Anda di halaman 1dari 17

MINI RISET (MR)

MK. PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
PRODI S1 PENDIDIKAN
MATEMATIKA
Skor Nilai:

LAPORAN MINI RISET


IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 8

1. Eka Noviasari (4183111104)

2. Nabila Kyosifa (4183311003)

3. Nadya Isti Amima Siagian (4182111011)

4. Nova Yulisa Putri (4181111018)

5. Rizky Feby Salza Billa (4183311030)

KELAS : Matematika Dik C 2018

DOSEN PENGAMPU : Sugianto, M.A

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya lah tugas Laporan Mini Riset pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini
dapat kami selesaikan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kami
berterima kasih kepada dosen pengampu yang sudah memberikan bimbingan dan arahan
kepada kami sehingga tugas Laporan Mini Riset Pendidikan Agama Islam ini dapat
diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Harapan kami semoga Laporan Mini Riset dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki tugas ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan , Mei 2020

KELOMPOK 8

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... I


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ II

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................... 2

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 6


A. Metode Penelitian.................................................................................................... 6
B. Subjek Penelitian..................................................................................................... 6
C. Data dan Sumber Data............................................................................................. 6
D. Metode Pengumpulan Data..................................................................................... 7
E. Teknik Analisis Data................................................................................................ 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 8


A. Hasil Penelitian........................................................................................................ 8
B. Pembahasan............................................................................................................. 9

BAB V PENUTUP................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bagi Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup
memprihatikan. Fenomena lahirnya praktik korupsi juga bisa bermula dari kegagalan dunia
pendidikan dalam menjalankan fungsinya, ditandai dengan beberapa gejala moralitas dan
nurani sebagian dari kalangan akademisi. Banyak bukti menunjukkan masih tingginya
kesalahan diduna pendidikan, pengkatrolan nilai oleh guru, plagiatisme naskah-naskah skripsi
dan tesis, banyaknya kecurangan dalam dunia pendidikan seperti mencontek, korupsi waktu
mengajar, dan sebagainya.

Di sisi lain, praktek pendidikan Indonesia cenderung terfokus pada pengembangan aspek
kognitif sedangkan aspek soft skills atau nonakademik sebagai unsur utama pendidikan
karakter belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung diabaikan. Krisis karakter
sudah waktunya untuk diatasi secara struktural oleh bangsa Indonesia. Karena itu,
penanganan krisis karakter haruslah dimulai dari pemahaman akan penyebab krisis di
Indonesia sehingga solusi terhadap masalah krisis karakter didasarkan pada sumber masalah. 
Oleh karena itu, kami melakukan penelitian yang menyangkut masalah pendidikan karakter
di MAN 2 Model Medan yang akan diteliti mengenai penerapan pendidikan karakter dalam
lingkungan sekolah tersebut. Berikut kami paparkan secara singkat mengenai profil MAN 2
Model Medan : Sekolah ini berdiri pada tahun 1992 dengan legalitas hukum SK Menteri
Agama No. 19/15/1978. Lokasinya di Jl. Jendral Sudirman 791 Purwokerto 53111
Banyumas, Jawa Tengah. Luas areanya sekitar 38.360 m2.  Kepala Sekolah MAN 2 Model
Medan adalah Drs. H. Irwansyah, M.A. Sekolah ini memiliki 2 jurusan yaitu IPA dan IPS.

1.1 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengimplementasian pendidikan karakter di MAN 2 Model Medan?
2. Apa yang menjadi kendala dalam pengimplementasian pendidikan karakter tersebut?

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengimplementasian pendidikan karakter di MAN 2 Model Medan
2. Untuk mengetahui kendala dalam pengimplementasian pendidikan karakter tersebut

1
BAB II
KAJIAN TEORI

Menurut bahasa, karakter berasal dari bahasa Inggris, character yang berarti sifat dan
watak. Dalam bahasa Indonesia watak diartikan sebagai sikap batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya, dan berarti pula budi pekerti. Dengan
demikian pendidikan karakter adalah upaya mempengarui orang lain agar berubah pola pikir,
ucapan, perbuatan, sifat dan wataknya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu dan seimbang.

Nilai-nilai pendidikan karakter menurut Diknas terbagi menjadi 10 nilai yaitu religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu dan
tanggung jawab. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan
karakter adalah naluri, adat/kebiasaan, keturunan dan lingkungan.

Menurut pedoman sekolah yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.proses implementasi


nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui:

a. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum

Kurikulum dalam istilah pendidikan sebagaimana pendapat Ronald C. Doll (dalam


Mudlofir, 2011:1) menyatakan, “the curriculum of a school is the formal and informal
content and process by which learner gain knowledge and understanding, develope, skills and
alter attitudes appreciations and values under the auspice of that school” (kurikulum sekolah
adalah muatan dan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar
untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah
apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah). Atau dengan kata lain kurikulum
merupakan rencana atau penunjuk arah pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
kemudian diwujudkan dalam suatu rangkaian proses pembelajaran.

Tujuan pendidikan sendiri akan membantu siswa dalam mengembangangkan potensi


agar mampu menghadapi tantangan, menghadapi probelematika hidup dan persaingan dalam
dunia kerja sehingga mereka mampu mengatasi problematika tersebut secara arif dan kreatif.
Dan yang kita kenal saat ini adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter. Telah disebutkan

2
sebelumnya bahwa kurikulum merupakan serangkaian rencana, penunjuk arah untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan. Dengan demikian sekolah diarahkan untuk memunculkan
nilai-nilai tersebut. Baik dalam kegiatan pembelajaran dan dalam budaya sekolah melalui
serangkaian pembiasaan.

Contoh dari pengembangan dokumen kurikulum yang mengandung nilai-nilai


pendidikan karakter misalnya adalah prioritas dalam mengembangkan kejujuran, religius,
disiplin dengan mengintegrasikannya dalam RPP dan melaksanakannya dalam pembelajaran.
Contoh lain adalah dengan menyusun peraturan dan tata tertib sekolah yang berisi tentang
unsur-unsur yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

b. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran yang dimaksud disini adalah


pada mata pelajaran yang ada di sekolah. Implementasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran harus dilakukan dengan strategi yang matang dengan melihat kondisi dan
kemampuan siswa serta lingkungan sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan Wagiran yang
menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan integrasi karakter dalam pendidikan memiliki prinsip-prinsip umum


seperti: (1) tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku, (2) tidak mengubah kurikulum,
(3) pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to learn, learning to be,
dan learning to live together, dan (4) dilaksanakan secara kontekstual sehingga terjadi
pertautan antara pendidikan dan kebutuhan nyata siswa” Wagiran (2011:197).

Mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran bertujuan untuk


menanamkan nilai-nilai pada siswa akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga mereka
mampu menginternalisasikan nilai-nilai tersebut tingkah laku sehari-hari. Dalam kurikulum
2013 pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Selanjutnya kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai pendidikan


karakter tersebut dikembangkan pada Rencana Program Pembelajaran (RPP). Guru berperan
dalam mengintegrasikan dan mengembangkan nilai-nilai karakter ke dalam proses
pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima siswa sesuai dengan Kurikulum.
Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang

3
memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan
adalah konten yang bersifat tuntas (mastery).

Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang


dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit
dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung (Uji Publik
Kurikulum 2013, 2012:5-6). Bagaimana seorang guru berperan dalam membiasakan nilai-
nilai tersebut melalui kegiatan pembelajaran merupakan point penting dalam implementasi
pendidikan karakter dalam pembelajaran. Guru mengupayakannilai-nilai yang telah tertuang
dalam kurikulum tersebut agar mendorong siswa untuk menjadikannya sebagai suatu
pembiasaan dan tidak merasakannya sebagai sebuah beban.

c. Budaya Sekolah Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang untuk


melaksanakan

Proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah
merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara terencana
dan terperinci.Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari segi hard skill, soft
skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut sejalan dengan Sjarkawi (2006:
42), yang mengemukakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab
untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan siswa dalam menetapkan suatu
keputusan untuk bertindak atau untuk tidak bertindak. Agar hal tersebut dapat tercapai
sekolah harus menciptakan iklim dan budaya sekolah yang baik sehingga dapat
mengembangkan pola pikir dan meningkatkan kemampuan soft skill dan karakter siswa.
Sudrajat (2009: 8), menyatakan bahwa tiap sekolah mempunyai budayanya sendiri, budaya
merupakan serangkaian nilai, norma, aturan moral, dan kebiasaan, yang telah membentuk
perilaku dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya.

