Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Manusia dalam konsepsi alam serta manusia sebagai khalifah Allah di Bumi”

Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu: Drs.Ramli,MA.

DISUSUN OLEH :

ALLIKA HAYA FAHRUNNISA (4182121014)

ANASTASIA GAYATRI MARRWAN (4183331028)

ARIA NANDA ( 4183131021 )

AYU INGGRIAS TUTY ( 4183131051 )

CINDY FITRIA (4181131028)

CUT SAFRIDA RISKA (4182131003)

KIMIA DIK A 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul “Manusia dalam konsepsi alam
serta manusia sebagai khalifah Allah di Bumi” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami
pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami
dalam rangka menyelesaikan makalah ini terutama kepada Bapak Drs.Ramli,MA. yang telah
membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah
berikutnya.

Medan, 25 Febuari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang
membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Quran (QS.
Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana
kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain
pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti
sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat
pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia
pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia
menurut Al-Quran, hadist, maupun iptek.
Al-Quran Al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama Islam,
memandang bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah merupakan realitas-realitas apalagi
terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan keberadaan Tuhan.
Sebenarnya kajian tentang asal-usul kejadian alam semesta (dunia) dan berbagai aspek yang
terkandung di dalamnya telah menarik perhatian para filosof sejak dahulu kala.  Thales,
misalnya mengatakan bahwa alam semesta berasal dari air. Sementara Anaximandros
mengatakan bahwa alam semesta berasal dari uap, dan Anaximenes mengatakan bahwa alam
berasal dari aperion.
Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang solid,
memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap urusannya. Alam di bangun
dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang paling terkecil hingga unit-unitnya yang
paling besar. Demikianlah yang diungkapkan oleh Dr. Zaglul Annajjar.Maka berawal dari itu
semua, pada makalah ini akan memaparkan tentang bagaimana penciptaan alam, yang di
dalamnya meliputi teori-teori tentang penciptaan alam dan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengannya.
Adapun permasalahan yang dihadapi manusia terhadap lingkungannya yaitu berupa
permasalahan yang ada di kehidupan sehari hari dan sedang terjadi pada saat ini.
1.SAMPAH

Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Hal ini tak
pelak menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan, di antaranya adalah produksi sampah dan
pembuangannya. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia
memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016. Jumlah ini naik 1 juta ton dari tahun sebelumnya.

2. BANJIR

Persoalan lingkungan lainnya yang menjadi PR masyarakat Indonesia adalah banjir. Selain tingginya
curah hujan, banjir merupakan dampak yang dihasilkan dari berbagai permasalahan lingkungan lain
seperti gunungan sampah, rusaknya hutan dan berubahnya fungsi sungai.
3. SUNGAI TERCEMAR

Indonesia masih menghadapi masalah pencemaran sungai yang sangat serius. Sungai Citarum adalah
satu dari puluhan sungai di Indonesia yang tercemar berat. Pencemaran air sungai terjadi akibat ulah
manusia yang membuang limbah atau sisa industri ke sungai.

5. PENCEMARAN UDARA

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna sepeda motor terbanyak di dunia.
Data Korlantas Polri menyebutkan jumlah kendaraan yang terdaftar per 3 Januari 2017 mencapai
102.328.629 kendaraan. Kondisi ini menimbulkan munculnya masalah pencemaran udara.

6. KASUS BEGAL

Dimana kasus begal ini kini marak di berbagai kota hingga tidak sedikit yang menjadi korban
pembegalan saat malam hari .
B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian manusia?


 Mengetahui pengertian menurut pandangan Islam?
 Dari apa manusia itu diciptakan?
 Bagaimana asal usul manusia diciptakan?
 Bagaimana proses penciptaan manusia itu?
 Apa tujuan dan fungsi penciptaan manusia?
 Apa saja teori-teori tentang penciptaan alam?
 Bagaimana ayat-ayat Al-Quran tentang penciptaan alam?
 Bagaimana konsepsi Islam tentang alam semesta?
 Bagaimana keterkaitan teori umum dan agama dalam kaitannya penciptaan alam?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

 Untuk mengetahui pengertian manusia


 Untuk mengetahui pengertian menurut pandangan Islam.
 Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan.
 Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan siapa pencipta-Nya
berdasarkan Al-Quran, hadist, dan iptek.
 Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.
 Untuk mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia.
 Untuk mengetahui teori – teori penciptaan alam
 Untuk mengetahui ayat – ayat Al-Qur’an tentang pencipta alam
 Untuk mengetahui Konsepsi islam tentang alam semesta
 Untuk mengetahui keterkaitan teoi umum dan agama dalam kaitannya penciptaan
alam
BAB II

PEMBAHASAN

1. Terciptanya Manusia

A.  Definisi Manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan


istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai
Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan
mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti
dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup dalam mitos mereka
juga sering kali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat
majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya
untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara


alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak
muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda
perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.Penggolongan
lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil
balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang)tua.

