(C2) KELAS X
Yuzelma
Penulis : Yuzelma
Editor : Fourdina Ratnasari
Desainer Kover : Achmad Faisal
Desainer Isi : Agista Dwi Reviana
Tahun terbit : 2020
ISBN : 978-623-7398-50-9
Diterbitkan oleh
PT Kuantum Buku Sejahtera
Anggota IKAPI No. 212/JTI/2019
Jalan Pondok Blimbing Indah Selatan X N6 No. 5 Malang - Jawa
Timur Telp. (0341) 438 2294, Hotline 0822 9951 2221;
Situs web: www.quantumbook.id
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun,
baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari PT Kuantum Buku Sejahtera.
Daftar Isi
Prakata.............................................................................................. v
Bab 1 Pemantauan Area Kerja..............................................................1
A. Menganalisis Konsep Area Kerja................................................2
B. Pemantauan dan Pengukuran Area Kerja......................................7
C. Faktor Risiko bagi Pekerja Muda..............................................12
D. Standar Good Houskeeping.....................................................14
Uji Kompetensi........................................................................21
iii
D. Global Harmonized System...................................................146
E. Contoh Material Safety Data Sheet..........................................147
F. Penataan Bahan Kimia Sesuai MSDS.........................................156
Uji Kompetensi.......................................................................162
Glosarium....................................................................................... 260
Daftar Pustaka.................................................................................. 263
Biodata Penulis................................................................................. 268
Biodata Konsultan............................................................................. 269
Tim Kreatif...................................................................................... 270
Prakata
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan buku “Analisis Kimia Dasar
Kelas X” untuk pembelajaran di SMK/MAK.
Buku Analisis Kimia Dasar ini menjadi sumber belajar bagi siswa kelas X di
SMK/MAK pada program keahlian teknik kimia, kompetensi keahlian kimia industri.
Buku ini bertujuan untuk menyiapkan kompetensi lulusan teknik kimia SMK/MAK agar
memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar menjadi seorang analis kimia.
Setiap bab dalam buku ini dilengkapi dengan kompetensi inti, kompetensi dasar,
kata kunci, tujuan pembelajaran, peta konsep, materi, aktivitas siswa, tugas siswa,
rangkuman, dan uji kompetensi. Tugas-tugas yang diberikan berbasis masalah, berbasis
proyek, dan studi kasus. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi abad 21 peserta
didik, yaitu Creativity, Critical thinking, Colaborative dan Comunicative (4C) dalam
memahami setiap kompetensi yang sudah disajikan. Pembahasan materi disajikan
dengan bahasa yang lugas dan mudah Anda pahami, dari pembahasan secara umum
ke pembahasan secara khusus.
Materi dalam buku ini fokus membahas kompetensi dalam rangka
mempersiapkan peserta didik sebagai tenaga dasar dibidang analisis kimia yang
berbudaya K3. Hal ini karena aktiftas kerja di laboratorium kimia/di industri kimia
memiliki potensi risiko/bahaya yang besar, baik itu potensi yang menyebabkan
terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Oleh sebab
itu, pengetahuan dasar tentang persiapan area kerja, sarana K3, kecelakaan kerja,
bahan-bahan kimia berbahaya, peralatan-peralatan kimia menjadi kompetensi penting
yang harus dimiliki oleh peserta didik agar dapat bekerja dengan sehat, selamat, dan
aman.
Semoga buku pelajaran Analisis Kimia Dasar SMK/MAK Kelas X ini bermanfaat bagi
siswa dan seluruh pembaca dalam memperoleh pengetahuan. Selamat belajar, semoga
sukses.
Penulis
Do not Pray for an Easy life,
pray for the strength to endure a difficult on
Jangan kamu berdoa untuk hidup yang mudah, Berdoalah agar diberi kekuatan supaya dapat menghadapi
"Bruce Lee"
A
1
Pemantauan
Area Kerja
Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan prinsip pemantauan area kerja sebagai panduan untuk melaksanakan tugas
pemantauan.
4.1 Melaksanakan prosedur pemantauan area kerja.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta didik mampu
1. menganalisis konsep area kerja;
2. menganalisis prinsip pemantauan area kerja;
3. menganalisis potensi risiko/bahaya di area kerja;
4. menerapkan standar good housekeeping di laboratorium; dan
5. menerapkan pemantauan area kerja laboratorium kimia.
