Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PERTEMUAN 4

PENDDIKAN AGAMA ISLAM


“HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM”
DOSEN PEMBIMBING : Drs.H.MUNAWIR,M.Si

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD NURUL FAJAR (1984202024)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA SEMESTER 2
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya yang berjudul
“HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM”

            Dengan selesainya  makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah ini.

Pugung Raharjo,27 Maret 2020


1

Konsep Manusia dalam Islam

Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dalam bentuk sesempurnanya Makhluk.
Keberadaan manusia adalah yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk yang
lainnya. Manusia memiliki fisik, perasaan, hawa nafsu, juga akal yang membuat manusia
berbeda dengan makhluk lainnya. Hakikat manusia menurut islam bukanlah seperti hewan,
tumbuhan, atau makhluk lainnya yang bernyawa.

Makhluk seperti hewan sepintar apapun terlihatnya ia hanyalah makhluk yang didorong
oleh insting dan memori dalam otak atau fisiknya. Sedangkan manusia dalam dirinya dengan
kesempurnaan akal adalah makhluk yang dapat menilai benar dan salah sebuah perilaku.
Tidak hanya itu, ia pun juga bisa mengukut baik dan buruknya suatu tindakan.

Manusia adalah makhluk yang spesial yang Allah ciptakan. Namun seperti apakah
manusia dalam sudut pandang islam? Mengapa ia diciptakan Allah sedangkan perilakunya
banyak melakukan kerusakan?

Konsep Manusia dilihat dari Tujuannya diciptakan

Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep manusia adalah
dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam kehidupan ini. Sebagian ummat
lain menganggap bahwa manusia tercipta sendirinya dan melakukan hidup dengan apapun
yang mereka inginkan, sebebas-bebasnya. Dalam ilmu pendidikan islam, yang berbicara
mengenai konsep manusia tentunya tidak didefinisikan seperti itu.
Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan
penciptaannya di muka bumi oleh Allah SWT.

 Beribadah kepada Allah

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”
(QS Adzariyat : 54)

Konsep manuia menurut islam berdasarkan dari tujuannya diciptakan, semata-mata adalah
untuk beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah artinya kita menganggap Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah, menjadi tempat bergantung,
diagungkan, dan diikuti seluruh perintahnya. Tanpa melakukan ibadah kepada Allah niscaya
manusia akan tersesat dan kehilangan arah hidupnya.

Ibadah bukan saja berarti hanya sekedar melaksankan ibadah ritual atau yang sifatnya
membangun spiritual saja. Ibadah artinya mengabdi, menjadikan diri kita sebagai abada atau
budak dalam hidup untuk Allah SWT. Ibadah artinya bukan hanya saat shalat saja melainkan
semua aspek diri kita bisa dijadikan ibadah asalkan membawa kebaikan dan pahala.

Orang yang menikah, bekerja, berkeluarga, menuntu ilmu, mendidik anak, dan lain
sebagainya merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan bukan hanya untuk dirinya
namun untuk ummat. Untuk itu ibadah dalam islam artinya mengikuti segala apa yang
diperintahkan oleh Allah dalam segala bentuk kehidupan kita.

Sejatinya, Allah menyuruh manusia beribadah bukanlah untuk kebaikan Allah sendiri. Jika
dipikirkan lebih mendalam beribadah kepada Allah dengan ikhlas adalah untuk kebaikan
umat manusia itu sendiri. Dengan beribadah kepada Allah, menjadikannya sebagai Illah
dalam hidup kita, maka akan datang kebaikan dalam hidup ini. Penyebab hati gelisah dalam
islam biasanya karena memang manusia tidak menggantungkan hidupnya pada Allah dan
mencari keagungan lain selain Allah. Hal tersebut tentu tidak akan membuat tenang, malah
risau karena tidak pernah menemukan jalan keluarnya.

Untuk itu ibadah kepada Allah dengan meyakini rukun Iman dan menjalankan rukun
Islamadalah bagian dari beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah masih banyak lagi
dilakukan di berbagai bidang kehidupan manusia dengan mendasarkannya pada fungsi iman
kepada Allah SWT.

 Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa Depan Akhirat

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,”
(QS. Al-Baqarah: 155-157).

Dalam surat tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia diciptakan adalah
untuk diberikan ujian di dunia. Barangsiapa bisa melalui ujian di dunia dengan berbagai
tantangan dan kesulitannya, maka Allah akan memberikan pahala akhirat dan rahmat bagi
yang benar-benar melaksanakannya dengan baik. Menghadapi musibah dalam islam
hakikatnya adalah menghadapi ujian di dunia yang harus dilalui dengan kesabaran. Maka itu
islam melarang berputus asa, karena ada banyak bahaya putus asa dalam islam. Salah satunya
adalah tidak bisa optimis untuk menjalankan hidup di dunia untuk masa depan akhirat yang
baik.
Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui siapa yang bisa mengikuti dan mengabdi
pada Allah dengan membalas segala perbuatan dan usahanya untuk menghadi ujian, di
akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin yang harus tetap diisi agar kelak sebelum masa
pembalasan, proses penghisaban (perhitungan) kita mendapatkan hasil terbaik ujian di dunia.

Jika seluruh hidup ini adalah ujian dari Allah, maka termasuk kebahagiaanpun adalah ujian di
dunia. Termasuk orang yang memiliki harta melimpah, jabatan yang tinggi, kekuasaan, anak-
anak, dan lain sebagainya. Manusia diuji apakah ia mampu tetap mengabdi dan menyembah
Allah walaupun sudah seluruhnya diberikan kenikmatan oleh Allah SWT.

Untuk itu, karena hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu mengusahakan hidup
untuk bisa mendapatkan keridhoaan Allah yang terbaik pada kita. Harta dalam islam
bukanlah satu-satunya kenikmatan yang akan selalu membahagiakan. Ia hanyalah alat dan
tiitpan Allah, yang terasa nikmatnya dan bisa habis kenikmatannya suatu saat nanti.

 Melakukan Pembangunan di Muka Bumi dan Tidak berbuat Kerusakan

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 diatas, menunjukkan bahwa manusia diciptakan di
muka bumi adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah di atas bukan berarti
hanya sekedar pemimpin. Manusia yang hidup semuanya menjadi pemimpin. Pemimpin
bukan berarti hanya sekedar status atau jabatan dan tidak perlu mendapatkan jabatan tertentu
untuk menjadi khalifah di muka bumi.
Khalifah di muka bumi bukan berarti melaksanakannya hanya saat ada jabatan
kepemimpinan seperti presiden, ketua daerah, pimpinan tertentu di organisasi/kelompok.
Khalifah di muka bumi adalah misi dari Allah yang telah diturunkan sejam Nabi Adam
sebagai manusia pertama. Untuk itu, khalifah disini bermaksud sebagai fungsi.

Fungsi dari pemimpin adalah mengatur, mengelola, menjaga agar sistem dan perusahaannya
menjadi baik dan tidak berantakan. Pemimpin juga menjadi figur atau teladan, tidak
melakukan sesuatu dengan semena-mena atau tidak adil. Pemimpin membuat segalanya
berjalan dengan baik, teratur, dan bisa tercapai tujuannya.

Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola, mengatur segala
kehidupan di dunia. Mengelola bumi artinya bukan hanya mengelola alam atau diri sendiri
saja, melainkan seluruh kehidupan yang ada di bumi termasuk sistem ekonomi, politik, sosial,
budaya, hukum, IPTEK, pendidikan, dan lain sebagainya. Maka itu manusia manapun dia
wajib menghidupkan, mengembangkan, dan menjalankan seluruhnya dengan baik agar adil,
sejahtera, dan sesuai fungsi dari bidang tersebut (masing-masing).

 Menegakkan Keadilan di Muka Bumi

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qasas [28] : 77)

Menjalankan misi khalifah fil ard bukan berarti kita mengerjakannya seorang diri. Keutamaan
adil terhadap diri sendiri memang sangat banyak, namun lebih bermanfaat lagi jika adil juga
terhadap manusia yang lain. Melakukan misi khalfiah fil ard berarti kita berbagi tugas dengan
manusia lainnya, saling membantu, dan memberikan manfaat. Untuk menjalankan misi
khalifah fil ard maka manusia harus memiliki kemampuan, skill, pengetahuan yang dengan
keahluannya tersebut ia mampu membangun bidang-bidang yang ada di muka bumi. Untuk
itu penting sekali bagi umat islam untuk menjalankan tujuan pendidikan dan tujuan
pendidikan islam, agar bisa melaksanakan secara optimal bidang-bidang di muka bumi.