B. Pengertian Manusia Menurut Pandangan Islam

Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan sekepal tanah di


bumi. Manusia dalam pandangan kaum materialism, tidak lebih dari kumpulan daging, darah,
urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran dianggapnya barang benda,
yang dihasilkan oleh otak.Pandangan ini menimbulkan kesan seolah-olah manusia ini
makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan yang hidupnya hanya untuk memenuhi
keperluan dan kepuasan semata.
Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya,
yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga
dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Quran menurut sunah rasul. Dengan
ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya
(at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka
sebagai khalifah (makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah (QS. Al-An’am : 165).
Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (bisa dibedakan) dengan makhluk lainnya, dan
Allah menciptakan manusia untuk berkhidmat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam
surat Adz-Dzariyat (51) : 56.Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat (51) : 56).
C. Pengertian Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya.
Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum
mengenal lainnya.

 Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk


memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
c. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
d. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
e. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.

D. Asal Usul Manusia


1. Manusia dalam Pandangan Antropologi
Pada awalnya di dunia ini hanya ada satu sel yang kemudian berkembang dan
mengalami percabangan-percabangan. Percabangan ini mengakibatkan adanya variasi
mahluk hidup di dunia ini. Menurut Charles Darwin dalam teori Evolusinya, manusia
merupakan hasil evolusi dari kera yang mengalami perubahan secara bertahap dalam waktu
yang sangat lama. Dalam perjalanan waktu yang sangat lama tersebut terjadi seleksi alam.
Semua mahluk hidup yang ada saat ini merupakan organisme-organisme yang berhasil lolos
dari seleksi alam dan berhasil mempertahankan dirinya. Dalam teorinya ia mengatakan
“Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul
manusia.
Dapat disimpulkan bahwa manusia dalam pandangan Antropologi terbentuk dari satu
sel sederhana yang mengalami perubahan secara bertahap dengan waktu yang sangat lama
(evolusi). Berdasarkan teori ini, manusia dan semua mahluk hidup di dunia ini berasal dari
satu moyang yang sama. Nenek moyang manusia adalah kera. Teori Evolusi yang dikenalkan
oleh Charles Darwin ini akhirnya meluas dan terus dipakai dalam antropologi.
Teori ini mempunyai kelemahan karena ada beberapa jenis tumbuhan dan hewan yang
tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula. Misalnya sejenis
biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada.
Jadi dapat kita katakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
2. Manusia dalam Pandangan Agama Islam
Dalam Agama Islam, segala sesuatunya telah diatur dengan baik dan digambarkan
dalam kitab suci Al-Quran. Tidak luput olehNya, bagaimana proses pembentukkan manusia
yang juga digambarkan sejelas-jelasnya. Dalam Al-Quran jika dipadukan dengan hasil
penelitian ilmiah menemukan titik temu mengenai asal usul manusia ini.
Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam
waktu enam masa. Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum,
Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode
menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang
sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).
Manusia dikaruniakan oleh Allah akal untuk berfikir. Dengan akal, manusia mampu
membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia
mampu merenungkan dan mengamalkan sesuatu yang benar tersebut. Dengan karunia akal,
manusia diharapkan dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan
keindahan.
Disamping memiliki akal, manusia selalu terlahir dengan 3 naluri yang pasti ada dalam
dirinya, yaitu :

 Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang
lebih dari pada dirinya.
 Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah,
sedih, senang dll.
 Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih saying

E. Proses Penciptaan Manusia


1. Penciptaan Manusia Menurut Bibel
Menurut penjelasan di dalam Bibel, Bibel tidak memuat pernyataan-pernyataan
mengenai berbagai fenomena alam yang pada setiap masa sejarah manusia dapat menjadi
subyek pengamatan dan dapat meningkatkan banyaknya penjelasan atas kemahakuasaan
Tuhan, disertai dengan rincian-rincian spesifik tertentu. Sebagaimana akan kita lihat nanti,
teks-teks semacam itu hanya ada di dalam Al-Quran.
Penjelasan-penjelasan Bibel mengenai asal-usul penciptaan manusia, dijelaskan di dalam
Kitab Genesis dalam ayat-ayat yang membahas penciptaan secara keseluruhan. Salah satu
ayat yang ada di dalam Kitab Genesis berbunyi : “Lalu Tuhan berkata, ‘Biarlah kita membuat
manusia dalam citra kita, sesuai dengan kita; dan jadilah mereka menguasai ikan di laut,
burung di udara, ternak, dan segala suatu di atas bumi serta setiap makhluk yang melata di
atas bumi’.
2. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Quran menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang
berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s.
diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain
masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam
(6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman
(55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah
melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini,
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang
menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging
(mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S,
Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan
bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40
hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di
antaranya sebagai berikut:

1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani

Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu
waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran
reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma,
gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang
berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini
dijelaskan dalam Al-Quran :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang
dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang
disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal
yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri
hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh
manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada
dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui
hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Quran terungkap. Saat
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq”
dalam Al Quran. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada
suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

 Pembungkusan Tulang oleh Otot

Disebutkan dalam ayat-ayat Al Quran bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang
terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang
dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa
pernyataan Al-Quran adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

 Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-
Quran, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani
itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-
baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Quran, 32:7-8).

 Manusia dari Perspektif Al-Quran dan Al Hadist serta Iptek


Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa Al-Quran, sebagaimana dikutip Quraish
Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia
dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi,
kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat
melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Allah berbuat demikian karena Allah ingin
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia
dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya
dari manusia.
Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem
hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini
bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai
khalifah Allah di bumi.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup bersama-
sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan sebagai
makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi,
mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat
mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-
tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh,
berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai
makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal, dan unsur
jasmani. Al-Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai
khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di
dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa
tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan atas alam
semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan
maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang
kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis
mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.

 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya
sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala
isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan
agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan
si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui
tolong menolong.

2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’

Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil
‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk
tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan
perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:

a. Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.


b. Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola,
pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.

3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini
diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan.
Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua
yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua
yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah
swt.

2. Proses Terbentuknya Alam Semesta

A.    Teori-Teori Tentang Penciptaan Alam


Ilmu pengetahuan semakin lama semakin tinggi akhirnya ditemukan sebuah metode baru
yang menganggap bahwa asal mula kehidupan termasuk problema sains. Artinya, bahwa
peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi kendati teori tentang asal mula
kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya telah diatur secara sistematik, namun yang jelas
bahwa ia tidak timbul dengan sendirinya bahkan perlu ada usaha untuk menciptakannya.
Dahulu, sebelum diketemukan teori tentang asal usul alam raya para pakar mengatakan
bahwa alam semesta tidak terhingga besarnya, tak terbatas, dan tak berubah status
totalitasnya dari waktu kewaktu tak terhingga lamanya dari waktu lampau sampai waktu tak
terhingga lamanya dimasa yang akan datang. Hal ini berlandaskan pada hukum kekekalan
masa yang mereka yakini. Yaitu secara umum dikatakan bahwa alam ini kekal dan nyata
tidak mengakui adanya penciptaan alam. Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan
dilingkungan para ahli tentang penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble
melihat galaksi – galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding
dengan jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi kita.
Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul terjadinya jagat raya,
yakni:
1.      Teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory)
Teori keadaan tetap ini dikemukakan oleh Hoyle, herman bondi, thomas Gold (1948). Teori
ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta, dimana
pun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi pada
suatu saat tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala sesuatu di alam semesta
ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori
ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan
galaksi lama. Dengan kata lain bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh, menjadi tua,
dan akhirnya mati, jadi, teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tak terhingga besarnya
dan tak terhingga tuanya (Tanpa awal dan tanpa akhir)
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori ini mengatakan bahwa alam semesta ini, dimana pun dan
kapan pun tetap sama. Teori ini didasarkan pada prinsip kosmologi sempurna dan
mengartikan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Pendukung teori ini
antara lain Fred Hooyl,Herman Bondi, dan Thomas Gold.
2.      Teori The Big Bang
Teori The Big Bang sering juga disebut dengan fase “ledakan besar”. Dalam teori The Big
Bang, ledakan besar itu kemudian berubah menjadi asap yaitu fase “asap”. Dan, dari asap
inilah diciptakan bumi, langit, bintang-bintang, planet, dan benda-benda angkasa lainnya.
Fase ini dinamakan dengan “produksi”.
Sejak fase “ledakan besar”, jagat raya ini terus berekspansi, berkembang, dimana sebagian
besar galaksi saling berjauhan dengan kecepatan yang tinggi. Ekspansi ini akan terhenti di
masa yang akan datang pada suatu waktu yang hanya diketahui oleh Allah.
Menurut teori The Big Bangalam ini beserta matahari, bintang-bintang, dan galaksi-
galaksinya dahulunya adalah satu atom besar yang meledak. Dari ledakan ini terjadilah
bintang-bintang. Lalu bintang-bintang itu mulai menjauh, sementara alam senantiasa meluas
dan menjauh.
Teori The Big Bangadalah teori yang paling umum dianut tentang asal mula alam semesta
yang terbentuk dari sebuah ledakan besar (Big Bang) yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun
silam. Pada mulanya, alam semesta terdiri atas sebuah bola api padat sangat panas yang
terbentuk dari gas yang mendingin dan meluas. Setelah sekitar sejuta tahun, gas tersebut
sepertinya mulai memadat menjadi gumpalan yang disebut protogalaksi. Dalam lima miliar
tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat dan membentuk galaksi tempat lahirnya
bintang. Miliaran tahun kemudian, yaitu masa sekarang keseluruhan alam semesta terus
meluas.
Menurut teori The Big Bang alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal
yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta.
Jadi, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah
ada yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.

