“Manusia dalam konsepsi alam serta manusia sebagai khalifah Allah di Bumi”
DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul “Manusia dalam konsepsi alam
serta manusia sebagai khalifah Allah di Bumi” tepat pada waktunya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah
berikutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang
membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Quran (QS.
Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia
berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana
kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain
pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti
sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat
pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia
pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia
menurut Al-Quran, hadist, maupun iptek.
Al-Quran Al-Karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama Islam,
memandang bahwa alam semesta beserta isinya bukanlah merupakan realitas-realitas apalagi
terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan keberadaan Tuhan.
Sebenarnya kajian tentang asal-usul kejadian alam semesta (dunia) dan berbagai aspek yang
terkandung di dalamnya telah menarik perhatian para filosof sejak dahulu kala. Thales,
misalnya mengatakan bahwa alam semesta berasal dari air. Sementara Anaximandros
mengatakan bahwa alam semesta berasal dari uap, dan Anaximenes mengatakan bahwa alam
berasal dari aperion.
Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang, merupakan bangunan yang solid,
memiliki pergerakan yang teratur, dan tertata rapi dalam setiap urusannya. Alam di bangun
dengan satu cara mulai dari bagian-bagiannya yang paling terkecil hingga unit-unitnya yang
paling besar. Demikianlah yang diungkapkan oleh Dr. Zaglul Annajjar.Maka berawal dari itu
semua, pada makalah ini akan memaparkan tentang bagaimana penciptaan alam, yang di
dalamnya meliputi teori-teori tentang penciptaan alam dan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengannya.
Adapun permasalahan yang dihadapi manusia terhadap lingkungannya yaitu berupa
permasalahan yang ada di kehidupan sehari hari dan sedang terjadi pada saat ini.
1.SAMPAH
Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Hal ini tak
pelak menimbulkan sejumlah persoalan lanjutan, di antaranya adalah produksi sampah dan
pembuangannya. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia
memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016. Jumlah ini naik 1 juta ton dari tahun sebelumnya.
2. BANJIR
Persoalan lingkungan lainnya yang menjadi PR masyarakat Indonesia adalah banjir. Selain tingginya
curah hujan, banjir merupakan dampak yang dihasilkan dari berbagai permasalahan lingkungan lain
seperti gunungan sampah, rusaknya hutan dan berubahnya fungsi sungai.
3. SUNGAI TERCEMAR
Indonesia masih menghadapi masalah pencemaran sungai yang sangat serius. Sungai Citarum adalah
satu dari puluhan sungai di Indonesia yang tercemar berat. Pencemaran air sungai terjadi akibat ulah
manusia yang membuang limbah atau sisa industri ke sungai.
5. PENCEMARAN UDARA
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pengguna sepeda motor terbanyak di dunia.
Data Korlantas Polri menyebutkan jumlah kendaraan yang terdaftar per 3 Januari 2017 mencapai
102.328.629 kendaraan. Kondisi ini menimbulkan munculnya masalah pencemaran udara.
6. KASUS BEGAL
Dimana kasus begal ini kini marak di berbagai kota hingga tidak sedikit yang menjadi korban
pembegalan saat malam hari .
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Terciptanya Manusia
A. Definisi Manusia
Naluri untuk mensucikan sesuatu : naluri untuk beragama dan menyebah sesuatu yang
lebih dari pada dirinya.
Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri : manunia punya kecenderungan marah,
sedih, senang dll.
Naluri untuk melestarikan dirinya : naluri kasih saying
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu
waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran
reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma,
gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang
berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini
dijelaskan dalam Al-Quran :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang
dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang
disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal
yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri
hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh
manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada
dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui
hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi
pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Quran terungkap. Saat
merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq”
dalam Al Quran. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada
suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Quran bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang
terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang
dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa
pernyataan Al-Quran adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu
terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan
tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-
Quran, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani
itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-
baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan
keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Quran, 32:7-8).
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya
sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala
isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan
agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah
suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan
si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui
tolong menolong.
Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil
‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk
tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan
perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini
diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan.
Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua
yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua
yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah
swt.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’Raaf 7 : 54)
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6
masa atau 6 periode. Enam masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit dan
penciptaan bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan secara bertahap
selama dua masa seperti diterangkan dalam QS. Fushshilat 41:9-12. Dan ternyata, analogi
para ahli astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah
digambarkan Al-Quran. Ahli astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode terjadinya
alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai enam masa tersebut
yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari sebuah lentuman
yang sangat dahsyat yang dalam teori modern disebut big-bang sehingga materi yang semula
termuat di dalamnya yang merupakan bongkahan yang menyatu berhamburan memecah
dengan kecepatan yang amat sangat tinggi yang manusia hanya sampai pada analisis kira-kira
atau kurang lebih dalam mendeteksi kecepatan hamburan pecahan tersebut. Pecahan-pecahan
itu mengembang ke segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena pecahan-
pecahan tersebut akan mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan mengisi ruang-ruang
yang kosong yang bisa ditempati.
2. Ayat Al-Quran Tentang Terdapat Banyak Langit dan Bumi, Langit-Langit yang
Berlapis-Lapis
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah 2: 29)
Titik tekan ayat 29 surat Al-Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam,
melainkan penciptaaan bumi dan langit yang berlapis-lapis lebih ditujukan untuk menjelaskan
posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia, dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia berbuat inkar sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut di atas.
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
(QS. Al-Fushshilat 41:11)
Pada ayat ini Allah menerangkan keadaaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia
menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa
hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat
diatas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Ilmu kosmologi modern, baik
dari pengamatan atau teori secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam
semesta terdiri hanya dari awan, dan dari asap yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan
sangat panas.
4. Ayat Al-Quran Tentang Proses Penciptaan, Mula-Mula dari Satu Kumpulan yang Unik
(Gas dan Asap) yang merupakan suatu kesatuan kemudian Terpisah.
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
(QS. Al-Anbiyaa 21 : 30)
Memecahnya alam dengan lentuman dahsyat tersebut sudah digambarkan dalam Al-Quran
surah al-Anbiya’ ayat 30. Yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa pemisahan langit
dan bumi yang dahulunya merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kemudian Allah
pisahkan keduanya yang dalam teori sains peristiwa itu diungkap dalam teori big-bang,
semuanya adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah.Untuk menerjemahkan proses
pemisahan tersebut, Allah memberikan kepada manusia akal untuk memikirkan alam ini.
C. Konsepsi Islam Tentang Alam Semesta
Ketika kita bicara alam, pandangan pemikiran yang muncul pertama kali adalah adanya langit
dan bumi serta isinya sebagai lambang dari ciptaan yang terbesar yang bisa ditelaah secara
mendalam di antara ciptaan-ciptaan yang lain.
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS. Al-Mu’min: 57)
Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta adalah konsep tauhid.
Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam tahap penciptaan alam
semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan yang Maha dahsyat, yang
Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu adalah kekuatan Allah Sang
Pencipta Alam. Tidak ada secuil pun proses alam baik dari yang sekecil-kecilnya sampai
pada yang paling besar sekali pun yang terlepas dari campur tangan Illahi Rabb yang Maha
tinggi.Al-Quran menyatakan,
“Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia Maha mengetahui segala isi hati.”(QS. Al-Fathir : 38)
Jadi, Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh
Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas
dari konsep ketuhanan.Alam semesta dalam konsep Al-Quran itu sendiri termaktub dalam
QS. Fush-Shilat : 9-12
“Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam
dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam
empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa
lagi Maha mengetahui.”
(QS. Fush-Shilat : 9-12)
Al-Quran secara tegas mengatakan bahwa alam adalah ciptaan Rabb yang kemudian Ia
menjaganya dan menentukan kadarnya. Adapun prosesnya, Allah memberikan gambaran
yang kemudian gambaran itu diperuntukkan bagi manusia untuk menafsirkan dengan akal
dan pengetahuan yang telah Allah berikan kepada manusia. Namun, akal dan pengetahuan
yang diberikan Allah sungguh sangat sedikit sehingga ada hal-hal yang tidak bisa tersentuh
oleh akal pengetahuan manusia dan pada tataran ini manusia hanya bisa mengira-ngira,
berandai-andai, dan tidak bisa memberikan kepastian yang tetap.
A. Kesimpulan
Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan
terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi
akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran
menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia
dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini
berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas
kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari
nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci
sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil
oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi
merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai
bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak
karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah terjadi dalam dua
tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia
pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan
air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut
kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun
yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah
telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan
multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa
menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada
Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3)
pokok, yaitu:
Teori tentang penciptaan alam yang dikemukakan oleh para ilmuwan ada 2,
yaitu pertama teori keadaan tetap yang dikemukakan oleh Hoyle, herman bondi, thomas Gold
(1948). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam
semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu sama. Kedua teori the big bang. Menurut
teori The Big Bangalam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang
bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi,
alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada
yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.
Islam melihat alam sebagai sebuah ciptaan (makhluk) yang diatur dan dijaga oleh
Penciptanya yaitu Allah yang Maha Agung. Ketika orang bicara alam berarti tidak bisa lepas
dari konsep ketuhanan. Menurut Murtadha Muthahari konsep Islam tentang alam semesta
adalah konsep tauhid. Artinya, konsep ketuhananlah yang memiliki peranan penting dalam
tahap penciptaan alam semesta. Alam tidak terjadi dengan sendirinya tetapi ada kekuatan
yang Maha dahsyat, yang Maha tinggi yang melakoni skenario alam semesta. Kekuatan itu
adalah kekuatan Allah Sang Pencipta Alam. Konsep penciptaan alam semesta yang
dihasilkan oleh sains tidak bertentangan dengan apa yang dijelaskan dan tertera di dalam Al-
Quran. Teori mengenai bentukan “asap” dalam big bang tentang permulaan penciptaan alam
misalnya, sebenarnya telah lebih dahulu disebutkan dalam QS. Al-Fushshilat 41:11 kemudian
juga diperjelas lagi pada QS. Al-A’Raaf 7 : 54. Hal ini membuktikan bahwa adanya suatu
keterikatan antara Al-Quran dengan penemuan hasil IPTEK.
B. Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan, hendaknya
setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat
ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang
artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam
surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
DAFTAR PUSTAKA