“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)

Dari ayat diatas sangat terlihat bahwa Allah menyuruh kepada manusia untuk berbuat adil,
melaksanakan hak-hak manusia dan tidak berbuat kejahatan yang berakibat kerusakan di
muka bumi.

Kita dapat lihat bahwa orang-orang yang tidak menjalankan misi kekhalifahan pasti akan
binasa. Seperti misalnya orang yang membuka lahan perhutanan untuk dijadikan tempat
berbelanja atau mall oleh orang asing. Selain kerugian material yang besar tentunya ada
resiko juga bahwa dibukanya hal tersebut mengundang asing semakin banyak berusaha di
Indonesia dengan proses monopoli atau kapitalisasi ekonomi mereka.

Tugas khalifah artinya adalah tugas semua manusia termasuk wanita. Untuk itu, wanita karir
dalam pandangan islam tidak jadi masalah. Wanita bisa berkarir sebagai langkahnya dalam
melakukan misi kekhalifahan juga di muka bumi yang bisa bermanfaat untuk ummat banyak.
Hal ini tetap memperhatikan tugas wanita dalam keluarga pula. Wanita yang baik menurut
islam adalah yang mampu menyeimbangkan perannya dalam keluarga, masyarakat, dan
terhadap dirinya sendiri.

 Hikmah dari Konsep Manusia dalam Islam

Konsep manusia dalam islam adalah konsep yang utuh dan integral mempertimbangkan
seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari perangkat fisik hingga perangkat akal dan
psikologisnya. Konsep manusia dalam islam juga tidak menghalangi manusia untuk memilih,
menggunakan kehendak bebasnya, dan melakukan apapun yang diinginkan manusia. Hanya
saja segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia pasti akan ada efek dan resikonya. Tentu hal
tersebut tidak bisa dihindari dan harus diterima atau dilakukan oleh manusia.

Untuk itu, konsep manusia dalam islam tidak timpang sebelah. Konsep manusia dalam islam
juga tidak menganggap bahwa manusia boleh sebebas-bebasnya. Untuk itu, ada aturan bagi
manusia. Aturan tersebut bukan dalam rangka untuk membatasi atau membuat manusia
tersiksa. Hakikatnya aturan tersebut dibuat agar manusia terhindar dari keterpurukan dan
kesesatan. Manusia sengaja diberikan aturan agar tidak melakukan hal yang merugikan
dirinya. Maka itulah fungsi agama memberikan petunjuk agar manusia bisa benar-benar
selamat hidup di dunia dan akhirat.
2

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas,
yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat
perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet)
yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai
tujuan yang diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang
telah di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-
elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki
hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran,
dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan
makhluk lain.

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk
yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan
binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling
utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan
kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya
memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.

Persamaan Dan Perbedaan Manusia Dengan Makhluk Lain.

Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu


membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan
untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu bergerak di
ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun
tetap saja mempunyai kterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan
manusia atau makhluk lain di i surat al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di
lebihkan dari makhluk lainnya.

Manusian memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang
paling mirip sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya
konsekuensi kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara
karakteristik manusia adalah:

1. Aspek kreasi

Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan yang terbaik
dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya.
Mungkin banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse,
demikian pula organ-organ lainnya.

2. Aspek ilmu

Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta
di sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa naluri dasar yang tidak bisa di
kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan
peradaban yang terus berkembang.

3. Aspek kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam


hidup. Makhluk lain hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah.
Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4. Pengarahan akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang
sebelulmnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi penjahat.
Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan untuk
mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang.

Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat
lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang. Seperti dalam surat al-
Araaf, 129 dan at-Tin, 4.
3

Pengertian Eksistensi martabat manusia adalah bahwasanya manusia diciptakan


kedunia ini oleh Allah melaui berbagai rintangan tentunya tiada lain untuk mengabdi
kepadaNya, sehingga dengan segala kelebihan yang tidak dimiliki mahluk Allah lainya
tentunya kita dapat memanfaatkan bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan
ridho dari Allah SWT. dan dengan segala potensi diri masing-masing kita berusaha untuk
meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan kita sehingga dapat selamat Dunia dan Akhirat.

“Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi
kepadaku” (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56)

Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia di
dunia. Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya tersebut
berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahNya serta menjauhi
laranganNya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti Rukun
Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada Allah
SWT, Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat dan
percaya terhadap Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai wujud keimanan terhadap
Allah SWT, Allah SWT menyatakan bahwa manusia tidak cukup hanya meyakini didalam
hati dan diucapkan oleh mulut, tetapi manusia harus melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4

Tujuan Penciptaan manusia

Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan Rukun Islam,
yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk Islam, melakukan shalat,
membayar zakat, melakukan puasa serta menunaikan ibadah haji. Dengan demikian dapat
disimpulkan keberadaan manusia diciptakan Allah untuk menjadi manusia yang Islami (Islam
yang benar). Menjadi Islam yang benar adalah dengan mengerti, memahami dan
melaksanakan dalam kehidupan apa yang telah dilarangNya, dengan kata lain secara
konsisten melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam.

Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap
hamba-hambaNya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan
manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia
dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaanNya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks
hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal,
yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak
merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan
sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”

Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia
ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih
sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah
SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu.
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal
shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah
SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

3. Tujuan Individu Dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai ifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua
manusia, pada awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan
keluarga. dalam Ilmu komunukasi dan sosiologi kelurga merupakan bagian dari klasifikasi
kelompak sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil di karnakan paling
sedikit anggotanya terdiri dari dua orang. Nanun keberadaan keluraga penting karena
merupakan bentuk khusus dalm kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group
seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kodo etik
pemerintahan, prestige, ideologi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu
daln keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan
membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-
pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri


dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa
kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam
kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.

4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk


bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah.
Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan,
pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan
bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan
siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup
damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk
memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu,
maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu


masyarakat

b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya

Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang


bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama yang
menjadi dasarnya adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya.

5. Tujuan Individu Dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai
pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia
sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang
lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara
yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional


Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia
luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita
harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi
tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu
dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam
dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.
5

Fungsi dan Peran Manusia

Allah SWT berfirman bahwa fungsi dan peran manusia adalah sebagai khalifah atau
pemimpin di muka bumi. Allah berfirman dalam Q.S. 2 : 30 yang artinya :

“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya aku


hendak menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi”, mereka berkata : “Mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan
mensucikan engkau?”. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui”.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin
adalah fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi, tercemar
bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan
pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan
lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan akan besarnya potensi
yang mereka miliki.

Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti
harus kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda
adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah mengenai
diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan
hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan
yang sakit, bersilahturahmi dengan tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan
sebagainya.

Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau


leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan
sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks
dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan.
Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan
seseorang atau suatu badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 yang artinya :

“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang


berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan suatu hukum diantara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman taatlah Allah dan RasulNya, dan orang-orang
yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalilah kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya
bagimu”.

Di dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan


(kepemimpinan) yang baik, yaitu :

a. Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan


berlaku adil.

b. Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka


hendaklah kembali kepada sumber hukum Islam.

c. Pemerintahan yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat
harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik dan benar
dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk kepentingan rakyat.

Setiap orang sebenarnya pemimpin. Setiap orang dapt mengatur dirinya sendiri.
Sayangnya, banyak yang tidak sadar akan kemampuannya tersebut. Maka untuk menjadi
sadar ada tiga hal yang perlu dilakukan agar kita semua sadar akan kemampuan kita sebagai
pemimpin, yaitu :

a. Memahami diri sendiri (Self Understanding)

Proses ini kita harus memahami dan mengenal diri kita. Untuk menjadi
pemimpin kita harus sadar siapakah kita sebenarnya. Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya"


tanpa mengenali diri kita dengan benar ,maka sulit untuk menemukan makna
kehidupan hidup adalah sebuah perjalanan melingkar, kita harus tahu siapa kita dan
bagaimana kita seharusnya?

b. Kesadaran diri (Self Awareness)

Kesadran diri berarti sadar akan perasaan kita . Untuk menjadi pemompim
kita harus melek emosi dan kita harus mampu mengenali dan mengindentifikasi-kan perasaan
apapun yang sedang kita rasakan.

c. Pengendaalian diri (self Control)

Pengendalian diri berarti sadar sepenuhnya akan apa yang akak kita
lakukan Ini adalh hasil dari kecerdasan emosi yang tinggi. Pengendalian diri baru dapat
terlihat ketika situsi yang sulit dan melibatkan emosi, sebagai pemimpin kita harus bisa
mengendalikannya. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri tidak akan tergoda untuk
melakukan dan memgambil sesuatu yang bukan haknya. Pengendalian duru juga ditunjukkan
oleh keberanian seseorang untuk membuat komotmen dan melaksanakan komitmen tersebut.

C. Keunggulan dan potensi manusia

Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam, yang
dapat di wujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia. Apabila
pengrtian potensi diri dikaitkan dengan penciptaan manusias oleh Allah SWT, maka potensi
diri manusia adalah: kekutan manusia yang di berikan oleh Alah SWT sejak dalm kandungan
ibunya sampai akhir hayatnya yang masih terpendam dalam dirinya , menunggu untuk
diwujudkan menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan diri manusia di dunia dan di
akhirat sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT untuk mengabdi
kepadanya.

Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah
sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhlik Allah lainnya seperti:
binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera dan akal pikiran.
Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing memiliki fungsi dan perannya, oleh
karenanya harus dimanfaatkan dngan sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri dan
lingkungannya.
Secara umum manisia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi
dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang
luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian bagian didalam tubuh
seperti ; paru-paru , jantung dan sebagainya. Juga berfungsi sebagai untuk menghafal.
Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitunh, menganalisa, bahasa.
Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi dan sebagainya. Tugas otak melahirkan
kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah
sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir.
6

1. Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba.

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk


yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi
hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia adalah amat luas di dalam
kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang ditentukan kepadanya.

Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam


hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda
yang bermaksud:

“Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan


terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala dalam keluarganya
dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah
suaminya dan akan ditanya tentang pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala
dalam harta tuannya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari
kamu sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.” (Muttafaq
‘alaih)

Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia dicipta untuk
dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya atas setiap usaha dan
amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan
hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya
perlu dilaksanakan.

2. Manusia Sebagai Khalifah Allah.

Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi
khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran,
kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan
penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku


jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka
bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami
sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui
apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah:30)

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa.

Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit
dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan
bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk
memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup
memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan
kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.” (Al-Ahzab:
72)

Dengan berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi manusia untuk dapat
mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuanya. Optimalisasi kemampuan
tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri terhadap potensi-potensi
yang dimilikinya.

Dengan otak manusia diharapkan kehidupan di bumi secara umum dapat berkembang
dengan baik dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan, manusia diharapkan memiliki
kemampuan mencipta, dalam arti memnafaatkan potensi sumber daya dari Allah. Dengan
lisan manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Walaupun Al Quranul Karim telah memberitahu tugas dan tanggungjawab manusia di


dunia ini dan diberitahu mereka yang menunaikan tanggung jawab akan masuk ke Syurga,
manakala yang tidak bertanggung jawab akan ke Neraka, namun tidak semua manusia
percaya berita ini serta beriman dengannya. Bahkan yang percaya dan beriman dengannya
pun, karena tidak mampu melawan nafsu serta mempunyai kepentingan-kepentingan
peribadi, ramai yang tidak dapat benar-benar memperhambakan diri kepada Allah dan gagal
menjadi khalifah-Nya yang mentadbir dan mengurus dunia ini dengan syariat-Nya.
Karena itulah Allah Taala berfirman dalam surat Saba 13 : “Sedikit sekali daripada
hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’: 13)

Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan
makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut
untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung
jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.

Anda mungkin juga menyukai