Analisis Kimia
4 Dasar
Gambar 1.2 Peta Konsep Potensi Risiko di Area
Kerja Sumber: Yuzelma
a. Occupational Health Hazard
Occupational Health Hazard (OHH) adalah potensi bahaya di area kerja
yang dapat menimbulkan ancaman dan gangguan terhadap kesehatan.
Ancaman dan gangguan terhadap kesehatan kerja disebut dengan
Penyakit Akibat Kerja. Potensi bahaya yang dapat menimbulkan risiko
jangka panjang pada kesehatan dikategorikan sebagai faktor risiko A, di
antaranya faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, dan ergonomis.
1) Faktor risiko bahan kimia (chemical hazard)
Bahan-bahan kimia beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui
tiga cara, di antaranya sistem pernapasan melalui proses inhalasi
(menghirup), pencernaan (menelan), dan penyerapan ke dalam kulit
atau kontak invasif.
2) Bahaya faktor risiko fisik (physical hazard)
Bahaya fisik adalah bahaya di tempat kerja yang bersifat fisika, di
antaranya kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang
mikro, dan sinar ultra ungu (radiasi).
3) Faktor bahaya biologi (biological hazard)
Faktor bahaya biologi disebabkan adanya keberadaan mikroorganisme
seperti virus, bakteri, jamur, dan mikroorgansime lain di area
kerja.
4) Bahaya faktor ergonomi (ergonomic hazard) dan pengaturan kerja
Potensi bahaya ini disebabkan karena ketidaksesuaian fungsi lingkungan
kerja dengan pekerja. Studi tentang hubungan pekerjaan dan tubuh
manusia disebut dengan ergonomi. Risiko potensi bahaya ergonomi akan
meningkat apabila tugas monoton, berulang atau kecepatan tinggi,
postur tidak netral atau canggung, terdapat pendukung yang kurang
sesuai, dan istirahat yang kurang.
b. Occupational Safety Hazard
Occupational Safety Hazard (OSH) adalah potensi risiko yang menyebabkan
terjadinya yang terdapat di lingkungan kerja. Bahaya ini dapat
mengakibatkan terjadinya cacat, gangguan proses, injury, serta kerusakan
alat dan lingkungan kerja. Berikut kategori dari Occupational Safety
Hazard (OSH).
1) Potensi risiko/bahaya kategori B
Faktor risiko/bahaya kategori B merupakan faktor risiko yang
diakibatkan oleh listrik, kebakaran, dan mekanikal tanpa pelindung.
Contoh potensi
bahaya listrik adalah bahaya kejut listrik, panas yang ditimbulkan
oleh energi listrik, dan medan listrik. Sedangkan potensi bahaya
kebakaran merupakan kejadian yang menimbulkan kerugian pada
jiwa, peralatan produksi, proses produksi, dan pencemaran
lingkungan kerja.
2) Potensi risiko/bahaya kategori C
Potensi risiko bahaya kategori C merupakan bahaya yang
berhubungan dengan kesehatan kerja. Hal yang terkait dengan
kesehatan, di antaranya fasilitas sanitasi, fasilitas mandi cuci dan
toilet, fasilitas P3K, kantin, transportasi, dan lain-lain.
3) Potensi risiko/bahaya kategori D (psyicological hazard)
Potensi risiko kategori D (psyicological hazard) adalah faktor risiko
yang terkait dengan harkat dan martabat serta psikis dan mental
pekerja. Tindakan-tindakan ini seperti intimidasi atau pelecehan
yang mengancam kesejahteraan dan keamanan pekerja di tempat
kerja. Contoh faktor risiko kategori D di antaranya pelecehan dan
penganiayaan, pelecehan seksual, serta HIV/AIDS di tempat kerja.
Menurut Ismara (2017) faktor penyebab hazard adalah sebagai berikut.
1) Faktor manusia (human factor)
Contoh penyebab kecelakaan karena faktor manusia adalah
perilaku, kondisi fisik, mental, dan human error.
2) Faktor luar
Penyebab kecelakaan yang disebabkan karena faktor luar adalah
cuaca, sarana transportasi, bencana alam, dan sebagianya.
3) Sistem manajemen
Penerapan sistem manajemen yang tidak baik dapat menimbulkan
risiko kecelakaan kerja.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam sistem manajemen agar
kecelakaan kerja tidak terjadi.
1) Memberikan penguat kepada karyawan. Hal tersebut dapat
dilakukan dalam bentuk penghargaan, hadiah, pujian, dan
acungan jempol.
2) Faktor kemungkinan dapat diberikan dengan cara melengkapi fasilitas
sarana K3, adanya penanggung jawab K3, dan pembiayaan untuk
K3.
3) Faktor yang memengaruhi, misalnya mempercayai rekan-rekan
yang berbeda.
3. Risiko Kerja (Risk)
Seorang operator mekanik di demin plant sedang mengecek pipa bocor
pada ketinggian 2,5 meter dari tanah. Di dalam pipa mengalir cairan asam
sulfat. Apakah pekerjaan yang dilakukan oleh operator mekanik berisiko? Apa
dampak yang akan ditimbulkan apabila operator tersebut bekerja pada
ketinggian? Kontak dengan bahan kimia dan bekerja pada ketinggian
menjadi pekerjaan yang berisiko.
Risiko (risk) adalah kejadian yang mempunyai potensi dan kemungkinan
untuk menimbulkan kerugian, baik bagi kesehatan maupun lingkungan sekitar.
Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu
dampak/konsekuensi.
Risiko menjadi dampak/konsekuensi akibat terjadinya kontak/exposure antara
bahaya (hazard) dengan manusia, peralatan, dan material yang terlibat di
dalam suatu intereaksi atau sistem kerja (Ima, 2017). Hubungan antara bahaya
dan risiko dapat dipelajari pada rumus berikut.
Akomodasi Syarat
Ruang penyimpanan Temperatur 4°C ± 2°C
contoh
Ruang timbang Bebas debu, bebas getar, temperatur ruangan
20°C
± 3°C, humidity 45–65%, menggunakan pintu
ganda
Ruang preparasi contoh uji Lebar meja minimal 90 cm, tinggi meja 80 cm,
dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan
Ruang instrumen Temperatur ruangan 20°C± 3°C
Humidity 45–65%
Spekrofotometer UV-Vis Ukuran meja minimal 6 m2
AAS/ICP/Hg Analizer Ukuran meja minimal meja 7,5
m2 Dilengkapi dengan exhaust
fan Penyimpanan gas di luar
ruangan
Ruang mikrobiologi Dilengkapi dengan ruangan steril
Bebas debu (laminar flow cabinet) untuk
pengujian mikroorganisme
Sumber: Moran Lisa, 2018
Alat pengendalian kondisi lingkungan dapat dipelajari pada Tabel
1.3 berikut ini.
Tabel 1.3 Alat Pengendalian Kondisi Lingkungan
1.800 mm.
Gambar 1.4 Ilustrasi Jarak Meja Kerja
Sumber: Abu Widan, 2020
c. Pemantauan area kerja di laboratorium
Persyaratan area kerja di laboratorium dipaparkan sebagai berikut.
1) Ada pemisah efektif antara daerah yang aktivitasnya berbeda
satu sama lain untuk mencegah kontaminasi silang.
2) Langkah-langkah yang memadai untuk menjamin
housekeeping yang baik di laboratorium dan untuk memastikan
bahwa tidak ada kontaminasi sehingga memengaruhi kualitas
udara. Langkah-langkah tersebut termasuk pembersihan rutin
untuk mengendalikan kotoran dan debu di laboratorium
3) Akses dan penggunaan semua area dapat memengaruhi kualitas
pengujian analitis dikendalikan. Hal ini meliputi akses jalan
masuk ke laboratorium, area penerimaan sampel, area
penyimpanan sampel, area preparasi sampel, area analisis
sampel, area penanganan dan penyimpanan data, serta area
penyimpanan bahan kimia dan limbah laboratorium.
d. Pemantauan keamanan gedung laboratorium
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan
gedung laboratorium.
1) Kunci bangunan laboratorium didistribusikan ke karyawan
tertentu, misalnya ke petugas keamanan sehingga apabila
terjadi kondisi darurat dapat ditanggulangi segera.
2) Pengunjung dicatat di buku catatan pengunjung selain karyawan.
3) Pengunjung disediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diperlukan.
4) Pengunjung harus didampingi oleh petugas laboratorium setiap saat.
5) Lokasi pengunjung dicatat dalam buku catatan pengunjung.
6) Ada area tertentu yang hanya diperbolehan bagi karyawan.
7) Perlu dipasang tanda khusus karyawan (staff only).
Salah satu bagian penting dari standar keselamatan kesehatan kerja adalah
wajib melaksanakan penataan area kerja. Hal ini diatur dalam standar OSHA
1910.22(a)(1) yang menyatakan bahwa semua tempat kerja yang ditujukan bagi
karyawan harus benar-benar aman dan dapat menjamin keselamatan kerja para
karyawan.
Standar OSHA mencakup pengaturan untuk berbagai area kerja yang biasa
dilewati ataupun sering dilakukan aktivitas kerja. Area kerja tersebut
mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
dan kerugian lain. Oleh sebab itu, untuk menghindari risiko potensi bahaya perlu
menerapkan good housekeeping.
1. Prinsip Dasar Standar Good Housekeeping
Penerapan standar good housekeeping di area kerja dapat
meningkatkan produktivitas, keselamatan kerja, dan continuous
improvement dalam rangka meningkatkan mutu perusahaan. Beberapa
keuntungan dalam penerapan good housekeeping di perusahaan meliputi
a. menghilangkan dan mengurangi potensi bahaya penyebab umum
terjadinya kecelakaan kerja seperti tersandung, terpeleset, terjatuh,
ledakan, kebakaran, dan lain-lain;
b. menghindari kontaminasi bahan-bahan kimia berbahaya di area kerja
penyebab timbulnya masalah kesehatan;
c. karyawan dapat bekerja lebih efektif jika penataan area kerja, mesin,
material lebih efektif, dan efisien; serta
d. menciptakan area kerja yang rapi, nyaman, menyenangkan, dan
tidak menghambat pergerakan karyawan saat bekerja.
Berikut langkah-langkah penataan area kerja baik.
a. Menetapkan standar good housekeeping
Pimpinan bersama karyawan menetapkan standar good housekeeping.
Hal tersebut dilakukan dengan cara membuat pekerjaan menjadi lebih mudah,
aman, dan berdampak baik pada kesehatan karyawan.
b. Pimpinan menentukan target yang ingin dicapai dalam penerapan
good housekeeping di perusahaan, serta mengukur seberapa baik
perusahaan dalam mematuhi standar good housekeeping.
c. Membuat daftar/check list untuk membantu mengukur tingkat keberhasilan
good
housekeeping yang diterapkan.
d. Memberi umpan balik yang positif.
e. Menjadikan good housekeeping sebagai budaya perusahaan.
Gambar 1.5 Laboratorium Kimia Sesuai Standar Good Housekeeping
Sumber: Ketut Sumada, 2012
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan good
housekeeping di laboratorium kimia.
a. Housekeeping yang dilaksanakan dan dipelihara membutuhkan kedisiplinan
untuk memantau kondisi lingkungan laboratorium.
b. Setiap selesai bekerja, meja kerja, peralatan kerja, dan lingkungan
kerja dibersihkan.
c. Dilakukan serah terima kondisi tempat kerja, peralatan kerja, dan
kondisi pekerjaan untuk karyawan shift.
d. Limbah sisa analisis yang tergolong B3 ditempatkan dalam drum plastik
dan diberi label sesuai dengan jenisnya.
e. Patroli housekeeping antarunit kerja dimasukkan dalam program
Safety Representatif (SR).
2. Pedoman Penataan Area Kerja dengan Prinsip 5 R/5S
Prinsip 5R/5S (Ringkas (Seiri), Rapi (Seiton), Resik (Seiso), Rawat (Seiketsu), dan
Rajin (Shitsuke) adalah budaya kerja negara Jepang. Konsep 5R/5S ini dapat
diterapkan di area kerja karena konsep ini termasuk dalam konsep manajemen
berkelanjutan dalam penataan area kerja (Ima Ismara dan Eko Prianto,
2017).
Prinsip 5R/5S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap
dalam menata, merawat, dan membersihkan area kerja. Prinsip 5R/5S lebih
diarahkan pada sikap pembiasaan bekerja di lingkungan yang standar. Hal ini
dapat mendukung produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dalam bekerja sehingga
bekerja menjadi lebih cepat, akurat, dan relevan.
Penerapan prinsip 5R/5S adalah konsep pemanfaatan tempat kerja
yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan, atau ruangan untuk
menciptakan area kerja yang rapi, meningkatkan disiplin kerja, dan meningkatkan
produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien. Manfaat
penerapan prinsip 5R/5S meliputi
a. meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan luas;
b. mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang
bagus/ baik; dan
c. menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan di tempat
kerja. Pedoman melakukan 5R/5S dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Pedoman melakukan R/S Ringkas (Seiri)
Berikut pedoman dalam melakukan R/S Ringkas (Seiri).
1) Memilah barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
a) Perhatikan dengan baik sekeliling tempat kerja praktik jika
terdapat banyak barang yang tidak diperlukan di area kerja.
b) Segera berikan label merah pada barang yang tidak dibutuhkan.
2) Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang dapat digunakan.
3) Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
4) Memilah barang yang sering digunakan atau jarang digunakan.
b. Pedoman melakukan R/S Rapi (Seiton)
Berikut pedoman dalam melakukan R/S Rapi (Seiton)
1) Membenahi tempat penyimpanan. Hal ini dapat dilakukan
dengan membersihkan sebelum dirapikan dan membuat denah
tempat penyimpanan.
2) Menata atau mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses
kerja.
3) Menata atau mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan
penggunaannya, keseragaman, fungsi, dan batas waktu.
4) Pengaturan tanda visual agar peralatan/barang mudah ditemukan.
5) Menambahkan warna pada tempat kerja praktik melalui pengecatan.
Hal ini bertujuan memberikan batas-batas area aman dan area tidak
aman.
a) Pengecatan lantai
Lingkungan kerja praktik dicat dengan warna yang tidak
menimbulkan stres. Tempat istirahat harus memakai warna yang
berkesan rileks. Lantai dapat dicat setelah layout ditentukan
dan semua barang mempunyai tempat yang pasti.
b) Menggambar garis di lantai
Saat warna lantai telah ditentukan, lantai dapat dibagi menjadi
bagian- bagian dengan menggunakan garis.
c) Membuat garis pemisah
Garis pemisah adalah garis yang membedakan lorong dan
tempat kerja praktik meskipun garis-garis tersebut berwarna
kuning atau putih.
d) Membuat garis jalan keluar atau masuk
Garis ini berupa garis-garis kuning. Jangan berjalan pada garis
kuning atau melangkah di atasnya. Jalan keluar atau masuk harus
dibuat dan diberi tanda dengan jelas.
e) Garis pintu masuk
Banyak peristiwa ketika pintu tiba-tiba terbuka langsung di
depan sehingga sangat penting untuk mengetahui dari arah
mana pintu terbuka untuk kemudian diberikan tanda tertentu.
6) Memberi papan petunjuk dan pelabelan (secara
visual) Berikut contoh label papan petunjuk.
“Tempat bahan baku atau produk jadi → Tempat kerja praktik →
Jalur produksi → Proses”
Gambar 1.6 di bawah ini merupakan contoh pemberian warna di area
kerja.
Gambar 1.6 Pemberian Warna di Lantai Bengkel
Sumber: Yuzelma
Gambar 1.7 di bawah ini merupakan contoh pemberian petunjuk
di area kerja
Uji Kompetens i
A. Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Pehatikan pernyataan di bawah ini.
1) Dilindungi oleh pembatasan khusus bahaya
2) Para pekerja dianggap dewasa dan berlaku untuk semua pekerja dewasa
3) Jam kerja yang yang dibatasi
4) Pekerja dianggap anak-anak
5) Tidak berlaku ketentuan khusus, baik pembatasan kerja dan jam kerja
6) Dapat bekerja di setiap jenis pekerjaan
Hal yang menjadi hak bagi pekerja muda (usia 18–24 tahun) secara
berurutan terletak pada nomor ….
a. 1-3-4
b. 4-5-6
c. 2-4-6
d. 1-2-4
e. 3-4-6
2. Pemantauan area kerja menjadi bagian penting agar kecelakaan kerja tidak
terjadi. Ada lima komponen pemantauan area kerja. Hal yang tidak termasuk
dalam kelima komponen tersebut adalah ….
a. pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja
b. menetapkan sasaran dalam proses pengelolaan
c. menyusun rencana pengelolaan lingkungan kerja
d. melaksanakan kegiatan pengendalian
e. penerapan langkah pengendalian
3. Area kerja yang aman dan nyaman dapat mencegah terjadinya kecelakaan
kerja yang menimbulkan kerugian materi dan nonmateri. Oleh sebab itu,
housekeeping area kerja harus memenuhi standar-standar tertentu. Salah satu
contoh penerapan housekeeping di laboratorium adalah ….
a. memperlancar aksesbilitas di dalam dan di luar laboratorium
b. menggunakan lemari asam saat bekerja dengan bahan kimia yang
toksik dan konsentrasi tinggi
c. melengkapi ruangan penyimpanan alat dengan alat pengontrol humidity
d. melakukan pembersihan rutin untuk mengendalikan kotoran dan debu
di laboratorium
e. mengatur meja kerja sedemikian rupa sehingga memudahkan jalur
aksebilitas pekerja
4. Kondisi ruang kerja di laboratorium harus memenuhi persyaratan khusus
seperti temperatur, kelembaban, tekanan udara, sterilitas, dan sebagainya.
Untuk memantau kondisi akomodasi lingkungan laboratorium harus memiliki
alat pengendali. Alat pengendali untuk memantau temperatur dan
kelembaban udara adalah ….
a. termometer dan stabilizer listrik
b. termometer dan higrometer
c. termometer dan refrigerator
d. termokopel dan termometer
e. Uninterrubtible Power Suply (UPS) dan stablizer listrik
5. Penyimpanan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) seperti pada gambar di
bawah ini belum memenuhi standar good housekeeping.
Jarak minimum untuk pekerja di salah satu sisi meja sehingga tidak ada
pekerja yang lewat di belakang adalah ….
a. 1.020 mm d. 1.450 mm
b. 1.200 mm e. 1.550 mm
c. 1.350 mm
8. Suatu lingkungan kerja industri bagian pengolahan limbah yang rawan
terdapat virus, bakteri, dan jamur akan menjadi sumber/situasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Faktor bahaya
kesehatan keselamatan dan keamanan kerja di tempat kerja ini termasuk
faktor ….
a. fisik d. biologi
b. biomekanik e. kimia
c. sosial psikologis
9. Pak Budi mengalami gangguan komunikasi dan pendengaran. Hal ini karena
kelalaian dan tidak patuh dalam menerapkan prosedur K3 di area kerja. Faktor-
faktor fisik yang menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi dan
pendengaran pada pak Budi adalah ….
a. terinfeksi oleh bakteri, virus, dan protozoa yang ada di lingkungan kerja
b. terpapar oleh bahan-bahan kimia beracun seperti asam dan bahan-
bahan organik lain
c. terpapar oleh cahaya yang ditimbulkan oleh peralatan dalam jangka
waktu yang lama
d. terpapar oleh peralatan mesin yang selalu berputar dalam jangka waktu
yang lama
e. terpapar suhu lingkungan kerja yang panas
10. Kebisingan di lingkungan kerja berdampak terhadap efektivitas dan daya
kerja seperti gangguan pendenganran, gangguan komunikasi, dan
ketidakfokusan dalam bekerja. Hal yang tidak termasuk usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengurangi intensitas kebisingan di lingkungan kerja adalah
….
a. menempatkan alat peredam pada sumber getaran
b. mengisolasi mesin atau tenaga kerja
c. menggunakan alat pelindung diri seperti ear plug dan ear muff
d. mengatur waktu kerja sesuai dengan intensitas kebisingan
e. penyediaan air minum yang cukup untuk keseimbangan cairan tubuh
11. Mengatasi bahaya kecelakaan kerja dengan cara mengganti mesin yang ada
dengan mesin lain. Hal ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
mengoptimalkan penerapan prosedur keamanan kerja dan supervisi terhadap
pekerja. Tindakan pengendalian risiko seperti ini disebut ….
a. eliminasi
b. penggunaan APD
c. pengendalian administrasi
d. mengganti (substitusi)
e. rekayasa engineering
12. Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja perlu diterapkan prinsip
5R/5S di area kerja. Contoh implementasi Resik (Seiso) di area kerja adalah
….
a. menata atau mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja
b. menjaga agar semua konsep yang telah diterapkan tetap terlaksana
c. meminimalisir sumber-sumber sampah dan kotoran
d. memilah barang yang harus dibuang atau tidak
e. pengaturan tanda visual agar peralatan/barang mudah ditemukan
13. Berikut ini adalah langkah-langkah penilaian risiko (risk assessment).
1) Menetapkan akibat yang ditimbulkan oleh potensi bahaya tersebut
2) Mengkaji hasil penilaian dan melakukan revisi apabila diperlukan
3) Melakukan evaluasi terhadap risiko
4) Mengidentifikasi dan mencari potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja
5) Mencatat semua temuan
Langkah-langkah penilaian risiko secara berurutan adalah
…. a. 4-1-3-5-2
b. 1-4-3-5-2
c. 1-4-3-5-2
d. 4-1-3-5-2
e. 5-1-3-4-2
14. Laboratorium harus menyediakan fasilitas kerja untuk menangani suatu
pengujian sesuai dengan persyaratan guna. Hal ini bertujuan untuk
mencapai kerja yang optimal dan bermutu. Oleh sebab itu, akomodasi
laboratorium harus dirancang seefisien mungkin. Hal yang tidak termasuk
kondisi akomodasi laboratorium adalah
….
a. sumber energi dan pencahayaan
b. tempat penyimpanan alat dan bahan
c. alat pengendalian lingkungan
d. utilitas laboratorium
e. metode uji
15. Hierarki risiko merupakan tahapan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan
kerja di area kerja. Tindakan yang dilakukan dengan memodifiikasi tempat
kerja agar lebih aman disebut dengan tindakan ….
a. eleminasi d. administrasi
b. substitusi e. alat pelindung diri
c. perancangan
B. Soal Esai
Jawablah dengan tepat dan benar.
1. Dua faktor penting yang sangat memengaruhi situasi kerja di laboratorium
adalah
….
2. Lima komponen siklus pengelolaan lingkungan kerja adalah ….
3. Kondisi akomodasi di laboratorium yang harus dipantau adalah ….
4. Hak pekerja muda dan pekerja dewasa adalah ….
5. Faktor risiko kategori A adalah ….
6. Efek bahaya faktor ergonomis adalah ….
7. Tujuan pengendalian risiko di area kerja adalah ….
8. Alat yang berguna mengidentifikasi risiko adalah ….
9. Langkah-langkah pengendalian risiko adalah ….
10. Prinsip penerapan 5R/5S di laboratorium adalah ….
Kursi praktik di dalam ruangan ini tidak seragam serta berbeda bentuk
dan ukurannya. Hal ini belum memenuhi standar dari good housekeeping.
Lakukan analisis seperti contoh di bawah ini!
Analisis kasus gambar
K3 :
5R/5S :
Efek :
Solusi
K3 :
5R/5S :
Buatlah penilaian risiko yang dapat dilakukan untuk pekerjaan membuat
larutan asam!
a. Jelaskan risiko yang mungkin muncul di tempat kerja.
b. Jelaskan yang akan menjadi dampak pada produktivitas apabila satu atau
lebih dari risiko yang telah teridentifikasi mengakibatkan kecelakaan!
c. Tuliskan semua cara untuk mengurangi atau menghilangkan setiap
potensi bahaya bahan kimia atau mengurangi tingkat risiko dan berikan
contoh-contoh tindakan yang telah diambil untuk mengurangi risiko
serupa di masa lalu.
4. Bagaimana cara pemantauan yang dilakukan agar keamanan gedung
laboratorium dapat terlaksana dengan baik?
5. Apa yang akan Anda lakukan agar orang-orang yang berada atau bekerja
di laboratorium kimia, operasi teknik kimia, proses industri kimia, dan
mikrobiologi peduli dan memastikan kondisi akomodasi area kerja aman,
nyaman, dan terhindar dari kecelakaan kerja?