memberikan jawaban bagi permasalahan yang terjadi di tengah- tengah masyarakat. Seiring dengan berkembangnya masa dan juga pemikiran manusia yang terus berkembang sering kali akal menjadi tuhan ketika mereka belum menemukan solusi di dalam Al-Quran. Para ulama terdahulu berusaha untuk memberikan pemahaman agar kitab suci selalu menjadi tameng agar umat mau menggunakan akal sesuai dengan tuntunan Al- Quran. Bisa dilihat bagaimana ulama-ulama yang menelurkan kitab tafsir dengan pendekatan akal atau disebut dengan tafsir al-rayi agar mudah dipahami tanpa mengenyampingkan riwayat yang menyangkut dengan ayat tersebut, karena ketika akal memahami suatu ayat, harus dilihat juga dari proses turunnya suatu ayat tersebut, kemudian dianalisa dengan akal agar mengetahui hikmah diturunkannya ayat dalam Al-Quran.
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari pada
keterlibatan manusia yang pemikirannya terus berkembang dan berusaha untuk mengadakan sesuatu yang mendekati kesempurnaan. Sebagaimana yang diketahui bagaimana Adz- Dzahabi merintis penelitian tafsir, yang lainnya ada Al-Farahidi berusaha untuk memberikan titik dan baris dalam Al-Quran. Kesemuanya itu adalah usaha para ulama terdahulu tentang memperdalam studi Al-Quran, walaupun Al-Farahidi lebih kepada pendekatan pembelajaran klasik yaitu menentukan titik dan baris dalam kitab suci Al-Quran, akan tetapi usaha tersebut sebagai fondasi bahwa hal tersebut merupakan bentuk usaha manusia dalam membuat sesuatu yang mendekati kepada kesempurnaan. Dari masa ke masa, Al-Quran terus di kaji dengan berbagai perspektif, misalnya dari kaidah bahasa Arab, dari ilmu sains, dan sebagainya. Maka kedepannya dapat ditemukan ternyata pembahasan tentang pengetahuan alam ditemukan di dalam Al- Quran, atau tentang penciptaan manusia dari embrio hingga menjadi sempurna (Q.S Al-Mukminun ayat 12-14).
Studi Al-Quran juga demikian, Al-Quran sebagaimana
fungsi dasarnya yakni sebagai hidayah kepada seluruh kehidupan manusia, Al-Quran dikaji dengan beberapa pendekatan yakni masalah masa turunnya ayat, dimana diturunkan ayat tersebut, kaitan suatu ayat dengan ayat lainnya dan sebagainya yang nanti timbul ilmu-ilmu Al-Quran seperti Makki wa Al-Madani, Nasihk wal Mansukh, Muhkam wal Mutasyabih, tafsir wal tarjamah, dan sebagainya. Kesemuanya sudah tersebar di seluruh dunia sebagai pembelajaran untuk mengkaji Al-Quran secara utuh dan bermanfaat.
Berbicara tentang problematika yang ada di Indonesia,
banyak sekali pembelajaran Al-Quran yang diusahakan oleh cendikiawan muslim atau ulama yang ada di Indonesia sebagai bentuk optimalisasi dan pengaplikasian isi skandungan Al-Quran agar diterapkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Tidak bisa dihindari memang, ketika perkembangan IPTEK manusia cenderung mengabaikan nilai-nilai Al-Quran, misalnya saja ketika praktek judi, riba, dan berbagai permasalahan tentang kejahatan sosial muncul, padahal Indonesia adalah negara terbesar umat Islamnya. Untuk itu, studi Al-Quran seharusnya mendapatkan perhatian khusus, bisa jadi dengan berbagai kajian atau penelitian yang dilakukan oleh kampus-kampus Islam, memberikan jawaban terhadap permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Bagaimana semua sendi- sendi kehidupan dilihat melalui perspektif Al-Quran, agar kedepannya umat Islam tidak terus berbaur dengan kebodohan. Sepatutnya juga para akademisi dan orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan serta yang terfokus kepada pendidikan Al-Quran dan keagamaan agar memberikan kontribusi dengan kajian atau usaha penelitian dalam mengatasi problem umat. Jangan sampai studi Al-Quran hanya berlaku di sidang-sidang munaqasyah, seminar, atau sebatas ruang simposium semata, namun lebih kepada asas manfaat dari sebuah ilmu pengetahuan.