Greer (1997: 3) mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan, kebijakan,


norma, dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara
melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut kebudayaan
dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebiasaan , aturan, aturan moral, keyakinan dalam
sekolah yang dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan, guru-guru di sekolah,
serta warga sekolah. Orang tua juga dapat memonitoring kegiatan yang berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai karakter di sekolah, selain berperan dalam penanaman nilai karakter
di dilingkungan keluarga tentunya.

4
Proses pengembangan karakter siswa di sekolah menurut Zamroni (2011:178),
memiliki pola: rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya. Tentu saja
dengan pelaksanaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal
tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang telah dilalui,
tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang telah dilakukan.
Proses yang berkesinambungan tersebut diwujudkan dalam pembiasaan dan budaya sekolah.
Hal tersebut sejalan dengan kutipan berikut.

5
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
 Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan deskriptif.
Metode kualitatif disebut juga sebagai metode artistik karena proses penelitian
lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut juga sebagai metode interpretative
karena data hasil penelitian lebih berkenan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan. Metode penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis penerapan / implementasi pendidikan karakter di lingkungan
sekolah di MAN 2 Model Medan.

B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

 Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah yang bernama H. Irwansyah, M.A.,
guru BK yang bernama Bapak Edy Junaidi, S.Pd. dan siswa-siswi yang berjumlah
10 orang di MAN 2 Model Medan.
 Objek penelitian ini adalah penerapan / implementasi pendidikan karakter di
lingkungan sekolah di MAN 2 Model Medan.

C. DATA DAN SUMBER DATA


1. Data Pokok

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter adalah :

a. Naluri adalah seperangkat perilaku manusia yang dibawa sejak lahir.

b. Adat / kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang


dilakukan secara berulang- ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan.

c. Keturunan, faktor keturunan terdiri dari warisan khusus kemanusiaan, suku


bangsa dan orang tua.

d. Lingkungan terdiri dari dua macam yaitu lingkungan alam dan lingkungan
pergaulan.

6
2. Data Pendukung

a. Letak Geografis

b. Keadaan Guru

c. Keadaan Siswa

3. Sumber Data

Untuk memperoleh data tersebut penulis menggalinya melalui sumber data


sebagai berikut :

a. Informan yaitu kepala sekolah yang bernama H. Irwansyah, M.A., guru BK


yang bernama Bapak Edy Junaidi, S.Pd. dan siswa-siswa MAN 2 Model
Medan.

b. Dokumen yaitu segala informasi tertulis yang berhubungan dengan subjek dan
objek penelitian.

D. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang digunakan yaitu :
1. Metode Interview
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara. Interview yang
kami lakukan bersifat bebas tetapi terkoordinir artinya pertanyaan yang akan diajukan
sudah disusun secara lengkap meskipun pelaksanaannya tidak terikat oleh daftar
pertanyaan yang tersusun.
2. Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.

E. TEKNIK ANALISIS DATA


Untuk menganalisis data penelitian menggunakan sumber data yang telah diteliti yaitu
dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru BK dan siswa-siswi di MAN 2 Model
Medan tentang penerapan / implementasi pendidikan karakter di lingkungan sekolah.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di MAN 2 Model Medan Helvetia
dengan menggunakan metode interview kepada salah satu guru BK didapat hasil sebagai
berikut :

Pendidikan karakter sudah diterapkan di MAN 2 Model Medan Helvetia sejak dulu
tetapi lebih ditekankan sejak adanya kurikulum 2013 karena aspek-aspek pendidikan karakter
masuk kedalam penilaian raport. Esensi dari penilaian tersebut meliputi kejujuran, ibadah,
dan beberapa topik lain tentang pendidikan karakter dimana penilaiannya bukan
menggunakan angka melainkan menggunakan huruf seperti A yang berarti baik sekali, B
berarrti baik dan C berarti cukup. Untuk menunjang keberhasilan penerapan pendidikan
karakter terhadap siswa guru harus terlebih dahulu mengikuti pendidkan dan latihan
mengenai pendidikan karakter. Selain mengikuti pelatihan guru juga harus membaca buku-
buku tentang pendidikan karakter.

Dalam menerapkan pendidikan karakter terhadap siswa di sekolah, guru tidak


mengguanakan strategi ataupun metode khusus melainkan dengan cara sebagai
berikut : pertama, guru memberikan pemahaman terlebih dahulu mengenai arti pendidikan
karakter yang diselipkan pada setiap pembelajaran di kelas. Kedua, guru melakukan
pengawasan terhadap siswanya mengenai pendidikan karakter di lingkungan sekolah, jika ada
siswa yang belum bisa menerapkan pendidikan karakter  maka langkah awal guru menegur
dan melakukan komunikasi kepada siswa yang melanggar kemudian jika siswa tetap
melakukan pelanggaran secara berulang-ulang maka guru harus memberikan sanksi.

Penilaian pendidikan karakter di MAN 2 Model Medan Helvetia merupakan salah


satu hal yang penting karena mempengaruhi kelulusan siswanya. Penerapan pendidikan
karakter pada siwa tidak selamanya berjalan lancar atau mulus melainkan mengalami
beberapa kendala seperti :   

1) faktor internal itu sendiri (siswa) yaitu siswa masih ada yang kurang antusias untuk
menerapkan pendidikan karakter tersebut. Kedua, faktor eksternal (guru) yaitu
pengawasan guru dalam penerapan pendidikan karakter terhadap siswa masih kurang.

8
2) faktor yang mendukung keberhasilan penerapan pendidikan karakter di sekolah yaitu
adanya niatan dari guru untuk mengimplementasikan serta karena adanya kurikulum
2013.    

B. PEMBAHASAN

Pihak sekolah mengaharapkan dengan adanya penerapan pendidikan karakter di


lingkungan sekolah ini, kedepannya dapat membentuk peserta didiknya menjadi generasi
muda yang berkarakter dan tercapainya nilai-nilai pendidikan karakter seperti :

1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

2) Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

3) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.

4) Kerja keras

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.

5) Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.

6) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

7) Demokratis

9
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.

8) Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Karakter peserta didik sebenarnya telah dibentuk ketika mereka lahir. Hanya karakter
yang seperti apa, hal itu sangat tergantung di lingkungan mana dan siapa yang mendidik
anak. Apabila anak telah dibiasakan dengan karakter yang baik, maka anak akan menjadi
baik. Sebaliknya bila perilaku buruk yang ditanamkan maka anak akan berkarakter buruk.

Anak yang telah diperkenalkan dengan nilai karakter yang baik, kemudian dibina
untuk mencintai dan memahami nilai tersebut sehingga melekat pada kepribadiannya yang
membedakan dia dengan anak lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan
cerminan iman dan ikhsan dalam konteks Islam.

Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri


meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. Melalui program ini diharapkan setiap lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik
yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan
budaya Indonesia.

Dengan diterapkanya pendidikan karakter di sekolah seperti yang ada di MAN 2


Model Medan Helvetia sangat membantu pembentukan karakter yang dimiliki oleh peserta
didik. Pendidikan disekolah adalah faktor pendukung penentu karakter seorang anak apabila
di lingkungan keluarganya kurang mendapat dukungan untuk membentuk karakter anak
tersebut

10
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
     Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia/insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan
mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan.

B. SARAN

Setelah mendiskusikan dan menyimpulkan implementasi pendidikan karakter,


peneliti memberikan rekomendasi agar pendidikan karakter tidak lagi dipertanyakan
oleh guru dan dapat dijalankan dalam kehidupan sekolah. Seluruh warga sekolah
harus menjalankan tugas masing-masing sesuai peraturan dan program sekolah.
Kepala sekolah harus lebih tegas dan memiliki jiwa kepemimpinan dan juga
mengayomi seluruh warga sekolah sehingga penegakkan disiplin sebagai salah satu
bentuk adanya karakter bisa dibudayakan di sekolah sehingga dapat mencapai
pendidikan berkarakter yang telah ditetapkan bersama dalam visi dan misi sekolah.

Selain itu, guru sebagai pendidik benar-benar harus memahami empat


kompetensi (pedagogik, sosial, kepribadian, profesi) sebagai tenaga pendidik
profesional dengan selalu mempersiapkan diri terutama mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan penanaman dan pembinaan karakter siswa. Dalam proses

11
pembelajaran. Guru harus memberikan teladan, baik sikap, maupun perilaku yang
berkarakter sehingga peserta didik serta warga sekolah lain yang melihat dapat
mencontohnya selain bertugas untuk menginternalisasi dan mengimplementasi nilai
karakter pada peserta didik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abudin.2012. Kapita Selekta Pendiidkan Islam.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai