam) yang artinya keturunan anak
cucu adam orang yang berasal dari tanah liat.

Tahapan didalam rahim hingga lahir


Salah satu tanda kekuasaan Allah adalah ketika kita mengamati
bagaimana proses awal bermula ketika sang Ibu sedang hamil, dari perut
berukuran normal lalu sedikit demi sedikit membesar sampai masa sembilan
bulan.

10
Abas Asyafah, Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensinya, Bandung: Alfabeta,
2009, hal. 15.

7
Dari surah al-Mu’minun yang sudah dipaparkan di atas proses manusia
dalam rahim diurutkan menjadi beberapa tahapan proses hingga menjelma
menjadi manusia yang utuh, yaitu :
 Segumpal darah
 Segumpal daging
 Tulang-belulang
 Penutupan tulang dengan daging
Masa pertumbuhan janin begitu cepat, pada akhir minggu ketujuh
sampai menjadi bayi yang sempurna, panjang janin bisa mencapai sekitar 2-
3 cm dengan berat sekitar 5 gram. Ketika lahir janin tesebut tumbuh dengan
panjang sekitar 50 cm dengan berat sekitar 3 kg (pertumbuhan normal).
Awalnya panjang kepala janin sekitar setengah dari panjang tubuhnya, kedua
mata saling berjauhan pada sisi kepalanya, letak telinga, hidung, dan mulut,
serta semua organ saling berkesinambungan. Berlanjut pada masa persalinan
dimana hal ini adalah saat yang menegangkan bagi sang Ibu.
Proses persalinan terjadi pemisahan hormon yang menyebabkan
sehingga muncul reaksi terhadap tempat keluar janin. Janin dalam
kandungan dapat keluar karena terdapat sebuah kantung yang penuh dengan
air (ketuban), kantung tersebut akan pecah dengan tujuan agar air
mendorong janin keluar, saat akan keluar janin dengan gerekan elastis
melakuka gerakan secara beruang-ulang dengan begitu proses alamiah
terjadi dengan sempurna dengan kekuasaan Allah janin dapat keluar dari
rahim yang sempit menuju tempat yang luas (terlahir ke dunia).11

Makhluk Diciptakan Berpasangan


Dalam kehidupan dunia ini, dapat dilihat bahwa segala jenis makhluk
hidup diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan atau
jantan dan betina. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:

‫َو ِم ْن ك ِل شَ ْيء َخل َ ْقنَا َز ْو َجي ِْن ل َ َعلَّك ْم ت ََذكَّر ْو َن‬


Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah. (QS. al-Dzariyat/51: 49)

Pada kata “berpasang-pasangan” dalam ayat diatas bersifat umum.


Artinya Allah menciptakan segala sesuatu terdiri dari 2 sifat dan 2 jenis yang
berbeda, seperti langit dan bumi, matahari dan bulan, malam dan siang,
daratan dan lautan, dataran dan pegunungan, musim dingin dan musim
panas, jin dan manusia, laki-laki dan perempuan, terang dan gelap, iman dan
kafir, bahagia dan sengsara, haq dan bathil, manis dan pahit. Semua ini Allah

11
Abas Asyafah, Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensinya, Bandung: Alfabeta,
2009, hal. 32-35

8
ciptakan supaya manusia mengetahui bahwa yang menciptakan semua hal
berpasangan adalah Dzat yang satu.12
Manusia juga diciptakan berpasangan yang mana dari adanya pasangan
itu, manusia bisa melestarikan keturunannya lewat proses pernikahan.
Banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan mengenai hal ini,
diantaranya:

ْ ‫َاي َآيُّهَا النَّاس ات َّق ْوا َ برَّكم ال َّ ِذ ْ َخلَقَك ْم ِم ْن ن َ ْفس َوا ِحدَ ة َو َخل َ َق ِمنْهَا َز ْو َجهَا َوب َ َّث ِمنْه َما ِر َج ًاال َك ِثيْ ًرا َو ِن َس ًاء َوات َّقوا الل َّ َه ال َّ ِذ‬
‫ت َ َس َاءل ْو َن ِب ِه َو ْ َال ْر َحا َم ا َّن الل َّ َه َك َان عَل َ ْيك ْم َرِق ْي ًبا‬
ِ
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. al-Nisa/4: 1)

‫ه َو ال َّ ِذ ْ َخلَقَك ْم ِم ْن ن َ ْفس َوا ِحدَ ة َو َج َع َل ِمنْهَا َز ْو َجهَا ِلي َ ْسوووووك َن ال َ ْيهَا ۖ فَل َ َّما تَغ ََّشووووواهَا َح َمل َ ْت َح ْم ًال َخ ِف ْي ًفا فَ َم َّر ْت ِب ِه ۖ فَل َ َّما‬
ِ
‫َآثْقَل َ ْت َد َع َوا الل َّ َه َربَّه َما ل َ ِئ ْن آت َ ْيتَنَا َصا ِل ًحا لَنَك ْونَ َّن ِم َن الشَّ ا ِك ِريْ َن‬
Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,
keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata:
“Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami
termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. al-A’raf/7: 189)

Menurut mayoritas Ulama, yang dimaksud pada kalimat nafs wahidah


(diri yang satu) adalah Nabi Adam. Dimaknai demikian menjadikan para
Ulama menetapkan bahwa Nabi Adam itulah bapak manusia.13 Adapun
pasangannya yakni Hawa, disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa
ia diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam yang sebelah kiri pada saat ia
tidur. Maka ketika Nabi Adam bangun dan melihatnya, ia pun terkjut lalu
muncullah rasa suka diantara mereka berdua.14
Dalam tafsir al-Durr al-Mantsur, al-Suyuthi meriwayatkan perkataan
dari Ibnu Abbas bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki, sehingga
dibuatlah kebutuhannya pada laki-laki. Maka jagalah perempuan-

Husayn al-Baghawi, Ma’alim al-Tanzil, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002, hal. 1235.
12

Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir An-Nuur, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
13

2000, j. 1, hal. 776.


14
Ismail ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2000, hal. 439.

9
perempuan kalian. Sedangkan laki-laki diciptakan dari tanah, sehingga
dibuatlah kebutuhannya pada tanah (bekerja).15 Dalam tafsirnya, HAMKA
mengingatkan sebuah pesan dari Nabi Saw agar perempuan diperlakukan
dengan baik, karena ia diciptakan dari tulang rusuk, yang mana jika tidak
hati-hati memperlakukannya, terlampau keras akan patah dan jika dibiarkan
saja akan tetap bengkok.16 Dari berbagai pemaparan para Ulama, maka
jelaslah bahwasanya laki-laki harus berbuat baik kepada perempuan, dan
inilah pesan Nabi Muhammad Saw.

Status Laki-laki dan Perempuan di Bumi


Perlu dingat-ingat kembali bahwa salah satu tujuan diciptakannya
manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan menyembah Allah saja.
Sebagaimana yang tertera dalam surat al-Dzariyat/51: 56:

‫َو َما َخلَ ْقت الْجِ َّن َو ْاالن ْ َس ا َّال ِل َي ْعبد ْو ِن‬
ِ ِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

Ayat ini menunjukkan secara umum bahwa seluruh manusia, baik laki-
laki ataupun perempuan sama-sama berstatus hamba di sisi Allah SWT. Oleh
karena mereka adalah hamba, maka mereka sama-sama punya peluang
menjadi hamba yang ideal. Dalam al-Qur’an hamba yang ideal diistilahkan
dengan muttaqun (orang-orang yang bertakwa) dan mencapai derajat
muttaqun ini, tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa
atau kelompok etnis tertentu. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-
Qur’an, surat al-Hujurat/49: 13:

‫َاي َآيُّهَا النَّاس اَّنَّ َخل َ ْقنَاك ْم ِم ْن َذ َكر َو ُآنْث َٰى َو َج َعلْنَاك ْم شع ًواب َوقَ َبائِ َل ِل َت َع َارفوا ا َّن َآ ْك َر َمك ْم ِع ْندَ الل َّ ِه َآتْقَاك ْم ا َّن الل َّ َه عَ ِليم َخبِير‬
ِ ِ ِ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Memang didalam al-Qur’an, laki-laki memiliki beberapa kekhususan


yang berbeda dari perempuan. Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa
kekhususan-kekhususan yang diperuntukkan kepada laki-laki, seperti
seorang suami setingkat lebih tinggi diatas istri (QS. al-Baqarah/2: 228), laki-
laki pelindung bagi perempuan (QS. al-Nisa’/4: 34), memperoleh bagian
warisan lebih banyak (QS. al-Nisa’/4: 11), menjadi saksi yang efektif (QS. al-

Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, Kairo: Markaz li al-
15

Buhuts wa al-Dirasat al-‘Arabiyyah wa al-Islamiyah, 2003, hal. 209.


16
HAMKA, Tafsir al-Azhar, Singapura: Pustaka Nasional, t.th., j. 2, hal. 1053.

10
Baqarah/2: 282) dan diperkenankan berpoligami bagi mereka yang
memenuhi syarat (QS. al-Nisa’/4: 3), tetapi ini semua tidak menyebabkan
laki-laki menjadi hamba utama. Kelebihan-kelebihan tersebut diberikan
kepada laki-laki dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang
memiliki peran publik dan sosial lebih ketika ayat-ayat al-Qur’an
diturunkan.17
Dalam kapasitan sebagai hamba, laki-laki maupun perempuan sama-
sama akan mendapatkan pengharagaan dari Allah sesuai dengan kadar amal
shaleh yang diperbuat. Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam surat
al-Nahl/16: 97 :

‫َم ْن َع ِم َل َصا ِل ًحا ِم ْن َذ َكر َآ ْو ُآنْث َٰى َوه َو م ْؤ ِمن فَلَن ْح ِييَنَّه َحيَا ًة َط ِي َب ًة ۖ َولَنَ ْج ِزيَنَّه ْم َآ ْج َره ْم ِبأَ ْح َس ِن َما َكان ْوا ي َ ْع َمل ْو َن‬
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.

Tujuan lain diciptakannya manusia di muka bumi ini, selain menjadi


hamba yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT, juga sebagai khalifah di
bumi. Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi ditegaskan oleh Allah
dalam QS. al-An’am/6: 165:

‫َوه َو ال َّ ِذ ْ َج َعلَك ْم خ ََالئِ َف ْ َال ْر ِض َو َرفَ َع ب َ ْع َضووووك ْم فَ ْو َق ب َ ْعَ د ََر َجات ِل َي ْبل َوك ْم ِف ْي َما آَتَ ك ْم ۗ ا َّن َرب َّ َك َسوووو ِريْع الْ ِعقَ ِاب َوان َّه‬
ِ ِ
‫لَغَف ْور َر ِح ْيم‬
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.

Makna yang serupa juga disebutkan dalam ayat lain, tepatnya dalam
surat al-Baqarah/2: 30:

َ ‫َوا ْذ قَا َل َرب ُّ َك ِللْ َم َالئِ َك ِة ِا ِن ْي َجا ِعل ِفي ْ َال ْر ِض َخ ِل ْي َف ًة ۖ قَال ْوا َآت َ ْج َعل ِف ْيهَا َم ْن ي ْف ِسوووود ِف ْيهَا َوي َْسوووو ِفك ِالد َم َاء َون َ ْحن ن‬
‫سووووا ِب‬
‫ِب ِ َح ْم ِدكَ َونقَ ِدس ل َ َك ۖ قَا َل ا ِن ْي َآعْلَم َما َال ت َ ْعلَم ْو َن‬
ِ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta:


17

Paramadina, 2001, hal. 249.

11
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.

Dari kedua ayat diatas secara jelas menerangkan tujuan penciptaan


manusia serta posisi nya di muka bumi, yakni menjadi Khalifah fi al-Ardh.
Nasaruddin Umar menerangkan bahwa kata khalifah dalam kedua ayat diatas
tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis
tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai
khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya
di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggungjawab sebagai
hamba Tuhan.18

Kesimpulan
Allah telah menciptakan seluruh makhluk dengan kondisi berpasang-
pasangan. Makhluk yang Allah ciptakan dengan bentuk yang paling
sempurna adalah manusia. Untuk melestarikan generasi manusia, maka
Allah membuatnya terus berkembangbiak dengan diadakannya proses
pembuahan antara laki-laki dan perempuan. Di sisi lain Allah menciptakan
manusia bertujuan agar mereka menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya
dan menjadi khalifah di muka bumi. Peran ini disematkan kepada seluruh
manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka memiliki kesempatan
yang sama untuk meraih posisi hamba yang ideal di sisi Allah, dan yang dapat
mewujudkannya hanyalah mereka yang bertakwa kepada Allah SWT.

18
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hal. 253.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Baghawi, Husayn, Ma’alim al-Tanzil, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002.

Al-Suyuthi, Jalal al-Din, al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur, Kairo:


Markaz li al-Buhuts wa al-Dirasat al-‘Arabiyyah wa al-Islamiyah, 2003.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Tafsir An-Nuur, Semarang: PT. Pustaka


Rizki Putra, 2000.

Asyafah, Abas, Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensinya, Bandung:


Alfabeta, 2009.

Baidan, Nashruddin dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.

Fajri, Nuril, “Asma Barlas dan Gender Perspektif Dalam Pembacaan Ulang QS.
An-Nisa/4:34”, dalam Jurnal Aqlam, Vol. 3 No. 02 Tahun 2012.

Ghoffar, Abdul, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2005.

HAMKA, Tafsir al-Azhar, Singapura: Pustaka Nasional, t.th.

Ibn Katsir, Ismail, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Beirut: Dar Ibn Hazm, 2000.

Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-
Qur’an, 2016.

Rahminawati, Nan, “Isu Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan (Bias Gender)”,


dalam Jurnal Mimbar, Vol. 2, No. 3, Thn. 2001.

Umar, Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta:


Paramadina, 2001.

Yahya, Harun, Keajaiban Penciptaan Manusia, Jakarta: Global Media Cipta


Publishing, 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai