Anda di halaman 1dari 24

HUMANITAS DALAM ISLAM

Disusun oleh :
Kelompok 9
Feby Fitriatus

11141040000027

Putri Nur Afiani

11141040000005

Yessica Putriandeta

11141040000037

Rohmatullah Amirodtudin

11141040000049

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DESEMBER/ 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
Humanitas dalam Islam tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Study Islam yang di bimbing oleh Ibu
Ainun .
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah member kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kategori sempurna, baik dari
segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan, Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah makalah
selanjutnya.

Jakarta, 08 Desember 2014


Penyusun,

Kelompok 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 0
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 0
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 0
1.1

Latar Belakang........................................................................................................... 0

1.2

Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3

Pembatasan Masalah ................................................................................................ 1

1.4

Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 1

1.5

Metode Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II ISI .................................................................................................................................... 2


2.1

Humanitas dalam Islam............................................................................................. 2

2.2

Etika Keperawatan dalam Islam ................................................................................ 6

2.3

Prinsip prinsip Bioetika......................................................................................... 12

2.4

Adab Dokter (Etika dokter) ..................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 19


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi oleh Allah
swt, untuk memimpin dunia, ini terbukti di dalam Al-Quran yaitu surat
Al-Baqarah ayat 30, yang berbunyi :

artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat :


Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. (Al-Baqarah : 30)1
Namun pada kenyataannya, manusia seakan-akan lupa pada
kodrat awal diciptakannya sebagai pemimpin di muka bumi. Contoh
yang paling mudah kita temukan yaitu sebagian manusia berduyun
duyun merusak lingkungan untuk keperluan golongannya, bahkan untuk
dirinya sendiri. Di sisi yang lainnya, manusia itu saling bertentangan
dengan manusia yang lain dalam merebut kekuasan Allah swt (dalam hal
ini lingkungan), padahal manusia diciptakan untuk saling bekerjasama
untuk menjaga dunia ini.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami akan membahas
tentang Humanitas dalam Islam, dengan di buatnya makalah ini semoga
kita semua sadar akan kodrat kita sebagai makhluk ciptaan Allah swt
(manusia) yang telah diberi amanat untuk menjadi pemimpin di muka
bumi ini.

Departemen Agama RI,Mushaf Al-Quran Terjemah,(Jakarta:Pena Pundi Aksara,2002)

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka didapatkaan rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana kodrat manusia (humanitas) dalam islam ?
2) Bagaimana etika keperawatan dalam islam ?
3) Jelaskan pengertian bioetika ?
4) Bagaimana prinsip-prinsip yang terkandung dalam bioetika ?
5) Bagaimana adab sebagai dokter islam yang baik ?

1.3

Pembatasan Masalah
Pada makalah ini, penyusun akan membahas seputar humanitas dalam
islam, etika keperawatan dalam islam, prinsip bioetika, dan adab tabib
(dokter) dalam hal ini mengenai etika.

1.4

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kodrat manusia (humanitas) dalam islam.
2. Mengetahui etika keperawatan dalam islam.
3. Mengetahui pengertian bioetika.
4. Mengetahui prinsip-prinsip yang terkandung dalam bioetika.
5. Mengetahui adab sebagai dokter islam.

1.5

Metode Penulisan
1. Metode Kajian Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku-buku
yang berkaitan dengan penulisan.
2. Metode Kajian Media Elektronik
Metode kajian elektronik adalah metode yang dilakukan untuk
mencari sumber-sumber atau literature di media internet.

BAB II
ISI

2.1

Humanitas dalam Islam


Dalam pandangan Islam, manusia mempunyai derajat yang tinggi,
karena Islam telah memuliakannya. Hal ini ditunjukkan melalui beberapa ayat
al-Quran yang menjelaskan tentang takdir manusia, sehingga ayat-ayat itu
mengukuhkan kehormatannya dan mengangkat kedudukannya. Kemudian
Allah mengutamakannya melebihi semua makhluk lainnya dan memilihnya
dari alam semesta ini, memuliakannya, mendidiknya serta mentakdirkannya,
sehingga kedudukannya melebihi malaikat, dan memiliki ilmu serta tanggung
jawab yang besarnya melebihi gunung, bumi dan langit. Allah berfirman
dalam al-Quran :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat, lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada

mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan


kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir." (Al-Baqarah: 3034)
Manusia dipilih, dimuliakan, diutus dan mempunyai kegigihan, sehingga
dia menjadi khalifatullah di bumi supaya ditanami dengan benih-benih
kebajikan dan membangunnya dengan keadilan, kasih sayang serta
perdamaian untuk kebaikan alam dan sekitarnya. Manusia diikat dalam suatu
perjanjian primordial dengan Tuhan, yaitu bahwa manusia, sejak dari
kehidupannya dalam alam ruhani, berjanji untuk mengakui Tuhan Yang Maha
Esa sebagai pusat orientasi hidupnya. Hasilnya ialah kelahiran manusia dalam
kesucian asal (fitrah), dan diasumsikan ia akan tumbuh dalam kesucian itu
jika seandainya tidak ada pengaruh lingkungan. Kesucian asal itu bersemayam
dalam hati nurani (nurani, artinya bersifat cahaya terang), yang mendorongnya
untuk senantiasa mencari, berpihak dan berbuat yang baik dan benar. Tetapi
karena manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang lemah (antara lain,
berpandangan pendek, cenderung tertarik kepada hal-hal yang bersifat
segera), maka setiap pribadinya mempunyai potensi untuk salah, karena
tergoda oleh hal-hal menarik dalam jangka pendek. Maka, untuk hidupnya,
manusia dibekali dengan akal pikiran, kemudian agama, dan terbebani
kewajiban terus menerus mencari dan memilih jalan hidup yang lurus, benar
dan baik. jadi manusia adalah makhluk etis dan moral, dalam arti bahwa
perbuatan baik buruknya harus dapat dipertanggungjawabkan, baik di dunia
ini sesama manusia, maupun di akhirat di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Berbeda dengan pertanggungjawaban di dunia yang nisbi sehingga masih ada
kemungkinan manusia menghindarinya, pertanggungjawaban di akhirat

adalah mutlak, dan sama sekali tidak mungkin dihindari. Selain itu,
pertanggungjawaban mutlak kepada Tuhan di akhirat itu bersifat sangat
pribadi, sehingga tidak ada pembelaan, hubungan solidaritas dan perkawinan,
sekalipun sesama antara teman, karib kerabat, anak dan ibu-bapak.
Semuanya itu mengasumsikan bahwa setiap pribadi manusia, dalam
hidupnya di dunia ini, mempunyai hak dasar untuk memilih dan menentukan
sendiri perilaku moral dan etisnya (tanpa hak memilih itu tidak mungkin
dituntut pertanggungjawaban moral dan etis, dan manusia akan sama derajat
dengan makhluk yang lain, jadi tidak akan mengalami kebahagiaan sejati).
Karena hakekat dasar yang mulia itu, manusia dinyatakan sebagai puncak
segala makhluk Allah, yang diciptakan olehnya dalam sebaik-baik ciptaan,
yang menurut asalnya berharkat dan martabat setinggi-tingginya. Karena
Allah pun memuliakan anak cucu Adam ini, dan melindungi serta
menanggungnya di daratan maupun di lautan, setiap pribadi manusia adalah
berharga, seharga kemanusiaan sejagad. Maka barangsiapa merugikan seorang
pribadi, seperti membunuhnya, tanpa alasan yang sah maka ia bagaikan
merugikan seluruh umat manusia, dan barangsiapa berbuat baik kepada
seseorang, seperti menolong hidupnya, maka ia bagaikan berbuat baik kepada
seluruh umat manusia. Oleh karena itu setiap pribadi manusia harus berbuat
baik kepada sesamanya, dengan memenuhi kewajiban diripribadi terhadap
pribadi yang lain, dan dengan menghormati hak-hak orang lain, dalam suatu
jalinan hubungan kemasyarakatan yang damai dan terbuka.2 Karena manusia
dengan semua hal apa yang diberikan oleh Allah seperti kekuatan- kekuatan
dan potensi-potensi yang sama, dalam sebaik keadaan, maka ia telah
menjinakkan dirinya menjadi lebih bernilai daripada tabiat(alam) yang ia
tundukkan, yang ia arahkan menurut kehendaknya(manusia) dan menurut
keinginannya. Maka dari itu, manusia telah ditakdirkan menjadi tuan dari
2

Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan Relevansi Islam dalam Sejarah
(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), Hal.193-194

tabiat(alam) sepanjang masa, dan manusia itu berperan dalam penemuan


penemuan

paling

penting

di

setiap

tempat,

dan

merealisasikan

kemenangankemenangan yang paling besar dan ia mampu mengontrol


jiwanya serta mengendalikan alam sekitarnya. Secara realita, sesungguhnya
hal tersebut tidaklah sulit bagi manusia, karena manusia merupakan makhluk
yang paling mulia dalam wujud. Allah mengaruniakan khilafah di bumi
kepada manusia. Allah menugaskan kepada manusia agar membawa amanah,
yang mana langit-langit, bumi, serta gunung merasa berat untuk
menanggungnya. Mungkin hal tersebut bisa menjelaskan kepada kita akan
kemulian manusia, sekaligus menampakkan kriteria dan posisinya. Oleh
karena itu, kita berkewajiban mencurahkan perhatian kepada mansuia, serta
meneliti guna mengetahuinya, memahaminya, memperhatikan kemampuankemampuannya, potensi-potensinya, serta mengarahkan kemampuannya,
mendidik akhlaknya, meningkatkan indranya, dan menjernihkan hatinya.
Sebenarnya hal tersebut bukanlah hal remeh dan mudah, karena pengetahuan
tentang manusia dan karakternya, itu tergolong topik-topik yang cukup susah,
yang membuat semua filosof dan pemikir merasa kebingungan tentangnya.
Meskipun demikian, masing-masing dari mereka itu berupaya untuk membuat
definisi serta menjelaskan pengertiannya.
Di antara nikmat yang paling besar itu adalah akal, ilmu dan
intelektualitas. Akal manusia mampu berfikir-fikir tentang alam semesta,
semua ciptaan Allah dan berfikir tentang dirinya sendiri agar bisa mengetahui
posisinya di dunia ini, tangung jawab yang telah dibebankan, peran yang
diharuskannya,

amanah

yang

dipercayakannya,

kepemimpinan

yang

berikannya, dan sebab-sebab yang menjadikanya dipilih dan diistimewakan


oleh Allah mengalahkan makhluk yang lainya. Hanya Allah saja yang
mengetahui hikmah dibalik itu, yang membuat malaikat heran atas pilihan
tersebut diwaktu Allah menyampaikan sebuah cerita yang besar.

2.2

Etika Keperawatan dalam Islam


A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan,
perilaku atau karakter. Dengan kata lain Etika adalah peraturan atau norma
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan
dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.3 Etika keperawatan
berarti norma yang harus ditaati oleh seorang perawat dalam melakukan
tindakan-tindakan keperawatan.
B. Kode Etik Keperawatan
Dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, seorang perawat
haruslah

patuh

terhadap

norma-norma

keperawatan.

Norma-norma

keperawatan atau yang biasa disebut kode etik keperawatan yang antara lain
berisi dari:
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2)

Perawat

dalam

memberikan

pelayanan

keperawatan

senantiasa

memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat


istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.

Robert Priharjo, Pengantar Etika Keperawatan,(Yogyakarta:Kanisius,1995),Hal.11-12

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan


dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktek
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional

yang menerapkan pengetahuan serta

ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.


3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada
orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat

mengemban

tanggung

jawab

bersama

masyarakat

untuk

memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi


kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
ilegal.

e. Perawat dan Profesi


1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan
dan pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan4
C. Etika Keperawatan dalam Pandangan Islam
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan etika
keperawatan dan menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara
sukarela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari
keputusan-keputusan perawat.
Ayat-ayat tersebut diantaranya :

Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
4

Kode Etik Keperawatan(online)(,http://www.inna-ppni.or.id/index.php/kode-etik, diakses pada 30


November 2014 pukul 14.15 WIB)

(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,


dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya

(kepada

mereka).

Dan

tolong-menolonglah

kamu

dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam


berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya"
(QS 5:2)5
Dengan demikian mengobati serta merawat orang sakit adalah
termasuk tugas mulia dari sekian banyak tugas-tugas atau pekerjaan mulia
lainnya. Bahkan menurut QS Al-Maidah di atas, mengobati dan merawat
termasuk perbuatan ibadah berupa tolong menolong terhadap sesama.
Sebagai perbuatan ibadah maka tugas mulia ini sedemikian rupa harus
memenuhi syarat-syarat terkabulnya ibadah yaitu Ikhlas dan Sesuai
dengan tuntunan Rasulullah S.A.W Kalau tidak maka sia-sialah pekerjaan
tersebut, kelak di akhirat tidak akan mendapat buahnya.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran:

Departemen Agama RI,AL-Quran dan Terjemahannya,(Bandung:PT Syamil Media Cipta,2005)

Artinya :
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun." (QS An-Nisa: 1)6
Kode etik keperawatan dalam islam berasal dari ayat suci Al-Quran di
mana Allah berfirman :

Artinya :
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa
barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang
lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan
seseorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan
semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian
banyak diantara mereka setelah itu melampui batas di bumi. (Q.S. almaidah :32).7

6
7

Departemen Agama RI,AL-Quran dan Terjemahannya,(Bandung:PT Syamil Media Cipta,2005)


Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemahannya,(Bandung:PT Syamil Media Cipta,2005)

Artinya :
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal. (Q.S. Ali-imran : 159).8
Kedua

ayat

menetapkan

model

bagi

perawat

Muslim

dan

mengharuskan mereka untuk berbelas kasih dan belas kasihan dengan pasien,
dengan mengikuti jejak Allah dan Nabi mereka dan mereka senantiasa harus
tegas membangun etika mereka pada hukum-hukum islam.
Perawat harus sangat bermurah hati dan penuh kasih dengan pasien,
puas dengan profesi mereka dan bangga dengan pelayanan mulia mereka yang
mereka tawarkan. Perawat harus mempunyai martabat, harga diri, dan rasa
hormat terhadap diri mereka sendiri dan terhadap profesi mereka. Perilaku
mereka harus menjadi contoh yang baik untuk seluruh masyarakat. Ini tentu
etika penting dari perawat Muslim.
Perawat muslim harus memahami bagian penting dari profesi mereka
dan berpikir tentang kesucian jiwa pasien dan tubuh mereka. Hal ini adalah
perawatan yang paling penting dalam kode etik islam.

Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemahannya,(Bandung:PT Syamil Media Cipta,2005)

2.3

Prinsip prinsip Bioetika


A. Pengertian Bioetika
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan etos
yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi
interdispliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di
bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro,
masa kini dan masa yang akan datang.9
Sedangkan menurut beberapa para ahli bioetika dapat didefinisikan
sebagai :
1. Menurut Samuel Gorovitz (1977), bioetika adalah pemeriksaan
kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan
dalam konteks yang menyangkut kesehatan dan konteks yang
melibatkan ilmu pengetahuan biologis.
2. Menurut F. Abel (1988), bioetika adalah studi interdispliner
tentang problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang
biologi dan ilmu kedokteran pada skala mikro maupun makro
termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta system
nilainya kini dan masa mendatang.
3. Menurut Daniel Callagan, bioetika

wilayah silang-menyilang

antara etika dan ilmu-ilmu hayati


4. Menurut Darryl Macer, dkk (2006), Bioetika adalah studi tentang
topik-topik etis dan pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan pemakaian organisme organisme hidup.10

M. Jusuf Hanafiah,Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,(Jakarta:EGC,2008)


K. Bertens,Perspektif Etika Baru,(Yogyakarta:Kanisius,2009)

10

B. Prinsip prinsip Bioetika


Bioetika bukanlah suatu ilmu baru, tetapi suatu usaha untuk
melibatkan berbagai ilmu dalam merefleksikan problem problem baru.
Keempat prinsip ini adalah :
a. Beneficence
Tindakan berbuat baik yaitu sikap dimana dokter berbuat baik
kepada pasien serta memberikan keuntungan yang paling besar
terhadap pasien. Memandang pasien / keluarga / sesuatu tak hanya
sejauh menguntungkan dokter / rumah sakit / pihak lainnya.
Mengutamakan kepentingan pasien. Menyelamatkan orang dari
bahaya.
b. Non Maleficence
Tidak merugikan adalah sikap dimana seorang dokter
mementingkan pasien yang keadaannya darurat atau gawat .
c. Justice
Keadilan adalah sikap dimana seorang dokter bersikap adil kepada
pasiennya.
d. Autonomy
Memberi sumbangan relative sama terhadap kebahagiaan diukur
dari kebutuhan mereka. Memberi perlakuan sama untuk setiap
orang .
Dalam hal pemakaiannya, keempat prinsip ini juga dibantu dengan
kaidah prima facie sebagai penentu kaidah dasar mana yang dipilih jika
berada dalam konteks tertentu.11

11

K. Bertens,Perspektif Etika Baru,(Yogyakarta:Kanisius,2009)

2.4

Adab Dokter (Etika dokter)


A. Pengertian Etika
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari soal
kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa
yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat
merupakan perbuatan.12
B. Dasar-dasar Profesionalisme Klinik
Ada beberapa dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk
mendapatkan sikap profesionalisme dalam masalah klinik. Dasar-dasar
tersebut antara lain:
1. Kompetensi klinik
Sebelum seorang bisa menjadi profesional dalam profesi
sebagai dokter, hal pertama yang menjadi dasar adalah
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk dalam bidang
kedokteran, tanpa hal ini seseorang tidak akan bisa menjadi
profesional dalam klinik nanti.
2. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter adalah
keterampilan berkomunikasi. Hal ini menjadi penting karena yang
akan dihadapi oleh seorang dokter adalah manusia, bukan
binatang. Oleh karena itu, seorang dokter harus memahami dan
mempelajari tata cara berkomunikasi yang baik terhadap pasien,
keluarga pasien, ataupun dengan teman sejawat sesama tenaga
medis.

12

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran,( Jakarta: FKIK UIN Jakarta, 2004)

3. Pengetahuan dan pemahaman tentang etika


Pengetahuan yang wajib dimiliki dan diamalkan oleh seorang
dokter demi profesionalismenya dalam klinik adalah etika yang
benar, karena tanpa etika ini mustahil seseorang bisa meraih gelar
profesional dalam profesinya.13

C. Profesionalisme klinik
Dalam mencapai kata profesional dalam kedokteran di klinik ada
beberapa kriteria. Kriteria tersebut antara lain:
1. Mencapai keberhasilan dan kesempurnaan profesi secara prima

Untuk menjadi profesional, seorang dokter harus terus berusaha


meraih kesuksesan dan kesempurnaan dalam profesinya secara prima.
Yang dimaksud dengan kesempurnaan prima disini yaitu kesempurnaan
yang tidak hanya pada batas standar, tetapi harus lebih dari batas standar
tersebut. Hal ini dapat diperoleh dengan terus mempelajari ilmu
kedokteran dan mengikuti segala perkembangan yang tejadi di dalamnya.
2. Perikemanusiaan

Seorang dokter dalam melakukan tugasnya harus memberikan


empati, kasih sayang , dan otomi kepada pasiennya. Beberapa hal inilah
yang dimaksud dengan perikemanusian, dan hal ini menjadi salah satu
dari beberapa kriteria profesionalisme seorang dokter dalam melakukan
tugasnya di klinik.
3. Dapat dipertanggung jawabkan

Seorang dokter harus selalu berhati-hati dalam mendiagnosa dan


memberikan pengobatan kepada pasiennya, agar tidak terdapat kesalahan
atau kekeliruan yang menjadikan hal tersebut mal praktek. Seorang dokter
13

Arlis,Profesionalisme Dokter Muslim di Klinik, (Materi Kuliah 04/09/2012,Jakarta, 2012)

juga harus berani bertanggung jawab atas segala hal dan resiko yang ia
ambil dari pengobatan pasien tersebut.
4. Mementingkan kepentingan orang lain

Sebagai dokter yang profesional, kepentingan pasien jauh lebih


penting daripada kepentingan dirinya sendiri. Dan dokter yang
profesional tidak akan memberikan pengobatan berdasarkan materi, dan
menerima imbalan dari pasiennya dengan ikhlas.14
D. Sumpah Dokter Indonesia
Saya bersumpah :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
jabatan kedokteran
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter
5. Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan
6. Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya berikhtiar
dengan sungguh-2 supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
Keagamaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial
7. Saya akan memberikan kepada guru-2 saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya
8. Teman sejawat akan saya perlakukan sebagai saudara kandung
9. Saya akan menghormati setiap insan mulai dari saat pembuahan
10. Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan

14

Arlis,Profesionalisme Dokter Muslim di Klinik, (Maateri Kuliah 04/09/2012, Jakarta, 2012)

11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan


mempertaruhkan kehormatan diri saya15

sungguh-2

dan

dengan

E. Sumpah Dokter UIN


Bismillahi rahmani rahim
AshaduAllah illaha illallah wa ashadu anna Muhammad rasullullah
Demi Allah
1.
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan
2.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur jabatan kedokteran

15

3.

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter

4.

Saya akan menjalankan


kepentingan masyarakat

5.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena


pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter

6.

Saya tidak akan menggunakan pengetahuan kedokteran saya untuk


sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan sekalipun diancam

7.

Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat


pembuahan

8.

Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita dan


keselamatan masyarakat

9.

Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak


terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
politik kepartaian atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderita dan masyarakat

10.

Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan


pernyataan terima kasih yang selayaknya

tugas

saya

dengan

mengutamakan

Sunaridi. Revolusi Ilmuan Muslim bagi Dunia Kedokteran. Surakarta: Hilal Ahmar Press; 2011

11.

Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya


sendiri ingin diperlakukan

12.

Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran


Indonesia yang berdasarkan Pancasila

13.

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dengan


mempertaruhkan kehormatan diri saya sebagai DOKTER yang
berpedoman pada firman Allah. Bahwa sesungguhnya : Shalatku,
Pengabdianku, Kehidupanku, dan Kematianku karena Allah
Pemelihara Alam Semesta16

F. Kewajiban Dokter Muslim


Sebagai seorang dokter muslim, ada beberapa hal yang harus
dilakukan diluar kewajiban dokter-dokter lain yang buakan beragama
islam, kewajiban tersebut diantaranya:
a. menyandang visi-misi seorang dokter
b. membantu orang menderita sakit/penyakit, baik fisik maupun mentalc.
d.
e.
f.

16

rohani
menolong dan mengobati pasien secara Islami dan halal
bertujuan membangun masyarakat yang sehat dan kuat
mengembalikan orang sakit ke dalam masyarakat kembali dan
membuat pasien menjadi mandiri
seorang Muslim yg bertaqwa, menjalankan syariat dan hukum Islam
dengan patuh, taat dan konsekwen, istiqamah, fathonah.17

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran,( Jakarta: FKIK UIN Jakarta, 2004)

17

Saharawati Mahmouddin,Kedokteran Nabi, Al-Thibb Al-Nabawi (Medicine Of The Prophet,)(Materi


Kuliah,Jakarta, 2012)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia mempunyai derajat yang tinggi, karena Islam telah memuliakannya.
Kemudian Allah mengutamakannya melebihi semua makhluk lainnya dan
memilihnya dari alam semesta ini, memuliakannya, mendidiknya serta
mentakdirkannya, sehingga kedudukannya melebihi malaikat, dan memiliki ilmu
serta tanggung jawab yang besarnya melebihi gunung, bumi dan langit. Akal
manusia mampu berfikir tentang alam semesta, semua ciptaan Allah dan berfikir
tentang dirinya sendiri agar bisa mengetahui posisinya di dunia ini, tangung
jawab yang telah dibebankan, peran yang diharuskannya, amanah yang
dipercayakannya, kepemimpinan yang berikannya, dan sebab-sebab yang
menjadikanya dipilih dan diistimewakan oleh Allah mengalahkan makhluk yang
lainya.
Oleh karena itu, kita sebagai calon perawat muslim yang baik, harus bisa
mengimplementasikan kode etika keperawatan dengan semestinya. Agar kita
menjadi amanah dalam menjalankan tugas kita.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga kita bisa mengambil hikmahnya
dengan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan memahami kodrat kita sebagai
manusia dengan menjalankan tugas kita dengan sebaik mungkin dan penuh
dengan rasa tanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Arlis.2012.Profesionalisme Dokter Muslim di Klinik.(Materi Kuliah


04/09/2012,Jakarta)
Bertens, K..2009.Perspektif Etika Baru.Yogyakarta:Kanisius
Departemen Agama RI.2002.Mushaf Al-Quran Terjemah.Jakarta:Pena Pundi Aksara
Departemen Agama RI.2005.AL-Quran dan Terjemahannya.Bandung:PT Syamil
Media Cipta
Hanafiah, M. Jusuf.2008.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

Kode Etik Keperawatan(online),(http://www.inna-ppni.or.id/index.php/kode-etik,


diakses pada 30 November 2014 pukul 14.15 WIB)
Madjid, Nurcholish.1995.Islam Agama Peradaban Membangun Makna dan
Relevansi Islam dalam Sejarah .Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina
Mahmouddin, Saharawati.2012.Kedokteran Nabi, Al-Thibb Al-Nabawi : Medicine Of
The Prophet.(Materi Kuliah,Jakarta)

Nata, Abuddin.2004.Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran.Jakarta: FKIK


UIN Jakarta
Priharjo, Rober.1995.Pengantar Etika Keperawatan.Yogyakarta:Kanisius
Sunaridi.2011.Revolusi Ilmuan Muslim bagi Dunia Kedokteran.Surakarta: Hilal
Ahmar Press

Anda mungkin juga menyukai