Anda di halaman 1dari 3

Pendekatan Integrasi-Interkoneksi Sebagai Bukti Pentingnya Peran Al-

Qur’an

Pada zaman sekarang, al-Qur’an berperan sebagai kitab suci utama dalam hukum Islam.
Kitab ini mengandung hukum dan syariat Islam yang wajib dipatuhi oleh setiap umat
Muslim. Selain menjadi sumber hukum utama, al-Qur’an juga memiliki peran yang sangat
penting bagi kehidupan manusia salah satunya sebagai sumber pengetahuan, baik
pengetahuan umum maupun agama.

Banyak ahli telah menyetujui topik tersebut. Namun ketika seseorang berpikir secara kritis,
muncul pertanyaan tentang pembenaran tentang al-Qur'an sebagai sumber pengetahuan.
Dalam hal ini, dibutuhkan pendekatan yang tepat untuk membuktikan bahwa al-Qur'an
memang sumber pengetahuan yang berharga, meskipun pandangan non-Muslim tentang hal
ini mungkin berbeda.

Secara mendasar, terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah sumber
ilmu pengetahuan yang tidak terbatas hanya pada pendekatan Integrasi-Interkoneksi.
Contohnya adalah Q.S. Al Baqarah [2]: 64 yang menjelaskan tentang sumber ilmu dari
fenomena alam.

Selain itu, juga terdapat contoh dari ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. berupa Q.S. Al Alaq [96]: 1. Ayat tersebut menjelaskan tentang pentingnya
membaca. Sebagaimana disampaikan oleh KH. Agoes Ali Masyhuri bahwa ayat tersebut telah
dibuktikan oleh para peneliti sebagai awal perubahan peradaban manusia. Dalam artian,
pengetahuan yang bersumber dari al-Qur’an dapat mengubah keadaan seseorang.

Namun, untuk memahami hal tersebut, pandangan dari sudut pandang Islam tidak dapat
memberikan pemahaman yang lebih luas bagi orang non-Muslim tentang peran al-Qur’an
sebagai sumber pengetahuan global. Oleh karena itu, dalam artikel ini, digunakan pendekatan
Integrasi-Interkoneksi agar dapat dipahami oleh semua kalangan, termasuk non-Muslim.

Menurut Amin Abdullah dalam jurnalnya, integrasi dapat didefinisikan sebagai


penggabungan dua hal atau lebih, sementara interkoneksi adalah menyatukan dua hal atau
lebih. Meskipun terkesan sama saja, konsep ini berbeda dalam konteks studi Islam. Integrasi-
Interkoneksi berarti menggabungkan ilmu agama Islam dengan ilmu pengetahuan sains-
teknologi dan sosial-humaniora.
Sebenarnya, penerapan konsep ini sangat sulit dilakukan. Namun, itu sangat penting untuk
mengurangi jarak antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Selain itu juga berguna untuk
memperkuat kesadaran agama dan pengetahuan. Implementasi integrasi-interkoneksi dapat
dilakukan dengan menggabungkan ilmu agama dengan ilmu sains-teknologi atau ilmu sosial-
humaniora atau dengan menggabungkan ketiga ilmu tersebut bersama-sama. Dalam hal ini,
filsafat juga berperan penting dalam memperkuat fondasi ilmu pengetahuan.

Menurut sebuah jurnal, pada masa dinasti Umayyah, terjadi pembatasan atau pengkhususan
dalam bidang ilmu yang kemudian dikembangkan hingga masa dinasti Abbasyiah yang
menandakan puncak kemajuan Islam. Saat ini, beberapa ilmuwan Islam seperti Syaikh
Muhammad Naquin al-Attas, Fazlur Rahman, Ismail Raji’ al-Faruqi, Seyyed Hossein Nasr,
Ziauddin Sardar dan tokoh lain masih terus melakukan upaya pembatasan dalam bidang ilmu
tersebut.

Dalam perspektif sejarah, ilmu pengetahuan di dunia sebenarnya telah dikembangkan oleh
para ilmuwan Islam dalam berbagai bidang, termasuk ilmu agama, sains dan teknologi, serta
sosial-humaniora. Namun, seiring berjalannya waktu, pengembangan ilmu oleh ilmuwan
Muslim mulai menurun karena banyak diakui oleh negara-negara Barat. Salah satu contohnya
adalah astrolog dan ahli kimia Inggris, Michael Scot, yang belajar sains dan filsafat di
universitas Islam dan membawa terjemahan manuskrip Islam ke negaranya.

Meskipun begitu, beberapa orang mungkin masih bertanya-tanya bagaimana para ilmuwan
Islam bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Jawabannya telah
disebutkan sebelumnya, yaitu dengan mempelajari al-Qur'an sebagai sumber ilmu
pengetahuan dan dengan pendekatan integrasi dan interkoneksi.

Dengan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pembuktian al-Qur’an sebagai sumber ilmu
pengetahuan di dunia dapat dianalisis dari dua aspek, yakni aspek akademik dan aspek islami.
Aspek akademik meliputi pendekatan integrasi-interkoneksi dalam konteks kajian Islam.
Sedangkan aspek islami meliputi ayat-ayat al-Qur’an yang telah menjelaskan eksistensi
perannya sebagai sumber ilmu pengetahuaan di dunia.

Seiring berkembangnya zaman, pembuktian melalui aspek islami sulit untuk diterima oleh
semua kalangan karena agama di dunia bermacam-macam dan tidak mungkin untuk mereka
(non-Muslim) mempercayai sesuatu yang berdasarkan kepercayaan Islam. Mereka
membutuhkan alasan yang lebih logis untuk diterima. Pendeketan integrasi-interkoneksi
adalah alasan logis yang dapat menjawab keraguan orang non-Muslim.
Dari pembahasan artikel ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada kitab yang mampu
menggantikan peran penting al-Qur’an. Dalam salah satu buku cetakan Pesantren
Sulaimaniyyah yang berjudul Ilmi Hal menjelaskan bahwa setelah turunnya al-Qur’an ke
bumi, maka hilanglah seluruh hukum yang terdapat pada kitab-kitab sebelumnya, yakni
Taurat, Zabur dan Injil.

Seperti yang diketahui, al-Qur’an sebagai mukjizat Rasulullah saw. adalah sumber dari
banyak ilmu pengetahuan di dunia. Selain itu, al-Qur’an juga berperan sebagai petunjuk
hidup umat Islam. Kedua peran tersebut saling mendukung karena sesuatu yang menjadi
petunjuk atau sumber, maka harus memiliki kualitas yang sempurna. Dengan fakta tersebut,
ilmu al-Qur’an membentuk ilmu-ilmu lain dalam proses yang dikenal dengan pendekatan
"Integrasi-Interkoneksi".

Anda mungkin juga menyukai