B.     Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam


1.      Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan Alam Semesta (Bumi, Langit dan Siang dalam 6
Periode)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’Raaf 7 : 54)
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6
masa atau 6 periode. Enam masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit dan
penciptaan bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan secara bertahap
selama dua masa seperti diterangkan dalam QS. Fushshilat 41:9-12. Dan ternyata, analogi
para ahli astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah
digambarkan Al-Quran. Ahli astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode terjadinya
alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai enam masa tersebut
yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari sebuah lentuman
yang sangat dahsyat yang dalam teori modern disebut big-bang sehingga materi yang semula
termuat di dalamnya yang merupakan bongkahan yang menyatu berhamburan memecah
dengan kecepatan yang amat sangat tinggi yang manusia hanya sampai pada analisis kira-kira
atau kurang lebih dalam mendeteksi kecepatan hamburan pecahan tersebut. Pecahan-pecahan
itu mengembang ke segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena pecahan-
pecahan tersebut akan mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan mengisi ruang-ruang
yang kosong yang bisa ditempati.

2.      Ayat Al-Quran Tentang Terdapat Banyak Langit dan Bumi, Langit-Langit yang
Berlapis-Lapis
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah 2: 29)
Titik tekan ayat 29 surat Al-Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam,
melainkan penciptaaan bumi dan langit yang berlapis-lapis lebih ditujukan untuk menjelaskan
posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia, dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia berbuat inkar sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut di atas.

3. Ayat Al-Quran Tentang Tahap Penciptaan

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
(QS. Al-Fushshilat 41:11)
Pada ayat ini Allah menerangkan keadaaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia
menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa
hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat
diatas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Ilmu kosmologi modern, baik
dari pengamatan atau teori secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam
semesta terdiri hanya dari awan, dan dari asap yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan
sangat panas.

4.      Ayat Al-Quran Tentang Proses Penciptaan, Mula-Mula dari Satu Kumpulan yang Unik
(Gas dan Asap) yang merupakan suatu kesatuan kemudian Terpisah.
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
(QS. Al-Anbiyaa 21 : 30)
Memecahnya alam dengan lentuman dahsyat tersebut sudah digambarkan dalam Al-Quran
surah al-Anbiya’ ayat 30. Yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa pemisahan langit
dan bumi yang dahulunya merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kemudian Allah
pisahkan keduanya yang dalam teori sains peristiwa itu diungkap dalam teori big-bang,
semuanya adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah.Untuk menerjemahkan proses
pemisahan tersebut, Allah memberikan kepada manusia akal untuk  memikirkan alam ini.
C.    Konsepsi Islam Tentang Alam Semesta
Ketika kita bicara alam, pandangan pemikiran yang muncul pertama kali adalah adanya langit
dan bumi serta isinya sebagai lambang dari ciptaan yang terbesar yang bisa ditelaah secara
mendalam di antara ciptaan-ciptaan yang lain.

“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS. Al-Mu’min: 57)
Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta adalah konsep tauhid.
Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam tahap penciptaan alam
semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan yang Maha dahsyat, yang
Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu adalah kekuatan Allah Sang
Pencipta Alam. Tidak ada secuil pun proses alam baik dari yang sekecil-kecilnya sampai
pada yang paling besar sekali pun yang terlepas dari campur tangan Illahi Rabb yang Maha
tinggi.Al-Quran menyatakan,
“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia Maha mengetahui segala isi hati.”(QS. Al-Fathir : 38)
Jadi, Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh
Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas
dari konsep ketuhanan.Alam semesta dalam konsep Al-Quran itu sendiri termaktub dalam
QS. Fush-Shilat : 9-12

“Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam
dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam
empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa
lagi Maha mengetahui.”
(QS. Fush-Shilat : 9-12)
Al-Quran secara tegas mengatakan bahwa alam adalah ciptaan Rabb yang kemudian Ia
menjaganya dan menentukan kadarnya. Adapun prosesnya, Allah memberikan gambaran
yang kemudian gambaran itu diperuntukkan bagi manusia untuk menafsirkan dengan akal
dan pengetahuan yang telah Allah berikan kepada manusia. Namun, akal dan pengetahuan
yang diberikan Allah sungguh sangat sedikit sehingga ada hal-hal yang tidak bisa tersentuh
oleh akal pengetahuan manusia dan pada tataran ini manusia hanya bisa mengira-ngira,
berandai-andai, dan tidak bisa memberikan kepastian yang tetap.

D.    Keterkaitan Teori Umum dan Agama dalam Kaitannya Penciptaan Alam


Dari pembahasan diatas terbukti bahwa konsep penciptaan alam semesta yang dihasilkan oleh
sains tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan dan tertera di dalam Al-Quran.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa sekarang ternyata sesuai dengan keterangan yang
dinyatakan dalam Al-Quran, bahkan dengan adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) semakin memperjelas dan membuktikan kebenaran Al-Quran.
Dengan melihat kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, para ilmuwan dan
peneliti dapat menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Peristiwa tersebut
ditandai dengan terjadinya peristiwa yangoleh para ilmuwan disebut Big Bang, yaitu sebuah
teori yang muncul untuk menggambarkan tentang penciptaan alam semesta. Selain itu juga
muncul teori lain seperti Teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory) dan teori lainnya.
Ternyata teori itu semua saling berketerkaitan dengan apa yang diterangkan di dalam Al-
Quran.
Teori mengenai bentukan “asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan alam
misalnya, sebenarnya telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat 41:11 kemudian
juga diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Karena bumi dan langit di atasnya (matahari,
bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya) terbentuk dari “asap” yang sama, maka para
pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan. Dari
material “asap” yang sama ini, kemudian mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian
ini juga telah diungkapkan oleh Al-Quran dalam Surah al-Anbiya’/21 : 30 yang kemudian
dibuktikan dengan teori Keadaan Tetap (Steady–state Theory) bahwa alam semesta dari dulu
zaman Nabi Adam hingga sekarang tetap dan tak berubah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi
akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran
menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia
dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini
berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari
nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci
sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil
oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi
merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai
bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak
karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah terjadi dalam dua
tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia
pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut
kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun
yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah
telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan
multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa
menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada
Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3)
pokok, yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi


2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah

Teori tentang penciptaan alam yang dikemukakan oleh para ilmuwan ada 2,
yaitu pertama teori keadaan tetap yang dikemukakan oleh Hoyle, herman bondi, thomas Gold
(1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam
semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Kedua teori the big bang. Menurut
teori The Big Bangalam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang
bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi,
alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada
yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.
Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh
Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas
dari konsep ketuhanan. Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta
adalah konsep tauhid. Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam
tahap penciptaan alam semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan
yang Maha dahsyat, yang Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu
adalah kekuatan Allah Sang Pencipta Alam. Konsep penciptaan alam semesta yang
dihasilkan oleh sains tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan dan tertera di dalam Al-
Quran. Teori mengenai bentukan “asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan alam
misalnya, sebenarnya telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat 41:11 kemudian
juga diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Hal ini membuktikan bahwa adanya suatu
keterikatan antara Al-Quran dengan penemuan hasil IPTEK.

B. Saran

Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan, hendaknya
setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat
ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam
surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
DAFTAR PUSTAKA

A Dorling Kindersley Book, 2007, Ensiklopedia Sains dan Teknologi. Jakarta : PT Lentera


Abadi.
Alam , Ahmad Khalid, dkk. , 2005. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan,
Jakarta : GEMA INSANI.
Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an danSains.
Bandung: PenerbitMizan.
Hatta, Mohammad . , 1980.,BerkenalanDenganFilsafatYunani. Jakarta : Gramedia.
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-
pendidikan-di-dalamnya/
http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html
http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html
http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-
iptek/
http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-
dan-agama-islam/
http://baihaqi-annizar.blogspot.com/2017/08/makalah-penciptaan-alam-semesta.html
Syueb, Sudono. (2011).,  Buku Pintar Agama Islam. Percetakan Bushido Indonesia: Delta
Media
Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai